• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISA DATA

V.2 Implementasi Prinsip-prinsip Good Governance Dalam Pemberian

Di dalam suatu kebijakan, implementasi merupakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk melaksanakan sesuatu kebijakan secara efektif. Implementasi ini merupakan pelaksanaan aneka ragam program yang dimaksudkan dalam sesuatu kebijakan. Ini adalah satu aspek proses kebijakan, yang amat sulit dalam menentukan hasil dari kebijakan tertentu.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana penerapan prinsip-prinsip good governance. Prinsip-prinsip tersebut merupakan suatu karakteristik yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan good governance yang berkaitan dengan pengendalian, yakni pengendalian suatu pemerintahan yang baik agar mencapai hasil yang dikehendaki stakeholders. Adapun prinsip-prinsip tersebut, yaitu partisipasi (participation), akuntabilitas (accountability) penerapan hukum (fairness), transparansi (transparency), responsivitas (responsiveness), orientasi (consensus orientation), berkeadilan (equity), efektivitas (effectiveness), dan strategi visi (strategic vision). Dari prinsip-prinsip tersebut peneliti akan melihat bagaimana implementasi prinsip-prinsip good governance dalam pemberian pelayanan publik.

Sejauh ini prinsip-prinsip good governance yang diterapkan oleh BBP2TP sudah berjalan cukup baik. Hali ini dilihat dari sudah diterapkankannya karakteristik dari prinsip-prinsip good governance tersebut. Seluruh pegawai dari BBP2TP bersama-sama bekerja untuk memberikan pelayanan publik terbaik kepada produsen benih atau penangkar. Ini didorong juga dari produsen benih atau penangkar yang merasa sudah cukup puas karena sudah dilayanai dengan baik dalam pengurusan sertifikat benih. Maka peneliti akan menjabarkan bagaimana karakteristik good governance diterapkan di BBP2TP.

1.Penerapan PrinsipPartisipasi (Participation)

Setiap warga Negara mempunyai suara dalam formulasi keputusan, baik secara langsung maupun intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi ini seperti ini dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara secara berpartisipasi secara konstruktif. Partisipasi adalah prinsip bahwa setiap orang memiliki hak untuk terlibat dalam pengambilan keputusan disetiap kegiatan penyelenggaraan pemerintah.

Menurut Krina (2003 : 16) Bentuk Partisipasi yaitu:

1) Keterlibatan aparat melalui terciptanya nilai dan komitmen.

Cara untuk mengetahui keterlibatan aparat melalui terciptanya nilai dan komitmen diantara aparat yaitu adanya aparat berpartisipasi dalam proses perencanaan anggaran /pembuatan SPJ/pelaporan keuangan, adanya keterlibatan aparat melalui terciptanya nilai dan komitmen diantara aparat. 2) Adanya forum untuk menampung partisipasi.

Cara untuk mengetahui forum menampung partisipasi yaitu melakukan diskusi dengan atasan yang berkaitan dengan proses perencanaan anggaran/ pembuatan SPJ/pelaporan keuangan, adanya forum untuk menampung partisipasi masyarakat yang representatif, jelas arahnya dan dapat dikontrol bersifat terbuka dan inklusif, harus ditempatkan sebagai mimbar masyarakat mengekspersikan keinginannya.

3) Keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan.

Cara untuk mengetahui keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan yaitu masyarakat memberikan masukan dalam proses perencanaan anggaran/ pembuatan SPJ/laporan keuangan dan masukan masyarakat untuk perencanaan anggaran/pembuatan SPJ/pelaporan keuangan diterapkan dalam hasil akhir.

4) Fokus pemerintah adalah pada memberikan arah dan mengundang orang lain untuk berpartisipasi dan mengetahui fokus pemerintah adalah pada memberikan arah dan mengundang orang lain untuk berpartisipasi yaitu adanya forum pertemuan dengan kelompok masyarakat (musrenbang) yang berkaitan dengan proses perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah, adanya fokus pemerintah dalam memberikan arahan mengundang orang lain untuk berpartisipasi.

5) Akses bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan. Cara untuk mengetahui akses bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat dalam proses perencanaan anggaran/pembuatan SPJ/pelaporan dan laporan keuangan, adanya akses bagi masyarakat untuk

meyampaikan pendapat dalam proses sistem dan mekanisme perencanaan, pengendalian, dan pembangunan daerah.

Seperti yang disebutkan diatas mengenai bentuk partisipasi, sejauh ini BBP2TP sudah menerapkannya. Dalam pelaksanaan partisipasi seluruh pegawai BBP2TP bersama-sama membuat perencanaan anggaran, SPJ dan lain-lain. BBP2TP juga melibatkan produsen benih atau penangkar untuk ikut berpartisipasi. Seperti yang di ungkapkan oleh kepala balai BBP2TP mengenai cara meningkatkan partisipasi masyarakat. BBp2TP selalu memebrikan sosialisasi mengenai benih unggul dan pentingnya menggunakan sertifikat benih. Dengan seringnya BBP2TP melakukan sosialisasi kepada produsen benih atau penangkar, kepercayaan penangkar atas pelayanan sertifikat benih yang diberikan BBP2TP juga meningkat. Ini dilihat dari suadah semakin banyak produsen benih atau penangkar yang mengurus sertifikat benih ketika benih tersebut mau diedarkan. BBP2TP juga menyiapkan wadah untuk produsen benih atau penangkar ikut berpartisipasi ini dilihat dari rutinnya BBP2TP melakukan pertemuan kepada produsen benih atau penangkar untuk memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada produsen benih atau penangkar dan juga bertukar pikiran

Tujuan lain yang dilakukan BBP2TP dalam meningkatkan partispasi produsen benih adalah untuk sama-sama mengurangi benih ilegal. Jadi, BBP2TP juga menjelaskan apa kerugian yang didapat ketika penangkar atau produsen benih menggunakan benih ilegal. Peneliti melihat cara sosialisai ini merupakan cara yang cukup tepat untuk meningkatkan kepedulian dan kepercayaan dari produsen benih. Salah satu produsen benih atau penangkar yang peneliti wawancra juga mengatakan dengan adanya sosialisai yang diberikan BBP2TP

kepercayaan produsen benih, atau penangkar juga meningkat. Penangkar juga mengatakan suadah ada kemajuan yang cukup baik ketika mereka menggunakan sertifikat benih. Masayarakat luas juga sudah mulai tau mengenai keunggulan benih yang bersertifikat, jadi mereka tidak akan mau membeli benih yang tidak menggunakan sertifikat benih.

2.Penerapan Prinsip Transparansi

Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai. Transparansi yakni adanya kebijakan terbuka bagi pengawasan. Sedangkan yang dimaksud dengan informasi adalah informasi mengenai setiap aspek kebijakan pemerintah yang dapat dijangkau oleh publik. Transparansi harus seimbang, juga, dengan kebutuhan akan kerahasiaan lembaga maupun informasi-informasi yang mempengaruhi hak privasi individu. Adapun transparansi yang ingin diteliti mengenai peranan BBP2TP dalam memberikan pelayanan sertifikat benih.

Dalam mewujudkan good governance peran serta masyarakat memegang arti penting. Begitu pula dengan prinsip transparansi yang merupakan prinsip penting dalam good governance. Apapun kegiatan dan kebijakan yang ada di BBP2TP harus diinformasikan kepada masyarakat sehingga masyarakat mau untuk secara bersama melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan.

Seperti halnya informasi yang peneliti dapat dari salah satu informan yang mengatakan bahwa BBP2TP sudah terbuka dalam memberikan informasi apapun

terutama mengenai benih unggul dan proses sertifikasi benih. Hal yang sama juga disampaikan oleh kepala balai BBP2TP mengenai keterbukaan informasi yang diberikan oleh BBP2TP, namun dalam hal keungan dan dalam pengelolaan APBN BBP2Tp tidak menjelaskan secara detail karena hal tersebut merupakan rahasia BBP2TP. Segala informasi yang baru dapat di akses melalui website BBP2TP.

Prosedur pelayanan merupakan hal yang penting dalam transparansi. Karena prosedur pelayanan adalah rangkaian proses atau tata kerja yang berkaitan satu sama lain, sehingga menunjukkan adanya tahapan secara jelas dan pasti serta cara-cara yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian sesuatu pelayanan. Prosedur pelayanan publik harus sederhana, tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan, serta diwujudkan dalam bentuk Bagan alir (Flow Chart) yang dipampang dalam ruang pelayanan. BBP2TP sudah membuat prosedur pelayanan yang sesuai dengan pernyataan di atas yaitu : sederhana dalam pelaksanaannya, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan pak Suratman mengenai proses pengurusan sertifikat benih :

“....Sejauh ini kinerja mereka dalam memberikan pelayanan sertifikat benih sudah cukup baik. Karena dalam mengeluarkan sertifikat benih tidak memerlukan waktu yang lama dan juga tidak berbelit-belit...”

Dalam pengelolaan biaya pengurusan sertifikat benih juga di jelaskan secara detail, sehingga produsen benih atau penangkar mengetahui dana tersebut dikeluarkan untuk apa saja. Transparansi ini dilakukan agar good governance dapat berjalan dengan maksimal dan baik di BBP2TP. Dan tujuan transparansi ini untuk masyarakat agar masyarakat mengetahui dan lebih jelas memahami kegunaan sertifikat benih tersebut.

3.Penarapan Prinsip Akuntabilitas

Dalam KepMenPAN No. 26/KEP/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik dikatakan bahwa penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan, baik kepada publik maupun kepada atasan/pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Adapun akuntabilitas yang ingin diteliti mengenai pelayanan BBP2TP di dalam pembuatan Sertifikat Benih.

Untuk mengetahui akuntablitas tersebut, maka peneliti menganalisis hal ini melalui:

1. Akuntabilitas Kinerja Pelayanan Publik

Akuntabilitas kinerja pelayanan publik ini dapat dilihat berdasarkan proses yang meliputi; tingkat ketelitian (akurasi), profesionalitas petugas, kelengkapan sarana dan prasarana, kejelasan aturan (termasuk kejelasan kebijakan atau peraturan perundang-undangan), dan kedisiplinan. Dalam hal profesionalitas kinerja BBP2TP dalam memberikan pelayanan kepada produsen benih atau penangkar sudah dapat dikatakan dengan baik. Kemudian dalam fasilitas sarana prasarana dalam mendukung proses pelayanan sertifikat benih juga sudah baik. Selain itu mengenai kedisiplinan pegawai BBp2TP menurut produsen benih dan penangkar juga sudah baik dalam memberikan pelayanan.

Dari uraian di atas maka dapat dilihat bahwa profesionalitas pegawai dan kelengkapan sarana dan prasarana sangat mendukung proses penyelenggaraan pelayanan publik di BBP2TP. Pegawai di BBP2TP juga sudah disiplin dalam

memberikan pelayanan. Selain itu hal ini memberi kepuasan kepada produsen benih atau penangkar yang ingin berurusan di BBP2TP tersebut.

Hanya saja kekurangan dari BBp2TP ini karena sumber daya manusianya cukup terbatas dalam menggunakan teknologi. Pada saat ini, BBP2TP ingin memberikan pelayanan sertifikat benih melalui internet agar tidak membutuhkan waktu yang lama dalam mengajukan surat permohonan sertifikat. Namun, masih belum dapat direalisasikan karena sumber daya manusianya yang belum mampu menggunakan internet sepenuhnya, dan juga produsen benih atau penangkar yang belum sepenuhnya mengetahui cara menggunakan internet.

2. Akuntabilitas Biaya Pelayanan Publik

Dalam hal pengeluaran biaya untuk pengurusan sertifikat benih terdapat kesesuaian antara biaya yang harus dikeluarkan dengan biaya yang sudah ditetapkan. Hal ini didorong oleh pernyataan produsen benih atau penangkar yang mengatakan biaya sudah sesuai dan tidak terlalu besar.

Dari uraian di atas maka dapat dilihat bahwa biaya yang harus dikeluarkan sudah sesuai dengan yang ditetapkan. Maka dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas biaya pelayanan publik sudah terealisasi di BBP2TP. Hal ini juga didukung oleh pernyataan yang dikeluarkan oleh Kepala Balai yang mengatakan bahwa dalam pengurusan sertifikat benih tidak membutuhkan biaya yang besar dan itu sudah ditetapkan oleh dirjenbun.

3. Akuntabilitas Produk Pelayanan Publik

Hal ini mencakup persyaratan teknis dan administratif yang harus jelas dan dapat dipertanggungjawabkan dari segi kualitas dan keabsahan produk pelayanan.

Selain itu produk pelayanan diterima dengan benar, tepat, dan sah. Dalam hal pelayanan sertifikat benih maka dapat dikatakan sudah baik.

Dalam pengurusan sertifikat benih sudah memiliki persyaratan teknis dan administratif yang jelas serta sesuai dengan yang telah ditetapkan. Karena dalam pembuatan sertifikat benih syarat-syarat yang harus diajukan sudah baku dan tidak dapat diubah.

4.Penerapan Prinsip Efektivitas

Setiap proses kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya dari berbagai sumber yang tersedia. Dalam kondisi Good governance efektivitas berarti bahwa output dari seluruh proses dan institusi tepat sasaran atau sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

BBP2TP di dalam melakukan pelayanan publik kepada produsen benih atau penangkar dituntut untuk secara efektif dalam menjalankan fungsinya. Sehingga produsen benih atau penangkar yang membutuhkan pelayanan merasa puas akan pelayanan yang diberikan oleh pegawai BBP2TP.

Bedasarkan hasil penelitian pegawai BBP2TP telah efektif dalam menyelenggaraka pelayanan publik. Hal ini dapat dilihat dari jawaban salah satu informan mengenai sudah ada kesesuaian informasi yang diberikan dengan pelayanan yang diberikan, hal tersebut juga dipertegas oleh pihak dari BBP2TP yang mengatakan harus sesuainya antara informasi yang diberikan dengan pelayanan yang diberikan. Sejauh ini BBP2TP juga berusaha memberikan pelayanan yang maksimal kepada produsen benih atau penangkar. Karena,

kepuasan pelanggan merupakan hal yang penting agar BBP2TP dapat meningkatkan predikat atau kualitas dalam pemberian pelayananan. Produsen benih atau penagkar juga merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh BBP2TP. Secara tidak langsung, produsen benih mengatakan dengan adanya sertifikat benih ini masyarakat luas lebih mempercayai mereka, karena telah menjual benih yang bermutu.

Prosedur pelayanan yang diberiakn BBP2TP juga efesien, yang berarti memberikan kemudahan bagi para produsen benih atau penangkar dalam mengurus sertifikat benih. Dengan prosedur pelayanan yang tidak berbelit-belit, produsen tidak membutuhkan waktu lama dalam pengurusan sertifikat benih, dan lebih mudah dalam mengurus surat-surat yang dibutuhkan dalam mengurus sertifikat benih. Hal tersebut ditegaskan oleh salah satu informan utama yaang mengatakan bahwa untuk mengurus sertifikat benih tidak membutuhkan waktu yang lama, karena prosedur yang digunakan merupakan pelayanan satu pintu. Untuk mengeluarkan sertifikat benih dibutuhkan waktu kurang dari sebulan. Waktu tersebut bukan lama dalam pengurusan surat-surat tetapi karena dilakukan pengecekan lapangan dan uji laboratorium dahulu. Dengan demikian, berarti BBP2TP telah menerapkan prinsip-prinsip good governance dalam hal efektivitas.

5.Penerapan Prinsip Responsivitas.

Responsivitas berkaitan mengenai kemampuan dan ketanggapan BBP2TP dalam menanggapi setiap aspirasi maupun kebutuhan masyarakat dan kemudian menjadikan aspirasi masyarakat tersebut sebaga dasar acuan untuk mengambil keputusan maupun membuat kebijakan BBP2TP.

BBP2TP harus mampu mendefenisikan apa yang menjadi kebutuhan dan kemauan produsen benih atau penangkar. Dan untuk mengetahui apa yang dibutuhkan produsen benih atau penangkar, BBP2TP harus mampu menyerap aspirasi produsen benih atau penangkar yang berada di wilayah kerjanya. Dengan demikian, BBP2TP yang responsif harus mampu menciptakan ruang bagi publik untuk menyalurkan aspirasinya.

Bedasrkan hasil penelitian, peneliti mangatakan bahwa responsivitas dalam prinsip good governance sudah diterapkan di BBP2TP. Ini dikarenakan BBP2TP sudah mampu menanggapi aspirasi dan memenuhi kebutuhan produsen benih atau penangkar. Ini dilihat dari tidak adanya keluhan yang diberikan oleh produsen benih atau penangkar dalam masalah pelayanan. BBP2TP sudah memberikan kualitas yang baik dalam pemberian pelayanan dengan cara memberikan pelayanan yang adil tidak membeda-bedakan antar produsen benih, semua akan dilayani dengan baik selagi surat-surat yang dibutuhkan dalam pengurusan sertifikat benih terpenuhi semua. BBP2TP juga tidak menerima biaya tambahan yang dibrikan produsen benih atau penangkar. Dan prosedur pelayanan juga sudah diberitahu kepada penangkar atau produsen benih.

Responsivitas juga dilihat dari BBP2TP dalam memenuhi aspirasi produsen benih atau penangkar. Selama ini BBP2TP selalu mengadakan pertemuan kepada penangkar atau produsen benih setiap tahunnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui keluhan-keluhan apa yang dihadapi produsen benih atau penangkar dalam proses pengurusan sertifikat benih atau dalam pembibitan tanaman. Dengan adanya pertemuan yang dilakukan setiap tahun ini BBP2TP juga dapat mengetahui pendapat-pendapat dari produsen benih atau penangkar

dalam hal meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan BBP2TP. Hal ini semacam tukar pikiran antara BBP2TP dengan produsen benih atau penangkar. Yang diharapkan kedepannya agar pelayanan yang di berikan BBP2TP semakin meningkat, dan semakin berkurangnya benih yang berkualitas buruk atau ilegal.

6.Penerapan Prinsip Berkeadilan

Keadilan berkaitan dengan sikap dari atasan yang mampu untuk bersikap adil terhadap pegawainya, terutama dalam penempatan posisi jabatan, tidak ada perbedaan antara pria dan wanita untuk menempati posisi tersebut.

Bedasarkan penelitan yang peneliti lakukan di BBP2TP, untuk penerapan prinsip kedailan dalam good governance BBP2TP sudah menerapkannya dengan baik. Hal ini dilihat dari jawaban dari inrorman utama yang mengatakan bahwa selama ini BBP2TP selalu memberikan pelayanan yang maksimal kepada produsen benih atau penangkar. BBP2TP tidak membeda-bedakan produsen benih dalam pengurusan sertifikat benih, semua produsen benih dilayanani dengan baik tidak melihat dari apakah produsen benih tersebut merupakan perusahaan yang besar atau kecil. Kepala Balai dan Kepala Bidang BBP2TP juga mengatakan bahwa pelayanan yang maksimal akan meningkatkan predikat atau kualitas BBP2TP maka dari itu BBP2Tp selalu berusaha memberikan pelayanan yag maksimal termasuk memberikan peayanan yang berkeadilan. Karena, dengan memberrikan pelayanan yang adil maka produsen benih atau penangkar akan merasa nyaman memanfaatkan fasilitas dari BBP2TP. Pelayanan adil yang dimaksudkan disini adalah pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan produsen benih atau penangkar.

Prinsip berkeadilan bukan hanya dalam hal pelayanan yang BBP2TP berikan kepada produsen benih atau penangkar, tetapi juga berkaitan dengan sikap adil yang diberikan oleh Kepala Balai BBP2TP kepada pegawainya. Yang peniliti lihat disini adalah Kepala Balai BBP2TP juga sudah menerapkan prinsip keadilan untuk pegawainya. Hal ini diperjelas dengan pernyataan Kepala Balai dan Kepala Bidang yang mengatakan bahwa selama ini mereka objektif dalam memperlakukan pegawainya. Tidak membedakan apakah pegawai tersebut perempuan atau laki-laki. Misalnya dalam hal pemberian promosi jabatan, yang menjadi faktor utamanya adalah kinerja pegawai dan apakah pegawai tersebut berprestasi bukan dilihat dari jenis kelaminnya. Atas dasar tersebutlah peneliti mengatakan bahwa BBP2TP sudah mampu mengimplementasikan salah satu prinsip good governance yaitu keadilan.

7.Penerapan Prinsip Penerapan Hukum

Penerapan hukum yang dimaksudkan disini adalah kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu, terutama hukum untuk hak asasi manusia. Tujuan penegakan hukum antara lain adalah untuk menjamin adanya kepastian hukum yang juga merupakan salah satu asas umum penyelenggaraan negara. Setiap tindakan aparat hukum baik pada tingkat penyelidikan, penyidikan, penuntutan, maupun upaya hukum, eksekusi dan eksaminasi harus selalu berpegang kepada aturan hukum (rule of law) yang juga merupakan ciri dari good governance. Penegakan hukum tidak hanya dimaksudkan untuk menjatuhkan hukuman kepada setiap pelanggar hukum; penegakan hukum juga dimaksudkan agar pelaksanaannya harus selalu berpedoman kepada tata cara atau prosedur yang telah digariskan oleh undang-undang dengan memperhatikan budaya hukum yang

hidup di masyarakat terutama harus mampu menangkap rasa keadilan yang hidup di masyarakat.

BBP2TP sudah mampu mengimplementasikan prinsip good governance yaitu penerapan hukum dengan baik. Ini dilihat dari dalam setiap pelaksanaan tugas fungsi BBP2TP semua sudah berlandaskan hukum yang ditulis dalam undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan menteri pertanian dan lain-lain. Hukum merupakan landasan BBP2TP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya tidak terkecuali dalam pemberian pelayanan. Dalam memberikan pelayanan sertifikat benih BBP2TP mempunyai landasan hukum yaitu Permentan No. 39 thn 2006 entang produksi, sertifikasi dan peredaran benih bina, yang mengatur sistem perbenihan mulai dari benih penjenis benih dasar benih pokok dan benih sebar. Landasan hukum itu sangat penting bagi produsen benih atau penangkar karena hal tesebut merupakan legalitas dalam menjual benih bina. Legalias tersebut juga berguna untuk menandakan kualitas benih tersebut bahwa benih tersebut merupakan benih unggul. Kegunaan sertifikat benih yang lain adalalah apabila benih bina tersebut tidak menggunakan sertifikat benih maka benih tersebut merupakan benih berkualitas buruk dan ilegal sehinggar penangkar atau produsen benih yang menjual benih tersebut akan dikenakan sanksi yaitu penarikan benih tersebut dari produsen benih.

Dengan adanya sertifikat benih yang mempunyai landasan hukum adalah untuk mengurangi benih ilegal yang beredar di pasaran. Sejauh ini implemenasi penarapan prinsip good governance sudah berjalan cukup baik dari tahun-tahun sebelumnya. Ini dilihat dari semakin banyak nya produsen benih atau penangkar

yang mulai memakai sertifikat benih sebagai landasan hukum untuk menjual benih bina yang berkualitas.

8.Penerapan Prinsip Orientasi

Good governance merupakan perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik dalam hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur. Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik. Dengan demikian, kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja organisasi publik. (Dwiyanto dkk ,2002:48)

Peneliti melihat BBP2TP sudah menerapkan prinsip orientasi dalam meberikan pelayanan publik. Ini dilihat dari hasil wawancara peneliti dengan produsen benih atau penangkar mengenai kepuasan mereka terhadap pelayanan yang diberikan BBP2TP dan produsen benih atau penangkar mengatakan bahwasannya mereka sudah cukup puas dengan pelayanan yang diberikan BBP2TP kepada mereka. Orientasi bukan hanya dalam meberikan pelayanan yang maksimal tetapi juga melihat bagaimana BBP2TP dalam melaksanakan kebijakan

Dokumen terkait