• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA

METODOLOGI PENELITIAN

1.5 Kerangka Teori

1.5.3 Implementasi Strategi

Implementasi strategi adalah rangkaian aktivitas dan pekerjaan yang dibutuhkan untuk mengeksekusi perencanaan strategi. Artinya apa yang kita rumuskan pada strategi dan kebijakan kita terapkan dalam berbegai program kerja, anggaran, dan prosedur-prosedur.

Rumusan strategi yang baik, tidak ada artinya bila tidak diterapkan dalam implementasi. Begitu pula implementasi tidak akan berkontribusi baik pada perusahaan jika rumusan strateginya tidak baik. Keberadaan manajemen strategi tidak untuk mendikte tujuan, sebaliknya tujuan dan sasaran harus dipengaruhi oleh peluang yang tersedia. Ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam usaha pencapaian tujuan dalam manajemen strategi, yaitu :

a. Efektif dan efesiensi Manajemen strategi disebut efektif jika hasil yang dicapai seperti yang di inginkan. Karena kebanyakan situasi yang memerlukan analisa strategi tidak statis melainkan interaktif dan dinamis, maka hubungan antara penyebab dan hasilnya tidak tetap atau pasti. Sebaliknya taktik adalah tindakan nyata yang diambil oleh pelaku dan sepenuhnya berada dalam pengawasannya.

b. Keputusan manajemen strategi tidak berarti apa-apa tanpa implementasi. Strategi tergantung pada kemungkinan dan taktik yang potensial. Keputusan strategi harus dapat mencapai tujuannya.

c. Pertumbuhan dan Struktur Organisasi. Tahap implementasi strategi memerlukan pertimbangan dalam penyusunan struktur organisasi, karena keselarasan struktur dengan strategi merupakan satu hal yang penting untuk tercapainya implementasi strategi. Pertumbuhan organisasi terjadi kala skala organisasi berkembang. Pertumbuhan yang terjadi bisa vertical dan bisa juga horizontal. Pertumbuhan organisasi menghasilkan berbagai bentuk struktur organisasi seperti stuktur fungsional, divisional geografis, organisasi unit bisnis, organisasi matrik dan struktur organisasi horizontal. d. Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Budaya organisasi sesungguhnya

tumbuh karena diciptakan dan dikembangkan oleh individu-individu yang bekerja dalam suatu organisasi, yang diterima sebagai nilai-nilai yang harus dipertahankan dan diturunkan kepada setiap anggota baru. Nilai-nilai tersebut digunakan sebagai pedoman bagi setiap anggota selama mereka berada dalam lingkungan organisasi tersebut, dan dapat dianggap sebagai ciri khas yang membedakan sebuah organisasi dengan organisasi lainnya yang ada dan sejenis maupun tidak sejenis.

Untuk memulai proses implementasi para perencana strategi perlu memahami dengan jelas mengenai ketiga hal berikut :

a. Implementor (Pelaksana Strategi)

Tentang siapa yang akan mengimplementasikan strategi yang sudah dirumuskan biasanya tergantung skala organisasi dan bagaimana struktur yang ada. Namun, secara umum implementasi sebagian besar dilakukan oleh para manajer dan supervisor. Dulu saat pengetahuan tidak semudah sekarang pemerolehannya, seakan-akan manajemen puncaklah yang paling tahu urusan strategi. Kini, walaupun mungkin dari segi banyaknya waktu, keterlibatan para manajer menengah tidak sebanyak manajemen puncak, keterlibatan mereka dalam perumusan strategi bisa cukup signifikan memang para manajer dan supervisor inilah yang menerjemahkan apa yang sudah ada pada rumusan strategi (yang dibuat oleh para perencana strategis: para manajemen puncak, dan manajer umum), untuk diimplementasikan dilapangan. Meskipun demikian, sebaiknya, ini bukan berarti komitmen dari manajemen puncak tidak diperlukan. Pada sebagian mengenai pentingnya eksekusi dibawah, kita akan membahas lebih jauh mengenai perlunya dukungan puncak bila eksekusi strategi ingin berhasil.

b. Hal-hal yang Diperlukan dalam Implementasi Strategi

Untuk mengimplementasikan strategi, perusahaan memerlukan rumusan program, anggaran yang akan membiayai pelaksanaan program, dan prosedur untuk memastikan program berjalam seperti yang diharapkan.

1) Program

Pertama program harus terkait dengan rumusan strategi yang sudah dibuat. Kemudian sedapat mungkin bersifat action-oriented. Karena itu, didalam dokumen program kerja dianjurkan menuliskan item programnya dengan kata kerja. Rumusan strategi pengimplementasiannya dengan “mengunjungi”. Karena “mengunjungi” merupakan rencan tindak (action-plan) bagi si manajer. Dalam formulir rencana kerja rumusannya menggunakan rencana kerja serta indikator pencapaian dari rencana tindak atau outcome yang ingin dicapai dinyatakan dalam bentuk kuantitatif serta menyatakan hasil yang diharapkan. Dalam banyak format juga menyertakan anggaran yang diperlukan serta pihak yang bertanggung jawab atas pencapaian program. Dengan seperti ini pihak yang menyelenggarakan bisa mengukur sendiri pencapaiannya dan hal ini juga dapat memudahkan para atasan menajer memantau proses pencapaian rencana aksinya.

2) Anggaran

Anggaran adalah sebuah program dalam bentuk uang dan sering kali disebut juga sebagai darahnya program. Strategi tidak berjalan dengan baik karena anggaran yang ditetapakn tidak dapat direalisasikan. Biasanya terjadi karena: pertama, dalam menyusun program, manajer tidak realistis dengan situasi perusahaannya. Kedua, karena perencanaan arus kas perusahaan meleset dari dugaan sebelumnya sehingga program kerja tertentu yang memerlukan pendanaan juga harus digeser pelaksanaannya.

Untuk membuat strategi bisnis efektif, maka ia harus ditopang oleh penganggaran yang baik pula. Karena, strategi adalah keputusan strategi perusahaan tentang bagaimana cara kita mencapai apa yang menjadi sasaran. Dari sisi penganggaran, bagaimana keakuratan serta kecepatan memprediksi menjadi penting dlam hal ini. Manfaat dari pengintegrasian antara lain:

a) Dengan pengintegrasian, visi, target, serta pengeksekusian strategi terjadi secara menyeluruh, tidak terpisah-pisah

b) Respon yang lebih cepat terhadap situsi pasar dan bisnis, dan lebih akurat dalam membuat perkiraan, termasuk proyeksi pemasukan.

c) Sasaran ukuran atas kinerja menjadi lebih jelas.

d) Dalam melakukan analisis, karena didukung oleh data yang falid dan akurat, analisisnya juga menjadi lebih akurat.

e) Memberikan wawasan bagi setiap level dan bagian yang melaksanakan implementasi strategi, terutama untuk hal-hal yang terkait dengan faktor-faktor yang berkontribusi atas biaya dan pendapatan.

f) Tingkat sukses yang tinggi dalam pemenuhan sasaran strategic karana secara tepat waktu memonitor kinerja, mengambil tindakan, dan mempersiapkan masa depan.

Jika perusahaan memanfaatkan yang seperti diatas, secara manual sudahtidak sesuai lagi atau kurang memadai. Maka perusahaan harus didukung oleh perangkat teknologi serta sistem yang lebih canggih. Dengan ini, memungkinkan perencanaan dan anggaran setiap level, dari yang atas hingga ke

bawah bisa saling dipahami oleh setiap departemen, serta bisa saling beradaptasi dan berkoordinasi atas anggaran rencana dan anggaran yang dibuat.

3) Prosedur

Dalam banyak kasus, pembuatan prosedur ini tidaklah selalu dibuat setelah progam kerja dan anggaran diselesaikan, karena prosedur sebelumnya bisa saja sudah ada. Prosedur ini adalah urutan-urutan aktivitas yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan sebuah bagian pekerjaan dalam program. Dengan adanya prosedur, maka kita dapat menjamin sebuah pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, dan hasilnya sesuai dengan harapan.

Pembuatan prosedur ini membutuhkan pemahaman yang baik atas proses kerja atau bisnis satu aktifitas atau kelompok aktivitas. Dengan inilah organisasi lebih menyukai mereka yang berpengalaman dalam satu bidang karena umumnya lebih bisa menggambarkan dengan baik bagaimana urutan-urutan pekerjaan yang harus dilakukan.

Kendala yang sering terjadi dalam penerapan prosedur adalah prosedur hanya muncul diatas kertas saja tanpa komitmen menjalankannya dengan baik. Untuk ini manajemen harus menjalankan proses audit yang mencoba melihat sejauh mana karyawan di satu bagian menjalankan prosedur yang sudah ada. Audit ini penting bukan saja untuk memastikan apa yang suadah dituliskan dalam prosedur dilaksanakan, tapi juga bisa menjadi bagian dari evaluasi, apakah sebuah prosedur sudah optimum mengarahkan pekrjaan tertentu.

a. Cara Pengimplementasian Strategi

Agar semua pekerjaan dalam implementasi dapat berjalan mulus, perusahaan perlu mengorganisasi semuanya dengan tepat. Menurut Ansoff (dalam Crown, 2004 : 45), bentuk perusahaan seharusnya ditentukan dengan hakikat strategi yang dirumuskan. Jadi kalau perusahaan memilih strategi difersifikasi, atau integrasi, maka struktur organisasi juga harus turut menyesuaikan. Pembahasan bentuk organisasi terkait dengan pengimplementasian strategi, kerap juga dihubungkan dengan kemampuan organisasi untuk merespon berbagai perubahan lingkunagan. Ansoff (dalam Crown, 2004 : 45), mengusulkan bahwa kemampuan merespons penting untuk kesuksesan sebuah strategi. Menurutnya ada empet tipe utama dari respon yang dapat melayani berbagai tujuan yang berbeda dari organisasi, yaitu :

1) Operational Responsiveness, disini fokus organisasi adalah bagai mana meminimalkan biaya operasi dalam perusahaan.

2) Competitive Responsiveness, yang mengoptimalkan kemampulabaan perusahaan.

3) Innovative Responsiveness, yang mengembangkan potensi untuk dapat memperoleh laba dalam jangka pendek.

4) Increpreneurie Responsiveness, yang mengembangkan potensi kemampu labaan dalam jangka panjang.

Untuk Operational Responsiveness dan Competitive Responsiveness, struktur organisasi yang diciptakan terkait dengan spesialisasi pekerjaan, pembagian kerja, skala ekonomis, serta keputusan untuk untuk melakukan

santdardisasi. Sedangkan untuk Innovative Responsiveness, perusahaan dapat mengoptimalakn pengembangan produ baru dan strategi pemasaran dari unit-unit bisnisnya.

1.5.4 Pengawasan

Berbicara masalah organisasi erat kaitannya dengan salah satu fungsi manajemen yaitu pengawasan. Pengawasan merupakan salah satu fungsi yang turut menentukan tercapai tidaknya tujuan suatu perusahaan. Pengawasan merupakan aktivitas kerja untuk menilai apakah kegiatan yang dilakukan telah berjalan sesuai rencana atau tidak, sehingga segala penyimpangan yang akan terjadi dapat dihindari sedini mungkin, dengan cara mengamati setiap kegiatan baik yang telah selesai maupun yang sedang atau akan dilaksanakan.

Menurut Sujanto (2004:17) pengawasan merupakan segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai, kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan, yaitu pertama menggambarkan wujud dari kegiatan pengawasan dan kedua menggambarkan tujuan yang hendak dicapai dari pengawasan. Menurut Marnis (2008:329) pengawasan adalah proses pemonitoran organisasional untuk mengetahui apakah kinerja aktual sesuai dengan standar dan tujuan organisasi yang diharapkan. Sukanto (2002:63) menyatakan bahwa pengawasan merupakan usaha memberikan petunjuk pada para pelaksana agar selaku bertindak sesuai rencana. Menurut Sukarna (2011:201) menyatakan bahwa pengawasan mempunyai arti membimbing, menertibkan, mengatur, dan menguji kebenaran. Pengawasan merupakan tindakan-tindakan perbaikan dalam

pelaksanaan kerja agar supaya segala kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, petunjuk-petunjuk dan instuksi-instruksi sehingga tujuan yang telah ditentukan tercapai.

Di dalam pengawasan membutuhkan suatu usaha bimbingan, membina, dan mengawasi gerakan pegawai dan unit kerja untuk bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan agar berpedoman kepada petunjuk baku dan pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Pengawasan meliputi kegiatan penilaian atas hasil kerja yang telah dilakukan. Bila terdapat kesalahan pada suatu tindakan yang menyimpang dari standar yang telah ditetapkan maka diperlukan tindakan korelatif sesuai dengan langkah, prosedur dan ukuran yang telah ditentukan.

Siagian dalam buku Filsafat Administrasi (1997:45) mengatakan bahwa pengawasan adalah proses pengawasan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, pengawasan terdiri atas tindakan meneliti apakah segala sesuatu tercipta atau berjalan dengan perencanaan yang telah ditetapkan berdasarkan instruksi yang telah dikeluarkan dan prinsip-prinsip yang diterapkan. Menurut Winardi (2000:161), terdapat faktor-faktor yang mengharuskan adanya pengawasan:

a. Sasaran-sasaran individual dan organisatoris biasanya berbeda (maka dengan demikian perlu adanya pengawasan untuk memastikan bahwa anggota-anggota bekerja kearah sasaran-sasaran organisatoris.

b. Pengawasan harus memang diperlukan karena terdapat adanya satu keterlambatan antara waktu dan sasaran saat direalisasikan.

Menurut Irawan (2000:252), berdasarkan sifatnya pengawasan dibedakan atas: a. Pengawasan preventif: pengawasan yang dilakukan sebelum bertindak

kegiatan dilakukan.

b. Pengawasan reprensi yaitu pengawasan yang dilakukan setelah tindakan kegiatan dilakukan

c. Kegiatan tindakan yang dapat membandingkan apa yang telah terjadi dan apa yang seharusnya terjadi.

Beberapa asas-asas yang pengawasan menurut Koontz dan O’donell dalam Hasibuan (2005:243), yaitu:

1. Pengawasan harus ditujukan kearah tercapainya tujuan (principle of assurance of objective) yaitu dengan mengandalkan perbaikan untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan dari rencana.

2. Pengawasan itu efisien (principle of eficiency of control), jika dapat menghindari penyimpangan dari rencana, sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain di luar dugaan.

3. Pengawasan hanya dapat dilakukan jika pimpinan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana (principle of responsibility)

4. Ditujukan kearah pencegahan penyimpangan baik yang akan terjadi maupun yang telah terjadi (principle of future control) yang baik pada waktu sekarang maupun dimasa yang akan datang.

5. Teknik kontrol yang paling baik (principle of direct control) adalah mengusahakan adanya pimpinan bawahan yang berkualitas baik.

6. Pengawasan harus dilaksanakan dengan baik (principle of reflection plans) sehingga dapat mencerminkan karakter dan susunan rencana.

7. Pengawasan harus dilakukan sesuai dengan struktur organisasi (principle of organization suitability)

8. Pengawasan harus sesuai dengan kebutuhan pimpinan (principle of individual of control)

9. Pengawasan yang efektif dan efisien (principle of standar), memerlukan standar yang tepat yang akan digunakan sebagai tolak ukur pelaksanaan dan tujuan yang akan dicapai.

10.Pengawasan yang efektif dan efisien memerlukan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor-faktor yang strategis dalam organisasi (principle of strategic point control)

11.Efisien dalam pengawasan membutuhkan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor kekecualian (the exception principle). Kekecualian ini dapat terjadi dalam keadaan tertentu ketika situasi berubah atau tidak sama.

12.Pengawasan harus luwes (principle of flexibility of control) agar mengindari kegagalan pelaksanaan rencana

13.Sistem pengawasan harus ditinjau berulang kali agar sistem yang digunakan berguna atau mencapai tujuan.

14.Pengawasan dapat dilakukan (principle of action), apabila ada ukuran untuk mengkoreksi penyimpangan-penyimpangan dari perencanaan, pengorganisasian, dan pengarahan.

Dengan demikian bahwa asas-asas pengawasan diatas secara langsung akan sangat menghindarkan organisasi dari kesalahan yang besar yang dapat mengancam keberlangsungan hidup organisasi itu sendiri dan juga untuk meningkatkan keefektifan kinerja organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Asas-asas ini menunjukkan bahwasanya pengawasan bukanlah hal yang dapat melakukan apa saja, melainkan sebuah aktivitas yang sangat mempengaruhi keoptimalan kinerja sebuah organisasi. Langkah-langkah dalam pengawasan menurut Herujito (2004:96) adalah:

a. Menetapkan standar pelaksanaan dan metode, yaitu bisa berupa standar waktu, fisik atau kualitas / standar keuangan.

b. Menetapkan prestasi kerja, yaitu dapat dilakukan melalui observasi, pengujian atau laporan tertulis.

c. Membandingkan standar dengan hasil atau pelaksanaan kegiatan yaitu menganalisis apakah prestasi kerja memenuhi syarat.

d. Mengambil tindakan koreksi.

Sukanto (2002:65) pengawasan yang efektif dapat dilakukan dengan 3 cara, yakni:

a. Adanya ukuran dan standar

b. Penilaian pekerjaan yang dilakukan atau melakukan tindakan penilaian c. Perbaikan penyimpangan atau melakukan tindakan perbaikan.

Syafri (2004:15), bahwa langkah-langkah proses pengawasan yang baik meliputi: a. Expectation yaitu merumuskan apa yang diinginkan dari pelaksanaan

tugas

b. Allocation yaitu mengalokasikan sumber-sumber yang ada untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

c. Monitoring performance yaitu mencatat dan memonitoring hasil kegiatan. d. Correction action yaitu melakukan tindakan koreksi jika hasil kegiatan

berbeda dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Silalahi (2003:176) menyatakan bahwa dalam pengawasan diperlukan langkah:

a. Menentukan objek yang diawasi.

b. Menentukan standar sebagai alat ukur pengawasan atau menggambarkan kondisi pengawasan yang dikehendaki.

c. Menentukan prosedur, waktu, dan teknik yang ingin digunakan d. Mengukur hasil kerja yang ingin dilaksanakan

e. Membandingkan antara hasil kerja dengan standar untuk mengetahui apa ada perbedaan

f. Melakukan tindakan-tindakan perbaikan terhadap suattu penyimpangan yang berarti.

Prinsip-prinsip dalam melaksanakan pengawasan menurut Darwis (2000:31) berpatokan pada prinsip dari controlling yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Titik kontrol strategis, kontrol terbaik hanya bisa diperlukan apabila titik kritis di definir dan diperhatikan khusus diarahkan pada penyesuaian titik tersebut.

2. Umpan balik, yakni proses penerapan informasi yang lalu terhadap kegiatan yang akan datang.

3. Kontrol fleksibel, setiap kontrol harus peka terhadap perubahan kondisi. 4. Kesesuaian organisasi, yaitu agar kontrol perpola untuk keperluan

organisasi

5. Kontrol diri, disini dimaksudkan bahwa tiap unit dapat mengontrol unit itu sendiri, karena masing-masing unit mempunyai tujuan sendiri.

6. Kontrol langsung maksudnya setiap sistem kontrol harus di desain sedemikian rupa untuk memelihara kontak langsung antara pengontrol dengan yang dikontrol

7. Fakta manusia, maksudnya adalah setiap pelaksana pengontrolan akan menyangkut orang, sedangkan orang mempunyai faktor psikologis yang kadang-kadang menyebabkan gagalnya sistem sehingga dalam hal ini, kontrol dapat erat kaitannya dengan fungsi komunikasi.

Adapun pelaksanaan pengawasan yang efektif menurut Handoko (2003:373) yaitu:

1. Akurat, informasi pelaksanaan kegiatan harus akurat, data yang tidak akurat dari sistem pengawasan dapat menyebabkan organisasi mengambil tindakan koreksi yang keliru atau bahkan menciptakan masalah yang sebenarnya tidak ada.

2. Tepat waktu, informasi harus dikumpulkan, disampaikan, dan dievaluasi secukupnya bila kegiatan perbaikan harus dilakukan segera.

3. Objektif dan menyeluruh, informasi harus mudah dipahami dan bersifat objektif serta lengkap.

4. Terpusat pada titik-titik pengawasan strategi. Sistem pengawasan harus memusatkan perhatian pada bidang-bidang dimana penyimpangan-penyimpangan dari standar paling sering terjadi atau yang mengakibatkan kerusakan paling fatal.

5. Realistis secara ekonomis yaitu biaya pelaksanaan sistem pengawasan hasil lebih rendah atau paling tidak sama dengan kegunaan yang diperoleh dari sistem tersebut.

6. Realistis secara organisasional yaitu sistem pengawasan harus cocok atau harmonis dengan kenyataan-kenyataan yang terjadi.

7. Terkoordinasi dengan aliran kerja nasional, yaitu informasi pengawasan harus terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi. Karena setiap tahap dari proses pekerjaan dapat mempengaruhi sukses atau kegagalan keseluruhan operasi dan informasi pengawasan harus sampai pada seluruh personalia yang memerlukannya.

8. Fleksibel yaitu sistem pengawasan harus fleksibel untuk memberikan tanggapan atau reaksi terhadap ancaman atau kesempatannya dari luar. 9. Bersifat sebagai petunjuk operasional, sistem pengawasan efektif apa yang

seharusnya diambil.

Untuk dapat melaksanakan pengawasan maka harus dilalui beberapa tahap atau langkah dari pengawasan tersebut. Menurut Manullang (2006:183) mengatakan ada beberapa proses pengawasan:

1. Menetapkan alat ukur

a. Standar dalam bentuk fisik 1) Kualitas

2) Kuantitas 3) Waktu

b. Standar dalam bentuk uang 1) Standar biaya

2) Standar penghasilan 3) Standar investasi 2. Mengadakan penilaian (evaluate)

a. Dari laporan tertulis bawahan baik laporan atau laporan istimewa b. Mengunjungi bawahan untuk menanyakan hasil pekerjaan untuk

memberikan laporan.

3. Mengadakan tindakan perbaikan (correction action)

Tindakan ini dilakukan bila fase sebelumnya dapat dipastikan terjadinya penyimpangan. Dengan tindakan perbaikan diartikan sebagai tindakan yang diambil untuk menyesuaikan hasil pekerjaan yang sebelumnya menyimpang agar sesuai dengan standar atau rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk dapat melaksanakan tindakan perbaikan maka:

a. Harus diketahui terlebih dahulu yang menyebabkan terjadinya penyimpangan itu.

b. Bila sudah dapat ditetapkan dengan sebab-akibat terjadinya penyimpangan baru diambil tindakan perbaikan.

Menurut Manullang (2006:85) bahwa bentuk-bentuk pengawasan meliputi, pengawasan berdasarkan subjeknya dapt dibagi menjadi empat macam pengawasan yaitu:

a. Pengawasan Fungsional, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas secara fungsional baik internal pemerintah maupun eksternal pemerintah yang dilaksanakan terhadap pelaksanaan tugas umum pemerintah dan pembangunan agar sesuai dengan pembangunan agar sesuai dengan rencana dan peraturan yang berlaku. Pengawasan fungsional ini dilakukan oleh badan pengawaan seperti BPK, Insepktorat Jendral, BPKP, Badan Pengawasan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota.

b. Pengawasan Masyarakat, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat yang disampaikan melalui lisan maupun tulisan kepada aparatur pemerintah yang berkepentingan, berupa sumbangan pemikiran, saran, gagasan, ataupun keluhan/pengaduan yang bersifat membangun yang disampaikan baik secara langsung maupun media.

c. Pengawasan Legislatif, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh lembaga perwakilan rakyat terhadap kebijaksanaan dan pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan.

d. Pengawasan Melekat, yaitu pengawasan serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai pengendalian terus-menerus, dilakukan oleh atasan langsung terhadap bawahan secara preventif maupun represif agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan secara efektif dan efisien aktivitas membandingkan apa yang sedang atau sudah dikerjakan dengan apa yang direncanakan sebelumnya. Karena perlu kriteria, norma, standar, dan ukuran.

Kemudian Strauss (2000:23) menyatakan bahwa pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian dan sekaligus bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang sedang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud tercapainya tujuan yang sudah digariskan. Sukamdiyo (2000:44) menyatakan bahwa pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menentapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan menilainya, mengoreksinya dengan maksud agar pelaksanaan pekerjaan itu sendiri sesuai dengan rencana semula. Pengawasan adalah suatu usaha untuk mengetahui kondisi dan kegiatan yang sedang dilakukan, apakah kegaiatan tersebut telah mencapai sasaran atau belum, apabila terjadi penyimpangan dimana terjadinya penyimpangan itu sendiri dan bagaimana tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasi penyimpangan tersebut. Penyimpangan-penyimpangan setiap saat terjadi di setiap instansi baik di instansi pemerintahan maupun swasta.

Dokumen terkait