• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implikasi Pendidikan Fikih Multi Madhhab Terhadap Kearifan Keberagamaan

DAN PENDIDIKAN FIKIH MULTI MADHHAB

A. Pendidikan Pesantren 1. Pengertian Pendidikan

6. Implikasi Pendidikan Fikih Multi Madhhab Terhadap Kearifan Keberagamaan

157

datang. Pendidikan bukan berfungsi mengawetkan kebudayaan masa lalu,

melainkan untuk menyiapkan peserta didik agar dapat menyesuaikan dan

merespon tuntutan zaman. Oleh karena itu, sesuatu yang diberikan kepada

peserta didik harus teruji dan memiliki nilai guna.206

6. Implikasi Pendidikan Fikih Multi Madhhab Terhadap Kearifan Keberagamaan

Perbedaan adalah sunnah Allah (ketentuan Allah swt.), karena

Allah Pencipta alam semesta ini, seperti manusia, binatang,

tumbuh-tumbuhan, dan lainnya dengan penuh keanika-ragaman, dan dengan

perbedaan bisa membedakan satu dengan lainnya walau satu jenis yang

sama. Allah swt., berfirman:

َٓ ِِ َٚ بُٙٔاٌَْٛأ بفٍَِزْخُِ ٍداشََّص ِِٗث بْٕج َشْخَأَف ءبِ ِءبَّّغٌا َِِٓ َي َضَْٔأ َ َّاللَّ ََّْأ َشَر ٌََُْأ

ُت١ِثاشَغ َٚ بُٙٔاٌَْٛأ ٌفٍَِزْخُِ ٌشُّْح َٚ ٌط١ِث ٌدَذُج ِيبج ِجٌْا

ٌدُٛع

( 72 )

ِطبٌَّٕا َِِٓ َٚ

َِّْإ ُءبٍَُّؼٌْا ِِٖدبجِػ ِِْٓ َ َّاللَّ َٝشْخَ٠ بَِّّٔإ َهٌِزَو ُُٗٔاٌَْٛأ ٌفٍَِزْخُِ َِبؼَْٔ ْلْا َٚ ِّةا ََّٚذٌا َٚ

ٌسُٛفَغ ٌض٠ ِضَػ َ َّاللَّ

( 72 ) 207

Tidaklah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami mengeluarkan sebab hujan buah-buahan yang beranika macam warnanya, dan dari (antara) gunung-gunung ada garis putih dan merah yang beranika-macam warnanya, dan ada hitam pekat. Dan (begitu juga) di antara manusia, binatang melata, dan binatang ternak bermacam-macam warnanya. Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah

ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha

Pengampun.208

206 Rusdiana, Konsep Inovasi Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2014), 176.

207 Al-Qur’an, Fa>t}ir (35): 27-28.

158

Manusia diciptakan oleh Allah swt., dengan bentuk dan jenis yang

berbeda, laki-laki dan perempuan, beranika macam suku, bangsa, dan

golongan, sebagaimana Allah swt., berfirman:

ْإ اٛفسبؼزٌ ًئبجلٚ بثٛؼش ُوبٍٕؼجٚ ٝضٔأٚ شور ِٓ ُىٕمٍخ بٔإ طبٌٕا بٙ٠أ٠

ُىمرأ الله ذٕػ ُىِشوأ

الله ْإ

ش١جخ ُ١ٍػ

209

Hai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa. Dan sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi

Maha mengenal.210

Manusia diciptakan dengan perbedaan yang variatif, tidak dalam

satu rumpun yang homogen. Perbedaan ini supaya mereka

berlomba-lomba menunjukkan usaha terbaiknya kepada Tuhan. Tujuan utama dalam

perbedaan supaya manusia mengembangkan ilmu pengetahuan, saling

bertanya, menganalisis, berfikir keras, saling memahami dan toleransi.

Perbedaan bukan sebagai sumber perpecahan dan polarisasi kehidupan

masyarakat.211

Manusia berbeda tidak hanya dalam jenis kelamin, golongan, suku,

dan bangsanya, tetapi juga dalam warna kulit dan bahasa, sebagaimana

firman Allah swt.,:

209 Al-Qur’an, al-Hujura>t (49): 13.

210 Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahannya, 847.

211

Abbas Arfan, Geneologi Pluralitas Mazhab dalam Hukum Islam (Malang: UIN-Malang Pers, 2008), 27.

159

ِٟف َِّْإ ُُْىِٔاٌَْٛأ َٚ ُُْىِزَِٕغٌَْأ ُفلاِزْخا َٚ ِض ْسَ ْلْا َٚ ِداٚبَّّغٌا ُكٍَْخ ِِٗرب٠آ ِِْٓ َٚ

َٓ١ٌِِّبؼٌٍِْ ٍدب٠ َ٢ َهٌِر

( 77 ) 212

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.213

Adanya perbedaan sesungguhnya supaya terjadi keseimbangan

untuk kesenambungan hidup dan kehidupan di dunia jagat raya ini. Ini

yang dimaksud dengan perbedaan adalah rahmat,214 sebagaimana

disabdakan oleh Nabi Muhammad saw.:

خّحس ٝزِا فلازخا

215

Perbedaan umatku adalah rahmat.

Sebagian besar ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan

umatku dalam hadits tersebut adalah para mujtahid yang berijtihad dalam

masalah furu>‘iyah. Imam Nawawi dalam Arfan216

menukil pendapat Imam al-Khat}t}a>biy> yang berkata:

ٚ ٝثبطخٌا يبل

ا

لا

فلازخ

غٔبصٌا دبجصا ٝف ب٘ذحا َبغلا خصلاص ٓ٠ذٌا ٝف

خػذث ب٘سبىٔاٚ ٗزئ١شِٚ ٗربفص ٝف ٝٔبضٌاٚ شفو هٌر سبىٔاٚ ٗز١ٔاذحٚٚ

خّحس ٌٝبؼر الله ٍٗؼج ا زٙف ب٘ٛجٚ خٍّزحٌّا عٚشفٌا َبىحا ٝف شٌبضٌاٚ

ش٠ذحث داشٌّا ٛ٘ٚ ءبٍّؼٌٍ خِاشوٚ

ا

فلازخ

خّحس ٝزِا

Al-Khat}t}a>by> berkata: perbedaan dalam agama Islam ada tiga

macam, pertama; dalam menetapkan Dha>t Pencipta dan

keesaan-Nya, dan tidak percaya kepada itu adalah kafir, kedua; dalam sifat

212 Al-Qur’an, al-Ru>m (30): 22.

213 Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahannya, 644.

214 Abbas Arfan, Geneologi Pluralitas Mazhab dalam Hukum Islam, 32.

215

Majd al-Di>n’Abu> al-Sa ‘a>da>t al-Muba>rak b. Muhammad al-Jazary> b. al-’Athi>r (w 606 H),

Ja>mi’ al-Us}u>l fy> ‘’Aha>di>thi al-Ras}u>l (Madi>nah: Da>r al-Fikr, juz 9, 1972), 182.

216

160

dan kehendak-Nya, dan tidak percaya kepada hal itu adalah bid‘ah,

ketiga; dalam hukum-hukum furu>‘iyah yang memungkinkan untuk beda interpretasi, maka perbedaan dalam hal ini Allah jadikan rahmat dan kemuliaan ulama‟ dan ini yang dimaksud hadits: perbedaan umatku adalah rahmat.

Lebih dari itu, secara global perbedaan dibagi dua, yaitu perbedaan

disebabkan budi pekerti (moral) dan perbedaan disebabkan akal pikiran.

Perbedaan disebabkan moral biasanya dikarenakan melihat suatu masalah

pada sisi permukaannya saja tanpa mendalami secara seksama dan teliti,

seperti su>’u al-z}an pada orang lain atau fanatik buta terhadap pendapat

seseorang atau madhhab tertentu. Ini tergolong perbedaan (ikhtila>f) yang tercela.

Perbedaan yang desebabkan akal pikiran adalah perbedaan

pandangan dalam suatu masalah ilmiah, seperti perbedaan dalam masalah

cabang shari>‘ah, akidah, politik dan sebagainya. Perbedaan pandangan

disebabkan perbedaan kemampuan intelektual, situasi dan kondisi.217

Perbedaan yang terakhir menjadi niscaya karena tabi>‘at agama (hususnya

dalam fikih), bahasa, kehidupan manusia yang berbeda. Oleh karena itu,

menghendaki bersatunya semua orang dalam satu pendapat atau

pandangan dalam fikih sama halnya menginginkan sesuatu yang mustahil

terjadi.

Yang menjadi penting untuk digarisbawai adalah bagaimana

perbedaan atau perubahan terasa menjadi kebutuhan dalam kehidupan

161

masyarakat. Membahas masalah ini Weber berpendapat bahwa, perubahan

sosial itu dapat dilihat adanya inovasi atau ide-ide baru. Dalam hal ini ada

dua macam, yaitu perubahan individu dan perubahan sistem-sosial.

Menurut Weber proposisi tunggal dibagi menjadi tiga; pertama dengan

variabel bebas yang mencirikan masyarakat dan variabel terikat

mencirikan individu, kedua, variabel bebas dan variabel terikat sama-sama

mencirikan individu, dan ketiga, variabel bebas mencirikan individu dan

variabel terikat mencirikan masyarakat. Jadi sistem proposisi itu berawal

dan berakhir pada tingkatan makro, namun di sela-selanya ia masuk ke

tingkat individual. Ketiga proposisi terkait itu dapat digambarkan sebagai

berikut:

Pendidikan Hidup Damai dan

Multi Madhhab Harmoni

Kesadaran Perilaku Toleransi

Nilai Kebenaran Sosial

Dari gambar itu nampak jelas bahwa, kedalaman pendidikan multi

madhhab akan melahirkan nilai kebenaran, dan nilai kebenaran adalah

tidak tunggal, karena setiap pandangan yang memiliki dalil, argumentasi,

162

perilaku toleransi sosial dan bermuara kepada kehidupan yang damai dan

harmoni.218