Implementasi Prinsip-prinsip Good Governance dalam Pemberian
Pelayanan Sertifikat Benih di Balai Besar Perbenihan dan
Proteksi Tanaman Perkebunan Medan
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1)
Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Oleh :
DINI EKA LESTARI
NIM : 080903049
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBERIAN PELAYANAN SERTIFIKAT BENIH DI BBP2TP MEDAN
Nama : Dini Eka Lestari
NIM : 080903049
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Pembimbing : Prof.Dr. Marlon Sihombing
Dalam setiap perumusan kebijakan apakah menyangkut program maupun kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau implementasi. Salah satu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah adalah memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat yang membutuhkan. Sepertihalnya, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi tanaman perkebunan sebagai sebuah instansi pemerintahan di Indonesia, yang berusaha memberikan pelayanan teknik kegiatan pengawasan mutu termasuk kesehatan benih, dan peredaran benih perkebunan dan juga melakukan pemberian pelayanan sertifikasi kepada penangkar yang membutuhkan sertifikat untuk kelayakan benihnya. Dalam pengorganisasian BBP2TP dan juga pemberian pelayanan sertifikat benih hendaknya pihak terkait mampu menerapkan prinsip-prinsip good governance.
Dengan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Implementasi Prinsip-prinsip Good Governance dalam Pemberian Pelayanan Sertifikat Benih di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan“. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Implementasi Prinsip-prinsip Good Governance dalam Pemberian Pelayanan Sertifikat Benih di BBP2TP Medan?”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Prinsip-prinsip Good Governance dalam Pelayanan Publik. Pelayanan Publik terkait pada pengurusan Sertifikat Benih di BBP2TP Medan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggambarkan fakta sebagaimana adanya dan diberikan interpretasi yang secukupnya berdasarkan hasil penelitian, sehingga menjawab permasalahan dan tujuan penelitian yang telah ditentukan. Adapun unit analisi data dalam penelitian ini adalah individu sebagai Kepala balai BBP2TP Medan.
governance dalam meningkatkan pelayanan sertifikat Benih. Prinsip-prinsip good governace merupakan acuan bagi BBP2Tp dalam memberikan pelayanan yang maksimal kepada produsen benih.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan
nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyeleasikan karya ilmiah yang berjudul
“Implementasi Prinsip-prinsip good Governance dalam Pemberian Pelayanan Sertifikat Benih di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan”
Karya ilmiah ini merupakan laporan yang diperlukan untuk melengakapi
persyaratan melengkapi gelar sarjana serta sebagai wahana untuk melatih diri dan
mengembangkan wawasan berfikir dalam penulisan karya ilmiah ini.
Penulis mengakui bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis
dalam penelitian, pengumpulan literature, maupun penulisan karya ilmiah. Namun berkat
bimbingan dan arahan semua pihak, kesulitan yang ada dapat diatasi dan karya ilmiah
inipun dapat diselesaikan .
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakaih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Dr. Kusharyono SE. MM, selaku Kepala Balai di BBP2TP Medan, yang telah memberikan izin kepada penulis untk melakukan
penelitian Skripsi.
Sumatera Utara dan sebagai dosen penguji yang memberikan masukan
kepada penulis.
4. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Sumatera Utara dan sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penyelesaian Skripsi
ini.
5. Bapak Drs. Ridwan Rangkuti, M. Si, selaku dosen wali yang telah memberikan arahan dan membimbing penulis selama masa perkuliahan.
6. Untuk dosen-dosen Departemen Ilmu Administrari Negara yang telah
berperan besar dalam membimbing dan berbagi ilmu pendidikan.
7. Untuk Kak Mega dan juga Kak Dian yang telah membantu penulis dalam urusam surat menyurat sampai Skripsi ini selesai dan juga kepada seluruh
Pegawai Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Sumatera Utara.
8. Untuk Pegawai Kantor BBP2TP Medan yang telah membantu ketika
melakukan penelitian dan wawancara seluruh informan yang telah
meluangkan waktu.
9. Untuk teristimewa ucapan terima kasih yang sebsar-besarnya kepada
kedua orang tuaku. Alm. Ir. Hernanto Budi Santoso (papa) dan Ir. Asnilawarni (mama) yang telah memberikan kasih sayang dan banyak memberi nasehat selama ini dan juga memberikan dukungan dalam
ya. Tiada kata-kata yang bisa mengungkapkan betapa besar rasa terima
kasih yang ananda sampaikan.
10. Untuk adek-adekku Diwan Hadi Prakoso, M. Dila wibowo.Terimakasih untuk semua kebersamaan dan pertengkaran yang telah terjadi selama ini.
11. Untuk Dicky Nugraha Martuani Nst. Makasi ya buat waktunya selama 5 taun lebih ini, makasih uda menjadi tempat segala curhatan, makasi juga
buat kesabarannya.
12. Untuk semua sahabat. Fatmauliya Umaya, Nanda Puteri Casanovita
(mami), Rahmatika, RR. Ayu Siti Trisnawanty. Terimakasih untuk waktu yang telah kita habiskan bersama, dengan selalu tertawa dan
menghayal.
13. Untuk kawan yang pernah menjadi satu kelompok magang . Ade Pratiwi, Nita Salasari Pratomo, Julia Budiarti, Surya Darma, Zikri Akbar, Darwinsyah, Nurdin Matanari, dan Kholidin.
15. Buat seluruh Administrasi Negara 2008. Terimakasih untuk semua
kebersamaan, pengalaman dan klasiknya sebuah kisah selama perkuliahan
ini.
Medan, Juni 2012
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1 Latar Belakang Masalah ... 1
I.2 Perumusan Masalah ... 5
I.3 Tujuan Penelitian ... 5
I.4 Manfaat Penelitian ... 5
I.5 Kerangka Teori ... 6
I.5.1 Implementasi ... 7
I.5.1.1 Pengertian Implementasi Kebijakan ... 7
I.5.1.2 Proses Implementasi Kebijakan ... 11
I.5.2 Good Governance ... 15
I.5.2.1 Prinsip-Prinsip Good Governance ... 17
I.5.3 Pengertian Pelayanan ... 23
I.5.3.1 Pelayanan Publik ... 25
I.5.3.1.1 Pengertian Pelayanan Publik ... 25
I.5.3.1.2 Jenis-Jenis Pelayanan Publik... .. 27
I.5.4.1 Prosedur Administrasi ... .... 31
I.5.4.2 Proses Pembuatan Surat Sertifikat Benih ... ... 33
I.6 Definisi Konsep ... 35
BAB II METODE PENELITIAN ... 36
II.1 Bentuk Penelitian ... 36
II.2 Lokasi Penelitian ... 36
II.3 Informan Penelitian ... 36
II.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38
II.6 Teknik Analisis Data ... 39
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 40
III.1 Gambaran Umum BBP2TP Medan ... 40
III.2 Visi Dan Misi BBP2TP Medan ... 41
III.3Tugas Pokok dan Fungsi BBP2TP Medan ... 41
III.3.1Tugas Pekerjaan Dari Bidang BBP2TP Medan. ... 43
III.4 Susunan Organisasi BBP2TP Medan ... 47
III.5 Lokasi dan Wilayah Kerja BBP2TP ... 48
BAB IV PENYAJIAN HASIL DATA PENELITIAN ... 49
IV.1.1 Kepala Balai BBP2TP Medan . ... 50
IV.1.2 Masyarakat. ... 65
BAB V ANALISA DATA ... 74
V.1 Pengurusan Sertifikat Benih ... 74
V.2 Implementasi Prinsip-prinsip Good Governance Dalam Pemberian Pelayanan Sertifikat Benih ... 78
BAB VI PENUTUP ... 95
VI.1Kesimpulan ... 95
VI.2 Saran ... 96
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Prosedur Sertifikat Benih... 44
Gambar 2.
ABSTRAK
IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBERIAN PELAYANAN SERTIFIKAT BENIH DI BBP2TP MEDAN
Nama : Dini Eka Lestari
NIM : 080903049
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Pembimbing : Prof.Dr. Marlon Sihombing
Dalam setiap perumusan kebijakan apakah menyangkut program maupun kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau implementasi. Salah satu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah adalah memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat yang membutuhkan. Sepertihalnya, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi tanaman perkebunan sebagai sebuah instansi pemerintahan di Indonesia, yang berusaha memberikan pelayanan teknik kegiatan pengawasan mutu termasuk kesehatan benih, dan peredaran benih perkebunan dan juga melakukan pemberian pelayanan sertifikasi kepada penangkar yang membutuhkan sertifikat untuk kelayakan benihnya. Dalam pengorganisasian BBP2TP dan juga pemberian pelayanan sertifikat benih hendaknya pihak terkait mampu menerapkan prinsip-prinsip good governance.
Dengan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Implementasi Prinsip-prinsip Good Governance dalam Pemberian Pelayanan Sertifikat Benih di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan“. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Implementasi Prinsip-prinsip Good Governance dalam Pemberian Pelayanan Sertifikat Benih di BBP2TP Medan?”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Prinsip-prinsip Good Governance dalam Pelayanan Publik. Pelayanan Publik terkait pada pengurusan Sertifikat Benih di BBP2TP Medan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggambarkan fakta sebagaimana adanya dan diberikan interpretasi yang secukupnya berdasarkan hasil penelitian, sehingga menjawab permasalahan dan tujuan penelitian yang telah ditentukan. Adapun unit analisi data dalam penelitian ini adalah individu sebagai Kepala balai BBP2TP Medan.
governance dalam meningkatkan pelayanan sertifikat Benih. Prinsip-prinsip good governace merupakan acuan bagi BBP2Tp dalam memberikan pelayanan yang maksimal kepada produsen benih.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Dalam setiap perumusan kebijakan apakah menyangkut program maupun
kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau
implementasi. Betapa pun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi maka tidak
akan banyak berarti. Implementasi kebijakan bukanlah sekedar sangkut paut
dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur
rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, iya menyangkut
masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan
(Grindle dan Wahab, 1990:59). Oleh sebab itu, tidak berlebihan jika dikatakan
implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses
kebijakan. Ini menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara perumusan
kebijakan dengan implementasi kebijakan dalam arti walaupun perumusan
dilakukan dengan sempurna namun apabila proses implementasi tidak bekerja
sesuai persyaratan, maka kebijakan yang semula baik akan menjadi jelek begitu
pula sebaliknya. Dalam kaitan ini, seperti dikemukakan wahab (1990:51),
menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan
jauh lebih penting daripada pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaaan hanya
sekedar impian atau rencana bagus yang tersimpan dalam arsip kalau tidak
mampu diimplementasikan.
Salah satu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah adalah memberikan
yang diberikan oleh pemerintah kepada masyaraka terus mengalami perubahan
baik dari sisi paradigma maupun format pelayanan seiring dengan meningkatnya
permintaan masyarakat dan perkembangan di dalam pemerintahan itu sendiri.
Tetapi, perubahan yang terus dilakukan sampai saat ini belum memuaskan dalam
arti posisi negara, masyarakat dan pemerintah belum menguntungkan pihak
masyarakat, sebagai pihak yang lemah dalam kerangka pelayanan.
Oleh karena itu, diperlukan semacam pembaruan makna, bahwa
pemerintah dibentuk bukan untuk melayani dirinya sendiri tetapi untuk melayani
masyarakat. Sepertihalnya, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi tanaman
perkebunan sebagai sebuah instansi pemerintahan di Indonesia, yang berusaha
memberikan pelayanan teknik kegiatan pengawasan mutu termasuk kesehatan
benih, dan peredaran benih perkebunan dan juga melakukan pemberian pelayanan
sertifikasi kepada penangkar yang membutuhkan sertifikat untuk kelayakan
benihnya.
Pelayanan yang berkualitas akan dapat memahami kebutuhan dan tuntutan
dari pelanggan (penangkar), serta memuaskan para pelanggan sehingga dapat
berdampak positif terhadap keloyalan para pelanggan (penangkar). Faktor
kepuasan pelanggan menjadi faktor utama yang dapat meningkatkan predikat
atau kualitas Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan.
Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman merupakan instansi
pemerintahan yang begerak di bidang jasa, sehingga kinerja badan tersebut diukur
pada aspek non finansial, seperti perilaku karyawan, kemampuan karyawan dan
masalah yang dihadapi penangkar. Selanjutnya melakukan tindakan lanjut dengan
meningkatkan mutu pelayanan kepada penagkar, sehingga tercipta kepuasan
antara kedua belah pihak.
BBP2TP mempunyai peranan penting dalam penerbitan sertifikat bibit.
Oleh karena itu, dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kepada penangkar
diperlukan biaya dan perangkat sarana dan prasarana yang cukup. Sumber dana
yang selama ini dipergunakan berasal dari anggaran pemerintah dan sudah cukup
memadai.
BBP2TP medan merupakan unit pelaksanaan teknis Direktorat Jendral
Perkebunan, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jendral
Perkebunan, pembinaan teknis bidang perbenihan dilaksanakan oleh Direktur
Perbenihan dan Sarana Produksi, dan bidang proteksi dilaksanakan oleh Direktur
Perlindungan Perkebunan. BBP2TP mempunyai tugas melaksanakan pengawasan,
pengembangan dan pengujian mutu benih, dan analisis teknis dan pengembangan
proteksi tanaman perkebunan, serta pemberian bimbingan teknis penerapan sistem
manajemen mutu dan laboratorium. Sejalan dengan meningkatnya pembangunan
perkebunan yang mengakibatkan kebutuhan akan benih juga semakin meningkat
pula. Namun dilihat dari sisi penggunaan Benih bermutu dan bersertifikat belum
berjalan sebagaimana yang diharapkan, hal ini dikarenakan antara lain masih
kurangnya pemahaman,tingginya harga benih, keterampilan dan faktor
sosial-budaya petani dalam penggunaaan benih bermutu. Namun disisi lain suplai/
pasokan benih dari sumber benih yang ada didalam negeri belum mampu
memenuhi kebutuhan yang diperlukan. Hal ini dikarenakan kurangnya produksi
benih yang beredar di masyarakat merupakan benih yang terbaik yang sudah
melalui sertifikasi tanaman sehingga sudah teruji kualitasnya.
Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat mau memanfaatkan produk
barang/jasa suatu lembaga, misalnya : pelayanan yang memuaskan seperti
prosedur untuk memperoleh sertifikat tanaman yang berkualitas yang sangat
sederhana dan cepat serta tidak membutuhkan berbagai jenis persyaratan. Namun,
dalam pelayanan umum yang diberikan BBP2TP masih belum dapat sepenuhnya
dirasakan masyarakat luas.
BBP2TP sebagai pusat pelayanan sertifikat benih diharapkan mampu
memberikan pelayanan sertifikat benih yang memuaskan kepada masyarakat yang
membutuhkan dengan memanfaatkan fasilitasnya. Untuk itu, pengorganisasian
dari BBP2TP sangatlah diperlukan. Dalam pengorganisasian BBP2TP dan juga
pemberian pelayanan sertifikat benih hendaknya pihak terkait mampu menerapkan
prinsip-prinsip good governance.
Good governance yang dimaksud adalah merupakan proses penyelenggaran kekuasaan negara dalam menyediakan public goods and services.
Good governance yang efektif menuntut adanya koordinasi yang baik dan
integritas, professional, serta etos kerja dan moral yang tinggi.
Dalam pemberian pelayanan sertifikat benih kepada penangkar,pihak
BBP2TP hendaknya mampu menerapkan prinsip-prinsip good governance. Hal
ini bertujuan agar tugas dan fungsi BBP2TP sebagai pemberi layanan sertifikat
benih berjalan lancar. Dengan memperaktekan prinsip-prinsip good governance
diharapkan pelayanan sertifikat benih pada BBP2TP kualitasnya akan semakin
meningkat.
Dari berbagai masalah pelayanan sertifikat benih yang ada, penulis ingin
melihat implementasi prinsip-prinsip good governance dalam pemberian
pelayanan sertifikat di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan
Medan.
I.2 Perumusan Masalah
Bedasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis membuat
perumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana implementasi prinsip-prinsip
good governance dalam pemberian pelayanan sertifikat benih di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan.”
I.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui implementasi prinsip-prinsip good governance dalam
pemberian pelayanan sertifikat benih di di Balai Besar Perbenihan dan
Proteksi Tanaman Perkebunan Medan.
2. Untuk mngetahui masalah-masalah yang timbul dalam implementasi
prinsip-prinsip good governance.
I.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini
adalah :
1. Secara Subjektif, sebagai suatu sarana melatih dan mengembangkan
bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian teori dan aplikasinya yang
diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.
2. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik secara umum dan Ilmu
Administrasi Negara secara khusus dalam menambah bahan kajian
perbandingan bagi yang menggunakannya.
3. Secara Praktis, bagi Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman
Perkebunan Medan, penelitian ini diharapkan dapat mampu memberikan
sumbangsih pemikiran, informasi dan saran.
I.5 Kerangka Teori
Menurut Kerlinger (sugiono, 2004:41) teori adalah seperangkat konstruk
(konsep), definisi,dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara
sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna
untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Oleh sebab itu, untuk memudahkan penulis dalam penyusunan penelitian
ini, maka dibutuhkan suatu landasan berpikir yang dijadikan pedoman untuk
menjelaskan masalah yang disorot. Dengan demikian yang menjadi kerangka teori
I.5.1 Implementasi
I.5.1.1 Pengertian Implementasi Kebijakan
Menurut Pressman dan Wildavsky (Tangklisan 2003: 17), implementasi
diartikan sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan sarana-sarana
tindakan dalam mencapai tujuan tersebut, atau kemapuan untuk menghubungkan
dalam hubungan kasual antara yang diinginkan dengan cara untuk mencapainya.
Implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu
program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan.
Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi keputusan
menurut tangklisan (2008:18) adalah :
1. Penafsiran : merupakan kegiatan yang menerjemahkan makna program ke dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan.
2. Organisasi : merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program ke dalam tujuan kebijakan.
3. Penerapan : yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah dan lain-lain.
Dalam setiap perumusan kebijakan apakah menyangkut program maupun
kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau
implementasi. Betapa pun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi maka tidak
akan banyak berarti. Implemntasi kebijakan bukanlah sekedar bersangkut paut
dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur
rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, iya menyangkut
masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan
implementasi kebijakan merupakan aspek penting dari keseluruhan proses
kebijakan. Ini menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara perumusan
kebijakan dengan implementasi kebijakan dalam arti walaupun perumusan
dilakukan dengan sempurna namun apabila proses implementasi tidak bekerja
sesuai persyaratan, maka kebijakan yang semula baik akan menjadi jelek begitu
pula sebaliknya. Dalam kaitan ini, seperti dikemukakan ole wahab (1990:51),
menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan
jauh lebih penting daripada pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaan hanya
sekedar impian atau rencana bagus yang tersimpan dalam arsip kalau tidak
mampu di implementasikan.
Van Master dan Van Horn (Wahab, 1990:51), merumuskan proses
implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut : “tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok
pemerintah/swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan dan digariskan dalam keputusan kebijaksanaan”. Sedangkan dalam
Cheema dan Rondinelli (Wibawa,1994:19), implementasi adalah sebagai berikut :
“Dalam pengertian luas, implementasi maksudnya adalah pelaksanaan dan
melakukan suatu program kebijaksanaan dan dijelaskan bahwa satu proses
interaksi diantara merancang dan menentukan seseorang yang diinginkan”.
Selanjutnya Jones (Hesel Nogi,2002:23) menyebutkan apakah
implementasi program efektif atau tidak, maka standar penilaian yang dapat
1. Organisasi
Maksudnya di sini adalah bahwa organisasi/instansi Balai Besar
Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan yang selanjutnya organisasi
tersebut harus memiliki struktur organisasi, adanya sumber daya manusia sebagai
tenaga pelaksana perlengkapan atau alat-alat kerja serta di dukung dengan
perangkat hukum yang jelas. Struktur organisasi yang kompleks, struktur
ditetapkan sejak semula dengan desain dari berbagai komponen atau subsistem
yang ada tersebut.
Sumber daya manusia yang berkualitas berkaitan dengan kemampuan
pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pegawai dalam hal ini adalah
petugas-petugas yang terlibat dalam pelaksanaan pemberian sertifikat benih. Agar
tugas-tugas dapat dilaksanakan secara efektif maka setiap unsur dituntun memiliki
kemampuan yang memadai dengan bidang tugasnya.
2. Interprestasi
Maksudnya disini adalah agar implementasi dapat dilaksanakan sesuai
dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku, harus dapat dilihat apakah
pelaksanaannya telah sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang. Hal tersebut dapat dilihat dari :
a. Sesuai dengan peraturan, berarti setiap pelaksanaan kebijakan harus sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
b. Sesuai dengan petunjuk pelaksanaan, berarti pelaksanaan dari peraturan
sudah dijabarkan cara pelaksanaannya pada kebijakan yang bersifat
administratif, sehingga memudahkan pelaksana dalam melakukan aktivitas
c. Sesuai dengan petunjuk teknis, berarti kebijaksanaan yang sudah
dirumuskan bentuk petunjuk pelaksana dirancang lagi secara teknis agar
memudahkan dalam operasionalisasi program. Petunjuk teknis ini bersifat
strategis lapangan agar dapat berjalan efisien dan efektif,rasional dan
realistis.
3. Penerapan
Maksud penerapan disini yaitu peraturan kebijakan yang berupa petunjuk
pelaksana dan petunjuk teknis telah berjalan sesuai dengan ketentuan dimana
untuk dapat menilai ini harus pula dilengkapi dengan adanya prosedur kerja yang
jelas, program kerja serta jadwal kegiatan disiplin. Hal ini dapat dilihat dari :
a. Program kerja yang sudah ada memiliki prosedur kerja agar dalam
pelaksanaannya tidak terjadi tumpang tindih, sehingga tidak bertentangan
antara inti kegiatan yang terdapat didalamnya.
b. Program kerja harus sudah terprogram dan terencana dengan baik,
sehingga tujuan program dapat direalisasikan dengan efektif.
c. Jadwal kegiatan disiplin berarti program yang sudah ada harus
dijadwalkan kapan dimulai dan kapan diakhirinya agar mudah dalam
melakukan evaluasi. Dalam hal ini diperlukan adanya tanggal pelaksanaan
dan rampungnya sebuah program yang sudah ditentukan sebelumnya.
Bedasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah
tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Dalam membuat kebijakan
dilaksanakan berjalan baik atau buruk. Dimana pelaksana kebijakan harus
melakukan kegiatan dalam implementasi, dan membuat standar penilaian yang
pada akhirnya implementasi akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan
atau sasaran kebijakan itu sendiri.
I.5.1.2 Proses Implementasi Kebijakan
Implementasi sebuah kebijakan secara konseptual bisa dikatakan sebagai
sebuah proses pengumpulan sumber daya (alam, manusia maupun biaya) dan
diikuti dengan penentuan tindakan-tindakan yang harus diambil untuk mencapai
tujuan kebijakan. Rangkaian tindakan yang diambil tersebut merupakan bentuk
tranformasi rumusan-rumusan yang diputuskan dalam kebijakan menjadi
pola-pola operasional yang pada akhirnya akan menimbulkan perubahan sebagaimana
diamanatkan dalam kebijakan yang telah diambil sebelumnya. Hakikat utama
implementasi adalah pemahaman atas apa yang harus dilakukan setelah sebuah
kebijakan diputuskan.
(http://hyukurniawan.wordpress.com/2010/02/06/konsep-implementasi-kebijakan-publik/)
Untuk dapat mengkaji dengan baik suatu implementasi kebijakan publik
perlu diketahui variabel atau faktor penentunya. Van Meter dan Van Horn dalam
winarno (2007:155) mengemukakan delapan variabel penting yang tercakup
dalam suatu proses implementasi, yaitu :
1. Ukuran-Ukuran Dasar dan Tujuan Kebijakan
Variabel ini didasarkan pada kepentingan utama terhadap faktor-faktor
merupakan tahap penting dalam analisis implementasi kebijakan.
Indikator-indikator kinerja ini menilai sejauh mana ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan
kebijakan telah direalisasikan, yang kemudian dapat digunakan dalam mengurai
tujuan-tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh.
2. Sumber-Sumber Kebijakan
Sumber-sumber kebijakan layak mendapat perhatian karena menunjang
keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber-sumber yang dimaksud mencakup
dana atau perangsang (incentive) lain yang mendorong dan mempelancar
implementasi yang efektif. Dalam beberapa kasus, besar kecilnya dana akan
menjadi faktor yang menetukan keberhasilan implementasi kebijakan.
3. Komunikasi Antar Organisasi dan Kegiatan-Kegiatan Pelaksanaan
Implementasi akan berjalan efektif bila ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan
dipahami oleh individu yang bertanggung jawab dalam kinerja kebijakan. Oleh
karena itu, sangat penting untuk memberi perhatian yang besar pada ketepatan
komunikasi antar pelaksana kebijakan, dan konsistensi atau keseragaman dari
ukuran dasar dan tujuan-tujuan yang dikomunikasikan dengan berbagai sumber
informasi.
4. Karakteristik Badan-Badan Pelaksana
Dalam melihat karakteristik badan-badan pelaksana, pembahasan ini tidak
bisa lepas dari stuktur birokrasi. Struktur birokrasi diartikan sebagai karakteristik,
norma dan pola-pola hubungan dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai
hubungan, baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka miliki dengan
menjalankan kebijakan.
Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, partisipasi publik yang ada
di lingkungan serta lingkungan yang mendukung keberhasilan ataupun menolak
implementasi kebijakan.
6. Kecenderungan Pelaksanaan
Arah kecenderungan pelaksanaan terhadap ukuran-ukuran dasar dan
tujuan-tujuan kebijakan merupakan suatu hal yang sangat penting. Penerimaan
terhadap ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan yang diterima secara
luas oleh pelaksana kebijakan yang diterima secara luas oleh pelaksana kebijakan
akan menjadi pendorong keberhasilan bagi implementasi kebijakan.
7. Kaitan Antara Komponen-Komponen Model
Komponen yang dimaksud disini ukuran-ukuran dasar dan tujuan,
komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaannya, karakteristik
dari badan pelaksana dan kecenderungan para pelaksana yang semuanya saling
berkaitan dalam mengimplementasikan kebijakan.
8. Masalah Kapasitas
Kapasitas merupakan salah satu faktor yang berpengaruh bagi
implementasi kebijakan. Hal ini menyangkut staf yang terlatih dan banyaknya
pekerjaan yang dikerjakan, sumber-sumber keuangan dan hambatan-hambatan
waktu yang bisa menjadikan implementasi kebijakan tidak berjalan dengan baik.
Selain kedelapan variabel penting yang dikemukakan Van Meter dan Van
Horn tersebut, George C. Edwards III juga mengemukakan empat variabel yang
sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan.
1. Komunikasi
Proses penyampaian informasi baik antar pegawai maupun komunikasi
pegawai dengan masyarakat yang dapat dilakukan melalui sosialisasi program.
2. Sumber Daya
Sumber daya yang dimaksud mencakup sumber daya manusia yang
memadai di bidang administrasi, ketersediaan informasi maupun fasilitas-fasilitas
pendukung seperti perangkat teknologi informasi, perlengkapan kantor, serta
sumber dana yang mencukupi untuk pelaksaan program.
3. Disposisi atau Sikap
Disposisi atau sikap disini maksudnya adalah keinginan dan sikap dari
berbagai pihak untuk mendukung suatu kebijakan. Hal ini meliputi
penyempurnaan pelayanan dan adanya komitmen dari seluruh aparat pemerintah
dalam memberikan pelayanan prima serta adanya keinginan kuat dari masyarakat
untuk terus melakukan perbaikan.
4. Struktur organisasi
Yaitu tatanan organisasi yang mengatur pedoman kerja dan penjabaran
wilayah tanggung jawab setiap aparatur pelaksana kebijakan.
Dari uraian diatas penulis ingin menambahkan variabel yang
menetukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan yaitu, isi kebijakan. Isi
kebijakan mencakup kepentingan kelompok sasaran, jenis manfaat yang diterima,
perubahan yang dinginkan, ketepatan program, yang didukung dengan sumber daya yang
memadai. Jadi, variabel yang menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan
yaitu : Komunikasi, Sumber daya, Disposisi atau sikap, Sruktur organisasi dan Isi
I.5.2 Good Governance
Arti good dalam istilah good governance mengandung dua pengertian : pertama, nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat dalam
pencapaian tujuan kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial.
Kedua, aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam
pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Bedasarkan
pengertian tersebut, kepemerintahan yang baik berorientasi pada dua hal yaitu :
1. Orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional
2. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efisien
melakukan upaya pencapaian tujuan nasional.
(Suhady 2005:49)
Dari segi fungsional, aspek governance dapat ditinjau dari apakah pemerintah telah berfungsi secara efektif dan efesien dalam upaya mencapai
tujuan yang telah digariskan, atau justru sebaliknya dimana pemerintah tidak
berfungsi secara efektif dan terjadi efesiensi. Governance menurut defenisi dari
World Bank adalah “the way state power is used in managing economic and social resources for development and society”. Sementara UNDP mendefinisikannya sebagai “the exercise of political, economic, and
administrative authority to manage a nation’s affair at all levels”. Bedasarkan defenisi terakhir, governance mempunyai tiga kaki, yaitu :
1. Economic governance meliputi proses pembuatan keputusan yang memfasilitasi terhadap equity, poverty, dan quality of live.
(Sedarmayanti 2003:4-5)
Oleh karena itu, institusi dari governance meliputi tiga domain, yaitu state
(negara atau pemerintah), private sector (sektor swasta), dan society (masyarakat)
yang saling berinteraksi dan menjalankan fungsinya masing-masing. State
berfungsi menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif, private
sector menciptakan pekerjaan dan pendapatan, sedangkan society berperan positif dalam interaksi sosial, ekonomi, politik, termasuk mengajak kelompok dalam
masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial, dan politik.
Dalam Sistem Administrasi Indonesia, penerapan Good Governance
seperti dalam pengertian yang dikembangkan oleh UNDP. Berdasarkan dokumen
kebijakan UNDP dalam “Tata Pemerintahan Menunjang Pembangunan Manusia
Berkelanjutan”. Januari 1997, yang dikutip Buletin iformasi Proggram Kemitraan
untuk Pembaharuan Tata Pemerintahan di Indonesia (Partnership for governance
Reform in Indonesia), 2000, disebutkan : Tata pemerintahan adalah penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusan-urusan
Negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan mencakup seluruh mekanisme,
proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok masyarakat
mengutarakan kepentingan mereka.
UNDP merekomendasikan beberapa karakteristik Governance, yaitu :
legitimasi politik, kerjasama dengan institusi masyarakat sipil, kebebasan
berasosiasi dan partisipasi, akuntabilitas birokratis dan keuangan (financial),
manajemen sektor publik yang efisien, kebebasan informasi dan ekspresi, system
yudisial yang adail dan dapat dipercaya. Tetapi UNDP kurang menekankan pada
pemahaman bahwa perbedaan bentuk kewenangan politik dapat dikombinasikan
dengan prinsip efisiensi dan akuntabilitas dengan cara-cara yang berbeda. Hal-hal
tersebut juga berkaitan terhadap argumentasi mengenai nila-nilai kebudayaan
yang relatif; system penyelenggaraan pemerintahan yang mungkin bervariasi
mengenai respon terhadap perbedaan kumpulan nilai-nilai ekonomi, politik, dan
hubungan sosial, ata dalam hal-hal seperti : partisipasi, individualitas, serta
perintah dan kewenangan. UNDP menganggap bahwa Good Governance dapat
diukur dan dibangun dari indikator-indikator yang komplek dan masing-masing
menunjukkan tujuannya.
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 merumuskan pengertian
kepemerintahan yang baik yaitu keperintahan yang mengembangkan dan
menerapkan prinsip-prinsip profesionalisme, akuntabilitas, transparansi,
pelayanan prima, demokrasi, efesiensi, efektivitas, supermasi hukum, dan dapat
diterima oleh sluruh masyarakat.
I.5.2.1 Prinsip-Prinsip Good Governance
Berdasarkan pengertian Good Governance oleh Mardiasmo dan Bank
Dunia yang disebutkan diatas dan sejalan dengan tuntutan reformasi yang
berkaitan dengan aparatur Negara termasuk daerah adalah perlunya mewujudkan
administrasi Negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan
pelaksanaan tugas, dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
maka menuntut penggunaan konsep Good Governance sebagai kepemerintahan
yang baik, relevan dan berhubungan satu dengan yang lainnya. Ide dasarnya
institusi yang legal formal dan konstitusional yang menyelenggarakan
pemerintahan dengan fungsi sebagai regulator maupun sebagai Agent of Change.
Good Governance awalnya digunakan dalam dunia usaha (corporate) dan adanya desakan untuk menyusun sebuah konsep dalam menciptakan pengendalian
yang melekat pada korporasi dan manajemen professionalnya, maka ditetapkan
Good Corporate Governance. Sehingga dikenal prinsip-prinsip utama dalam Governance korporat adalah: transparansi, akuntabilitas, fairness, responsibilitas, dan responsivitas. (Nugroho,2004:216)
Transparansi merupakan keterbukaan, yakni adanya sebuah system yang
memungkinkan terselenggaranya komunikasi internal dan eksternal dari
korporasi. Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban secara bertingkat keatas, dari
organisasi manajemen paling bawah hingga dewan direksi, dan dari dewan direksi
kepada dewan komisaris. Akuntabilitas secara luas diberikan oleh dewn komisaris
kepada masyarakat. Sedangkan akuntabilitas secara sempit dapat diartikan secara
financial. Fairness agak sulit diterjemahkan karena menyangkut keadilan dalam konteksmoral. Fairness lebih menyangkut moralitas dari organisasi bisnis dalam
menjalankan hubungan bisnisnya, baik secara internal maupun eksternal.
Responsibilitas adalah pertanggungjawaban korporat secara kebijakan.
Dalam konteks ini, penilaian pertanggungjawaban lebih mengacu kepada etika
korporat, termasuk dalam hal etika professional dan etika manajerial. Sementara
itu komite governansi korporat di Negara-negara maju menjabarkan prinsip
governansi korporat menjadi lima kategori, yaitu: (1) hak pemeganng saham, (2)
governansi korporat, (4) pengungkapan dan transparansi dan (5) tanggungjawab
komisaris dan direksi.
Prinsip-prinsip Good Governance diatas cenderung kepada dunia usaha, sedangkkan bagi suatu organisasi public bahkan dalam skala Negara
prinsip-prinsip tersebut lebih luas menurut UNDP melalui LAN yang dikutip Tingkilisan
(2005:115) menyebutkan bahwa adanya hubungan sinergis konstruktif di antara
Negara, sektor swasta atau privat dan masyarakat yang disusun dalam sembilan
pokok karakteristik Good Governance, yaitu:
1. Partisipasi (Participation)
Setiap warga Negara mempunyai suara dalam formulasi keputusan, baik
secara langsung maupun intermediasi institusi legitimasi yang mewakili
kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi
dan berbicara secara berpartisipasi secara konstruktif
2. Penerapan Hukum (Fairness).
Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu,
terutama ukum untuk hak azasi manusia.
3. Transparansi (Transparency)
Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi secara
langsung dapat diterima oleh mereka yang mambutuhkan. Informasi harus dapat
dipahami dan dapat dimonitor.
4. Responsivitas (Responsiveness)
Lembaga-lembaga dan proses-proses kelembagaan harus mencoba untuk
5. Orientasi (Consensus Oreintation)
Good Governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk
memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik dalam hal
kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur.
6. Keadilan (Equity)
Semua warga Negara, baik laki-laki mapuin permpuan mempunyai
kesempatan untuk meningkatkan ataupun menjaga kesejahteraan mereka dan
terlibat di dalam pemerintahan.
7. Efektivitas (Effectivness)
Proses-proses dan lembaga-lembaga menghasilkan sesuai dengan apa yang
telah digariskan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia sebaik
mungkin.
8. Akuntabilitas (Acoountability)
Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan
masyarakat sipil (civil society) bertanggungjawab kepada publik dan
lembaga-lembaga stakeholders. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat
keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau
eksternal organisasi.
9. Strategi visi (Strategic vision)
Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good governance
dan pengembangan manusia yang luas dan jauh kedepan sejalan dengan apa yang
Prinsip-prinsip diatas merupakan suatu karakteristik yang harus dippenuhi
dalam hal pelaksanaan good governance yang berkaitan dengan kontrol dan
pengendalian, yakni pengendalian suatu pemerintahan yang baik agar cara dan
penggunaan cara sungguh-sugguh mencapai hasil yang dikehendaki stakeholders.
Penerapan Good Governance kepada pemerintah adalah ibarat masyarakat memastikan mandat, wewenanang, hak dan kewajibannya telah dipenuhi dengan
sebaik-baiknya. Disini dapat dilihat bahwa arah kedepan dari Good Governance
adalah membangun the professional government, bukan dalam arti pemerintah
yang dikelola para teknokrat, namun oleh siapa saja yang mempunyai kualifikasi
professional, yaitu mereka yang mempunyai ilmu dan pengetahuan yang mampu
mentransfer ilmu dan pengetahuan menjadi skill dandalam melaksanakannya
berlandaskan etika dan moralitas yang tinggi.
Berkaitan dengan pemerintah yang dikelola siapa saja yang mempunyai
kualifikasi professional mengarajh kepada kinerja SDM yang ada dalam
organisasi publik sehingga dalam peyelenggaraan good governance didasarkan
pada kinerja organisasi publik, yakni responsivitas (Responsiveness),
responsibilitas (Responsibility), dan akuntabilitas (Accountability).
Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan
masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan
program-program pelayanan public sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat. (Tingkilisan, 2005:117)
Berdasarkan pernyataan tingkilisan diatas maka disebutkan bahwa
yang diberikan oleh organisasi publik dengan kebutuhan dan keinginan
masyarakat yang diprogramkan dan dijalankan oleh organisasi publik , maka
kinerja organisasi tersebut akan semakin baik. Responsivitas dimasukkan sebagai
salah satu indikator Good Governance karena responsivitas scara langsung
menggambarkan kemampuan suatu organisai public dalam menjalankan misi dan
tujuannya, terutaa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang
sangat rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dan
kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan kegagagalan organisasi
dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik. Organisasi yang memiliki
tingkat responsivitas yang rendah dengan sendirinya juga akan memiliki kinerja
yang rendah.
Responsibilitas menjelaskan sejauh mana pelaksanaan kegiatan organisasi
public itu dilakukan sesuai dengan yang implicit atau eksplisit. Semakin kegiatan
organisasi public itu dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinspi administrasi dan
peraturan serta kebijaknsanaan organisasi, maka kinerjanya akan dinilai semakin
baik.
Sedangkan akuntabilitas mengacu pada seberapa besar pejabat politik dan
kegiatan organisasi public tunduk pada pejabat polotik yang dipilih oleh rakyat.
Asumsinnya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat,
maka dengan sendirinya akan selalu mempresentasikan kepentingan rakyat.
Dalam konteks ini kinerja organisai public dinilai baik apabila sepenuhnya atau
setidaknya sebagian besar kegiatannya didasarkan pada upaya-upaya untuk
lanjut organisasi atas harapan dan aspirasi pejabat politik, maka kinerja organisasi
tersebut akan semakin baik.
Konsep akuntabilitas public dapat digunakan untuk melihat seberapa besar
kebijakan dan kegiatan organisasi public atau pemerintah seperti pencapaian
target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal juga seperti
nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi public
memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai
dengan nilai dan norma yang berkembang di dalam masyarakat.
I.5.3 Pengertian Pelayanan
Manusia adalah makhluk social, tidak dapat hidup sendiri, melainkan
hidup dalam kelompok masyarakat. Kelompok masyarakat mempercayakan
kepentingannya kepada sekelompok orang yang disebut pemerintah. Kepentingan
manusia lahir dari kebutuhan masing-masing individu manusia. Kebutuhan
bersama ini disebut kebutuhan masyarakat, kebutuhan umum, yang menjadi
kepentingan umum. Menurut Moenir(1995), kepentingan umum adalah suatu
bentuk kepentingan yang menyangkut orang banyak atau masyarakat, tidak
bertentangan dengan norma dan aturan, yang kepentingan tersebut bersumber
pada kebutuhan (hajat) orang banyak/masyarakat.
Masyarakat menyerahkan kepercayaan untuk mengurusi kepentingan
bersamanya kepada pemerintah. Pemerintah menjalankan tugasnya melayani
kepentingan untuk yang dipercayakan kepadanya.
Secara etimologi pelayanan berasal dari bahasa inggris “to serve” yang
sebagai department branch of public work yang berarti pelayanan adalah salah satu bagian dari tugas-tugas pemerintahan di mana dalam hal ini dilaksanakan
oleh aparat pemerintahan. Menurut Albrecht (Sedarmayanti, 2000 : 19), pelayanan
adalah,
“a total organizational approach that makes quality of service as perceived by the customer, the number one driving force for the operation of business”
suatu pendekatan organisasi total yang menjadi kualitas pelayanan yang diterima pengguna jasa, sebagai kekuatan penggerak utama dalam pengoperasian bisnis.
Secara sederhana, menurut Moenir(1995 : 17) pelayanan adalah proses
pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang berlangsung. Proses di
sini mengarah pada kegiatan manajemen dalam rangka pencapaian tujuan
organisasi.
Pelayanan pada masyarakat adalah kegiatan dari orang yang dilakukan
untuk mengamalkan dan mengabdikan diri pada masyarakat. (Westra 1980:273)
Menurut Syahrir (1991:156) ada lima unsur yang menentukan kualitas sebuah
pelayanan yaitu :
1. Pelayanan yang sama dan merata (equilible service)
2. Pelayanan yang diberikan tepat pada waktunya (timely service)
3. Pelayanan yang diberikan untuk memenuhi jumlah barang dan jasa
(ample service)
4. Pelayanan harus merupakan pelayanan yang berkesinambungan
(continiuous service)
5.Pelayanan yang selalu berusaha meningkatkan kualitas dan penampilannya
I.5.3.1 Pelayanan Publik
I.5.3.1.1 Pengertian Pelayanan Publik
Menurut Syarir (sedarmayanti 200), pelayanan publik adalah jenis bidang
usaha yang dikelola oleh pemerintah dan ditujukan untuk melayani kepentingan
masyarakat dan mempunyai fungsi dan tanpa berorientasu aspek keuntungan.
Dapat dikatakan pelayanan umum adalah usaha yang dilakukan
kelompok atau seseorang atau birokrasi untuk memberikan bantuan dan kemudian
kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Sementara Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Publik, Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan dalam rangka
pengaturan, pembinaan, bimbingan, penyediaan fasilitas, jasa dan lainnya yang
dilaksanakan oleh aparatur pemerintah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
kepada masyarakat sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Arti lain dari pelayanan publik adalah pelayanan yang dilakukan oleh birokrasi
lembaga lain yang tidak termasuk badan usaha swasta, yang tidak berorientasi
pada laba atau profit. Pelayanan pada masyarakat (umum) yang selanjutnya
disebut pelayanan umum, lahir untuk kepentingan masyarakat (umum).
Seperti telah disebutkan di awal, kepentingan umum dapat dianggap
sebagai apa yang dipilih banyak orang apabila mereka melihat dengan jelas,
memikirkannya secara rasional dan bertindak dengan tidak hanya memperhatikan
kepentingan sendiri tetapi orang lain juga.
Pelayanan umum yang diselenggarakan pemerintah Indonesia mengikuti
standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Suatu pelayanan umum
yang ditetapkan oleh Menpan, yaitu :(KepMenpan no. 81 tahun 1993 tetang Pedoman
Tata Laksana Palayanan Umum)
1. Kesederhanaan, dalam arti prosedur/tata cara pelayanan umum
diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah
dipahami, dan mudah dialksanakan.
2. kejelasan dan kepastian, dalam arti adanya kejelasan dan kepastian
mengenai :
a. Prosedur/tata cara umum, baik teknis maupun administratif
b. Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan umum
c. Rincian biaya/tariff pelayanan umum dan tata cara pembayarannya
d. Jadwal waktu penyelesaian pelayanan umum
e. Hak dan kewajiban baik pemberi maupun penerima pelayanan umum
berdasarkan bukti-bukti penerimaan permohonan atau kelengkapan
sebagai alat untuk memastikan pemrosesan pelayanan umum.
3. Keamanan, dalam arti proses serta hasil pelayanan umum dapat
memberikan keamanan dan kenyamanan serta dapat memberikan
kepastian hukum.
4. keterbukaan, dalam arti prosedur/tata cara, persyaratan, satuan
kerja/pejabat, biaya tarif, dan hal-hal yang berkaitan dengan proses
pelayanan umum wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah
diketahui dan dipahami oleh masyarakat baik diminta maupun tidak
I.5.3.1.2 Jenis Pelayanan Publik
Menurut Undang-undang No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,
pelayanan publik dikelompokkan dalam beberapa jenis yang didasarkan pada
ciri-ciri dan sifat-sifat kegiatan dalam proses pelayanan serta produk pelayanan yang
dihasilkan. Jenis-jenis pelayanan itu adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan Administratif, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa kegiatan pencatatan, penelitian, pengambilan keputusan,
dokumentasi dan kegiatan tata usaha lainnya yang secara keseluruhan
menghasilkan produk akhir berupa dokumen, misalnya sertifikat, ijin-ijin,
rekomendasi, keterangan tertulis, pembayaran pajak dan lain-lainnya.
Contoh jenis pelayanan ini adalah pelayanan sertifikat tanah, surat
keterangan tanah, pelayanan IMB, pelayanan administrasi kependudukan
(KTPakta kelahiran/ kematian).
2. Pelayanan Barang, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa kegiatan penyediaan dan atau pengolahan bahan
berwujud fisik termasuk distribusi dan penyampaiannya kepada konsumen
langsung sebagai unit atau sebagai individual dalam satu sistem. Secara
keseluruhan kegiatan tersebut menghasilkan produk akhir berwujud benda
(berwujud fisik) atau yang dianggap benda yang memberikan nilai tambah
secara langsung bagi penerimanya. Contoh jenis pelayanan ini adalah
pelayanan listrik, pelayanan air bersih, pelayanan telepon.
3. Pelayanan Jasa, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa penyediaan sarana dan prasarana serta penunjangnya.
pasti, produk akhirnya berupa jasa yang mendatangkan manfaat bagi
penerimanya secara langsung dan habis terpakai dalam jangka waktu
tertentu. Contoh jenis pelayanan ini adalah pelayanan angkutan darat, laut
dan udara, pelayanan kesehatan, pelayanan perbankan, pelayanan pos dan
pelayanan pemadaman kebakaran.
Pelayanan publik sebagaimana disebutkan tadi diberikan kepada
masyarakat manakala memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan itu biasanya
berbentuk dokumen-dokumen, formulir-formulir, biaya. Pelayanan publik di
Indonesia sebagian besar dilakukan melalui mekanisme tatap muka langsung.
Operasionalisasi pelayanan publik pada umumnya dilaksanakan oleh
jajaran birokrasi paling depan yang berhadapan langsung dengan masyarakat.
Jumlah jajaran unit pelayanan ini dipastikan cukup banyak dan tersebar di
berbagai lokasi. Dalam hal ini standarisasi pelayanan menjadi aspek penting agar
pelayanan di satu tempat dengan tempat layanan lainnya tidak terlalu berbeda.
I.5.4 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan Dalam Memberikan Pelayanan Sertifikat Benih
BBP2TP medan merupakan penggabungan dari Balai Proteksi Tanaman
Perkebunan Sumatera Utara (BPTP) dan Balai Pengawasan dan pengujian Mutu
Benih (BP2MB) Sumatera Utara yang dituangkan dalam Peraturan Menteri
Pertanian tanggal 6 Februari 2008 Nomor 9/Permentan/OT.140/2/2008.
BBP2TP berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
Jenderal Perkebunan, pembinaan teknis bidang perbenihan dilaksanakan oleh
Direktur Perbenihan dan Sarana Produksi, dan bidang proteksi dilaksanakan oleh
Menurut Menteri Pertanian Republik Indonesia, BBP2TP mempunyai
tugas yaitu, melaksanakan pengawasan, pengembangan pengujian mutu benih,
dan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan, serta
pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu dan
laboratorium.
Fungsi dari BBP2TP medan adalah sebagai berikut :
pengawasan pelestarian plasma nutfah tingkat nasional;
pelaksanaan pengujian mutu benih perkebunan introduksi, eks impor, dan
yang akan di ekspor, serta rekayasa genetika;
pelaksanaan pengujian adaptasi (observasi) benih perkebunan dalam
rangka pelepasan varietas;
pelaksanaan penilaian pengujian manfaat dan kelayakan benih perkebunan
dalam rangka penarikan varietas;
pelaksanaan pengujian mutu dan sertifikasi benih perkebunan dalam
rangka pemberian sertifikat layak edar;
pelaksanaan pemantauan benih perkebunan yang beredar lintas provinsi;
pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pengujian mutu benih
perkebunan dan uji acuan (referee test);
pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT)
perkebunan;
pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi OPT serta
pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan dampak
anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi;
pengembangan teknik surveillance OPT penting;
pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model peramalan,
taksasi kehilangan hasil, dan teknik pengendalian OPT perkebunan;
pelaksanaan eksplorasi dan inventarisasi musuh alami OPT perkebunan;
pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan, penilaian kualitas, dan
pelepasan agens hayati OPT perkebunan;
pelaksanaan pengawasan dan evaluasi agens hayati OPT perkebunan;
pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan yang
berorientasi pada implementasi pengendalian hama terpadu;
pelaksanaan pengujian dan analisis residu pestisida;
pemberian pelayanan teknik kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman
perkebunan;
pengelolaan data dan informasi kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman
perkebunan. (Peraturan Menteri Pertanian No.9 Tahun 2008)
Pelayanan yang diberikan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman
Perkebunan Medan adalah dalam bentuk memberikan sertifikat benih, yang
artinya adalah memberikan keterangan tentang pemenuhan/telah memenuhi
persyaratan mutu yang diberikan oleh lembaga sertifikasi kepada kelompok benih
ynag disertifikasi atas permintaan produsen benih. Untuk mendapatkan sertifikat
benih para penangkar (produsen benih) harus mengikuti rangkaian kegiatan
penerbitan sertifikat terhadap benih yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi
pengawasan serta memenuhi persyaratan untuk diedarkan. (Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 39 Tahun 2006)
Selama ini masih banyak penolakan produk ekspor perkebunan Indonesia
di pasar Internasional sebagai akibat kurang memenuhi persyaratan Sanitary and
Phytosanitary (SPS). Juga penerapan berbagai standar mutu oleh beberapa negara konsumen. Tujuan diadakannya pelayanan benih untuk mengetahui kesehatan
benih,kualitas benih yang akan diedarkan penangkar apakah dalam kualitas yang
baikdan dapat bersaing dengan benih dari negara lain. Dan juga meminimalisir
masuknya benih import khususnya benih kelapa sawit yang masuk ke Indonesia
tanpa izin dari pemerintah. Banyaknya para penangkar yang menggunakan benih
asalan yang tidak jelas asal usulnya karena mereka belum berorientasi pada mutu
benih tetapi lebih berorientasi kepada komersil. Demikian pula banyaknya benih
yang tidak bersertifikat (palsu) beredara yang penyebarannya telah sampai ke
petani dan bahkan banyak petani yang secara terang-terangan
membudidayakannya dan memperjualkan benih yang tidak bersertifikat (palsu).
I.5.4.1 Prosedur Administrasi
Menurut Moekijat (1982:119), prosedur adalah serangkaian langkah
pekerjaan tulis menulis yang berhubungan biasanya dilakukan oleh lebih dari satu
orang yang membentuk suatu cara tertentu atu keseluruhan tahap yang penting
dari pada kegiatan kantor. Sementara itu prosedur menurut Moenir (hal:105),
adalah rincian diinamikanya mekanisme system.
Prosedur kerja harus ada dalam suatu tugas guna menghindari dari
penyiapan prosedur kerjanya seperti yang dikemukakan Soejadi (1989:13) sebagai
berikut :
a. Menghindari terjadinya pemborosan didalam pendayagunaan factor tenaga
kerja, biaya, material, waktu dan sebagainya.
b. Menghindari kemacetan dan kesimpangsiuran dalam proses pencapaian
tujuan.
c. Menjamin adanya pembagian kerja, pembagian waktu, dan koordinasi
yang setepat-tepatnya.
Administrasi menurut Siagian (1986:3), adalah keseluruhan proses kerja
sama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara itu
dapat dibedakkan dalam dua bagian yaitu administrasi dalam arti sempit adalah
keseluruhan kegiatan atau pekerjaan surat menyurat, seperti tulis menulis,
mengagendakan, juga menguurus dan mengatur, kearsipan, perlengkapan,
kepegawaian, keuangan, dan pembukuan sederhana serta pertanggung jawaban.
Sedangkan dalam arti luas didefenisikan sebagai segenap proses
penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk
mencapai tujuan tertentu. Sistem dan prosedur administrasi merupakan bagian
yang tidak bisa dipisahkan dari suatu organisasi, apalagi organisasi publik yang
menjalankan fungsi sebagai organisasi yang berorientasi kepada pelayanan.
Sistem dan prosedur administrasi menjadi pedoman atau acuan organisasi publik
dalam menjalankan setiap kegiatan yang melibatkan proses dalam pelayanan
publik.( http://www.scribd.com/doc/12854088/ADMINISTRASI pada 26 Februari
Menurut Siagian (1986:3), ada dua hal yang terkandung dalam
administrasi, pertama administrasi sebagai seni maksudnya adalah suatu proses
yang diketahui hanya permulaannya sedangkan akhirnya tidak ada, kedua
administrasi mempunyai unsur-unsur tertentu yaitu adanya dua manusia atau
lebih, adanya tujuan yang hendaka dicapai, addanya tugas yang harus
dilaksanakan, dan adanya perlatan dan perlengkapan untuk melaksanakan tugas
tersebut.
I.5.4.2 Proses Pembuatan Surat Sertifikat Benih
Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami
atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya
lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh
perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah
pengaruhnya.
Defenisi lain dari proses adalah rangkaian perbuatan manusia yang
mengandung maksud tertentu yang memang dikehendaki oleh yang melakukan
perbuatan itu.
Dari pengertian proses di atas dapat dikatakan proses pembuatan Sertifiksi
Benih adalah bagaimana urutan pelaksanaan dalam pelaksanaan awal hingga akhir
pembuatan Sertifikasi Benih. Adapun proses pembuatan Sertifikasi Benih dapat
Gambar 1. Prosedur Sertifikasi Benih
KEPALA BBP2TP MEDAN
KEPALA BIDANG PERBENIHAN
PEMERIKSAAN OLEH BPT
A. Pemerikasaan lapangan meliputi :
Kebenaran dokumen benih/bibit yang akan diperiksa
Kondisi pertumbuhan tanaman
Kelengkapan alat perkebunan dan pengangkutan
B. Pengujian laboratorium standar ISTA
6
1. Label dibuat oleh produsen benih
dengan menggunakan nomor seri dari BBP2TP Medan
2. Label dipasasng oleh Pengawas Benih
Tanaman BBP2TP Medan
1
CUSTOMER
1. Surat Kepemilikan Lahan
2. Surat Kepemilikan Benih Sumber
pohon induk
3. Memiliki dokumen hasil
pengujian laboratorium (khusus komoditi kakao, karet, dan kopi
4. Memiliki TRUP
PENYERAHAN
PENANDA TANGAN
I.6 Defenisi Konsep
Adapun defenisi konsep yang penulis kemukakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Good governance adalah tata pemerintahan yang baik yang digunakan dalam mengelola berbagai sumberdaya sosial dan ekonomiuntuk
pengembangan masyarakat.
2. Prinsip-prinsip good governance, adalah suatu karakteristik atau ukuran pokok dari pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
3. Pelayanan Publik adalah jenis bidang usaha yang dikelola oleh pemerintah
dan ditujukan untuk melayani kepentingan masyarakat dan mempunyai
fungsi dan tanpa berorientasi aspek keuntungan.
4. Proses Pembuatan Sertifikasi Benih bagaimana urutan pelaksanaan dalam
BAB II
METODE PENELITIAN
II.1 Bentuk Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif kualitatif. Menurut Zuriah, penelitian dengan menggunakan metode
deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala,
fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat/mengenai
sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak
perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis.
(Zuriah, 2006 : 47)
Berdasarkan pengertian diatas, maka penelitian ini adalah penelitian yang
diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian
secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi serta menganalisis
kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.
II.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman
Perkebunan Medan.
II.3 Informan Penelitian
Sesuai dengan penjelasan diatas, bentuk penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Hendrarso (dalam Usman 2009:56), menjelaskan bahwa penelitian
yang dilakukan sehingga subjek penelitian yang tercermin dalam fokus penelitian
ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan
yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses
penelitian.
Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan
atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoh informasi yang jelas,
akurat dan terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan, atau data-data yang
dapat membantu dalam memahami persoalan atau permasalahan tersebut.
(suyanto 2005:171)
Menurut Bagong Suyanto (2005:17) informan penelitian meliputi
beberapa macam, yaitu :
1) Informan Kunci, merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai
informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian,
2) Informan Utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi
sosial yang diteliti, dan
3) Informan Tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi
walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan informan kunci dan informan
utama yaitu sebagai berikut :
1. Informan Kunci adalah Kepala BBP2TP Medan.
2. Sedangkan informan utama adalah Kepala Bidang Perbenihan BBP2TP
3. Yang menjadi informan tambahan adalah beberapa jumlah masyarakat
yang sedang atau pernah melakukan pembuatan sertifikat benih di Kantor
II.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Teknik pengumpulan data primer
Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang
dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data
primer dilakukan dengan instrumen wawancara (Interview) yaitu,
teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada
orang yang berhubungan dengan objek penelitian.
2. Teknik pengumpulan data sekunder
Teknik pengumpulan data skunder adalah teknik pengumpulan data
yang dilakukan melalui studi bahan-bahan kepustakaan yang perlu
untuk mendukung data primer. Pengumpulan data skunder dapat
dilakukan dengan instrumen sebagai berikut :
a.Studi Kepustakaan (Library research)
Yaitu, pengumpulan data yang dilakukan dari buku-buku, karya
ilmiah, pendapat ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang
diteliti.
b.Studi dokumentasi (Documentary)
Yaitu, pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan
catatan-catatan tertulis yang ada di lokasi penelitian serta
sumber-sumber lain yang menyangkut masalah diteliti dengan instansi yang
II.5 Teknik Analisis Data
Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik kualitatif. Menguraikan
serta menginterprestasikan data yang diperoleh dari lapangan yang di dapat dari
para informan. Penganalisaan ini diperoleh berdasarkan kemampuan nalar peneliti
dalam menghubung-hubungkan fakta, data dan informasi lalu dianalisis.
Sehingga dari analisis tersebut diharapkan muncul gambaran yang jelas
tentang objek yang diteliti dan dapat mengungkapkan permasalahan penelitian.
Data-data yang terkumpul tersebut akan disajikan melalui analisa data tunggal.
Sedangkan tujuan dari analisis data kualitatif menurut Bungin(2007:153)
adalah :
1. Menganalisa proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan
memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut.
2. Menganalisa makna yang ada dibalik informasi, data dan proses suatu
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
III.1 Gambaran Umum BBP2TP Medan
BBP2TP Medan merupakan dari Balai Proteksi Tanaman Perkebunan
Sumatera Utara (BPTP) dan Balai Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih
(BP2MB) Sumatera Utara yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pertanian
tanggal 6 Februari 2008 Nomor 9/Permentan/OT.140/2/2008.
Secara kelembagaan BBP2TP Medan, memiliki Laboratorium Benih,
Laboratorium Lapangan (LL), Laboratorium Analisa Pestisida (LAP),
Laboratorium Pengendalian Hama Vertebrata (LPHV), Sub Lab Hayati (SLH)
yang berada di Medan, 36 Unit Pembinaan Perlindungan Tanaman (UPPT) yang
tersebar di kabupaten-kabupaten di Sumatera Utara. Selain itu BBP2TP Medan
juga di dukung oleh adanya perangkat perbenihan dan proteksi yang ada di
wilayah regional BBP2TP yang mendukung kegiatan BBP2TP Medan yaitu : (i)
Instalasi Pengawasan dan Pengembangan Mutu Benih (IP2MB) di Provinsi Jambi
dan Kalimantan Selatan; (ii) UPTD perbenihan perkebunan di Sumatera dan
Kalimantan; Satgas Perbenihan di Provinsi Bangka Belitung dan Kepulauan Riau;
(iv) UPTD/UPPT/Satgas Proteksi Perkebunan di wilayah Sumatera.
Sumber Daya Manusia BBP2TP Medan seluruhnya berjumlah 341 orang
yaitu : 125 orang berada di BBP2TP Medan, 116 orang di Kantor UUPT
Kabupaten yang ada di wilayah Sumatera Utara, 25 orang di Dinas Perkebunan
Propinsi Sumatera Utara, 4 orang di Dinas Perkebunan Kabupaten Simalungun
Sumatera Utara, dan 71 orang lainnya adalah petugas yang belum dimutasi dan
masih diperbantukan di dinas-dinas perkebunan provinsi yang berada di wilayah