• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Strategi Dinas Kehutanan dan Perkebunan dalam Upaya Meningkatkan Pengawasan Hutan (Studi Pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, Riau)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Strategi Dinas Kehutanan dan Perkebunan dalam Upaya Meningkatkan Pengawasan Hutan (Studi Pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, Riau)"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku

Ansoff. (2004). Pengantar Manajemen: Konsep. Edisi Ketujuh. Jakarta: PT Prenhallindo.

Bungin, M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Danny, W. 2001. Interaksi Ekologi dan Sosial Ekonomi Dengan Kebakaran di Hutan Propinsi, Kalimantan Timur, Indonesia.

David, R. Fred. 2002. Manajemen Strategis: Konsep. Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Digantoro, Crown. 2011. Manajemen Strategis. Jakarta: PT. Gramedia.

Dirgantoro, Crown. 2001. Manajemen Strategik: Konsep, Kasus, dan Implementasi. Jakarta: PT Grasindo

Dove. 1998. Kendalikan Dampak Kebakaran Hutan pada Satwa. Efendi, Sofyan. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES

Efendi. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 2015 hal 32.

Erlina. (2011. Hal 33). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Greenly, David. 1998. Manajemen Strategis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Hamel, Dan Prahalad. (2010). Manajemen Strategik: Pengantar Proses Berpikir

Strategik. Jakarta: Binarupa Aksara.

Handoko, T Hani. 1993. Manajemen. Yogyakarta: BPFE-UGM

Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya. Bogor: Ghalia Indonesia.

Herujito. (2004). Pengaruh Pengawasan dan Pelayanan Terhadap Kinerja. Jakarta: Pustaka Gramedia

Irawan. (2000). Aspek-aspek Pengawasan di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafik. Jamiko. 2003. Manajemen Strategis. Malang. UMM Press

Koontz dan O’donell. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Pengawasan Hutan. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid Kedua. Jakarta: Prenhallindo.

Manullang. 1988. Dasar-dasar Manajemen. Medan: Ghalia Indonesia

Manullang. 2006. Dasar-dasar perilaku Organisasi (Cetakan Pertama). Yogyakarta: UII Press

Marnis. Rahayu. 2008. Pengaruh Disiplin Kerja dan Pengawasan Kerja terhadap Efektivitas Kerja Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah. Universitas Negeri Semarang: Semarang

Moleong, Lexy. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Nawawi. (2005). Metode Penelitian: Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press)

(2)

Saharjo, Hudsaeni. 1998. Penyebab dan Dampak Kebakaran. Dalam Mahalnya Harga Sebuah Bencana: Kerugian Lingkungan Akibat Kebakaran dan Asap di Indonesia.

Saryono. 2010: Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Siagian, Sondang, P. 2003. Filsafat Administrasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Silalahi, Ulbert. (2005). Studi Tentang Ilmu Administrasi: Konsep, Teori, dan Dimensi. Cetakan Keenam. Sinar Baru Algensindo. Bandung.

Soeriaatmadja, R.E. 1997. Dampak Kebakaran Hutan Serta Daya Tanggap Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Sumberdaya Alam Terhadapnya. Prosiding Simposium: “Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Sumberdaya Alam dan Lingkungan.”

Strauss, G., dan Leonardo Sayler. Manajamen Personal: Segi Manusia Dalam Organisasi. Jakarta: Pustaka Binaan Pressindo.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Sujanto (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukamdiyo. 2000. Manajemen Pengawasan. Badan Perpustakaan Fakultas Ekonomi UGM. Yogyakarta.

Sukanto (2002:65). Manajemen Pengertian dan Masalah. Jakarta: Haji Mas Agung.

Sukanto, Reksohadiprojo. 2002. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE

Sukarna. (2011). Pengaruh Pengawasan dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta.

Sumarsan, Thomas. 2010. Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep, Aplikasi, dan Pengukuran kinerja. Jakarta: PT Indek

Sumaworto, Otto. 1992. Analisis pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup. Jakarta: Ghalia Indonesia

Suryanto. (2005). Metode Penelitian Aplikasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Syafri. (2004). Pengantar Manajemen. Kencana: Jakarta

Winardi. 2000. Langkah-langkah Efektivitas Pengawasan, edisi 12. Bandung: Tarsito.

Sumber Jurnal

Ini Sebab Kabut Asap Hutan Riau Selimuti Singapura oleh Maharani Volume 1 Nomor 3, 20 Maret 2014

Majalah TEMPO No. 12/XXVII/ 22-28 Desember 1998. Kebakaran Hutan Kalimantan (Mencabik Surga, Menuai Untung). Jakarta.

Sumber Undang-Undang

Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 1998. Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia (Dampak, Faktor, dan Evaluasi) Jilid 1. Jakarta.

(3)

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(4)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Latar Belakang Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak

Perencanaan pembangunan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan secara terpadu bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dengan memanfaatkan dan memperhitungkan kemampuan sumber daya informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta memperhatikan perkembangannya. Untuk maksud perencanaan tersebut sudah tentu diperlukan upaya yang tepat dalam mencapai hasil melalui pemahaman dan persoalan yang benar-benar nyata dan pada akhirnya mampu untuk diatasi dengan baik dan tepat sasaran setelah memandang melalui pendekatan menyeluruh.

Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah yang baik tercermin dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban instansi untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara berkala.

(5)

sumber daya manusia yang selalu tumbuh. Namun sebaliknya sumber daya alam semakin dieksploitasi semakin menciut karena memiliki ambang batas.

Keberadaan kawasan hutan di Kabupaten Siak, smapai dengan akhir tahun 2010 masih mencapai ketentuan minimal luas kawasan sebagaimana amanat Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yaitu 30% dari luas daratan. Sampai dengan akhir tahun 2010 luas kawasan hutan di Kabupaten Siak ± 324.865,03 Ha atau sebesar ± 37,97%. Sementara luas lahan perkebunan yang ada (baik dikelola oleh Pemda, swasta, dan kebun rakyat) seluas ± 245,375,23 Ha atau sebesar ± 28,68% dimana luas hutan dan lahan perkebunan mencapai 66,65% dari total luas wilayah Kabupaten Siak, untuk itu diperlukan pengelolaan, perlindungan, dan pengamanan hutan dan lahan secara intensif, dan perencanaan yang baik ke arah sinergitas pengelolaan hutan secara optimal.

(6)

Kerusakan kawasan hutan yang terjadi akhir-akhir ini ternyata sangat merugikan bagi kelangsungan pembangunan masyarakat dan pembangunan wilayah serta kondisi lingkungan ekosistem penunjang kehidupan. Kerusakan hutan merupakan akibat dari gangguan keamanan terhadap pengelolaan hutan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, sehingga kaidah Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) belum terlaksana dengan baik, adanya illegal logging, terjadinya kebakaran hutan, peralihan fungsi kawasan dan okupasi oleh masyarakat. Untuk mengantisipasi kerusakan kawasan hutan tersebut, maka pemerintah dan masyarakat harus segera mempercepat pembangunan melalui upaya rehabilitasi hutan dan lahan, reboisasi serta konservasi tanah. Program Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL/Gerhan) yang telah dilaksanakan sejak tahun 2003 sampai tahun 2008, perlu dijadikan pemicu (trigger) dan dilanjutkan untuk mempercepat pemulihan kualitas hutan dan lahan, agar dicapai tingkat kestabilan fungsi dan kelestarian manfaatnya.

Disamping sumber daya hutan di dalam kawasan hutan juga terdapat lahan di luar kawasan hutan yang dimiliki oleh masyarakat (Hutan Rakyat) yang pengelolaannya dilakukan oleh perorangan maupun perusahaan baik perusahaan swasta lainnya yang bergerak disektor kehutanan, juga termasuk modal utama dalam pembangunan kehutanan di Kabupaten Siak. Oleh karenanya, di dalam pengelolaannya harus dilakukan dengan menerapkan 3 (tiga) prinsip yaitu ekologi, ekonomi, dan sosial budaya.

(7)

usahanya. Di era reformasi, semangat otonom yang dimiliki masing-masing pemerintah kabupaten/kota untuk membangun daerahnya, hendaknya tetap memperhatikan dan mempertimbangkan potensi sumber daya hutan dan lahan yang ada di kabupaten/kota masing-masing sehingga keberhasilan pembangunannya dapat optimal. Dengan demikian keberadaan sumber daya hutan dan lahannya dapat dimanfaatkan secara optimal, lestari, berkeadilan, dan berkelanjutan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Disamping itu, pemanfaatam hutan dan lahan juga harus diarahkan pada upaya pemberdayaan dan pengembangan perekonomian masyarakat di sekitar kawasan hutan yang selama ini hanya tergantung pada eksploitasi potensi sumber daya hutan yang kurang memperhatikan kelestariannya.

Selanjutnya, disebutkan bahwa lahan perkebunan adalah lahan usaha pertanian yang luas, yang digunakan untuk menghasilkan komoditi perdagangan (pertanian) dalam skala besar dan dipasarkan ke tempat yang jauh atau bukan untuk konsumsi lokal secara langsung (setelah melalui pengolahan lanjutan hasil perkebunan).

Pembangunan sektor perkebunan sampai saat ini masih merupakan sektor yang strategis dalam kerangka pembangunan ekonomi nasional, regional dan lokal. Berbgaai kontribusi yang nyata dari pembangunan sektor perkebunan antara lain:

(8)

2) Penyerapan tenaga kerja, kapital dan meningkatkan kesejahteraan petani;

3) Terwujudnya keseimbangan lingkungan.

Dari data yang ada, sumbangan sektor perkebunan dari tahun ke tahun baik terhadap PDB dan PDRB cenderung meningkat, hal ini disebabkan karena hasil-hasil produksi sektor perkebunan dari tahun ke tahun cenderung meningkat yang disebabkan oleh adanya pengembangan usaha di beberapa komoditi, perluasan areal tanam serta kemampuan menyerap alih teknologi yang berkembang.

Sektor Perkebunan merupakan kegiatan agribisnis berbasis rakyat dan memberikan efek berantai (multiplier effect) bagi perekonomian masyarakat. Sebagaimana disebutkan sebelumnya luas lahan perkebunan mencapai sebesar ± 28,68% dari total luas wilayah Kabupaten Siak yang sebagian besar dikelola oleh pemerintah daerah dan diperuntukan kepada masyarakat Kabupaten Siak.

(9)

B. Visi dan Misi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak 1) VISI

Visi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak merupakan cara pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana organisasi harus di bawa dan berkarya agar tetap konsisten dan dapat eksis, antisipatif, inovatif serta produktif. Visi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak adalah suatu gambaran yang memandang tentang keadaan masa depan berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan dan sekaligus sebagai pengarah dan sumber acuan dalam pelaksanaan tugas yang diemban oleh seluruh jajaran organisasi.

Visi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak di gali dari keyakinan dasar dan nilai-nilai dasar yang dianut oleh seluruh komponen organisasi, dengan mempertimbangkan lingkungan sekitarnya dan tugas pokok dan fungsi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak. Atas dasar pertimbangan terhadap faktor-faktor tersebut maka visi Dinas Kehutanan Kabupaten Siak adalah sebagai berikut:

Pembangunan sektor Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak memiliki visi :

“Terwujudnya kelestarian fungsi hutan dan pembangunan

perkebunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Kabupaten Siak”.

(10)

a. Kelestarian fungsi hutan sebagai sistem penyengga kehidupan. Hutan secara terus menerus dapat berfungsi dengan optimal, baik dari segi produktivitas hasil hutan kayu dan non kayu, segi ekolog maupun dari segi sosial ekonomi masyarakat; b. Peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat serta

mendukung perekonomian Kabupaten Siak. Pemanfaatan hutan yang bertanggung jawab dengan tetap memperhatikan aspek ekologi dan ekonomi secara berkelanjutan yang dilaksanakan bersama-sama antara pemerintah, swasta, akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kualitas hidup masyarakat di Kabupaten Siak. Selanjutnya, perkebunan yang berdaya guna dan berhasil guna serta pemanfaatan hutan yang lestari selain meningkatkan perekonomian masyarakat dimaksudkan juga untuk peningkatan pendapatan daerah Kabupaten Siak.

2) MISI

Misi yang dirumuskan untuk mewujudkan visi yang diatas, yaitu:

1. Pemantapan dan registrasi kawasan hutan

(11)

berkesinambungan. Dalam rangka pemantapan kawasan hutan di Kabupaten Siak, perlu adanya dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak sehingga tidak terjadi tumpang tindih kepentingan dengan tidak mengesampingkan kepentingan rakyat. Jaminan dan kepastian keamanan dan sumber daya hayati yang ada di dalam kawasan hutan juga merupakan kondisi pendukung dalam pengelolaan hutan yang diharapkan.

2. Terciptanya kelestarian hutan

Degradasi kawasan hutan yang disebabkan oleh aktivitas geliat pembangunan menciptakan kerusakan sumber daya hutan dan lahan-lahan kritis, berdampak mundurnya kualitas lingkungan hidup yang diindikasikan dengan rendahnya produktivitas tanah, tingginya laju erosi dan semakin besar peluang terjadinya banjir serta musim kering yang panjang dan perubahan iklim makro. Dalam hal ini sangat diperlukan tindakan rehabilitasi terhadap kerusakan ekosistem tersebut. Dua hal yang harus diperhatikan dalam upaya reboisasi dan rehabilitasi hutan dan lahan kritis yaitu: a. Pengurangan dan penghentian kegiatan konversi kawasan untuk

kegiatan pembangunan non kehutanan

b. Kegiatan pembangunan hutan tanaman harus memperhatikan ketersediaan lahan kawasan hutan dan kapasitas terpasang industri pengolahan.

(12)

4. Memantapkan penataan ruang untuk pengembangan perkebunan. 5. Mendorong peningkatan produksi perkebunan untuk kesejahteraan

masyarakat.

6. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan perusahaan dalam usaha perkebunan.

C. Tujuan dan Sasaran Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak

Tujuan merupakan sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam jangka 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun. Tujuan yang dimaksud disini adalah merupakan penjabaran dari setiap misi yang diemban oleh organisasi dengan memperhatikan kondisi, potensi, kendala dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta kemampuan organisasi dan ketersediaan sumber daya pendukung dalam pencapaian tujuan. Sebagai organisasi yang relatif baru di lingkup Pemerintahan Kabupaten Siak serta adanya perubahan tata pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi melalui pemberian otonomi daerah yang seluas-luasnya kepada Pemerintahan Kabupaten, maka karakteristik tujuan yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

1. Terselenggaranya sistem Pengelolaan Kawasan Hutan Lestari Dengan Sasaran:

a. Terciptanya Rencana Tata Ruang Kehutanan Kabupaten Siak yang selaras dengan Rencana Tata Ruang Provinsi dan Tata Guna Hutan Kesepakatan (Kementerian Kehutanan);

(13)

2. Perlindungan dan pengamanan kawasan hutan Dengan Sasaran:

Terlindunginya dan terkonservasimya sumber daya alam.

3. Menciptakan manusia yang peduli hutan di dalam pengelolan sektor kehutanan

Dengan Sasaran:

Meningkatnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan dengan tujuan peningkatan kualitas lingkungan hidup. 4. Memberikan kontribusi bagi pembangunan Kabupaten Siak

Dengan Sasaran:

a. Meningkatnya nilai tambah bruto terhadap penerimaan bersih daerah dan PAD/PDRB;

b. Meningkatnya investasi dan peluang usaha bagi pihak swasta dan asing yang bergerak di bidang usaha kehutanan;

c. Terbukanya lapangan dan peluang kerja;

d. Menciptakan peluang untuk menumbuhkembangkan industri hasil non kayu.

5. Memberikan manfaat sumber daya hutan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat baik langsung maupun tidak langsung

Dengan Sasaran:

Meningkatnya pendapatan masyarakat sekitar hutan melalui kegiatan pembangunan kehutanan;

(14)

Dengan Sasaran:

a. Mewujudkan pendataan perkebunan rakyat dan pemetaan penyebarannya;

b. Mewujudkan pendataan perkebunan besar dan pemetaan penyebarannya;

c. Terciptanya penilaian kelas perkebunan besar.

7. Peningkatan produktivitas kebun melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi.

Dengan Sasaran:

Meningkatnya produksi perkebunan dari aspek kuantitas dan kualitas. 8. Peningkatan ilmu pengetahuan petugas dan petani perkebunan serta

menumbuhkembangkan kelembagaan petani yang ada di pedesaan; Dengan Sasaran:

a. Terwujudnya petugas yang ahli dan terampil di bidang perkebunan; b. Terciptanya petani yang terampil di bidang perkebunan;

c. Terciptanya kelompok tani perkebunan yang tangguh;

d. Terciptanya koperasi perkebunan yang profesional dan mandiri.

9. Peningkatan kerjasama antara perusahaan dengan masyarakat dalam aktivitas perkebunan

Dengan Sasaran:

(15)

10.Tersedianya bahan baku perkebunan yang mendukung industri yang berwawasan lingkungan

Dengan Sasaran:

Terpenuhinya bahan baku industri hulu dan hilir di bidang perkebunan.

D. Tugas dan Fungsi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak 1. Tugas Pokok

Melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan di bidang kehutanan dan perkebunan

2. Fungsi

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang kehutanan dan perkebunan; b. Penyelenggaraan pelayanan umum di bidang kehutanan dan

perkebunan;

c. Pembinaan pelaksanaan tugas di bidang kehutanan dan perkebunan;

d. Pelaksanaan urusan tata usaha dinas; dan

(16)

E. Struktur Organisasi dan Komposisi Pegawai Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak

Dinas Kehutanan dan Perkebunan merupakan unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten Siak dalam bidang kehutanan dan perkebunan yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Struktur organisasi selengkapnya dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak disampaikan dalam lampiran-1.

Sebagai unsur pelaksana teknis bidang kehutanan dan perkebunan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan harus mampu menjabarkan dan melaksanakan segala macam bentuk peraturan dan kebijakan Pemerintah Pusat (Kementrian Kehutanan dan Direktorat Jendral Perkebunan) serta mensinergikannya dengan kewenangan yang dimiliki Pemerintah Daerah.

Susunan Organisasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak:

a. Kepala Dinas

b. Sekretaris, terdiri dari:

1. Sub Bagian Penyusun Program 2. Sub Bagian Keuangan

3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

c. Bidang Perencanaan, Pengendalian Hutan dan Lahan, terdiri dari: 1. Seksi Investasi & Tata Guna Hutan dan Lahan

(17)

3. Seksi Pengawasan Pengendalian Hutan & Lahan d. Bidang Usaha Kehutanan, terdiri dari:

1. Seksi Produksi Hasil Hutan

2. Seksi Peredaran dan Iuran Hasil Hutan 3. Seksi Pengolahan dan Pengujian Hasil Hutan

e. Bidang Perlindungan Rehabilitasi Hutan & Lahan, terdiri dari: 1. Seksi Pengamanan & Perlindungan Hutan dan Lahan 2. Seksi Rehabilitasi Konservasi Hutan & Lahan

f. Bidang Bina Usaha Perkebunan, terdiri dari:

1. Seksi Perencanaan & Pengembangan Usaha Perkebunan 2. Seksi Data, Evaluasi dan Pelaporan

g. Bidang Bina Produksi Perkebunan

1. Seksi Sarana & Prasarana Produksi Perkebunan 2. Seksi Pengembangan Produksi Tanaman

3. Seksi Pengendalian Hama & Penyakit Tanaman h. Bidang Pembinaan & Pengawasan Usaha Perkebunan

1. Seksi Pembinaan & Pengawasan Perkebunan Besar Swasta, BUMN & BUMD.

2. Seksi Kelembagaan & Pembinaan Kebun Rakyat 3. Seksi Promosi & Pemasaran Hasil Perkebunan i. Kelompok Jabatan Fungsional

(18)
[image:18.595.135.490.225.597.2]

Tabel 3.1

Komposisi pegawai menurut jenjang Pendidikan, Golongan dan Jabatan, serta Jenis Kelamin di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak

Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak

URAIAN JUMLAH

Kualifikasi Berdasarkan Pendidikan: 1. SD

2. SLTP 3. SLTA 4. D-III 5. S-1

4 Orang 1 Orang 64 Orang 1 Orang 44 Orang 6. S-2

TOTAL

15 Orang 129 Orang Kualifikasi Berdasarkan Golongan dan Jabatan:

1. Golongan I 2. Golongan II 3. Golongan III 4. Golongan IV 5. Eselon II 6. Eselon III 7. Eselon IV TOTAL

(19)

F. Landasan Hukum Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak 1. Undang-undang Nomor 53 Tahun 2000 tentang pembentukan

Kabupaten Siak;

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

4. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

5. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang sistem budidaya tanaman;

6. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik;

7. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Hidup;

8. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan

9. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan;

10. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.27/Menhut-II/2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kehutanan Tahun 2006-2025; 11.Peraturan Menteri Kehutanan No. P.42/Menhut-II/2010 tentang

(20)

12.Peraturan Daerah Nomor 8 Thaun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Badan dan Kantor di Kabupaten Siak;

13.Peraturan Daerah Kabupaten Siak Nomor 28 Tahun 2011, tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Siak tahun 2011-2016;

14.Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2012 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Badan dan Kantor di Kabupaten Siak;

Dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional merupakan landasan hukum di bidang perencanaan pembangunan. Peraturan ini merupakan satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggaraan pemerintah di Pusat dan Daerah dengan melibatkan masyarakat.

(21)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Pada bab ini penulis akan menyajikan data menggunakan metode kualitatif dengan teknik observasi, dokumentasi dan wawancara secara mendalam yang dilakukan di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak. Wawancara sebagai salah satu cara untuk memperoleh data primer dari sebuah penelitian, wawancara mendalam ini dilakukan kepada beberapa informan yaitu Kepala Dinas, Kepala Bidang, Kepala Bagian, Tim Teknis di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak serta antarlembaga terkait diantaranya yaitu Kepolisian Desa, Kepala Bidang Pemadam Kebakaran BPBD Siak, Kepala Daerah Operasional Manggala Agni dan juga Kepala Desa Dayun dan Masyarakat untuk mengetahui pendapat dan tanggapan mengenai bagaimana implementasi strategi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam upaya meningkatkan pengawasan hutan.

(22)

Berikut ini merupakan hasil wawancara tentang strategi-strategi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam upaya meningkatkan pengawasan hutan, yaitu:

4.1 Strategi Pengawasan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak

Pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, dan prinsip yang dianut. Juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya dikemudian hari.

Hal pertama kali yang ditanyakan oleh penulis terkait dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai strategi pengawasan seperti apakah yang telah dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam upaya meningkatkan pengawasan hutan, Bapak Drs. H. Teten Effendi sebagai Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak mengatakan:

“Strategi pengawasan yang telah kita lakukan selama ini adalah dengan melakukan operasi gabungan yang dilaksanakan sebanyak 3 kali dalam setahun, kemudian kita melakukan patroli rutin pengamanan hutan karena kita memiliki polisi kehutanan. Dan terakhir, kita tetap melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk mencegah kebakaran hutan yang ada di Kabupaten Siak.”

(23)

dilapangan untuk mengawasi hutan. Terkait hal tersebut maka penulis menanyakan bagaimana standar waktu yang ditentukan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam mengimplementasikan strategi pengawasan hutan tersebut, beliau mengatakan:

“Usaha pengawasan sudah semaksimal mungkin kami telah lakukan yaitu dengan melakukan patroli rutin langsung kelapangan seperti areal perkebunan masyarakat, hutan konservasi dan lahan-lahan yang belum tahu siapa pemiliknya. Hal ini kami lakukan dalam rangka pencegahan kebakaran hutan agar terhindar dari masalah kebakaran hutan tersebut maka khususnya kami lakukan pada daerah rawan kebakaran hutan dan pada saat cuaca sedang ekstrem oleh tim regu patroli.”

Di dalam mengimplementasikan suatu strategi yang telah ditetapkan, maka tentunya pasti ada kendala maupun hambatan yang terjadi selama melaksanakan strategi. Kemudian penulis menanyakan tentang kendala maupun hambatan yang dihadapi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak selama melakukan strategi pengawasan hutan, beliau mengatakan:

“Kita selalu melakukan tugas dan tanggung jawab kita semaksimal mungkin, dan tidak semua strategi bisa berjalan dengan mulus pasti selalu ada ditemukannya kendala. Contohnya saja ketika dalam melakukan patroli rutin, kita selalu melakukannya pada saat cuaca ekstrim dan di daerah yang rawan terjadi kebakaran hutan karena apabila setiap hari pengawasan harus dilakukan maka akan membutuhkan biaya yang besar karena wilayah kerja kita cukup luas.”

(24)

diambil oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam menangani kendala ataupun tantangan tersebut, beliau mengatakan:

“Untuk mengatasi kendala seperti patroli rutin yang akan membutuhkan banyak biaya apabila setiap hari untuk dilakukan yaitu kita lebih melakukan pencegahannya daripada patroli pengawasan hutan hutan tadi. Pencegahan bisa kita lakukan dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat, perusahaan, dan berbagai kalangan lainnya.”

Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak berupaya untuk meningkatkan pengawasan hutan. Namun, di lain pihak penulis menanyakan kinerja yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam melakukan strategi pengawasan hutan. Hal ini terlihat dari pernyataan yang dikemukakan oleh Bapak Nasya Nugrik, S.IP selaku Kepala Desa Dayun, beliau mengatakan:

“Menurut saya, pelaksanaan pengawasan hutan yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak terhadap masalah kebakaran hutan selama ini dinilai sangat kurang. Kinerja mereka selama ini hanya pada masalah perizinan, namun untuk kegiatan pengawasan seperti patroli pengamanan hutan sangat kurang aktif. Jadi mereka kurang mengetahui tindak perilaku masyarakat di hutan karena hanya fokus pada masalah perizinan pembukaan lahan saja.”

(25)

“Sejauh ini, saya memperhatikan juga kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak hanya terfokus pada perambahan dan illegal logging saja. Namun untuk masalah kebakaran hutan, pihak mereka baru serius menanggapinya satu tahun terakhir ini dan disamping itu juga karena faktor alam yang mendukung dari cuaca yang tingkat curah hujannya tinggi untuk tahun ini.”

4.2 Strategi Sosialisasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak

Sosialiasi merupakan strategi berikutnya yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam melakukan pengawasan hutan. Di dalam sosialiasi tersebut tentunya akan melibatkan peran serta masyarakat untuk ikut andil dalam mendorong keberhasilan pengawasan hutan di Kabupaten Siak. Penulis ingin mengetahui seberapa jauh tingkat partisipasi masyarakat dalam mendorong peran serta masyarakat dalam meningkatkan pengawasan hutan dengan memperlihatkan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat melalui kegiatan yang telah dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak.

Kemudian, penulis menanyakan upaya apa saja yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak untuk mendorong keterlibatan masyarakat dalam meningkatkan pengawasan hutan di Kabupaten Siak, Drs. H. Teten Effendi sebagai Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak mengatakan:

(26)

disepakati. Dan juga sosialisasi dalam bentuk informal dilakukan dengan pembagian selebaran atau brosur dan mendatangi langsung masyarakat ke rumah ataupun dimanapun ketemunya kita melakukan sosialisasi.”

Di dalam mengimplementasikan suatu strategi yang telah ditetapkan, maka tentunya pasti ada kendala maupun hambatan yang terjadi selama melaksanakan strategi. Kemudian penulis menanyakan tentang kendala maupun hambatan yang dihadapi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak selama melakukan strategi sosialisasi, beliau mengatakan:

“Terkadang, kami merasakan bahwa dalam melakukan sosialisasi bentuk formal kurang mendapatkan antusias masyarakat, karena kebanyakan masyarakat harus bekerja di ladang atau kebun dan pulangnya sore. Oleh karena itu kami melakukan sosialisasi dalam bentuk informal seperti mengobrol di kedai-kedai kopi dengan masyarakat yang lagi meminum kopi. Itu juga cukup efektif karena kita sampaikan pesan kepada masyarakat agar turut serta dalam melaksanakan pengawasan hutan dan bahkan kami memberikan nomor kontak handphone apabila terjadinya kebakaran hutan yang terjadi di desa mereka masing-masing. Dan itu benar-benar dapat terlaksana oleh masyarakat itu sendiri.”

(27)

kepada Bapak Nasya Nugrik, S.IP sebagai kepala Desa Dayun, beliau mengatakan :

“Saya melihat bahwa Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak untuk tahun-tahun sebelumnya sangat dinilai kurang dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Karena, masih saja ditemukan pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri misalnya melakukan perambahan dengan cara membakar. Itu mungkin dikarenakan oleh kurangnya faktor sumber daya manusianya dan keterbatasan dana untuk melakukan sosialisasi melalui media elektronik, selebaran, koran dan lain-lainnya. Mereka baru serius dalam melakukan kegiatan sosialisasi, pencegahan, dan patroli baru satu tahun terakhir ini saja.”

4.3 Strategi Pemadaman Kebakaran Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak

Strategi yang dilakukan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak selanjutnya adalah strategi pemadaman kebakaran hutan. Setiap upaya pemadaman kebakaran hutan bertujuan agar nyala api dapat dipadamkan secepatnya dan korban maupun kerugian yang lebih besar dapat dihindarkan.

Terkait hal tersebut, penulis menanyakan tentang strategi apa saja yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam melakukan pemadaman kebakaran hutan di Kabupaten Siak, Bapak Drs. Teten Effendi mengatakan:

(28)

Di dalam mengimplementasikan suatu strategi yang telah ditetapkan, maka tentunya pasti ada kendala maupun hambatan yang terjadi selama melaksanakan strategi. Kemudian penulis menanyakan tentang kendala maupun hambatan yang dihadapi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak selama melakukan strategi pemadaman, beliau mengatakan:

“Kendala yang kita hadapi ketika melakukan strategi pemadaman kebakaran hutan ini adalah keterbatasan jumlah personil dan sarana prasarana yang mendukung jalannya kegiatan pemadaman kebakaran tersebut yang dimiliki Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak. Serta ketika cuaca lagi ekstrim, maka kanal blocking akan mengering airnya, dan ketika pada saat yang sama ada hutan yang terbakar maka kita akan kewalahan untuk memadamkannya.”

Dan setelah mengetahui kendala-kendala yang dihadapi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam melakukan strategi pemadaman kebakaran, maka penulis menanyakan tentang langkah yang diambil oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam menangani kendala ataupun tantangan tersebut, beliau mengatakan:

“Selama ini, kita berusaha untuk menjalin komunikasi dan koordinasi yang baik dengan antarlembaga terkait untuk menangani masalah kebakaran hutan tersebut, sehingga dengan demikian dapat menutupi kekurangan atau keterbatasan jumlah personil maupun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak.”

(29)

seperti Kepala Pemadam Kebakaran BPBD Kabupaten Siak yaitu Bapak Irwan Prayatna, S.Si mengenai koordinasi yang selama ini terjalin dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam melakukan pemadaman kebakaran hutan, dan beliau mengatakan:

“Yang saya perhatikan tahun ini aktif betul bersama dengan Manggala Agni bahkan kita mengirimkan personil dari BPBD untuk membantu mereka melakukan pemadaman kebakaran hutan. Ya tahun ini memang teliti dan kerjanya bagus karena kita juga orang teknis yang selalu berada dilapangan apakah mereka perlu dengan kehadiran kami disini membantu. Makanya sejak tahun ini kinerja mereka cukup bagus, apakah karena saya protes ke pusatnya, ya nggak tau lah saya, tapi sejak tahun ini bagus bahkan sudanh sangat intens dalam melakuka pengawasan hutan. Udah mulai salut lah saya dengan kinerja mereka tahun ini.”

4.4 Strategi Koordinasi Antarlembaga Terkait oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak

(30)

“Ya tentu saja kita juga melibatkan berbagai badan-badan yang terkait dalam melakukan pengawasan hutan ini. Kita memiliki polisi hutan, kejaksaan sebagai penegakan hukum dan bukan hanya itu saja, kita juga bekerja sama dengan Manggala Agni dan BPBD dalam melakukan pengawasan hutan ini.”

Kemudian penulis menanyakan tentang kegiatan apa saja yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak saat berkoordinasi dengan antarlembaga terkait, beliau mengatakan:

“Kegiatan yang sudah kita lakukan saat berkoordinasi dengan antarlembaga terkait salah satunya adalah melakukan patroli udara dengan menggunakan helikopter milik Angkatan Udara Provinsi Riau, kemudian melakukan pemadaman dari udara dengan membuat hujan buat dengan pesawat dan bom air dengan menggunakan helikopter water bombing milik Angkatan Udara Provinsi Riau. Selanjutnya, kita melakukan patroli rutin, operasi gabungan serta pemadaman kebakaran di darat berkoordinasi dengan Manggala Agni dan BPBD. Setelah itu, kita melakukan penegakan hukum kepada pelaku pembakaran hutan yang bekerja sama dengan Kejaksaan dan Kepolisian untuk membantu penyidikan. Berkoordinasi dengan dinas kesehatan untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat terkena dampak asap tebal, serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat.”

Berdasarkan jawaban dari Bapak Drs. H. Teten Effendi sebagai Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak tersebut, maka penulis kemudian melakukan wawancara dengan SKPD terkait seperti Kepala Daerah Operasional Manggala Agni yaitu Bapak Edwin Putra mengenai koordinasi yang selama ini terjalin dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam melakukan pengawasan hutan, dan beliau mengatakan:

(31)

itu sendiri. Kemudian, sejak dibentuknya BPBD Kabupaten Siak, maka anggaran untuk melakukan pengendalian kebakaran hutan cenderung menurun, karena untuk kegiatan pemadaman kebakaran hutan telah dialihkan kepada BPBD Kabupaten Siak. Jadi, untuk beberapa tahun terakhir ini terjadilah penurunan penganggaran untuk Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak sendiri. Jadi, anggaran selama 3 sampai 4 tahun belakangan ini setelah dibentuknya BPBD Kabupaten Siak, maka anggaran tersebut sudah sangat menipis untuk kegiatan pengendalian kebakaran hutan. Mereka hanya ada kegiatan pemadaman kebakaran hutan saja.”

Kemudian penulis melanjutkan pertanyaan dengan SKPD terkait yakni Kepala Daerah Operasional Manggala Agni yaitu Bapak Edwin Putra mengenai hasil pelaksanaan pengawasan hutan yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, dan beliau mengatakan:

“Kalau hasil saya tidak bisa saya pastikan. Namun, saya melihat secara umum bahwa mereka juga banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang mendatangkan hasil yang cukup optimal diantaranya adalah Pemerintah Daerah Siak ini telah mencanangkan taman swadaya gambut, dan itu tentunya dikelola oleh Dinas Kehutanan sendiri dimana dahulunya merupakan taman konservasi namun sekarang sudah menjadi taman nasional yang baru-baru ini dicanangkan oleh Presiden Jokowi. Dan sejauh ini, saya melihat mereka cukup berhasil dalam mengimplementasikan strategi-strategi dalam kegiatan pengawasan hutan. Namun meskipun kita melihat masih tetap ada perambahan yang terus meningkat karena kita tahu bahwa jumlah tenaga untuk pengendalian dan pengamanan kawasan hutan mereka sudah sedikit sekali. Bisa langsung ditanyakan kepada mereka berapa jumlah polisi hutan mereka. Itu tidak lebih dari 10 orang.”

(32)

dan Perkebunan Kabupaten Siak sampai saat ini masih terus berupaya untuk menangani berbagai masalah yang ada dengan cara memperbaiki kondisi internal dan eksternal dengan tujuan masalah-masalah baru baru yang mungkin akan muncul lagi seiring berjalannya kegiatan-kegiatan dalam melakukan pengawasan hutan yang dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak.

Berikut ini merupakan hasil wawancara tentang implementasi strategi dalam upaya meningkatkan pengawasan hutan dimana penulis menggunakan teori implementasi strategi yang dikemukakan oleh Edwards C. III. Dalam pendangan Edwards C. III, implementasi strategi dipengaruhi oleh 4 (empat) variabel yang saling berhubungan satu sama lain diantaranya komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi. Penulis menyajikan data dengan menggunakan teori implementasi strategi Edwards C. III, maka akan dihasilkan suatu sajian data mengenai apakah strategi yang sudah dirumuskan dan dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak mampu meningkatkan pengawasan hutan, antara lain:

4.5 Komunikasi

(33)

pelaksana kebijakan. Dalam hal ini sangat dibutuhkan kejelasan informasi yang disampaikan oleh pembuat kebijakan agar pelaksana (implementor) dapat memiliki pengetahuan tentang tahap-tahap pelaksanaan kebijakan. Selain itu, hal ketiga yang sangat dibutuhkan adalah konsistensi infromasi yang disampaikan oleh pembuat kebijakan. Artinya, ketetapan pembuat kebijakan dalam menyampaikan informasi secara besar dan akurat kepada pelaksana strategi.

Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para informan tentu terkait dengan strategi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam upaya meningkatkan pengawasan hutan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terkait dengan komunikasi dalam merumuskan strategi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam upaya meningkatkan pengawasan hutan lebih diarahkan kepada Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, karena beliau merupakan informan kunci yang mempunyai andil besar dalam merumuskan strategi di dalam Dinas tersebut. Hal pertama kali yang ditanyakan oleh penulis terkait dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai strategi apa saja yang telah dirumuskan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam upaya meningkatkan pengawasan hutan, Bapak Drs. H. Teten Effendi mengatakan:

(34)

meningkatkan pengawasan hutan yaitu: melakukan upaya rehabilitasi hutan dan konservasi lahan, meningkatkan pengamanan kawasan hutan dan hasil hutan, meningkatkan profesionalisme aparatur kehutanan, serta meningkatkan kemampuan dan partisipasi masyarakat dalam upaya pengawasan hutan.”

Untuk dapat menciptakan suatu komunikasi yang efektif, tentunya harus ada orang-orang yang berperan sebagai perumus strategi. Dalam hal ini, penulis menanyakan tentang siapa saja orang-orang yang terlibat secara langsung dalam proses perumusan strategi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, Bapak Drs. H. Teten Effendi mengatakan: “Orang-orang yang terlibat dalam merumuskan strategi disini tentunya saya sendiri selaku Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dan dibantu oleh Kepala-kepala Bidang dan Kepala Bagian. Artinya di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak maka semua pejabatnya sangat aktif terlibat dalammerumuskan strategi. Kemudian, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak adalah pembantuan teknis pemerintahan daerah. Kita membantu teknis di bidang kehutanan dan tentu saja melibatkan pejabat struktural atau pejabat daerah. Maka tentunya, kita juga mengambil dari kebutuhan masyarakat dan pasti ada timbal baliknya. Secara strategi kita merumuskan bagaimana keadaan masyarakat kita, bagaimana keadaan geografis kita, bagaimana keadaan hutan, dan berapa luas hutan yang berada di sekitar masyarakat serta berapa banyak desa yang berada di dekat hutan. Oleh karena itu, kita mengakomodir itu semua”.

(35)

proses komunikasi yang terjalin antara orang-orang yang berperan dalam merumuskan strategi dengan para pelaksana strategi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dan bagaimana proses komunikasi yang terjalin antara Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dengan Badan atau Lembaga yang berkoordinasi bahkan masyarakat itu sendiri dalam upaya meningkatkan pengawasan hutan, Bapak Ermansyi, SP, M.Si mengatakan: “Komunikasi antara pembuat strategi dengan para pelaksana strategi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak ini terjalin dengan sangat baik, dikarenakan strategi yang telah di buat dikomunikasikan secara langsung kepada seluruh pegawai sehingga mereka yang berperan sebagai pelaksana strategi dapat memahami dengan jelas dan akurat mengenai apa yang hendak dilaksanakan terkait dengan strategi yang sudah dibuat. Peran dari Kepala Bidang sangat dibutuhkan disini sebagai sumber informasi bagi para anggota bidang dan sebagai pengkoordinir kinerja dari bidang masing-masing.”

Dan setelah mengetahui komunikasi dalam lingkungan internal di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak berjalan dengan cukup baik, maka selanjutnya penulis menanyakan tentang komunikasi yang dijalin Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak di lingkungan eksternal, beliau mengatakan:

(36)

4.6 Sumber Daya

Komponen sumber daya meliputi jumlah staf, keahlian dari para pelaksana, informasi yang relevan dan cukup untuk mengimplementasikan kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber terkait dalam pelaksanaan program, adanya kewenangan yang menjamin bahwa program dapat diarahkan kepada sebagaimana yang diharapkan, serta adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipakai untuk melakukan kegiatan program seperti dana, sarana dan prasarana.

Apabila isi dari strategi sudah dikomunikasikan secara jelas, tetapi implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan, maka strategi

tidak akan berjalan secara efektif. Sumber daya dapat berwujud manusia dan finansial. Komponen sumber daya meliputi jumlah staf, keahlian dari para pelaksana dan fasilitas-fasilitas pendukung seperti dana dan sarana prasarana. Penulis kemudian menanyakan mengenai sumber daya yang dibutuhkan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak agar strategi yang telah dibuat dapat dilaksnakan dengan baik, Bapak Drs. H. Teten Effendi mengatakan:

(37)

Kemudian penulis menanyakan tentang jumlah tim teknis yang masih kurang dengan keefektivitasan Dinas Kehutanan dan Perkebunan dalam melakukan pengawasan hutan, beliau mengatakan:

“Bisa dikatakan untuk ukuran efektif, itu tergantung pada seberapa luas kawasan hutan yang terbakar dengan melihat sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak. Jika kawasan hutan yang terbakar sangat luas, maka kinerja yang dilakukan berarti belum cukup efektif untuk pengawasan hutan berdasarkan sarana dan prasarana yang ada.”

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan suatu strategi adalah sumber daya dana. Tanpa adanya dana yang mendukung maka program maupun kegiatan tidak akan berjalan dengan baik. Terkait dengan hal tersebut, penulis menanyakan tentang anggaran atau dana yang dibutuhkan dalam mengimplementasikan suatu strategi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, Bapak Irwanto Susanto, S.Hut mengatakan:

(38)

Dengan adanya sumber daya pendukung, maka tujuan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam melakukan pelaksanaan pengawasan hutan akan berjalan dengan baik. Namun, dengan terdapatnya berbagai kendala yang dihadapi oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam hal sumber daya pendukung, maka penulis menanyakan tentang hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan sumber daya organisasi tersebut, Bapak Drs. H. Teten Effendi mengatakan:

“Dengan jumlah personil yang terbatas sebagai tim teknis di dalam melakukan pengawasan hutan, kemudian dana yang cukup terbatas, serta sarana dan prasarana lainnya yang kurang memadai. Maka, kita melakukan koordinasi antarlembaga terkait untuk mengatasi kekurangan tersebut. Oleh karena itu, untuk tahun ini, kita telah sangat baik melakukan koordinasi dengan Manggala Agni, BPBD, dan SATGAS sehingga kekurangan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak bisa diatasi dalam hal upaya pengawasan hutan.”

(39)

Tabel 4.1: Sarana dan Prasarana Pemadaman Kebakaran Hutan di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak

No. Nama Peralatan Jenis Peralata Jumlah Peralatan 1.

Mobil

Slip On Monitoring Ranger Pick Up

Mobil Pemadam Kebakaran

2 Unit 1 Unit 1 Unit 2 Unit 2.

Mesin Portable Tohatsu Shibaura

2 Unit 3 Unit

3. Mesin Apung - 2 Unit

4.

Selang 2,5 Inci 1,5 Inci

64 Buah 20 Buah 5.

Nozle 2,5 Inci

1,5 Inci

3 Buah 3 Buah

6. Personil 3 Regu

7. Peralatan Personil Baju Sarung Tangan Helm Sepatu Boot 50 Pasang 50 Pasang 40 Pasang 40 Pasang 4.7 Disposisi

(40)

dimiliki oleh implementor yaitu dari segi komitmen dan kejujuran implementor saat mengimplementasikan suatu kebijakan.

Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para informan tentu terkait dengan strategi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam upaya meningkatkan pengawasan hutan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terkait dengan komitmen dan kejujuran selama proses implementasi strategi berlangsung di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam upaya meningkatkan pengawasan hutan lebih diarahkan kepada Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, karena beliau merupakan informan kunci yang mempunyai andil besar dalam menentukan sikap dan kinerja terhadap para pelaksana strategi selama proses implementasi strategi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, Bapak Drs. H. Teten Effendi mengatakan:

“Selama proses implementasi strategi berlangsung di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak belum ada respon penolakan maupun keluhan terhadap strategi-strategi yang telah ditetapkan. Hal itu terbukti dengan terealisasinya berbagai program dan kegiatan yang berhubungan erat dengan strategi pengawasan hutan di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak.”

(41)

sikap dan respon para pelaksana strategi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dengan berkoordinasi antarlembaga terkait dalam melakukan pengawasan hutan, Bapak Drs. H. Teten Effendi mengatakan:

“Selama berkoordinasi dengan antarlembaga terkait, sikap para pelaksana strategi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak sendiri sangat mendukung sekali terhadap kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan secara bersinergi, bahkan ketika tahun 2015 lalu para tim teknis kita sangat gencar dan terlibat aktif untuk melakukan pengawasan hutan bersama Manggala Agni maupun BPBD dan sebaliknya mereka juga merespon baik terhadap kinerja dari para pelaksana strategi kita”

Penjelasan diatas penulis dapatkan dari pihak Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak untuk melihat sikap dan respon para pelaksana strategi dalam melakukan koordinasi dengan antarlembaga terkait. Kemudian, untuk mencari tahu kebenaran tersebut, maka penulis menanyakan langsung kepada salah satu lembaga terkait yaitu Kepala Bidang Pemadaman Kebakaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Siak yaitu Bapak Irwan Prayatna, S.Si terkait dengan masalah respon dan sikap yang dimunculkan oleh para pelaksana strategi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, Bapak Ermnsyi, SP, M.Si mengatakan:

(42)

mereka bermain sendiri. Artinya bahwa mereka memang berkomitmen dalam menjalankan tugas, tapi kurang jujur. Namun untuk tahun ini sudah mulai kelihatan mereka selalu mau diajak berkoordinasi.”

Dalam melaksanakan pelaksanaan pengawasan hutan, Dinas Kehhutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak memang tidak bisa benar-benar melepaskan hubungan dengan badan-badan terkait dikarenakan melihat cakupan geografis dan kawasan hutan di Kabupaten Siak yang sangat luas tidak memungkinkan untuk Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak untuk melaksanakan pengawasan hutan sendiri. Oleh karena itu, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak perlu untuk memiliki sikap komitmen, respon yang positif, serta kejujuran dalam mengemban tugas yang diberikan untuk membangun kepercayaan satu sama lain ketika berkoordinasi dengan antarlembaga terkait

4.7 Struktur Organisasi

(43)

Struktur organisasi juga turut memberikan pengaruh yang besar terhadap pelaksanaan suatu strategi. Struktur organisasi yang panjang cenderung memberikan pengaruh yang negatif terhadap pelaksanaan strategi terutama dalam hal pengawasan. Penulis kemudian menanyakan tentang struktur organisasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, Bapak Irwanto Susanto, S.Hut mengatakan:

“Sruktur organisasi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak ini sama sekali tidak rumit, karena hanya terdiri atas Kepala Dinas, Sekretaris yang membawahi 3 (tiga) sub bagian seperti Sub Bagian Penyusun Program, Sub Bagian Keuangan, dan Sub Bagian Umum & Kepegawaian, kemudian ada kelompok jabatan fungsional. Dan terdapat 6 bidang seperti Bidang Perencanaan Pengendalian Hutan, Bidang Usaha Kehutanan, Bidang Perlindungan Rehabilitasi Hutan & Lahan, Bidang Bina Usaha Perkebunan, Bidang Bina Produksi Perkebunan, dan Bidang Pembinaan Pengawasan Hutan serta Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang anggotanya gabungan dari pegawai Dinas Kehutanan dan Perkebunana Kabupaten Siak bersama jajaran satuan kerja perangkat daerah terkait. Strategi yang telah dibuat di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak ini pun dilaksanakan oleh bidang masing-masing sesuai dengan Standard Operating Procedures dan tugas pokok dan fungsi bidang masing-masing.”

Dalam struktur organisasi, penulis menanyakan tentang kendala yang dihadapi oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam menjalankan strategi yang telah ditetapkan, Bapak Irwanto Susanto, S.Hut mengatakan:

(44)

Dilihat secara struktur organisasi, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak memang benar memiliki suatu struktur organisasi yang relatif cukup panjang. Namun, apabila dilihat secara mekanisme kerja, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak harus melewati beberapa bagian untuk dapat menghasilkan suatu perijinan dan kendala yang paling serius ditemui adalah pada bagian tim teknis dari SKPD terkait. Terkait hal tersebut, maka penulis menanyakan tentang kendala perizinan untuk berkoordinasi dengan SKPD terkait, Bapak Saibun Adelin, S.Hut mengatakan:

(45)

BAB V ANALISIS DATA

Untuk menganalisis strategi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam upaya meningkatkan pengawasan hutan, penulis menggunakan teori implementasi strategi yang dikemukakan oleh Edwards III. Dalam pandangan Edwards III, implementasi strategi dipengaruhi oleh 4 variabel yang saling berhubungan satu sama lain. Keempat variabel tersebut adalah komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Dengan menganalisis strategi menggunakan teori implementasi strategi Edwards III, maka akan dihasilkan suatu gambaran mengenai apakah strategi yang sudah dirumuskan dan dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak mampu untuk meningkatkan pengawasan hutan yang diimplementasikan. Dengan menggunakan teori implementasi, maka dapat dihasilkan suatu analisa mengenai berbagai rangkaian aktivitas dan pekerjaan yang telah dilaksanakan untuk mengeksekusi strategi-strategi yang telah dirumuskan.

(46)

memberikan pengaruh bagi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak selaku pelaksana (implementor) strategi, baik kendala yang berasal dari lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Berdasarkan apa yang telah dikemukakan oleh penulis diatas bahwa dalam penelitian ini penulis melakukan analisis terhadap strategi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dengan menggunakan teori implementasi Edwards III, maka kegiatan analisis dilakukan dengan berpedoman pada keempat variabel implementasi yang menghasilkan suatu analisa mengenai komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi yang terdapat di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak.

A. Komunikasi

(47)

kebijakan dalam menyampaikan informasi secara besar dan akurat kepada pelaksana (implementor) strategi.

Berdasarkan data hasil wawancara dengan Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, Bapak Drs. H. Teten Effendi yang membahas tentang proses komunikasi yang berlangsung di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak terjalin dengan sangat baik. penyusunan strategi-strategi yang berkaitan dengan upaya meningkatkan pengawasan hutan yang diselenggarakan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dirumuskan oleh Kepala Dinas bersama dengan para Kepala Bidang. Dalam proses penyusunan strategi, maka strategi yang ditetapkan untuk dilaksanakan selalu disesuaikan dengan kemampuan tiap bidang dan berorientasi pada peningkatan pengawasan hutan di Kabupaten Siak. Strategi yang telah ditetapkan maka dikomunikasikan secara langsung kepada pegawai Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak melalui Kepala Bidang maupun Kepala Bagian. Peran dari Kepala Bidang dan Kepala Bagian sangat dibutuhkan sebagai perpanjangan tangan dari Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak untuk menjalankan strategi-strategi yang telah ditetapkan untuk kemudian dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang berlaku dan sekaligus juga berperan sebagai pengawas bagi seluruh anggota bidang maupun bagian.

(48)

komunikasi yang berlangsung antar pegawai Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak memang benar sudah terjalin dengan baik. Hal itu terllihat dari keberhasilan pegawai dalam menjalankan berbagai program dan kegiatan sebagai bentuk pengimpelentasian dari strategi-stratego yang telah ditetapkan. Dilihat dari kondisi internal, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dapat dikatakan sudah berhasil melakukan komunikasi yang efektif. Hal itu terbukti dari kemampuan Kepala Dinas selaku pimpinan tertinggi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak untuk melakukan transmisi komunikasi dengan baik yaitu dengan cara menyalurkan informasi kepada Kepala Bidang dan Kepala Bagian mengenai strategi yang akan dilaksanakan di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak guna meningkatkan pengawasan hutan.

(49)

Dalam pelaksanaan strategi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, Kepala Bidang dan Kepala Bagian mampu untuk mengkomunikasikan secara jelas mengenai informasi yang dimilikinya, hal itu dapat dilihat dari terlaksananya berbagai program dan kegiatan sebagai bentuk pengimplementasian strategi guna meningkatkan pengawasan hutan. Informasi yang diberikan oleh Kepala Dinas, Kepala Bidang, maupun Kepala Bagian kepada pegawai di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak pun bersifat konsisten. Hal itu dikarenakan segala informasi terkait pengimplementasian strategi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak sudah memiliki prosedur dan program yang terinci jelas, sehingga informasi yang diberikan tidak berubah-ubah dan mudah untuk dipahami serta dilaksanakan oleh para pegawai Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak.

(50)

dan Perkebunan maupun badan-badan terkait beroperasi untuk melakukan pengawasan hutan pada wilayahnya masing-masing. Kemudian, masalah yang ditemukanberikutnya adalah masyarakat yang melakukan perambahan hutan dengan cara tradisional seperti membakar hutan sekalipun masyarakat tersebut sudah memiliki izin atas hak kepemilikan mereka. Namun, hal tersebut akan berdampak kepada kawasan hutan lainnya apabila api tidak terkontrol dengan baik. Sehingga akan berakibat fatal pada hutan-hutan yang ada disekitarannya. Hal ini dikarenakan minimnya sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak terutama pada masyarakat yang berada dikawasan hutan sehingga masih terdapatnya usaha maupun kegiatan-kegiatan masyarakat di Kabupaten Siak yang masih merambah hutan dengan cara tradisional secara tanpa memikirkan dampak buruk yang ditimbulkan akibat pembakaran hutan yang bebas tersebut.

(51)

pengawasan hutan bukan hanya tugas daripada Dinas Kehutanan dan Perkebunan namun juga tugas bersama dari berbagai elemen untuk mengantisipasi masalah kebakaran hutan dengan melakukan kegiatan sosialisasi. Peningkatan komunikasi eksternal oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak tersebut diharapkan mampu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Kabupaten Siak tentang arti pentingnya suatu pengawasan hutan yang dilakukan secara bersama agar dapat mecapai tujuan dari kepentingan bersama.

Pada tahun 2016, pelaksanaan strategi sosialisasi cukup terbukti mampu meningkatkan pengawasan hutan yang dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak , dimana hal tersebut mampu meningkatkan perhatian masyarakat Kabupaten Siak terhadap pengawasan hutan. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya masyarakat Kabupaten Siak yang melaporkan kepada pihak Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak apabila masyarakat menemukan titik-titik api atau kebakaran hutan. Strategi sosialisasi yang dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak berjalan dengan cukup baik karena strategi tersebut dilaksanakan ke dalam 2 (dua) bentuk sosialisasi yaitu baik formal maupun informal.

(52)

kebakaran hutan. Namun, kegiatan sosialisasi dalam bentuk formal ini memiliki kelemahan yaitu kurangnya antusias masyarakat untuk mengikuti seminar maupun workshop tersebut disebabkan oleh mayoritas masyarakat memiliki matapencaharian sebagai petani. Sehingga, masyarakat tidak memiliki waktu untuk mengikuti seminar maupun workshop. Namun, melihat sedikitnya presensi masyarakat maka Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak tidak berhenti pada kegiatan sosialisasi dalam bentuk formal saja. Kemudian, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak melakukan kegiatan sosialisasi dalam bentuk informal diantaranya dengan menyebarkan selebaran, berbincang-bincang dengan masyarakat dari rumah ke rumah, di warung makan dan bahkan di ladang masyarakat itu sendiri. Alhasil, masyarakat mulai memiliki kesadaran untuk menangani secara bersama terhadap masalah kebakaran hutan di Kabupaten Siak.

B. Sumber Daya

(53)

memiliki kekurangan dari segi sumber daya, maka kebijakan tidak akan bisa terlaksana dengan efektif. Komponen sumber daya ini meliputi jumlah staf, keahlian dari para pelaksana, informasi yang relevan dan cukup untuk mengimplementasikan kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber terkait dalam pelaksanaan program, adanya kewenangan yang menjamin bahwa program dapat diarahkan kepada sebagaimana yang diharapkan, serta adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipakai untuk melakukan kegiatan program seperti dana, sarana dan prasarana.

(54)

Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait untuk dapat memenuhi kebutuhan para pelaksana strategi.

Implementasi kebijakan sangat membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dalam melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan agar pada akhirnya segala hal yang menjadi tujuan dan sasaran dapat tercapai secara maksimal. Dalam hal sumber daya manusia, hal yang menjadi sorotan utama adalah kualitas dan kuantitas para pelaksana strategi dalam mengimplementasikan suatu kebijakan. Dari segi kualitas sumber daya manusia dinilai berdasarkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh para pelaksana strategi. Sedangkan kuantitas menentukan sumber daya manusia berdasarkan jumlah para pelaksana strategi dalam pelaksanaan kebijakan. Sumber daya pelaksana startegi dalam segi kualitas sangat berkaitan erat dengan pendidikan dan pengalaman dikarenakan kemampuan dan keterampilan pada dasarnya diperoleh melalui pendidikan yang ditempuh dan pegalaman yang pernah dilalui.

(55)

beberapa strategi guna meningkatkan pengawasan hutan di Kabupaten Siak. Strategi dijalankan oleh para pegawai di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak yang memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda yang diantara mereka masih banyak yang berasak dari latar belakang yag jauh dari ruang lingkup kehutanan. Pelaksanaan strategi di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak tetap berjalan dengan lancar meskipun para pegawai berasal dari latar belakang pendidikan yang berbeda.

(56)

agar strategi yang sudah diciptakan sedemikian rupa dapat terlaksana secara maksimal dan mampu mencapai tujuan yang diharapkan.

Mengenai masalah keterbatasan jumlah peronil yang bekerja sebagai tim teknis di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak sekalipun memiliki Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), namun cakupan wilayah kebakaran hutan di Kabupaten Siak sangat luas serta memiliki sarana dan prasaran yang kurang memadai, maka dalam 5 (lima) tahun terakhir ini kinerja Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak kurang optimal, karena seharusnya Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak melepaskan ketergantungan kepada badan-badan yang terkait dalam menyelesaikan masalah kebakaran hutan secara bersama di Kabupaten Siak diantaranya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Siak, Manggala Agni Daerah Operasional Siak, Polisi Hutan dan Kejaksaan. Berdasarkan data, sebenarnya yang menjadi inti masalahnya terletak pada keterbatasan personil tim teknis adalah tidak meratanya pembagian personil tim tekni untuk tiap-tiap daerah yang rawan kebakaran hutan serta ketika sedang cuaca ekstrim.

(57)

Bencana Daerah (BPBD) yang mana memang diinstruksikan untuk membantu dinas dalam menangani masalah kebakaran hutan dan juga terdapan Manggala Agni yang selama ini juga telah bekerjasama dengan dinas dalam mengawasi dan mengendalikan hutan. Hal tersebut dikarenakan baik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Manggala Agni memang memiliki tugas dan fungsi yang sama dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dalam melaksanakan pengawasan serta pengendalian kebakaran hutan. BPBD dan Manggala Agni juga memiliki tenaga kerja yang telah terpenuhi dengan baik dari segi kualitas dan kuantitas dalam hal pengawasan dan pengendalian hutan sehingga hal itu dapat membantu Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak melaksanakan strategi nya dengan lebih baik lagi dan mampu menghasilkan kinerja yang benar-benar optimal.

(58)

melalui Kepala Bidang dan Kepala Bagian. Dalam proses penyaluran informasi inilah disampaikan berbagai informasi yang menyangkut strategi yang akan dilaksanakan di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak beserta prosedur pelaksanaan strategi untuk tiap bidang dan bagian di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak.

(59)

Implementasi kebijakan dapat berjalan dengan lancar apabila di dukung dengan fasilitas-fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan para implementor seperti dana, sarana, dan prasarana. Dalam melaksanakan kegiatan pelaksanaan pengawasan hutan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupate Siak mendapatkan dana dari APBD Kabupaten Siak. Begitu pula untuk dapat mengimplementasikan strategi, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak sudah menetapkan anggaran yang dibutuhkan tiap bidang dan bagian selama proses pelaksanaan strategi. Hal ini dimaksudkan agar segala program dan kegiatan guna meningkatkan pengawasan hutan di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dapat terlaksana secara efektif dan efisien.

(60)

pendukung selama proses implementasi strategi berlangsung, maka setiap implementor akan lebih mudah melaksanakan berbagai program dan kegiatan dari tiap strategi yang ada.

C. Disposisi

Agar dapat berjalan dengan efektif maka suatu kebijakan harus dapat diimplementasikan dengan terjalinnya hubungan yang saling mendukung antara pembuat kebijakan dengan pelaksana kebijakan (implementor). Disposisi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses impelementasi kebijakan, dimana disposisi ini menyangkut karakter yang dimiliki oleh implementor yaitu dari segi komitmen dan kejujuran implementor saat mengimplementasikan suatu kebijakan.

(61)

sosial yang disebabkan oleh strategi yang diimplementasikan Dinas Kehutanan dan Perkebunan belum optimal.

Selama proses implementasi berlangsung, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak juga mengalami masalah yang menyangkut disposisi. Data hasil wawancara Bapak Imul selaku Staff Teknis Manggala Agni menunjukkan bahwa kurang eratnya hubungan yang terjalin antara Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sika dengan Badan-badan terkait yang membantu tim teknis sehingga menyebabkan pelaksanaan pengawasan yang diselenggarakan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak tidak setiap saat berjalan dengan optimal. Hal itu terbukti pada tahun 2015 saat kasus kebakaran hutan yang terjadi dengan sangat massive serta dinyatakan sebagai bencana nasional sesungguhnya terdapatnya kesalahan dari keduabelah pihak yang melaksanakan pengendalian dan pengawasan hutan hanya pada area atau wilayahnya masing-masing. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak lebih menyelesaikan prioritasnya dibanding dengan menjalin kerjasama dengan tim teknis berbagai badan terkait.

(62)

Salah satu hal yang menjadi startegi yang telah diimplementasikan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak untuk mengatasi permasalah tersebut adalah dengan meningkatkan kuantitas sosialisasi kepada seluruh elemen terkait mengenail segala bentuk kegiatan terkait pelaksanaan hutan yang diselenggarakan secara bersinergi. Kegiatan sosialisasi tersebut mempunyai tujuan untuk lebih mempererat hubungan kerjasana antara Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak dengan seluruh elemen terkait yang akan berdampak pada tumbuhnya komitmen bersama untuk meningkatkan pelaksanaan pengawasan hutan di Kabupaten Siak.

(63)

yang ditetapkan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak guna meningkatkan pengawasan hutan di Kabupaten Siak.

D. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi yang dimiliki oleh para pelaksana kebijakan (implementor) turut mempengaruhi kemudahan dalam proses implementasi kebijakan. Apabila pelaksana kebijakan memiliki struktur birokrasi yang panjang dan rumit maka akan mempersulit implementasi kebijakan. Sebaliknya, jika implementor memiliki struktur birokrasi yang pendek dan jelas, maka akan lebih mengefektifkan proses implementasi kebijakan. Struktur birokrasi menunjukkan kejelasan dalam standar prosedur pelaksanaan (Standard Operating Procedures) yang digunakan pada saat proses implementasi berlangsung.

(64)

Kabupaten Siak berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakar dengan menjalankan berbagai strategi guna meningkatkan pengawasan hutan.

Struktur organisasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak yang relatif cukup panjang namun tetap turut mendukung proses implementasi strategi yang dilaksanakan oleh para pelaksana (implementor), karena sejauh ini tidak ada kendala yang sangat berarti ketika mengimplementasikan strategi-strategi serta cukup mudah dikoordinir dan diawasi baik oleh Kepala Dinas maupun oleh Kepala Bidang dan Kepala Bagian. Namun yang menjadi masalah dalam pembahasan mengenai struktur birokrasi dalam penelitian ini adalah kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak terhadap SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) terkait yang bekerja sebagai anggota tim teknis dimana terbagi di beberapa kecamatan di Kabupaten Siak yang jaraknya juga sangat memakan waktu yang banyak sehingga mengakibatkan lambatnya proses pengawasan yang dilakukan oleh Kepala Dinas terhadap SKPD tersebut.

(65)
(66)

terkait pengawasan hutan, dimana salah satu tujuan yang hendak dicapai adalah terselesaikannya dalam waktu yang singkat.

(67)

melakukan pengawasan terhadap hal tersebut dikarenakan hal ini belum adanya bidang yang secara khusus dibentuk untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja pegawai maupun anggota SKPD terkait. Pemantauan kinerja hanya dilakukan oleh Kepala-kepala Bidang yang mana tidak selalu intens dilakukan.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak melaksanakan tugasnya sebagai penyelenggara pengawasan hutan dengan berpedoman pada SOP (Standard Operating Procedures) yang berlaku. Begitu pun dalam hal mengimplementasi strategi, SOP inilah yang dijadikan dasar utama bagi setiap implementor di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak untuk bertindak. Jika dilihat secara struktur organisasi, setiap bidang yang ada di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak sudah melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan baik. Begitu pula dalam hal mengimplementasikan strategi, setiap bidang berupaya melaksanakan strategi melalui kinerja yang optimal di bidangnya masing-masing.

(68)

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 1.1 Luas Hutan Produksi
Tabel 1.2

Referensi

Dokumen terkait

Pembangunan Jalan Produksi dan Optimasi Lahan Perkebunan Belanja Modal Pekerjaan Konstruksi Paket Kabupaten Kerinci. DInas Kehutanan dan Perkebunan

Lampiran daftar paket Pemilihan Langsung Pascakualifikasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kerinci Tahun Anggaran 2014.. 1

- DINAS TANAMAN PANGAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja.. Kode Rekening Uraian

Pada penelitian ini, peneliti membuat judul “Pembuatan Website Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pacitan” dengan latar belakang penyampaian informasi Dinas Kehutanan

Berdasarkan Tujuan dan Sasaran yang telah ditetapkan sesuai Visi dan Misi dalam Rencana Strategis Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Badung, maka pada

Kini para petani diarahkan untuk membudidayakan tanaman tembakau sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedure) dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui bagaimana strategi Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Siak dalam Mengurangi jumlah

dengan kinerja pegawai pada Dinas Kehutanan Kabupaten Siak yang berlokasi di. Komplek Perkantoran Sungai Betung Kabupaten Siak, sehingga