• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implikasi Nilai-nilai Pendidikan Agama dalam Keluarga Terhadap Perkembangan Agama Anak. Perkembangan Agama Anak

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN

C. Implikasi Nilai-nilai Pendidikan Agama dalam Keluarga Terhadap Perkembangan Agama Anak. Perkembangan Agama Anak





18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. 19. dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai (Q.S. Luqman [31]: 18-19) (Departemen Agama RI, 2005: 413).

Pendidikan akhlak di dalam keluarga dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari orang tua. Perilaku dan sopan santun orang tua dalam hubungan dan pergaulan antara ibu dan bapak, perlakuan orang tua terhadap anak-anak mereka, dan perlakuan orang tua terhadap orang lain di daalm lingkungan keluarga dan di lingkungan masyarakat, akan menjadi teladan bagi anak-anak.

C. Implikasi Nilai-nilai Pendidikan Agama dalam Keluarga Terhadap Perkembangan Agama Anak.

1. Anak mengenal Tuhan, melalui bahasa, dari kata-kata orang yang ada di lingkungannya (Darajat, 2015: 43), terutama ucapan ibunya waktu ia kecil. Apa pun yang dikatakan ibunya tentang Tuhan, akan diterimanya dan dibawanya sampai dewasa. Oleh karena itu, ibu perlu berhati-hati menjawab pertanyaan anak tentang Tuhan atau pokok-pokok keimanan lainnya.

2. Anak mulai mengenal agama lewat pengalamannya melihat orang tua melaksanakan ibadah, mendengarkan kata Allah dan kata-kata agamis yang mereka ucapkan dalam berbagai kesempatan.

88

3. Kemajuan pikiran, keterampilan dan kepandaian dalam berbagai bidang akan memantul kepada si anak. Mulai kecil si ibu menidurkan anaknya dengan dendang dan senandung yang merdu, menumbuhkan pada anak jiwa seni. Karya ibu dalam bidang yang dapat dilihat, didengar dan dirasakan anak, akan menyebabkannya tertarik kepada hasil-hasil karya tersebut. Maka pembinaan kebudayaan pada anak oleh ibunya, berlangsung secara tidak sengaja, dibawa bersama dalam kehidupan dan penampilan ibu dihadapan anaknya setiap harinya.

4. Pembentukan kepribadian anak. Berbahagialah anak yang lahir dan dibesarkan oleh ibu yang saleh, penyayang dan bijaksana. Karena pertumbuhan anak terjadi melalui seluruh pengalaman yang diterimanya sejak dalam kandungan. Sikap positif ibu terhadap janin, dan ketentraman batinnya dalam hidup, menyebabkan saraf-saraf bekerja lancar dan wajar, karena tidak ada goncangan jiwa yang menegangkan, yang nanti menjadi dasar pertama dalam pertumbuhan selanjutnya setelah lahir. Pembentukan kepribadian berkaitan erat dengan pembinaan iman dan akhlak. Kepribadian terbentuk melalui semua pengalaman dan nilai-nilai yang diserapnya dalam pertumbuhan dan perkembangannya, terutama pada tahun-tahun pertama dari umurnya. Apabila nilai-nilai agama banyak masuk ke dalam pembentukan kepribadian seseorang, maka tingkah laku orang tersebut akan banyak diarahkan dan dikendalikan oleh nilai-nilai agama.

89

5. Kualitas hubungan anak dan orang tuanya akan mempengaruhi keyakinan beragamanya di kemudian hari. Apabila ia merasa disayang dan diperlakukan adil, maka ia akan meniru orang tuanya dan menyerap agama dan nilai-nilai yang dianut oleh orang tuanya. Dan jika yang terjadi sebaliknya, maka ia menjauhi apa yang diharapkan orang tuanya, mungkin ia tidak mau melaksanakan ajaran agama dalam hidupnya, tidak shalat, tidak puasa dan sebagainya.

6. Akhlak, sopan santun, dan gaya anak menghadapi orang tuanya, banyak tergantung pada sikap orang tua terhadap anak. Apabila anak merasa terpenuhi semua kebutuhan pokoknya (jasmani, kejiwaan, dan sosial), maka anak akan menyayangi, menghargai, dan menghormati orang tuanya. Akan tetapi, apabila anak merasa terhalang pemenuhan kebutuhannya oleh orang tuanya, misalnya ia merasa tidak disayangi atau dibenci, suasana dalam keluarga yang tidak tenteram, sering kali menyebabkannya takut dan tertekan oleh perlakuan orang tuanya, atau orang tuanya tidak adil dalam mendidik dan memperlakukan anak-anaknya, maka perilaku anak tersebut boleh jadi bertentangan dengan yang diharapkan oleh orang tuanya, karena ia tidak mau menerima keadaan yang tidak menyenangkan itu.

7. Perkembangan sikap sosial pada anak terbentuk mulai di dalam keluarga. Orang tua yang penyayang, lemah lembut, adil dan bijaksana, akan menumbuhkan sikap sosial yang menyenangkan pada anak. Ia akan terlihat ramah, gembira dan segera akrab dengan orang lain. Karena ia

90

merasa diterima dan disayangi oleh orang tuanya, maka akan bertumbuh padanya rasa percaya diri dan percaya terhadap lingkungannya, hal yang menunjang terbentuk pribadinya yang menyenangkan dan suka bergaul. Demikian pula jika sebaliknya orang tua keras, kurang perhatian kepada anak dan kurang akrab, sering bertengkar antara satu sama lain (ibu-bapak), maka si anak akan berkembang menjadi anak yang kurang pandai bergaul, menjauh dari teman-temannya, mengisolasi diri dan mudah terangsang untuk berkelahi, dan pribadi negatif, yang condong kepada curiga dan antipati terhadap lingkungannya.

BAB V PENUTUP

91 A. Kesimpulan

Setelah penulis menguraikan mengenai nilai-nilai pendidikan agama dalam keluarga menurut Nurcholish Madjid, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Nilai-nilai pendidikan agama dalam keluarga menurut Nurcholish Madjid dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek, yaitu nilai pendidikan akhlak (menyangkut etika dan moral), nilai pendidikan ibadah (pelaksanaan kewajiban-kewajiban formal agama, berupa ibadat-ibadat), nilai pendidikan aqidah (keimanan kepada Allah Swt.). Hak orang tua dari anak yaitu berupa perbuatan baik dari pihak anak kepada ibu-ayahnya yang hukumnya wajib (melayani orang tuanya dengan baik, lemah-lembut menyayanginya, selalu menghormati dan menunjukkan sikap sopan santun walau mereka kafir, berterimakasih atas jasa-jasa mereka, taat mematuhi perintah orang tua yang berhubungan dengan kebenaran dan kebaikan, tidak pada perkara yang bathil atau munkar). Orang tua berperan sebagai pendidik agama dalam keluarga (membentuk dan membina kepribadian anak yang utama sesuai petunjuk agama, menuntun, membimbing, dan menumbuhkembangkan anaknya menjadi orang shalih yang bermanfaat bagi sesamanya dan dirinya), sedangkan guru mengaji dan guru agama di sekolah adalah sebagai wakil-wakil orang tua dan pelanjut orang tua dalam menumbuhkembangkan potensi keagamaan dalam diri anak, jadi peran

92

mereka hanya sebagai pengajar agama, yakni penuntun ke arah segi-segi kognitif agama (ritual dan formal agama).

2. Implementasi nilai-nilai pendidikan agama dalam keluarga menurut Nurcholish Madjid adalah sebagai berikut: mendidik dengan keteladanan, membiasakan sholat berjamaah, menanamkan nilai dimensi hidup ketuhanan (taqwa, iman, islam, ikhlas, tawakal, syukur, sabar), menanamkan nilai dimensi hidup kemanusiaan dalam diri anak (silaturahmi, persaudaraan, persamaan, adil, baik sangka, rendah hati, tepat janji, lapang dada, dapat dipercaya, perwira, hemat dan dermawan), menerapkan pola asuh anak yang benar (menumbuhkembangkan pendidikan moral dan agama anak, menerapkan metode keteladanan yang dijiwai dengan semangat menanamkan nilai-nilai religius dalam diri anak, dan menekankan nilai-nilai apa yang terkandung dalam ritual formal agama). Anak-anak memerlukan pendidikan agama sejak kecil, hal tersebut mengharuskan orang tua untuk memanfaatkan masa kanak-kanak dengan sebaik-baiknya dengan cara menanamkan nilai-nilai keagamaan. Hal tersebut sesuai dengan ayat-ayat dalam Al-Qur’an tentang pendidikan agama dalam keluarga, orang tua harus menjadi sosok ideal bagi anak (mendidik dengan keteladanan, membina iman dan tauhid, dan akhlak anak). Hal tersebut akan membentuk akhlak, sikap, dan kepribadian anak, karena anak mengenal Tuhan dan agama, lewat pengalamannya mendengar dan melihat ibadah atau segala sesuatu yang orang tua mereka lakukan.

93

B. Saran

Setelah penulis mengadakan kajian mengenai pendidikan agama dalam keluarga menurut Nurcholish Madjid, ada beberapa saran yang penulis sampaikan:

1. Bagi Orang Tua

Mendidik anak merupakan salah satu kewajiban orang tua sebagai konsekwensi dan komitmennya untuk membina rumah tangga melalui pernikahan. Hendaknya para orang tua dapat menjadi uswah hasanah bagi anaknya dengan menjaga sikap dan tingkah lakunya di hadapan anak-anaknya sejak dini. Senantiasa mendidik anak-anak-anaknya dengan penuh kasih sayang serta memperhatikan perkembangan dari berbagai aspek keagamaannya.

2. Bagi Masyarakat

Sebelum memasuki gerbang pernikahan atau menjadi ayah dan ibu hendaknya para calon orang tua menyiapkan mental dan mempelajari pendidikan agama lebih dalam guna mempersiapkan pendidikan agama yang lebih baik bagi anaknya, karena tidak dapat dipungkiri agama berperan sebagai peletak dasar atau fondasi bagi kehidupan seseorang.