• Tidak ada hasil yang ditemukan

= Pengaruh Secara Dominan

METODOLOGI PENELITIAN

1. MOTO PERUSAHAAN

4.8 Implikasi Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa bauran pemasaran jasa yang telah dilakukan oleh penyedia jasa sangat berpengaruh terhadap kepuasan konsumen, maka strategi yang diterapkan oleh manajemen terutama dalam bidang pemasaran harus dapat dilaksanakan dengan baik. Adapun strategi yang dapat diterapkan oleh Museum Satwa Kota Batu berdasarkan analisis yang telah dilakukan adalah :

1) Variabel Produk (Product)

Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variable bauran pemasaran jasa pada indikator produk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan konsumen Museum Satwa Kota Batu. Hal ini diasumsikan bahwa keputusan konsumen mengunjungi Museum Satwa tidak dipengaruhi oleh variabel produk. Dimana dalam hal ini produk dari Museum Satwa adalah diorama binatang dari seluruh penjuru dunia. Menurut survey dapat diketahui bahwa sebagian besar pengunjung menaruh minat yang sangat besar untuk dapat melihat diorama satwa yang dipamerkan di Museum satwa, namun variabel produk tidak signifikan disini dikarenakan produk utama Museum Satwa adalah diorama hewan dari seluruh dunia, apabila terdapat tambahan produk pun pengunjung sudah dapat mengira kalau produk tambahan tersebut adalah diorama binatang lain dari daerah lain, sehingga hal tersebut tidak menjadikan alasan utama pengunjung untuk datang kembali tanpa adanya tambahan produk diorama baru. Oleh karena itu, pihak manajemen Museum satwa Kota Batu dapat lebih memperhatikan item-item penting variabel produk yang dapat meningkatkan kepuasan konsumen Museum satwa Kota Batu.

2) Variabel Harga (Pricing)

Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variable bauran pemasaran jasa pada indikator harga tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen Museum Satwa Kota Batu. Hal ini diasumsikan bahwa keputusan konsumen mengunjungi Museum Satwa tidak dipengaruhi oleh variabel harga. Menurut survey yang dilakukan juga dapat diketahui bahwa menurut konsumen harga yang ditetapkan oleh Museum satwa telah sesuai dengan

103

semua fasilitas yang didapatkan. Selain itu harga yang ditetapkan sebesar Rp.25.000 masih tergolong layak dan masih dapat dijangkau oleh kondisi ekonomi para konsumen yang sebagian besar menurut data survey adalah kaum-kaum terpelajar, ditambah dengan pada saat penelitian berlangsung terdapat diskon sampai dengan 50% bagi penduduk asli Batu dan 25% penduduk dari luar daerah Batu. Penetapan harga merupakan salah satu strategi pemasaran yang juga harus dikembangkan. Penetapan harga harus disesuaikan dengan kondisi produk, kualitas, harga dari pesaing, keadaan pasar serta jangkauan harga para konsumen. 3) Variabel tempat (place)

Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variable bauran pemasaran jasa pada indikator tempat berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen Museum Satwa Kota Batu. Hal ini diasumsikan bahwa keputusan konsumen mengunjungi Museum Satwa dipengaruhi oleh variabel tempat. Berdasarkan hasil survey yang didapatkan terlihat bahwa Museum satwa memiliki lokasi yang cukup strategis untuk dikunjungi berada tepat di pojok jalan, ditambah dengan tempat masuk yang di design khusus oleh para arsiteknya membuat orang yang melewati lokasi Museum Satwa sudah dapat merasakan aura petualangan yang dapat mereka nikmati begitu memasuki Museum Satwa, selain itu lokasi dari Museum Satwa cukup mudah untuk dijangkau oleh para konsumen baik dengan kendaraan umum maupun pribadi. Mengingat Museum Satwa merupakan tempat wisata yang masih tergolong baru, pengunjung yang telah mengunjungi Museum Satwa menjadikan tempat sebagai salah satu factor mereka untuk datang kembali, sebuah perusahaan jasa pasti lebih mengharapkan produknya sebagai faktor yang membuat seorang pelanggan datang kembali,

namun hal tersebut nampaknya belum menjadi keutamaan seorang konsumen untuk datang kembali ke Museum Satwa, sebagian pengunjung Museum Satwa adalah para wisatawan yang menggunakan tiket terusan, tiket terusan tersebut adalah salah satu strategis pemasaran pihak manajemen, dimana mereka menyediakan tiket terusan untuk Jatimpark1 dengan Museum satwa dan Batu Night Spectacular dengan Museum Satwa, harga tiket tersebut lebih murah jika dibandingkan dengan membeli secara terpisah tiket di masing-masing tempat wisata, selain itu Museum Satwa berdekatan dengan beberapa tempat wisata lain yang berada di Batu, katakanlah Batu Night Spectacular, tempat wisata tersebut berada sejauh 500 meter dari Museum Satwa, apabila seorang konsumen melalui jalan utama batu untuk memangunjungi BNS pengunjung tersebut akan melewati area Museum Satwa, dengan bentuk dan artistik bentuk bangunan yang dirancang sedemikian rupa termasuk di luar pintu masuk yang juga didesign khusus, membuat orang yang melewati Museum satwa sudah merasakan petualang sensasi alam liar, sehingga orang tersebut memiliki ketertarikan untuk mengunjungi Museum Satwa. Dengan kata lain pengunjung tersebut menggunakan tempat sebagai faktor mereka mengunjungi Museum Satwa, dimana lokasi yang strategis memberikan kontribusi yang cukup besar untuk memperlancar pemasaran suatu jasa.

4) Variabel promosi (promotion)

Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variable bauran pemasaran jasa pada indikator promosi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen Museum Satwa Kota Batu. Hal ini diasumsikan bahwa keputusan konsumen mengunjungi Museum Satwa dipengaruhi oleh variabel promosi.

105

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan, para pengunjung telah dapat menerima iklan yang dilakukan oleh Museum Satwa baik melalui media cetak maupun promosi secara langsung kepada sebuah instansi atau perusahaan-perusahaan. Sebuah proses promosi yang berhasil adalah datangnya konsumen yang sesuai target dan konsumen tersebut dapat menyebarkan kembali berita yang baik yang mereka dapatkan, hal tersebut nampaknya cukup sesuai dengan hasil dari promosi yang dilakukan oleh Museum Satwa, dimana sebagian besar responden survey telah mendengarkan berita baik mengenai Museum Satwa dari orang lain, dan menjadikan berita baik tersebut sebagai salah satu faktor kenapa mereka mengunjungi Museum Satwa. Sebuah keberhasilan dari promosi sangatlah penting mengingat Museum Satwa saat ini tergolong tempat wisata yang masih tergolong baru.

5) Variabel karyawan

Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variable bauran pemasaran jasa pada indikator karyawan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen Museum Satwa Kota Batu. Hal ini diasumsikan bahwa keputusan konsumen mengunjungi Museum Satwa tidak dipengaruhi oleh variabel promosi. Di Museum Satwa, proses jasa yang dilakukan hanya melibatkan sedikit dari peran karyawan. Konsumen yang datang menikmati proses penyampaian jasa melaui diorama yang sudah ditampilkan sedemikian rupa sesuai dengan alur yang telah dipersiapkan, tanpa adanya karyawan yang berinteraksi secara langsung dalam proses penyampaian jasa, walaupun para konsumen masih dapat menyewa seorang guide sebagai pemandu mereka. Sehingga faktor karyawan tidak menjadikan alasan bagi konsumen untuk

mengunjungi Museum satwa. Namun dari hasil survey kita dapat melihat bahwa selama ini, walaupun tidak berhadapan secara langsung dalam penyampaian jasa, para karyawan telah dapat menunjukkan sikap yang ramah, sopan serta disiplin kepada para konsumen, ditambah dengan seragam khas safari yang dipakai oleh para karyawan yang melayani konsumen secara langsung. Karyawan atau people dalam hubungannya dengan pemasaran jasa akan sangat mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan. Bagaimana para karyawan tersebut berpakaian, sikap dan perilaku mereka terhadap konsumen akan sangat mempengaruhi persepsi konsumen terhadap jasa yang ditawarkan.

6) Variabel proses

Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variable bauran pemasaran jasa pada indikator proses tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen Museum Satwa Kota Batu. Hal ini diasumsikan bahwa keputusan konsumen mengunjungi Museum Satwa tidak dipengaruhi oleh variabel proses. Proses merupakan serangkaian tindakan yang harus diikuti oleh para konsumen untuk mendapatkan pelayanan yang sempurna. Di Museum Satwa, proses pelayanan diantaranya yaitu pembelian karcis parkir, penataan parkir yang teratur sehingga memudahkan pengunjung memposisikan kendaraannya secara nyaman, pembelian karcis masuk, kemudian memasuki area diorama yng telah ditata alurnya sedemikian rupa. Para pengunjung pun diberi pilihan untuk menyewa seorang guide, pada area diorama awal, pengunjung akan disuguhi dengan tiga hewan diorama fosil hewan purba sesuai dengan ukuran aslinya, dilanjutkan dengan insectariums yang berisi ribuan koleksi serangga, dilanjutkan dengan ruangan khusus yang berisi berbagai informasi tentang dunia binatang,

107

kemudian para pengunjng akan dimanjakan dengan pertunjukkan boneka menari di area fosil binatang purba, setelah pertunjukan tersebut usai para pengunjung akan melewati diorama hewan-hewan yang hidup di kutub, kemudian para pengunjung dapat beristirahat sembari menikmati hidangan khas desa di area warung desa, dan sebelum menuju ke pintu keluar pengunjung akan disuguhi dengan diorama beberapa hewan yang sedang melakukan berbagai interaksi, dari singa yang sedang menggigit leher rusa hingga banteng yang saling beradu tanduk. Dimana semua diorama yang ada disajikan dengan detail yang sangat bagus dan disesuaikan dengan aslinya, sehingga diharapkan para pengunjung dapat merasakan sensasi yang berbeda ketika mengunjungi Museum Satwa. Pada dasarnya proses pada sejumlah jasa sangatlah kompleks, sehingga mengharuskan konsumen untuk mengikuti serangkaian tindakan rumit agar proses jasa yang dipesannya menjadi sempurna. Dengan kata lain karakteristik-karakteristik proses yang ada merupakan bentuk lain dari bukti yang dapat digunakan oleh konsumen untuk menilai suatu jasa.

7) Variabel bukti fisik

Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variable bauran pemasaran jasa pada indikator bukti fisik tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen Museum Satwa Kota Batu. Hal ini diasumsikan bahwa keputusan konsumen mengunjungi Museum Satwa tidak dipengaruhi oleh variabel bukti fisik. Bukti fisik seperti keberadaan mushola, design tiket, tempat parkir, dll. Sesuai dengan hasil survey yang didapatkan tidak menjadi faktor utama para konsumen untuk mengunjungi Museum Satwa. Selain itu penulis tidak memasukkan bentuk bangunan dan detail arsitektur lain dalam pertanyaan

kuesioner. Pada dasarnya bukti-bukti fisik yang ada hanya bersifat untuk melengkapi proses penyampaian jasa saja, dengan harapan bukti-bukti fisik seperti bentuk tempat parkir yang luas didesign sedemikian rupa dan seragam khas safari yang dipakai oleh para karyawan akan menambah sensasi petualangan yang akan konsumen dapatkan begitu memasuki area Museum Satwa. Bukti fisik pada dasarnya merupakan lingkungan fisik dimana perusahaan jasa diciptakan dan dimana penyedia jasa dan pelanggan saling berinteraksi. Dari bukti fisik yang ada maka konsumen dapat mengartikan secara berwujud penawaran jasa apa yang akan diberikan.

BAB V

Dokumen terkait