Analisis Isu-Isu Sektor ESDM 2012
2.2. KEBIJAKAN SUBSIDI BBM 1. Landasan Hukum
2.2.4. Outlook Subsidi BBM Tahun 2013
Besaran subsidi BBM selain dipengaruhi oleh besaran volume konsumsi BBM bersubsidi juga dipengaruhi oleh harga minyak bumi dan nilai tukar rupiah.
Analisis Isu-Isu Sektor ESDM
201227
HargaTransaksi Jual Beli di Pasar Singapura yang dipublikasikan secara harian;
Sampai dengan akhir 2005, MOPS digunakan sebagai referensi penetapan harga jual BBM. Mulai 1 Januari 2006, MOPS digunakan sebagai reference penetapan harga patokan dengan pertimbangan sebagai border price refference yang most likely memasok BBM ke Indonesia
Tabel 2.3 Biaya Distribusi dan Margin
2.2.4. Outlook Subsidi BBM Tahun 2013
Besaran subsidi BBM selain dipengaruhi oleh besaran volume konsumsi BBM bersubsidi juga dipengaruhi oleh harga minyak bumi dan nilai tukar rupiah.
29 Trend ICP tahun 2012 (s.d 18 Desember 2012) mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada bulan Maret 2012 dengan rata-rata ICP bulan Maret 2012 sebesar US$128,14/barel dan penurunan terendah pada bulan Juni 2012 dengan rata-rata ICP bulan Juni 2012 sebesar US$99,08/barel, kemudian bulan-bulan selanjutnya berada pada kisaran US$102 – US$111/barel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga minyak antara lain: kondisi geopolitik di kawasan Timur Tengah dan Afrika yang tidak stabil dan menimbulkan kekhawatiran akan terhambatnya pasokan minyak, kekhawatiran pasar terhadap prospek penyelesaian krisis hutang Yunani dan atas ancaman resesi ekonomi global salah satunya resesi ekonomi di AS akibat fiscal cliff.
Harga BBM tahun 2012 tidak dinaikkan, karena sesuai APBN-P 2012 harga ICP 6 bulan kebelakang selama tahun 2012 tidak pernah melebihi 15% dari asumsi APBN-P sebesar US$ 105/barel atau sebesar US$ 120,75/barel.
Analisis Isu-Isu Sektor ESDM
201228
Sumber: Laporan esdm 2012 dan rencana 2013, KESDM
Gambar 2.11 Perkembangan Harga Minyak Indonesia Dan Minyak Utama Dunia
Trend ICP tahun 2012 (s.d 18 Desember 2012) mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada bulan Maret 2012 dengan rata-rata ICP bulan Maret 2012 sebesar US$128.14/barel dan penurunan terendah pada bulan Juni 2012 dengan rata-rata ICP bulan Juni 2012 sebesar US$99.08/barel, kemudian bulan-bulan selanjutnya berada pada kisaran US$102 – US$111/barel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga minyak antara lain: kondisi geopolitik di kawasan Timur Tengah dan Afrika yang tidak stabil dan menimbulkan kekhawatiran akan terhambatnya pasokan minyak, kekhawatiran pasar terhadap prospek penyelesaian krisis hutang Yunani dan atas ancaman resesi ekonomi global salah satunya resesi ekonomi di AS akibat fiscal cliff.
Harga BBM tahun 2012 tidak dinaikkan, karena sesuai APBN-P 2012 harga ICP 6 bulan kebelakang selama tahun 2012 tidak pernah melebihi 15% dari asumsi APBN-P sebesar US$ 105/barel atau sebesar US$ 120,75/barel.
30
Keterangan:
1. Short Term Energy Outlook, 7 Agustus 2012 2. Hasil pooling Reuters 29 Agustus 2012
3. CGES: Center For Global Energy Studies, Monthly Oil Report volume 21 issue 8, 20 Agustus 2012
Harga minyak dunia cenderung mengalami peningkatan di triwulan I Tahun 2012, sebagai akibat dari memburuknya situasi geopolitik di Timur Tengah, serta belum pulihnya krisis hutang dan finansial Eropa dan Amerika namun cenderung turun di awal triwulan II Tahun 2012 sebagai akibat mulai meredanya ketegangan di Timur Tengah dan membaiknya perkonomian Amerika .
Prediksi harga minyak dunia pada 2013 berdasarkan berbagai sumber (Reuters, DOE & OPEC) berkisar antara US$ 80 – 140/barel. (status mei 2012)
Berdasarkan perkembangan realisasi ICP dan harga minyak dunia, prediksi harga minyak dunia tahun 2013 dari berbagai sumber, serta masih tingginya ketidakpastian faktor-faktor yang mempengaruhi harga minyak, seperti pertumbuhan ekonomi dan kondisi geopolitik di kawasan penghasil minyak maka ICP untuk RAPBN 2013, yang diusulkan pada kisaran US$ 100 - 120/barel dan disetujui dalam APBN 2013 sebesar US$ 100/ barrel.
Analisis Isu-Isu Sektor ESDM
201229 Sumber: Ditjen Migas, 2012
Gambar 2.12 Proyeksi Harga Minyak Mentah Indonesia 2013 Keterangan:
1. Short Term Energy Outlook, 7 Agustus 2012 2. Hasil pooling Reuters 29 Agustus 2012
3. CGES: Center For Global Energy Studies, Monthly Oil Report volume 21 issue 8, 20 Agustus 2012
Harga minyak dunia cenderung mengalami peningkatan di triwulan I Tahun 2012, sebagai akibat dari memburuknya situasi geopolitik di Timur Tengah, serta belum pulihnya krisis hutang dan finansial Eropa dan Amerika namun cenderung turun di awal triwulan II Tahun 2012 sebagai akibat mulai meredanya ketegangan di Timur Tengah dan membaiknya perkonomian Amerika .
Prediksi harga minyak dunia pada 2013 berdasarkan berbagai sumber (Reuters, DOE & OPEC) berkisar antara US$ 80 – 140/barel. (status mei 2012)
Berdasarkan perkembangan realisasi ICP dan harga minyak dunia, prediksi harga minyak dunia tahun 2013 dari berbagai sumber, serta masih tingginya ketidakpastian faktor-faktor yang mempengaruhi harga minyak, seperti pertumbuhan ekonomi dan kondisi geopolitik di kawasan penghasil minyak
31 Gambar 2.13 Prosuksi Migas Nasional
Berbagai langkah-langkah strategis dalam upaya peningkatan produksi migas dilakukan melalui penerapan Inpres No. 2 Tahun 2012 tentang Peningkatan Produksi Minyak Bumi Nasional, intensifikasi penerapan Pedoman Kebijakan Peningkatan Produksi Migas (re. Permen ESDM No 6/2010), mengoptimalkan Tim Pengawasan Peningkatan Produksi Migas dan Tim Monitoring Fasilitas Produksi yang antara lain untuk mengurangi gangguan produksi.
Analisis Isu-Isu Sektor ESDM
201230
maka ICP untuk RAPBN 2013, yang diusulkan pada kisaran US$ 100 - 120/barel dan disetujui dalam APBN 2013 sebesar US$ 100/ barrel.
Sumber: Ditjen Migas, 2012
Gambar 2.13 Produksi Migas Nasional
Sumber: Ditjen Migas, 2012
Gambar 2.14 Prognosa Produksi/Lifting Minyak Bumi 2013
Berbagai langkah-langkah strategis dalam upaya peningkatan produksi migas dilakukan melalui penerapan Inpres No. 2 Tahun 2012 tentang Peningkatan Produksi Minyak Bumi Nasional, intensifikasi penerapan Pedoman Kebijakan Peningkatan Produksi Migas (re. Permen ESDM No
Analisis Isu-Isu Sektor ESDM
201230
maka ICP untuk RAPBN 2013, yang diusulkan pada kisaran US$ 100 - 120/barel dan disetujui dalam APBN 2013 sebesar US$ 100/ barrel.
Sumber: Ditjen Migas, 2012
Gambar 2.13 Produksi Migas Nasional
Sumber: Ditjen Migas, 2012
Gambar 2.14 Prognosa Produksi/Lifting Minyak Bumi 2013
Berbagai langkah-langkah strategis dalam upaya peningkatan produksi migas dilakukan melalui penerapan Inpres No. 2 Tahun 2012 tentang Peningkatan Produksi Minyak Bumi Nasional, intensifikasi penerapan Pedoman Kebijakan Peningkatan Produksi Migas (re. Permen ESDM No
32
Berdasarkan perkembangan produksi 2011, dan upaya peningkatan produksi, serta perkiraan adanya tambahan produksi dari pengembangan lapangan baru, maka prognosa lifting minyak bumi dan kondensat pada RAPBN 2013 diusulkan sebesar 890 - 930 ribu Barel Oil Per Day (BOPD), sedangkan disetujui dalam APBN 2013 sebesar 900.000 barrel/hari.
Berbagai langkah-langkah strategis dalam upaya peningkatan produksi gas bumi antara lain melalui intensifikasi penerapan Pedoman Kebijakan Peningkatan Produksi Migas (re. Permen ESDM No 6/2010), mengoptimalkan Tim Pengawasan Peningkatan Produksi Migas dan Tim Monitoring Fasilitas Produksi yang antara lain untuk mengurangi gangguan produksi.
Berdasarkan perkembangan produksi gas di tahun 2012 dan upaya peningkatan produksi, serta perkiraan adanya tambahan produksi dari pengembangan lapangan baru, maka prognosa lifting gas bumi pada APBN 2013 disetujui sebesar 1.360 Ribu BOEPD.
Berdasarkan perkembangan produksi migas di tahun 2012, dan upaya peningkatan produksi, serta perkiraan adanya tambahan produksi dari pengembangan lapangan baru, maka prognosa produksi/lifting migas pada APBN 2013 disetujui sebesar 2.260 Ribu BOEPD.
Analisis Isu-Isu Sektor ESDM
201231
6/2010), mengoptimalkan Tim Pengawasan Peningkatan Produksi Migas dan Tim Monitoring Fasilitas Produksi yang antara lain untuk mengurangi gangguan produksi.
Berdasarkan perkembangan produksi 2011, dan upaya peningkatan produksi, serta perkiraan adanya tambahan produksi dari pengembangan lapangan baru, maka prognosa lifting minyak bumi dan kondensat pada RAPBN 2013 diusulkan sebesar 890 - 930 ribu BOPD, sedangkan disetujui dalam APBN 2013 sebesar 900.000 barrel/hari.
Sumber: Ditjen Migas, 2012
Gambar 2.15 Prognosa Lifting Gas Bumi 2013
Berbagai langkah-langkah strategis dalam upaya peningkatan produksi gas bumi antara lain melalui intensifikasi penerapan Pedoman Kebijakan Peningkatan Produksi Migas (re. Permen ESDM No 6/2010), mengoptimalkan Tim Pengawasan Peningkatan Produksi Migas dan Tim Monitoring Fasilitas Produksi yang antara lain untuk mengurangi gangguan produksi.
Berdasarkan perkembangan produksi gas di tahun 2012 dan upaya peningkatan produksi, serta perkiraan adanya tambahan produksi dari pengembangan lapangan baru, maka prognosa lifting gas bumi pada APBN 2013 disetujui sebesar 1.360 Ribu BOEPD.
Analisis Isu-Isu Sektor ESDM
201232 Sumber: Ditjen Migas, 2012
Gambar 2.16 Prognosa Lifting Migas 2013
Berdasarkan perkembangan produksi migas di tahun 2012, dan upaya peningkatan produksi, serta perkiraan adanya tambahan produksi dari pengembangan lapangan baru, maka prognosa produksi/lifting migas pada APBN 2013 disetujui sebesar 2.260 Ribu BOEPD.
Tabel 2.4 Volume BBM Bersubsidi
Sumber: Ditjen Migas, 2012
Proyeksi Volume BBM bersubsidi tahun 2013, diperkirakan sekitar 45,0 – 48,0 juta KL dengan memperhatikan tingkat keberhasilan dari program penghematan BBM bersubsidi tahun 2012 dan kelanjutannya. Volume BBM bersubsidi tahun 2013 dapat dikendalikan menjadi 45 juta KL apabila program penghematan BBM tahun 2012 tetap diimplementasikan dan adanya penyesuaian harga jual BBM.
Volume BBM bersubsidi tahun 2013 dapat mencapai 48 juta KL apabila program penghematan belum sesuai yang diharapkan dan penyesuaian harga BBM tidak dapat dilaksanakan di tahun 2013. Proyeksi tersebut adalah pertumbuhan dari hasil penghematan tahun 2012 yang diperkirakan menjadi
33 Proyeksi Volume BBM bersubsidi tahun 2013, diperkirakan sekitar 45,0 – 48,0 juta KL dengan memperhatikan tingkat keberhasilan dari program penghematan BBM bersubsidi tahun 2012 dan kelanjutannya.
Volume BBM bersubsidi tahun 2013 dapat dikendalikan menjadi 45 juta KL apabila program penghematan BBM tahun 2012 tetap diimplementasikan dan adanya penyesuaian harga jual BBM.
Volume BBM bersubsidi tahun 2013 dapat mencapai 48 juta KL apabila program penghematan belum sesuai yang diharapkan dan penyesuaian harga BBM tidak dapat dilaksanakan di tahun 2013.
Proyeksi tersebut adalah pertumbuhan dari hasil penghematan tahun 2012 yang diperkirakan menjadi 44 juta KL dengan pertumbuhan 9%. Dalam kesepakatan antara Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat telah disepakati dalam APBN 2013 volume subsidi BBM dan BBN sebesar 46,01 Juta KL, volume subsidi LPG 3 kg sebesar 3,86 Juta Mton.
Analisis Isu-Isu Sektor ESDM
201232 Sumber: Ditjen Migas, 2012
Gambar 2.16 Prognosa Lifting Migas 2013
Berdasarkan perkembangan produksi migas di tahun 2012, dan upaya peningkatan produksi, serta perkiraan adanya tambahan produksi dari pengembangan lapangan baru, maka prognosa produksi/lifting migas pada APBN 2013 disetujui sebesar 2.260 Ribu BOEPD.
Tabel 2.4 Volume BBM Bersubsidi
Sumber: Ditjen Migas, 2012
Proyeksi Volume BBM bersubsidi tahun 2013, diperkirakan sekitar 45,0 – 48,0 juta KL dengan memperhatikan tingkat keberhasilan dari program penghematan BBM bersubsidi tahun 2012 dan kelanjutannya. Volume BBM bersubsidi tahun 2013 dapat dikendalikan menjadi 45 juta KL apabila program penghematan BBM tahun 2012 tetap diimplementasikan dan adanya penyesuaian harga jual BBM.
Volume BBM bersubsidi tahun 2013 dapat mencapai 48 juta KL apabila program penghematan belum sesuai yang diharapkan dan penyesuaian harga BBM tidak dapat dilaksanakan di tahun 2013. Proyeksi tersebut adalah pertumbuhan dari hasil penghematan tahun 2012 yang diperkirakan menjadi
Analisis Isu-Isu Sektor ESDM
201233
44 juta KL dengan pertumbuhan 9%. Dalam kesepakatan antara Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat telah disepakati dalam APBN 2013 volume subsidi BBM dan BBN sebesar 46,01 Juta KL, volume subsidi LPG 3 kg sebesar 3,86 Juta Mton.
Tabel 2.5 Subsidi BBN
SATUAN
2012 2013
APBN-P REALISASI sd 31 Ags
20121) Outlook KESEPAKATAN KOMISI VII2) NOTA KEUANGAN Sumber: Ditjen Migas, 2012
Catatan:
Perbandingan harga BBN, terhadap harga BBM fosil cenderung mengalami penurunan, namun harga penyediaannya masih diatas harga BBM fosil, untuk itu pada APBN 2013 disetujui tambahan subsidi BBN sebesar Rp.
3.000/liter untuk biodiesel dan Rp. 3.500/liter untuk bioethanol.
Sejalan dengan perkembangan program konversi Minyak tanah ke LPG 3 kg dan perkembangan pemakaian dari pengguna LPG 3 kg untuk isi ulang/refill LPG 3 kg tahun 2013 diproyeksikan sebesar 3,86 – 4,29 juta Metrik Ton, dan yang disetujui dalam APBN 2013 sebesar 3,86 Juta Mton.
Program konversi tahun 2013 direncanakan dilaksanakan untuk Kabupaten/Kota yang belum terkonversi di Provinsi yang sudah terkonversi dan penyisiran rumah tangga yang belum mendapatkan paket konversi.
34 Catatan :
Perbandingan harga BBN, terhadap harga BBM fosil cenderung mengalami penurunan, namun harga penyediaannya masih diatas harga BBM fosil, untuk itu pada APBN 2013 disetujui tambahan subsidi BBN sebesar Rp. 3.000/liter untuk biodiesel dan Rp. 3.500/
liter untuk bioethanol.
Sejalan dengan perkembangan program konversi minyak tanah ke LPG 3 kg dan perkembangan pemakaian dari pengguna LPG 3 kg untuk isi ulang/refill LPG 3 kg tahun 2013 diproyeksikan sebesar 3,86 – 4,29 juta Metrik Ton, dan yang disetujui dalam APBN 2013 sebesar 3,86 Juta Mton.
Program konversi tahun 2013 direncanakan dilaksanakan untuk Kabupaten/Kota yang belum terkonversi di Provinsi yang sudah terkonversi dan penyisiran rumah tangga yang belum mendapatkan paket konversi.
- Volume subsidi BBM dan BBN pada tahun 2013 sesua dengan nota keuangan sebesar 46,01Juta KL.
- Volume LPG 3 Kg sebesar 3,86 Juta MTon - Subsidi Biodiesel (BBN) sebesar Rp 3.000/ liter - Subsidi Bioethanol (BBN) sebesar Rp 3.500/ liter - Subsidi untuk LGV sebesar Rp 1.500/ liter
- BBM (Alpha) sebesar Rp 642,64/ liter (Alpha BBM dengan asumsi ICP: US$ 100/bbl, Kurs Rp. 9.300/US$)
Analisis Isu-Isu Sektor ESDM
201233
44 juta KL dengan pertumbuhan 9%. Dalam kesepakatan antara Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat telah disepakati dalam APBN 2013 volume subsidi BBM dan BBN sebesar 46,01 Juta KL, volume subsidi LPG 3 kg sebesar 3,86 Juta Mton.
Tabel 2.5 Subsidi BBN
SATUAN
2012 2013
APBN-P REALISASI sd 31 Ags
20121) Outlook KESEPAKATAN KOMISI VII2) NOTA KEUANGAN Sumber: Ditjen Migas, 2012
Catatan:
Perbandingan harga BBN, terhadap harga BBM fosil cenderung mengalami penurunan, namun harga penyediaannya masih diatas harga BBM fosil, untuk itu pada APBN 2013 disetujui tambahan subsidi BBN sebesar Rp.
3.000/liter untuk biodiesel dan Rp. 3.500/liter untuk bioethanol.
Sejalan dengan perkembangan program konversi Minyak tanah ke LPG 3 kg dan perkembangan pemakaian dari pengguna LPG 3 kg untuk isi ulang/refill LPG 3 kg tahun 2013 diproyeksikan sebesar 3,86 – 4,29 juta Metrik Ton, dan yang disetujui dalam APBN 2013 sebesar 3,86 Juta Mton.
Program konversi tahun 2013 direncanakan dilaksanakan untuk Kabupaten/Kota yang belum terkonversi di Provinsi yang sudah terkonversi dan penyisiran rumah tangga yang belum mendapatkan paket konversi.
35 2. Sebesar 25% kelompok rumah tangga dengan penghasilan
(pengeluaran) per bulan tertinggi justru yang menerima alokasi subsidi yaitu sebesar 77%. Sementara kelompok 25% kelompok rumah tangga dengan penghasilan (pengeluaran) per bulan terendah hanya menerima subsidi sekitar 15%.
3. Penyebab terjadinya over kuota yang berlangsung hampir setiap tahunnya adalah sebagai berikut:
• Meningkatnya pertumbuhan ekonomi.
• Program pengaturan BBM bersubsidi yang telah direncanakan tidak dapat dilaksanakan secara penuh
• Terjadinya peningkatan penjualan mobil & motor .
• Tingginya disparitas harga BBM bersubsidi dan BBM non subsidi sehingga terjadi migrasi konsumen dari BBM Non Subsidi ke BBM Bersubsidi.
4. Upaya pemerintah dalam rangka mengurangi konsumsi BBM bersubsidi :
• Pengalihan Subsidi Harga ke Subsidi Langsung dan Bantuan Sosial melalui penguatan program-program penanggulangan kemiskinan.
• Pengurangan Volume (Q ) BBM tertentu, dengan cara : - Pengurangan pemakaian Bahan Bakar Minyak Tertentu - Diversifikasi energi
- Penerapan Sistem Distribusi Tertutup untuk pengguna tertentu - Insentif dan Disinsentif Fiskal
• Pemilihan Harga Patokan BBM yang tepat - Menekan biaya distribusi BBM
- Menghitung harga keekonomian penyediaan BBM
- Penetapan Harga Jual BBM tertentu sesuai daya beli pengguna tertentu
2.2.6. Rekomendasi
1. Semakin tingginya beban APBN untuk subsidi bbm yang ditanggung oleh pemerintah, dimana tahun 2013 hampir mencapai Rp. 300 Triliun, maka perlunya penyesuaian harga BBM, agar APBN lebih sehat dan dananya dapat dialokasikan ke infrastruktur.
2. Perlunya sosialisasi yang lebih intens kepada masyarakat tentang
36
hemat energi, khususnya energi fosil.
3. Perlunya kebijakan pemerintah yang dapat menurunkan tingkat penjualan kendaraan bermotor, sebagai contoh kebijakan uang muka (DP) untuk kredit kendaraan bermotor, dan bunga bank.
4. Perlunya diversifikasi BBM dengan bahan bakar lainnya, BBG maupun BBN untuk kendaraan bermotor.
5. Perlunya perbaikan moda transportasi massa dengan bahan bakar gas yang lebih aman dan nyaman, agar dapat mengalihkan pemakaian kendaraan pribadi ke kendaraan umum.
2.3. KEBIJAKAN EKSPOR MINERAL DAN BATUBARA