• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA

D. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi yang dimiliki oleh para pelaksana kebijakan (implementor) turut mempengaruhi kemudahan dalam proses implementasi kebijakan. Apabila pelaksana kebijakan memiliki struktur birokrasi yang panjang dan rumit maka akan mempersulit implementasi kebijakan. Sebaliknya, jika implementor memiliki struktur birokrasi yang pendek dan jelas, maka akan lebih mengefektifkan proses implementasi kebijakan. Struktur birokrasi menunjukkan kejelasan dalam standar prosedur pelaksanaan (Standard Operating Procedures) yang digunakan pada saat proses implementasi berlangsung.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak memiliki struktur organisasi dengan yang cukup panjang yang terdiri dari 9 (sembilan) bagian utama yaitu sekretaris, bidang perencanaan dan pengendalian hutan & lahan, bidang usaha kehutanan, bidang perlindungan hutan & lahan, bidang bina usaha perkebunan, bidang bina produksi perkebunan, bidang pembinaan dan pengawasan usaha perkebunan, tim teknis, dan kelompok jabatan fungsional. Di dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai penyelenggara pengawasan hutan Kabupaten Siak, Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Kabupaten Siak berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakar dengan menjalankan berbagai strategi guna meningkatkan pengawasan hutan.

Struktur organisasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak yang relatif cukup panjang namun tetap turut mendukung proses implementasi strategi yang dilaksanakan oleh para pelaksana (implementor), karena sejauh ini tidak ada kendala yang sangat berarti ketika mengimplementasikan strategi-strategi serta cukup mudah dikoordinir dan diawasi baik oleh Kepala Dinas maupun oleh Kepala Bidang dan Kepala Bagian. Namun yang menjadi masalah dalam pembahasan mengenai struktur birokrasi dalam penelitian ini adalah kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak terhadap SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) terkait yang bekerja sebagai anggota tim teknis dimana terbagi di beberapa kecamatan di Kabupaten Siak yang jaraknya juga sangat memakan waktu yang banyak sehingga mengakibatkan lambatnya proses pengawasan yang dilakukan oleh Kepala Dinas terhadap SKPD tersebut.

Data hasil wawancara dengan Bapak Saibun Adelin, S.Hut menyatakan bahwa setiap pengawsan yang ada di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak memiliki tim teknis masing-masing yang anggotanya merupakan gabungan dari anggota Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dengan pejabat yang berasal dari SKPD terkait. Dimana yang menjadi masalah bagi Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Kabupaten Siak terkait hal tersebut adalah koordinasi yang masih kurang terjalin dengan baik antara Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dengan SKPD terkiat. Pada saat anggota tim teknis dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak akan melakukan tugas peninjauan lapangan, seringkali pejabat dari SKPD terkait tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut. Masalah waktu peninjauan lapangan yang tidak tepat dan adanya pekerjaan lain yang lebih diutamakan selalu menjadi alasan yang sering diutarakan oleh pejabat SKPD terkait. Sehingga Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak sering melakukan peninjauan lapangan dengan anggota tim teknisnya sendiri tanpa bantuan dari SKPD terkait. Saat anggota tim teknis Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak telah selesai melakukan peninjauan lapangan biasanya mereka akan mengirimkan laporan mengenai kegiatan tersebut ke badan-badan atau dinas-dinas terkait untuk meminta persetujuan dalam penerbitan ijin. Namun masalah yang sering dihadapi oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak adalah lambatnya proses pendelegasian ijin oleh dinas-dinas terkait sehingga menyebabkan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak akan semakin lama untuk melakukan proses lanjutan dari pengolahan data proses pengimplementasian strategi secara bersinergi dalam upaya pengawasan hutan. Hal ini tentu saja menghambat Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam mengimplementasikan strateginya

terkait pengawasan hutan, dimana salah satu tujuan yang hendak dicapai adalah terselesaikannya dalam waktu yang singkat.

Dilihat secara struktur organisasi, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak memang benar memiliki suatu struktur organisasi yang relatif cukup panjang. Namun, apabila dilihat secara mekanisme kerja, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak harus melewati beberapa bagian unruk dapat menghasilkan suatu perijinan dan kendala yang paling serius ditemui adalah pada bagian tim teknis dari SKPD terkait. Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis dari Bapak Saibun Adelin, S.Hut menyatakan bahwa Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak telah berupaya melakukan koordinasi dengan baik dengan badan-badan maupun dinas-dinas terkait. Namun masih ada pejabat-pejabat dari dinas atau badan tertentu yang tidak memberikan respon yang cepat terkait pelaksanaan pengawasan hutan. Hal itu menyebabkan adanya beberapa pengawasan yang mengalami kekosongan dalam pelaksanaannya akibat wilayah yang cukup luas. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak mengakui bahwa mereka masih kurang melakukan pengawasan terhadap hutan apabila dilakukan dengan sendiri, maka sangat dibutuhkan koordinasi kerja terhadap dinas maupun badan terkait untuk melaksanakan pengawasan hutan. Kemudian masalah lain muncul yaitu ditemukannya anggota-anggota tim teknis yang berasal dari SKPD terkiat yang masih kurang memberikan respon yang cepat dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak masih kurang juga

melakukan pengawasan terhadap hal tersebut dikarenakan hal ini belum adanya bidang yang secara khusus dibentuk untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja pegawai maupun anggota SKPD terkait. Pemantauan kinerja hanya dilakukan oleh Kepala-kepala Bidang yang mana tidak selalu intens dilakukan.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak melaksanakan tugasnya sebagai penyelenggara pengawasan hutan dengan berpedoman pada SOP (Standard Operating Procedures) yang berlaku. Begitu pun dalam hal mengimplementasi strategi, SOP inilah yang dijadikan dasar utama bagi setiap implementor di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak untuk bertindak. Jika dilihat secara struktur organisasi, setiap bidang yang ada di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak sudah melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan baik. Begitu pula dalam hal mengimplementasikan strategi, setiap bidang berupaya melaksanakan strategi melalui kinerja yang optimal di bidangnya masing-masing.

Suatu strategi tidak akan bisa diimplementasikan secara efektif apabila semua implementor tidak bekerjasama dengan baik. Hal inilah yang menjadi salah satu masalah bagi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam mengimplementasikan strategi peningkatan pelaksanaan pengawasan hutan. Dimana pada tahun-tahun sebelumnya Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak memiliki hubungan yang tidak begitu erat terjalin dengan beberapa badan maupun dinas terkait

sehingga menyebabkan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak tidak bisa melakukan pengawasan dengan lebih dekat terhadap kawasan hutan yang sangat luas. Masalah inilah yang melahirkan masalah baru dan membawa dampak yang secara nyata dirasakan oleh masyarakat Kabupaten Siak akibat kebakaran hutan yang selalu tiap tahun terjadi dimana hampir seluruh masyarakat mengalami gangguan terhadap melakukan aktivitas sehari-hari selain itu juga masalah gangguan kesehatan yang dikarenakan adanya asap tebal yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan.

Dalam mengatasi permasalahan tersebut yang dibutuhkan adalah peran dari Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak sebagai pimpinan puncak untuk mampu bersikap lebih tegas terhadap pejabat-pejabat SKPD terkait yang sering mengabaikan tugas mereka sebagai bagian dari tim teknis. Ketegasan sikap dalam menangani masalah tersebut dapat dilakukan dengan membentuk suatu bidang baru yang secara khusus melaksanakan tugas pengawasan dan pemantuan. Dimana bidang ini yang akan bekerjasama dengan Kepala-kepala Bidang untuk melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap kinerja setiap pegawai termasuk pejabat SKPD terkait yang bekerja di dalam tim teknis Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak. Sanksi yang tegas sangat perlu diberlakukan bagi pegawai yang dengan sengaja mengabaikan tugasnya ataupun melakukan pelanggaran terhadap peraturan dan SOP yang berlaku di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak.

Dengan dibentuknya bidang yang secara khusus menjalankan tugas dalam hal pengawasan dan pemantauan di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, maka bukan tidak mungkin setiap pegawai dan termasuk para anggota tim teknis yang berasal dari SKPD terkait akan semakin terdorong untuk melakukan tugasnya dengan baik sebagai pelaksana strategi di bidang pengawasan hutan. Hal itu juga akan turut membantu Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak untuk lebih mudah dalam mengimplementasikan strategi-strategi yang telah dibuat demi mencapai suatu pelakasanaan pengawasan yang optimal bagi masyarakat Kabupaten Siak.

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan penulis tentang Implementasi Strategi Dinas Kehutanan dan Perkebunan dalam Upaya Meningkatkan Pengawasan Hutan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hutan merupakan salah satu bentuk dari sumber daya alam hayati dan memiliki ekosistem yang beraneka ragam yang terkandung di dalamnya. Apabila hutan dimanfaatkan dan dikelola dengan sebaik-baiknya, maka tentunya akan memberikan dampak dan manfaat dalam menunjang pembangunan bangsa dan negara. Oleh karena itu, pemanfaatan hutan dan perlindungannya telah diatur dalam UUD 1945, UU No. 5 Tahun 1990, UU No. 41 Tahun 1999, UU No. 32 Tahun 2009, PP No. 28 Tahun 1985 dan beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan Dirjen Pengusahaan Hutan.

2. Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguan yang semakin sering terjadi saat ini. Dampak kebakaran hutan yang sangat dirasakan oleh manusia berupa kerugian ekonomis yaitu hilangnya manfaat dari potensi hutan seperti tegakan pohon hutan yang biasa digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya akan bahan bangunan, bahan makanan, dan obat-obatan, serta satwa untuk memenuhi kebutuhan akan protein hewani dan rekreasi. Kerugian lainnya berupa kerusakan ekologis yaitu

berkurangnya luas wilayah hutan, tidak tersedianya udara bersih yang dihasilkan vegetasi hutan serta hilangnya fungsi hutan sebagai pengatur tata air dan pencegah terjadinya erosi serta menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim mikro maupun global.

3. Pelaksanaan pengawasan hutan di Kabupaten Siak dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dengan bekerjasama kepada SKPD terkait seperti Manggala Agni dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Siak dalam upaya melakukan pengendalian dan pengawasan hutan untuk mencegah adanya kebakaran hutan.

4. Guna meningkatkan upaya pengawasan hutan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak menciptakan strategi-strategi dan mengimplementasikannya dalam bentuk program dan kegiatan dengan menggunakan seluruh sumber daya yang dimiliki seoptimal mungkin. Adapun strategi yang dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak yaitu melaksanakan strategi sosialiasi kepada masyarakat, SKPD terkait dan perusahaan yang bergerak dalam bidang kehutanan dan perkebunan, meningkatkan sarana dan prasarana bagi aparatur, penyuluhan dan juga bagi upaya pelaksanaan pengawasan hutan, meningkatkan pelayanan administrasi perkantoran, meningkatkan kapasitas sumber daya aparatur, dan mengembangkan sistem laporan capaian kinerja dan keuangan.

5. Proses implempentasi strategi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak berjalan dengan cukup efektif dan efisien. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam mengelola dan memanfaatkan secara optimal segala sumber daya yang dimilikinya untuk meningkatkan upaya pengawasan hutan di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak. Salah satunya dalam hal pemanfaatan sumber daya manusia, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak menggunakan setiap bidangnya dan tim teknis untuk berperan aktif sebagai implementor strategi. Dalam mengimplementasikan strategi, para implementor tersebut selalu berpedoman pada peraturan dan prosedur yang berlaku dan berupaya untuk merealisasikan strategi semaksimal mungkin.

6. Seiring dengan berjalannya proses implementasi strategi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, terdapat hambatan yang ditemui baik yang berasal dari lingkungan internal maupun eksternal. Dimana hambatan tersebut memberikan pengaruh secara langsung bagi para implementor dalam melaksanakan berbagai program dan kegiatan sebagai bentuk pengimplementasian strategi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak. Namun, para implementor strategi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak telah berupaya semaksimal mungkin untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ada dengan meningkatkan komunikasi dan hubungan kerjasama yang baik dengan

pihak internal terutama eksternal demi memberikan suatu pelaksanaan pengawasan hutan yang optimal di Kabupaten Siak.

6.2 Saran

Berbagai program dan kegiatan di bidang pelaksanaan pengawasan hutan telah dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak demi menghasilkan suatu pengawasan yang optimal terhadap kawasan hutan. Dalam melaksanakan pengawasan hutan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dapat dikatakan sudah cukup baik dengan berpedoman pada peraturan perundangan dan SOP (Standard Operating Procedures) yang berlaku di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak juga telah berupaya untuk meningkatkan upaya pengawasan hutan dengan merealisasikan berbagai strategi ke dalam bentuk program dan kegiatan yang mampu memberikan dampak positif bagi perkembangan pengawasan hutan dan terutama bagi masyarakat. Sebagai saran dari penulis terhadap proses implementasi strategi yang dilakukan Dinas kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam rangka meningkatkan pengawasan hutan, yaitu:

1. Untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap masalah kebakaran hutan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak melakukan sosialisasi kepada masyarakat secara lebih intens dengan mengunjungi lingkungan masyarakat di seluruh Kabupaten Siak. Karena

apabila antusiasme masyarakat terhadap masalah kebakaran hutan bertambah, maka hal ini akan membantu Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak untuk mencapai sasaran dan strategi yang telah dilaksanakan dalam upaya meningkatkan pengawasan hutan.

2. Dinas Kehutanan dan Perkebunan harus mampu menciptakan suatu sistem koordinasi yang baik dengan pihak-pihak eksternal yang memiliki keterkaitan erat dengan pengawasan hutan. Selain itu, pengawasan secara lebih intens perlu dilakukan kepada pegawai dan tim teknis bukan hanya ketika pada saat cuaca ekstrim saja, namun pengawasan perlu dilakukan setiap saat dengan melakukan pembagian tugas serta menambahkan jumlah personil di lapangan agar pengawasan bisa berjalan maksimal. Koordinasi yang baik akan menghasilkan pelaksanaan kerja yang baik pula dan adanya pengawasan akan mendorong pegawai untuk lebih memberikan kinerja terbaiknya, dengan begitu setiap hal yang menyangkut kebijakan, strategi, program maupun kegiatan dapat diimplementasikan seluruh komponen yang ada dengan seoptimal mungkin.

3. Dengan adanya keterbatasan dana yang dimiliki oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak di dalam melakukan pengawasan hutan, maka sebaiknya Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak lebih memfokuskan aspek pencegahan daripada aspek pemadaman sehingga tidak terjadinya pemborosan dana.

BAB II

Dokumen terkait