• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implikasi Kebijakan

Dalam dokumen Kajian ANALIS ISU-ISU SEKTOR ESDM (Halaman 54-59)

Analisis Isu-Isu Sektor ESDM 2012

2.4. PERKEMBANGAN DAN OUTLOOK EKONOMI INDONESIA DAN IMPLIKASINYA PADA KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL

2.4.4 Implikasi Kebijakan

Komoditi yang termasuk dalam administered price adalah barang-barang yang mekanisme pembentukan harganya banyak dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Walaupun pada periode-periode lainnya pergerakan harga komponen ini terbentuk dari mekanisme pasar, namun pada periode tertentu terdapat pengaruh dari kebijakan pemerintah yang berdampak sangat signifikan terhadap pembentukan keseimbangan harga yang baru pada komponen ini. Sehingga dalam jangka panjang, pembentukan harga komponen ini dapat dikatakan lebih banyak dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah.

Kebijakan administered prices berpengaruh terhadap inflasi melalui jalur langsung dan tidak langsung. Dengan demikian kebijakan harga energi untuk BBM dan TDL pada sektor rumah tangga merupakan startegic administered price akan berdampak langsung terhadap administered prices, dan dampak tidak langsung terhadap inflasi core.

Sedangkan kebijakan pemerintah pada BBM dan TDL untuk sektor industri akan berdampak tidak langsung pada inflasi core. Bobot komponen administered price dalam pembentukan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) dapat menunjukkan seberapa besar peran pemerintah dalam perkembangan inflasi IHK.

Analisis Isu-Isu Sektor ESDM 2012

54 Sumber: Paparan BI

Gambar 2.26 Kebijakan Administered Prices terhadap Inflasi IHK

Sebagai ilustrasi, Bank Indonesia (BI) melakukan simulasi terhadap dampak kenaikan harga BBM dimana dengan kenaikan Rp 500 per liter maka akan memberikan dampak langsung terhadap inflasi sebesar 0,3%. Sedangkan dampak tidak langsung akan lebih kompleks perhitungannya dengan memperhitungkan kenaikan tarif baru untuk transportasi orang maupun barang.

Namun inflasi tidak langsung ini akan bersifat temporer one-time shock dan inflasi akan kembali menurun sesuai dengan kondisi fundamental perekonomian. Oleh karena itu, Bank Indonesia (BI) akan memantau dengan ketat setiap kebijakan pemerintah, khususnya untuk BBM agar dapat dapat dijaga target inflasinya, melalui penguatan operasi moneter untuk mengendalikan ekses likuiditas jangka pendek serta dengan tetap menjaga konsistensi kebijakan suku bunga dengan prakiraan makroekonomi ke depan.

52

Sebagai ilustrasi, Bank Indonesia (BI) melakukan simulasi terhadap dampak kenaikan harga BBM dimana dengan kenaikan Rp 500 per liter maka akan memberikan dampak langsung terhadap inflasi sebesar 0,3%. Sedangkan dampak tidak langsung akan lebih kompleks perhitungannya dengan memperhitungkan kenaikan tarif baru untuk transportasi orang maupun barang. Namun inflasi tidak langsung ini akan bersifat temporer one-time shock dan inflasi akan kembali menurun sesuai dengan kondisi fundamental perekonomian.

Oleh karena itu, Bank Indonesia (BI) akan memantau dengan ketat setiap kebijakan pemerintah, khususnya untuk BBM agar dapat dapat dijaga target inflasinya, melalui penguatan operasi moneter untuk mengendalikan ekses likuiditas jangka pendek serta dengan tetap menjaga konsistensi kebijakan suku bunga dengan prakiraan makroekonomi ke depan.

Sumber: Paparan BI

Gambar 2.27 Ekspektasi Inflasi Pedagang

Selain itu, ekspektasi inflasi akan dilakukan pula oleh pedagang terhadap rencana Pemerintah tentang kebijakan harga BBM seperti yang terlihat dalam gambar di atas. Untuk memetakan ekspektasi inflasi pedagang ini, BI secara melakukan Survei Konsumen (SK) dan Survei Penjualan Eceran (SPE) yang hasilnya diterbitkan dengan menampilkan indeks ekspektasi harga tiga dan enam bulan ke depan menurut perspektif konsumen dan pedagang.

Berdasarkan simulasi BI, kenaikan harga BBM bersubsidi yang dilakukan secara bertahap akan berdampak pada inflasi yang sedikit lebih rendah tetapi hal ini harus didukung dengan komunikasi yang baik untuk mengendalikan ekspektasi.

Analisis Isu-Isu Sektor ESDM

2012

55 Sumber: Paparan BI

Gambar 2.27 Ekspektasi Inflasi Pedagang

Selain itu, ekspektasi inflasi akan dilakukan pula oleh pedagang terhadap rencana Pemerintah tentang kebijakan harga BBM seperti yang terlihat dalam gambar di atas. Untuk memetakan ekspektasi inflasi pedagang ini, BI secara melakukan Survei Konsumen (SK) dan Survei Penjualan Eceran (SPE) yang hasilnya diterbitkan dengan menampilkan indeks ekspektasi harga tiga dan enam bulan ke depan menurut perspektif konsumen dan pedagang.

Berdasarkan simulasi BI, kenaikan harga BBM bersubsidi yang dilakukan secara bertahap akan berdampak pada inflasi yang sedikit lebih rendah tetapi hal ini harus didukung dengan komunikasi yang baik untuk mengendalikan ekspektasi.

Tabel 2.6 Dampak Kenaikan Harga BBM Langsung dan Bertahap

Sumber: Paparan BI

53 Tabel 2.6 Dampak Kenaikan Harga BBM Langsung dan Bertahap

Sumber: Paparan BI

Dari tabel di atas terlihat bahwa dampak langsung terhadap kenaikan harga BBM bersubsidi akan memengaruhi IHK, dimana setiap ada kenaikan BBM secara langsung sebesar Rp 500 per liter akan berdampak inflasi IHK sebesar 0,69-0,81%, kenaikan Rp 1000 per liter berdampak inflasi IHK sebesar 1,5-1,62%, sedangkan untuk kenaikan BBM sebesar Rp 1500 per liter akan berdampak inflasi IHK 2,43%.

Namun apabila kenaikan BBM tersebut dilakukan secara bertahap setiap triwulan sebesar Rp 500 per liter, akan berdampak pada inflasi IHK sebesar 2,35%. Besaran inflasi di atas sudah termasuk perhitungan terhadap dampak tidak langsung terhadap tarif angkutan umum, maupun ke komoditas lainnya.

Kebijakan pembatasan BBM untuk mobil pribadi berdasar kapasitas mesin akan memberikan tambahan tekanan terhadap inflasi dengan besaran yang relatif moderat. Dari analisis Bank Indonesia, untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi dengan asumsi mobil pribadi dengan kapasitas > 1.500 cc yang menggunakan Pertamax 30%, maka akan berdampak inflasi sebesar 0,19%. Untuk wilayah Jawa-Bali berdampak inflasi sebesar 0,17%. Sedangkan untuk total Jawa-Bali berdampak inflasi sebesar 0,36%.

Kenaikan TTL rumah tangga berdampak langsung pada IHK melalui komponen tarif listrik dalam keranjang IHK, sementara kenaikan TTL industri berdampak tidak langsung pada IHK melalui kenaikan biaya produksi.

Analisis Isu-Isu Sektor ESDM

2012

55 Sumber: Paparan BI

Gambar 2.27 Ekspektasi Inflasi Pedagang

Selain itu, ekspektasi inflasi akan dilakukan pula oleh pedagang terhadap rencana Pemerintah tentang kebijakan harga BBM seperti yang terlihat dalam gambar di atas. Untuk memetakan ekspektasi inflasi pedagang ini, BI secara melakukan Survei Konsumen (SK) dan Survei Penjualan Eceran (SPE) yang hasilnya diterbitkan dengan menampilkan indeks ekspektasi harga tiga dan enam bulan ke depan menurut perspektif konsumen dan pedagang.

Berdasarkan simulasi BI, kenaikan harga BBM bersubsidi yang dilakukan secara bertahap akan berdampak pada inflasi yang sedikit lebih rendah tetapi hal ini harus didukung dengan komunikasi yang baik untuk mengendalikan ekspektasi.

Tabel 2.6 Dampak Kenaikan Harga BBM Langsung dan Bertahap

Sumber: Paparan BI

54

Tabel 2.7 Dampak Inflasi dari Kenaikan TTL 2013

Dari tabel di atas, terlihat bahwa kenaikan TTL secara bertahap Triwulanan dengan total 22,09% (Tw I=5,39%, Tw II=6,91%, Tw III=5,07% dan Tw IV=4,73) akan berpengaruh terhadap total inflasi langsung sebesar 0,21%, dan inflasi dampak tidak langsung 0,18%, sehingga total inflasinya sebesar 0,39%. Total inflasi sebesar 0,39%

tersebut sama dengan apabila pemerintah menaikan TTL sebesar 15,40% secara langsung di awal tahun.

2.4.5 Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan

a. Pertumbuhan ekonomi global 2012 diperkirakan mencapai 3,1%

dan 2013 mencapai 3,4%.

b. Indeks harga ekspor non migas Indonesia (IHEx) Nov 2012 turun 11,9% (yoy) atau turun 2,9% (mom). Tahun 2013, IHEx diperkirakan akan naik 2% (yoy).

c. Di tengah perlambatan global, ekonomi Indonesia cukup resisten.

Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,3%, paling stabil di dunia dalam 5 tahun terakhir. Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih dalam kisaran 6,3 – 6,7% dengan faktor pendorong tetap dari permintaan domestik.

d. Selama periode 2002 – 2012 inflasi berdasarkan IHK dan inflasi inti (core inflation) menurun secara gradual. Inflasi tahun 2012 diperkirakan sedikit lebih rendah dari target sebesar 4,5%. Pada tahun 2013 inflasi diperkirakan 4,8% setelah menghitung dampak kenaikan TTL 15% (0,39%) dan kenaikan UMP rata-rata 29%

(0,25%).

e. Implikasi kebijakan energi pada perekonomian antara lain : - Kebijakan subsidi energi berdampak pada transaksi berjalan

dan stabilitas makroekonomi.

Analisis Isu-Isu Sektor ESDM

2012

56

Dari tabel di atas terlihat bahwa dampak langsung terhadap kenaikan harga BBM bersubsidi akan memengaruhi IHK, dimana setiap ada kenaikan BBM secara langsung sebesar Rp 500 per liter akan berdampak inflasi IHK sebesar 0,69-0,81%, kenaikan Rp 1000 per liter berdampak inflasi IHK sebesar 1,5-1,62%, sedangkan untuk kenaikan BBM sebesar Rp 1500 per liter akan berdampak inflasi IHK 2,43%. Namun apabila kenaikan BBM tersebut dilakukan secara bertahap setiap triwulan sebesar Rp 500 per liter, akan berdampak pada inflasi IHK sebesar 2,35%. Besaran inflasi di atas sudah termasuk perhitungan terhadap dampak tidak langsung terhadap tarif angkutan umum, maupun ke komoditas lainnya.

Kebijakan pembatasan BBM untuk mobil pribadi berdasar kapasitas mesin akan memberikan tambahan tekanan terhadap inflasi dengan besaran yang relatif moderat. Dari analisis Bank Indonesia, untuk wilayah Jabodetabek dengan asumsi mobil pribadi dengan kapasitas > 1.500 cc yang menggunakan Pertamax 30%, maka akan berdampak inflasi sebesar 0,19%. Untuk wilayah Jawa-Bali berdampak inflasi sebesar 0,17%. Sedangkan untuk total Jawa-Bali berdampak inflasi sebesar 0,36%.

Kenaikan TTL rumah tangga berdampak langsung pada IHK melalui komponen tarif listrik dalam keranjang IHK, sementara kenaikan TTL industri berdampak tidak langsung pada IHK melalui kenaikan biaya produksi.

Tabel 2.7 Dampak Inflasi dari Kenaikan TTL 2013

55 - Inflasi masih rentan terhadap perubahan kebijakan energi

(BBM dan TTL).

- Penyesuaian harga BBM harus memperhatikan waktu dan magnitude (besaran) untuk mengurangi dampak negatif jangka pendek terhadap perekonomian.

- Permintaan valas Pertamina sering menimbulkan volatilitas yang berlebihan.

f. Kebijakan subsidi BBM mendorong peningkatan konsumsi BBM karena besarnya gap antara harga BBM subsidi dengan non subsidi. Sementara produksi minyak mengalami trend yang menurun sehingga mendorong peningkatan impor produk minyak.

Hal ini menambah tekanan terhadap neraca pembayaran.

g. Kebijakan pembatasan BBM bersubsidi untuk mobil pribadi berdasar kapasitas mesin akan memberikan tambahan tekanan terhadap inflasi dengan besaran yang relatif moderat.

h. Kenaikan TTL rumah tangga berdampak langsung terhadap inflasi IHK melalui komponen tarif listrik. Kenaikan TTL industri berdampak tidak langsung terhadap inflasi IHK melalui kenaikan biaya produksi (biaya input).

i. Kenaikan harga BBM yang tinggi berdampak pada inflasi, melemahkan keyakinan konsumen dan pertumbuhan PDB.

Kenaikan harga BBM lebih dari 10% pada tahun 2005 menaikkan inflasi hingga 17% dan menurunkan PDB pada tahun 2006.

Rekomendasi:

a. Pemerintah harus dapat memberikan kepastian tentang kebijakan harga BBM serta metode apa yang dipakai sehingga dapat mengurangi resiko ekspektasi inflasi yang berlebihan dari masyarakat.

b. Untuk meminimalkan dampak kenaikan harga BBM bersubsidi terhadap inflasi maka harus dilakukan secara bertahap dan didukung komunikasi yang baik untuk mengendalikan ekspektasi.

c. Diperlukan data dan informasi yang jelas terhadap kebutuhan valas Pertamina untuk mengimpor minyak/BBM sehingga pengelolaan pasar valas dapat diatur dengan baik untuk mengurangi volatitas nilai tukar.

56 BAB III.

MENCARI TEROBOSAN INVESTASI PANAS BUMI INDONESIA

Dalam dokumen Kajian ANALIS ISU-ISU SEKTOR ESDM (Halaman 54-59)

Dokumen terkait