• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan Konvensi WCPFC, CMM dan kesiapan regulasi nasional terdapat enam permasalahan yang harus diperhatikan pemerintah terkait dengan ketentuan WCPFC, yaitu:

1) Status wilayah WCPFC

Permasalahan mendasar Indonesia dalam ratifikasi Konvensi WCPFC adalah wilayah penerapannya memasukan perairan kepulauan Indonesia dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Hal ini tidak berlaku umum bagi RFMO yang wilayah penerapannya di luar Zona Ekonomi Eksklusif suatu negara pantai. Mengingat dalam UNCLOS 1982, perairan kepulauan memiliki rezim hukum kedaulatan (sovereignty) dan Zona Ekonomi Eksklusif memiliki rezim hukum hak berdaulat (sovereignt right). Dengan demikian, sebagai Negara yang berdaulat dan telah meratifikasi UNCLOS 1982, maka dalam ratifikasi Konvensi WCPFC perlu dipertegas hanya untuk perairan ZEE Indonesia pada WPP 716 (Laut Sulawesi dan Sebelah Utara Pulau Halmahera) dan WPP 717 (Teluk Cendrawasih dan Samudera Pasifik).

2) Pengawasan dan penegakan hukum

Terkait dengan pengawasan dan penegakan hukum, setidaknya terdapat tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Penataan sistem informasi dan data. Pengelolaan perikanan berkelanjutan dapat diwujudkan dengan statistik perikanan yang baik dalam rangka menghasilkan the best scientific data sebagaimana yang diwajibkan dalam hukum internasional. Namun demikian, statistik perikanan Indonesia dihadapkan pada permasalahan akurasi. Oleh karena itu, perlu pembenahan sistem pelaporan dan pendataan penangkapan ikan. Selain itu, terkait dengan perizinan kapal perikanan berbendera Indonesia yang akan melakukan

penangkapan di wilayah WCPFC perlu singkronisasi data perizinan dengan WCPFC Identification Number (WIN).

b. Penataan sistem pengawasan. Sistem pengawasan yang berlaku umum adalah berupa program observer, inspeksi kapal, dan pemasangan transmitter (VMS). Dalam konteks hukum, pemerintah Indonesia sudah mengatur ketiga hal tersebut. Namun demikian, dalam pelaksanaannya dihadapkan pada berbagai kendala. Program observer misalnya, masih terkendala sumberdaya manusia (SDM) yang mampu bertahan berbulan-bulan di atas kapal. Sementara pemasangan VMS terkendala kepatuhan operator kapal dalam menyalakan alat tersebut. Oleh karena itu perlu ada program sistematis untuk penambahan jumlah tenaga observer serta peningkatan kualitas sehingga mampu bekerja secara efektif.

c. Pemberantasan IUU Fishing di wilayah Konvensi WCPFC. Praktik-praktik IUU Fishing sangat beragam, sehingga dalam mengurangi terjadinya pelanggaran, maka perlu dikaji secara lebih rinci mengenai praktik-praktik IUU Fishing yang dilakukan oleh kapal perikanan bendera Indonesia.

d. Pengawasan efektivitas pelaksanaan hukum. Pemerintah Indonesia perlu pengawasan pelaksanaan Peraturan Menteri yang sudah ditetapkan, baik yang mengatur jalur tangkapan dan alat bantu penangkapan ikan, maupun pelaksanaan program observer yang betujuan meminimalkan tertangkapnya baby tuna (yellowfintuna dan bigeye tuna).

3) Penyusuhan Peraturan Perundang-undangan

Organisasi internasional yang merupakan subjek hukum internasional mampu membuat sumber hukum. Oleh karena itu, ketentuan yang selama ini bersifat softlaw (non-legally binding) ditetapkan oleh RFMO sebagai hardlaw (legally binding). Dengan demikian, setiap negara yang akan melakukan ratifikasi terhadap Konvensi WCPFC akan terikat juga dengan aturan turunannya, yaitu Conservation and Management Measures (CMM). Beberapa ketentuan CMM WCPFC yang perlu diperkuat dalam hukum Indonesia dalam bentuk Peraturan Perundang-Undangan yaitu:

a. Program observer. Permen KP ini harus memerhatikan perkembangan hukum internasional, mulai dari standar SDM hingga tugas dan peran observer.

b. Port State Measures Agreement. Ketentuan negara pelabuhan dalam pemberantasan IUU Fishing sebagaimana diatur dalam PSM Agreement 2009 perlu diratifikasi oleh pemerintah Indonesia melalui pengeluaran Peraturan Presiden.

c. Pembatasan upaya tangkapan. Indonesia perlu memerhatikan pembatasan upaya tangkapan sebagaimana diamanatkan dalam CMM 2004-04. Hingga saat ini, pembatasan upaya tangkapan belum diatur, karena Indonesia tidak menerapkan kuota tangkapan. Namun demikian, penutupan wilayah dan waktu tangkapan diatur Pasal 45 ayat (1) Permen KP No. Per.12/Men/2012. d. Pengelolaan rumpon. Aturan yang terkait dengan pemasangan rumpon di

tetapkan dengan Permen KP No. Per.02/Men/2011 tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. Menurut Pasal 19 ayat (1), rumpon merupakan alat bantu untuk mengumpulkan ikan dengan menggunakan berbagai bentuk dan jenis pemikat/atraktor dari benda padat yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul. Lebih lanjut, Pasal 19 ayat (2) menyebutkan bahwa rumpon terdiri dari: (a) rumpon hanyut, merupakan rumpon yang ditempatkan tidak menetap, tidak dilengkapi dengan jangkar dan hanyut mengikuti arah arus; dan (b) rumpon menetap, merupakan rumpon yang ditempatkan secara menetap dengan menggunakan jangkar dan/atau pemberat, terdiri dari: (1) rumpon permukaan, merupakan rumpon menetap yang dilengkapi atraktor yang ditempatkan di kolom permukaan perairan untuk mengumpulkan ikan pelagis; dan (2) rumpon dasar, merupakan rumpon menetap yang dilengkapi atraktor yang ditempatkan di dasar perairan untuk mengumpulkan ikan demersal. Namun demikian, Permen KP tersebut hanya mengatur pemasaangan rumpon di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia. Dengan demikian, aturan pemasangan dan pemanfaatan sebagaimana diamanatkan Pasal 19 ayat (3)

Permen KP No. Per.12/Men/2012 perlu memerhatikan ketentuan rumpon yang diatur CMM 2009-02.

e. Hasil tangkapan sampingan.Aturan hasil tangkapan sampingan diatur dalam Permen KP No. Per.12/Men/2012 dan Permen KP No. Per.30/Men/2012. Namun demikian, perlu diatur secara lebih khusus terkait dengan jenis-jenis hasil tangkapan sampingan diamanatkan dalam CMM, yaitu: burung laut (CMM 2007-04), penyu (CMM 2008-03), hiu (CMM 2010-07), Cetacean (CMM 2011-03), Oceanic Whitetip Shark (CMM 2011-04).Oleh karena itu, perlu penetapan aturan khusus Permen KP tentang hasil tangkapan sampingan.

f. National Plan of Action (NPOA) for the Conservation and Management of Sharks dan NPOA for the Conservation and Management of Seabird. Pemerintah perlu menetapkan Permen KP tentang Rencana Aksi Nasional untuk Tindakan Konservasi dan Pengelolaan hiu dan penyu.

UU PP Perpres Permen KP I. Konvensi

1. Wilayah Penerapan √ √ √ - Sedang Ratifikasi Indonesia harus

mengenyampingkan wilayah Konvensi WCPFC yang memasukan perairan kepulauan Indonesia dan ZEE Indonesia.

2. Azaz Pelaksanaan √ √ - Sedang Prinsip-prinsip ini harus diterapkan

dalam semua peraturan perundang- undangan Indonesia

3. Penerapan Kehati-hatian √ √ √ Kuat

4. Pelaksanaan Azas-Azas di wilayah Berdasarkan Yurisdikdi Nasional √ √ √ √ Kuat 5. Kesesuaian tindakan konservasi dan pengelolaan √ √ √ Kuat

6. Kewajiban Para Anggota Komisi

√ √ √ - Sedang a.Peningkatan sistem pengumpulan data

dan penyerahan kepada CMM

b.Keberadaan logbook penangkapan ikan lebih penting daripada prinsip-prinsip MCS

7. Kewajiban-Kewajiban Negara Bendera

√ √ √ √ - Sedang a.Indonesia perlu meningkatkan system

pelaporan.

b.Sistem pelaporan tersebut harus transparan sehingga menyediakan data yang akurat dan jelas

8. Penaatan dan penegakan √ √ √ √ Sedang Permen KP No. 12/Men/2012 mengatur

UU PP Perpres Permen KP

penegakan hukum kapal perikanan berbendera Indonesia yang melakukan penangkapan ikan di Laut Lepas 9. Itikad Baik Dan

Penyalahgunaan Hak √ √ √ Kuat II.CMM 1. Penggunaan transmitter/VMS √ √ √ Kuat a. CMM 2011-02: tentang Komisi Vessel Monitoring System (VMS)

√ √ √ Kuat

2. Penegakan hukum a. 2009-01: Record of

Fishing Vessels And Authorization to Fish

√ √ √ - Sedang a.Fungsi pemerintahan termasuk

pendataan kapal ikan di pelabuhan perikanan sudah diatur dalam Permen KP No. Per.08/Men/2012.

b.Perkembangan internasional mengatur pemberantasan IUU Fishing di wilayah pelabuhan, sehingga dalam memperkuat Permen KP No. Per.08/Men.2012 diperlukan pengesahan Agreement Port State Measures (PSM Agreement 2009) b. 2010-06: Conservation

and Management Measure to Establish a List of Vessels

√ √ - Sedang Indonesia perlu merinci kegiatan IUU di

Carried out Illegal, Unreported and Unregulated Fishing Activities in the WCPO 3. Kapal Ikan a. 2004-03:

Specifications for the Marking and

Identification of Fishing Vessels

√ √ √ - Sedang Perlu dilakukan penyesuaian dengan

WIN

b. 2004-04 : Resolution on Conservation and Management Measures

√ - Lemah Perlu dilakukan penyusunan Peraturan

Menteri Kelautan terkait dengan pembatasan upaya tangkapan (input restriction)

c. 2006-08: WCPFC Commission Boarding andInspection Procedures

√ √ √ - Sedang a.Aturan inspeksi kapal dan observer

dimuat dalam Permen KP No.

Per.12/Men/2012 dan Permen KP No. Per.30/Men/2012.

b.Namun kedua Permen tersebut tidak mengatur secara detil tentang mekanisme observer, sehingga perlu penetapan Permen KP tentang

Observer, yang tentu saja sesuai dengan perkembangan hukum internasional

UU PP Perpres Permen KP d. 2009-01: Record of

Fishing Vessels and Authorization to Fish

√ √ √ √ Kuat a.Fungsi pemerintahan termasuk

pendataan kapal ikan di pelabuhan perikanan sudah diatur dalam Permen KP No. Per.08/Men/2012.

b.Perkembangan internasional mengatur pemberantasan IUU Fishing di wilayah pelabuhan, sehingga dalam memperkuat Permen KP No. Per.08/Men.2012 diperlukan pengesahan Agreement Port State Measures (PSM Agreement 2009) e. 2009-09: Conservation

and Management Measure for Vessels Without Nationality √ √ √ √ Kuat f. 2010-06: Conservation and Management Measure to Establish a List of Vessels Presumed to Have Carried out Illegal, Unreported and Unregulated Fishing Activities in the WCPO

√ √ √ - Sedang Indonesia perlu merinci kegiatan IUU di

alat bantu penangkapan ikan

a. CMM 2008-04 : Conservation and Management Measure to Prohibit the Use of Large-Scale Driftnets on the High Seas in the Convention Area

√ √ √ √ Kuat

b. CMM 2009-02: FAD Closures and Catch Retention

√ √ √ - Sedang a.Rumpon diatur dalam Peren KP No.

Per.02/Men/2012.

b.Perlu aturan teknis tentang rumpon sebagaimana mandat Pasal 19 ayat (3) Permen KP No. Per.02/Men/2012 5. Pengelolaan Tangkapan

Utama

a. 2004-04 : Resolution on Conservation and Management Measures

√ √ Sedang Perlu dilakukan penyusunan Peraturan

Menter Kelautan terkait dengan pembatasan upaya tangkapan b. 2006-04: Conservation

and Management Measure for Striped Marlin in the Southwest Pacific

√ √ sedang Pembenahan sistem pendataan kegiatan

perikanan di laut lepas, khususnya Striped Marlin in the Southwest Pacific

c. 2008-01: Conservation and Management Measure for Big-eye

√ √ - Sedang a.Indonesia perlu pengawasan

pelaksanaan Peraturan Menteri yang sudah ditetapkan, baik yang mengatur

and Yellow-fin Tuna in the WCPFC

jalur tangkapan dan alat bantu penangkapan ikan, maupun

pelaksanaan program observer yang betujuan meminimalisir

tertangkapnnya baby tuna (yellowfin dan bigeye)

b.pengesahan Permen KP tentang

Observer, yang tentu saja sesuai dengan perkembangan hukum internasional d. CMM 2009-02: FAD

Closures and Catch Retention

√ √ - Sedang a.Rumpon diatur dalam Peren KP No.

Per.02/Men/2012.

b.Perlu aturan teknis tentang rumpon sebagaimana mandat Pasal 19 ayat (3) Permen KP No. Per.02/Men/2012 e. 2009-03: Conservation

and Management for Swordfish

√ √ - Sedang Pembenahan sistem pendataan kegiatan

perikanan di laut lepas, khususnya Swordfish di Pasifik Barat Daya f. 2010-01: Conservation

and Management Measure for North Pacific Striped Marlin

√ √ - Sedang Pembenahan sistem pendataan kegiatan

perikanan di laut lepas, khususnya Striped Marlin di Pasifik Barat Daya g. 2010-04: Conservation

and Management Measure for Pacific Bluefin Tuna

√ √ - sedang Indonesia mendorong komunikasi

dengan IATTC secara bilateral terkait dengan pengelolaan perikanan tuna sirip biru

h. 2010-05 :

Conservation and Management Measure

√ √ - Sedang Indonesia akan menjaga South Pacific

Albacore 6. Pengelolaan Tangkapan Sampingan a. 2004-04 : Resolution on Conservation and Management Measures

√ - Sedang Perlu dilakukan penyusunan Peraturan

Menter Kelautan terkait dengan pembatasan upaya tangkapan b. 2008-03 :

Conservation And Management of Sea Turtles

√ √ - Sedang Pengesahan Peraturan Menteri Kelautan

dan Perikanan tentang Hasil Tangkapan Sampingan

c. 2010-07 :

Conservation and Management Measure for Sharks

√ √ - Sedang Pengesahan Indonesia - National Plan of

Action (NPOA) for the Conservation and Management of Sharks

d. 2011-03 :

Conservation and Management Measure for Protection of Cetaceans from Purse Seine Fishing

Operations

√ √ - Sedang Pengesahan Peraturan Menteri Kelautan

dan Perikanan tentang Hasil Tangkapan Sampingan

e. 2011-04 :

Conservation and Management Measure for Oceanic Whitetip Shark

√ √ - Sedang Pengesahan Indonesia - National Plan of

Action (NPOA) for the Conservation and Management of Sharks

7. Program Observer dan Inspeksi Kapal

a. 2006-07 :

Conservation and Management Measure for the Regional Observer Programme

√ √ - Sedang a.Aturan inspeksi kapal dan observer

dimuat dalam Permen KP No.

Per.12/Men/2012 dan Permen KP No. Per.30/Men/2012.

b.Namun kedua Permen tersebut tidak mengatur secara detil tentang mekanisme observer, sehingga perlu penetapan Permen KP tentang

Observer, yang tentu saja sesuai dengan perkembangan hukum internasional b. 2006-08 : WCPFC

Commission Boarding andInspection Procedures

√ √ - Sedang a.Aturan inspeksi kapal dan observer

dimuat dalam Permen KP No.

Per.12/Men/2012 dan Permen KP No. Per.30/Men/2012.

b.Namun kedua Permen tersebut tidak mengatur secara detil tentang mekanisme observer, sehingga perlu penetapan Permen KP tentang

Observer, yang tentu saja sesuai dengan perkembangan hukum internasional c. 2007-01 :

Conservation and Management Measure for the Regional

√ √ - Sedang a.Aturan inspeksi kapal dan observer

dimuat dalam Permen KP No.

Per.12/Men/2012 dan Permen KP No. Per.30/Men/2012.

mengatur secara detil tentang mekanisme observer, sehingga perlu penetapan Permen KP tentang

Observer, yang tentu saja sesuai dengan perkembangan hukum internasional d. 2011-06 :

Conservation and Management Measure for Compliance Monitoring Scheme

√ √ - Sedang Indonesia memiliki aturan kegiatan

penangkapan ikan, baik di WPP-NRI maupun di laut lepas. Kedua peraturan ini menjadi landasan dalam melakukan penangkapan ikan di laut lepas

8. Data Buoys

a. 2009-05: Conservation and Management Measure Prohibiting Fishing on Data Buoys

√ √ √ Kuat 9. Transhipment b. 2009-06 : Conservation and Management Measure on Regulation of Transshipment √ √ √ Kuat Keterangan :

Kuat : Hukum Nasional (ada) Permen (ada) Implementasi (ada) Sedang : Hukum Nasional (ada) Permen (ada) Implementasi (tidak ada) Lemah : Hukum Nasional (ada) Permen (tidak ada) Implementasi (tidak ada) Sangat Lemat : Hukum Nasional (tidak ada) Permen (tidak ada) Implementasi (tidak ada)

Dokumen terkait