• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Strategi Penyiapan Data Pertanahan Menuju Pelayanan Online/Elektronik

5.3.3 Perbaikan Kualitas Data

Strategi perbaikan kualitas data dimaksudkan untuk memperbaiki data pertanahan secara menyeluruh (Tabel 5.24). Perbaikan yang banyak dilakukan di level Kantor Pertanahan saat ini baru sebatas menjalankan tugas dan fungsi masing-masing, walaupun ada juga beberapa Kantor Pertanahan menugaskan pegawai dari berbagai seksi untuk melakukan perbaikan data. Mayoritas bersifat pasif menunggu arahan dan fasilitas dari pusat/kementerian. Alasan yang sering terlontar adalah kesibukan program strategis dan pelayanan rutin yang banyak menyita waktu, sehingga Kantor Pertanahan mengoptimalkan tenaga magang, pegawai tidak tetap, bahkan pihak ketiga untuk memperbaiki kualitas data di KKP, memvalidasi, melakukan scanning buku tanah dan warkah. Tujuan dari perbaikan kualitas data adalah mendapatkan data pertanahan dengan kualitas yang baik.

Tabel 5.24. Strategi Perbaikan Kualitas Data Strategi Kesiapan

Data Pertanahan Maksud Tujuan Metode Hasil yang

diharapkan Perbaikan

Kualitas Data Memperbaiki data

Pembuatan Juknis yang lebih sederhana. Ada personil yang diberi kewenangan khusus melakukan kontrol kualitas secara berkala dan berkesinambungan

Perbaikan data pertanahan dilakukan dengan metode pembuatan petunjuk teknis (Juknis) mengenai format data tekstual dan spasial yang lebih sederhana dan relevan dengan kebutuhan layanan online. Banyaknya alur dan nomor DI (Daftar Isian) dalam Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun1997 relevan dalam alur yang masih manual dan berbasis kertas, tetapi dalam alur yang sudah digital dan online harus lebih sederhana dan mudah dijalankan oleh pelaksana (user-friendly). Penomoran dan keterkaitan berbagai data cukup menjadi pekerjaan para programer untuk merumuskannya dalam algoritma yang sesuai, tetapi dalam penggunaanya harus dipermudah dengan koreksi yang diotomatisasi.

Selain aspek petunjuk teknis, dari aspek manajerial juga perlu ada personil yang diberi kewenangan khusus melakukan kontrol kualitas secara berkesinambungan di masing-masing Kantor Pertanahan. Akumulasi data yang berkualitas rendah dari berbagai rezim peraturan (PP Nomor 10 Tahun 1961 hingga PP Nomor 24 Tahun 1997) memerlukan perhatian sangat serius. Basis pelayanan online adalah data yang valid, selanjutnya data akan diproses dengan mesin elektronik dengan menggunakan kecerdasan buatan.

PENELITIAN

Kesiapan Data Pertanahan Menuju Pelayanan Online

77

Perbaikan data pertanahan tekstual/yuridis digital perlu dilakukan dengan validasi secara berkala. Perbaikan data spasial digital perlu dilakukan pengecekan kualitas data untuk persil-persil yang memiliki kesalahan dalam aspek lokasi (saling tumpang tindih, di luar batas, bentuk bidang tidak sesuai kenampakan), sehingga dibutuhkan basemap citra satelit yang konsisten dan terkoreksi sesuai standarisasi nasional agar dapat digunakan sebagai basis untuk delineasi persil. Dengan berbagai upaya itu, hasil yang diharapkan adalah sistem informasi geografis yang valid, dengan tampilan geometri persil sesuai kenampakan citra satelit.

5.3.4 Optimalisasi Kewenangan Struktur Birokrasi

Saat layanan pertanahan elektronik diberlakukan, maka akan mengakibatkan luapan berkas permohonan yang tidak mungkin dibatasi. Namun demikian, pejabat struktural memiliki keterbatasan dalam mengesahkan hasil layanan pertanahan yang semakin banyak saat layanan elektronik dilaksanakan. Strategi yang diperlukan adalah optimalisasi kewenangan struktur birokrasi (Tabel 5.25).

Tabel 5.25. Strategi Optimalisasi Kewenangan Struktur Birokrasi Strategi Kesiapan

Data Pertanahan Maksud Tujuan Metode Hasil yang

diharapkan Optimalisasi

Kewenangan Struktur Birokrasi

Pejabat struktural memiliki keterbatasan mengesahkan hasil layanan pertanahan yang semakin banyak saat layanan elektronik dilaksanakan yang lebih cepat dan efisien

Pelayanan online dimaksudkan untuk mempercepat proses pelayanan, namun struktur birokrasi masih menjadi bottleneck yang menghambat pelayanan di Kantor Pertanahan.

Inovasi yang dilakukan oleh Kementerian ATR/BPN masih menyentuh loket pelayanan tetapi muaranya masih terakumulasi ke pejabat struktural yang sedikit. Tujuan dari strategi ini adalah tidak terdapat hambatan dari struktur birokrasi saat layanan pertanahan online diberlakukan.

Strategi tersebut dapat dilakukan dengan metode perluasan kewenangan pengesahan kepada banyak pejabat fungsional. Metode ini sejalan dengan keinginan Presiden dalam memangkas jabatan struktural. Hasil yang diharapkan dari strategi ini adalah kinerja layanan pertanahan yang lebih cepat dan efisien.

5.3.5 Perbaikan Data melalui Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat diartikan sebagai keterlibatan aktif masyarakat dalam melaksanakan program pembangunan yang dilaksanakan pemerintah. Maksud dari strategi memperbaiki data melalui partisipasi masyarakat adalah melibatkan masyarakat dalam upaya perbaikan data pertanahan (Tabel 5.26).

Upaya perbaikan ini juga merupakan bagian dari pelaksanaan pembangunan. Semakin akurat data pertanahan, maka akan bermanfaat dalam perencanaan pembangunan yang handal dan berkualitas.

78 Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

Tabel 5.26. Strategi Perbaikan Data melalui Partisipasi Masyarakat Strategi Kesiapan

Data Pertanahan Maksud Tujuan Metode Hasil yang

diharapkan pengguna turut serta memperbaiki data

Masyarakat turut bertanggung jawab atas data pertanahan

Data pertanahan merupakan data yang mengintegrasikan antara data yuridis secara tekstual dan data spasial. Banyaknya data pertanahan dan permasalahan validasi data pertanahan membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Tujuan pelibatan masyarakat adalah agar didapatkan data yang lebih akurat dalam waktu yang lebih cepat.

Pelibatan masyarakat juga merupakan bentuk tanggung jawab pemilik dalam menjaga tanah dan tanda batasnya.

Metode yang digunakan dalam strategi ini adalah merancang inovasi berupa aplikasi pertanahan yang memungkinkan pengguna turut serta memperbaiki data pertanahan.

Syarat dan prosedur perlu diatur sedemikian hingga tidak menimbulkan kerugian bagi pihak pemilik dan pegawai BPN. Pelayanan online sendiri dapat digunakan sebagai solusi perbaikan data yang memenuhi syarat kemudahan dan keterbukaan.

Hasil yang diharapkan adalah masyarakat yang terlibat dalam perbaikan data akan menjadi masyarakat yang juga turut bertanggung jawab menjaga data pertanahan agar tetap menjadi data yang valid dan diakui kebenarannya. Masyarakat akan terlibat aktif untuk memaksimalkan usaha penjagaan data pertanahan.

6

PENELITIAN

Kesiapan Data Pertanahan Menuju Pelayanan Online

79

Kesimpulan

6

80 Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

BAB 6. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian Kesiapan Data Pertanahan menuju Pelayanan Online, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala BPN RI Nomor 5 tahun 2017 tentang Layanan Informasi Pertanahan Secara Elektronik belum terimplementasi secara keseluruhan. Implementasi peraturan tersebut terhambat oleh isi dalam peraturan yang belum selaras dengan peraturan lain yang mengatur hal yang sama.

Minimnya sosialisasi, komunikasi, dan sumberdaya terkait implementasi peraturan membuat banyak Kantor Pertanahan cenderung berimbas pada respon negatif dan kurang peduli terhadap adanya program pelayanan online, walaupun ada juga Kantor Pertanahan yang bertindak selaras dengan substansi pelayanan online.

2. Kesiapan data pertanahan menuju pelayanan online belum mencapai 100%. Rata-rata kelengkapan data digital di lokasi sampel baru mencapai 58,15%, dengan rincian persentase buku tanah digital tekstual (terdapat di KKP) sebesar 99,02%, buku tanah digital raster 12,77%, kualitas data baik (KW 1 dan KW 2) sebesar 71,98%, dan buku tanah digital yang telah valid sebesar 48,84%. Buku tanah yang sudah divalidasi di KKP setelah diperiksa kembali ditemukan kesesuaian rata-rata 75,02%. Kesuaian informasi tertinggi antara Buku Tanah dengan KKP adalah Nomor Hak, Nomor Surat Ukur, dan Luas Tanah. Kesesuaian informasi terendah adalah Penunjuk, Tanggal Berakhir Hak untuk Hak Guna Bangunan, dan Asal SK Hak. Akurasi data spasial rata-rata sebesar 89,55%, yang berarti bahwa tumpang tindih bidang yang terdapat di lokasi sampel sebesar 10,45%.

3. Strategi implementasi dan penyiapan data pertanahan menuju pelayanan elektronik yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1) penguatan peraturan aplikasi layanan pertanahan; 2) perubahan pola pikir pegawai; 3) perbaikan kualitas data;

4) optimalisasi kewenangan struktur birokrasi; serta 5) perbaikan data melalui partisipasi masyarakat.

PENELITIAN

Kesiapan Data Pertanahan Menuju Pelayanan Online

81

Daftar Pustaka

82 Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

DAFTAR PUSTAKA

Alateyah, S.A., et all. (2013). Factors Affecting the Citizen’s Intention to Adopt E government in Saudi Arabia. World Academy of Science, Engineering and Technology. International Journal of Humanities and Social Sciences, 7(9).

Badan Pusat Statistik. (2018). Kota Bandung dalam Angka 2018. Bandung: BPS Kota Bandung.

Badan Pusat Statistik. (2018). Kabupaten Garut dalam Angka 2018. Garut: BPS Kabupaten Garut.

Badan Pusat Statistik. (2019). Kota Banjarmasin dalam Angka 2019. Banjarmasin: BPS Kota Banjarmasin.

Badan Pusat Statistik. (2019). Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam Angka 2019. Hulu Sungai Selatan: BPS Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

Badan Pusat Statistik. (2019). Kota Jakarta Barat dalam Angka 2019. Jakarta: BPS Kota Administrasi Jakarta Barat.

Badan Pusat Statistik. (2019). Kabupaten Maluku Tengah dalam Angka 2019. Maluku Tengah: BPS Kabupaten Maluku Tengah.

Badan Pusat Statistik. (2019). Kabupaten Mamuju dalam Angka 2019. Mamuju: BPS Kabupaten Mamuju.

Badan Pusat Statistik. (2019). Kabupaten Mamuju Tengah dalam Angka 2019. Mamuju Tengah: BPS Kabupaten Mamuju Tengah.

Badan Pusat Statistik. (2019). Kota Pekanbaru dalam Angka 2018. Pekanbaru: BPS Kota Pekanbaru.

Badan Pusat Statistik (2019). Kabupaten Rokan Hulu dalam Angka 2019. Rokan Hulu: BPS Kabupaten Rokan Hulu.

Bonham, G. M., Seifert, J. W., & Thorson, S. J (2001). The transformational potential of E-government: The role of political leadership. Electronic Governance and Information Policy (Panel 9-1) at the 4th Pan European International Relations Conference of the European Consortium for Political Research.

Buchari, R.A. (2016). Implementasi E-Service pada Organisasi Publik di Bidang Pelayanan Publik di Kelurahan Cibangkong Kecamatan Batununggal Kota Bandung.

Sosiohumaniora, 18(3), 235-239.

Hamdi, M. (2014). Kebijakan Publik: Proses, Analisis dan Partisipasi. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Lester, J. P., & Goggin, M. L. (1998). Back to the Future: The Rediscovery of Implementation Studies. Policy Currents, 8(3), 1-9.

PENELITIAN

Kesiapan Data Pertanahan Menuju Pelayanan Online

83

Mazmanian, D. A., & Sabatier, P. A. (1983). Implementation and Public Policy.University Of Minnesota. Scott, Foresman.

Mustofa, F.C. (2015). Sejarah Pengembangan SIP di BPN. Program S-3 Ilmu Teknik Geomatika Departemen Teknik Geodesi UGM Yogyakarta (unpublished material).

Paulina, Christina (2019). Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik dan Satu Data Indonesia.

Makalah.

Payong (2018), Kajian Kesiapan Implementasi E-Government Pemerintah Kota Kupang.

Jurnal Hoaq-Teknologi Informasi 9(2), 885-891.

Purwanto, E.A., & Sulistyastuti, D.R. (2015). Implementasi Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Subarsono, A.G. (2005). Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susianawati (2017), Analisis Kesiapan Inovasi Layanan Sistem Informasi Manajemen dan Pelayanan Perizinan Elektronik (Simppel) di Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja Kabupaten Tuban. Publika, 6(5), 1-7.

Sugiono (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:Alfabeta.

Tjasdirin (2019). Selayang Pandang Pelayanan Online di Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum. Makalah.

Wahyudiono (2018), Kesiapan ASN Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Memberikan Pelayanan Berbasis Online. Komunikasi, Media, dan Informatika, 7(2), 100-107.

Wijaya, S.W. & Surendro, K. (2006). Kajian Teoritis Model E-Government Readiness Pemerintah Kabupaten/Kotamadya dan Keberhasilan E-Government. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi _ SNATI (B25-27). Yogyakarta.

Williamson, I., Enemark, S., Wallace, J., & Rajabifard, A. (2010). Land Administration for Sustainable Development. Redlands, CA: ESRI Press Academic.

Winarno, B. (2014). Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus). Yogyakarta: CAPS.

World Bank (2002). Electronic Government and Governance: Lessons for Argentina.

Washington, DC. Paper. Diakses dari : http://documents.worldbank.org/