• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

H. Implikasi terhadap Pembelajaran Sastra Indonesia di SMP

Menurut Rahmanto, pembelajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cangkupannya meliputi empat manfaat, yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak.51

Pada dasarnya belajar sastra adalah belajar bahasa dalam praktik. Belajar sastra harus selalu berpangkal pada realisasi bahwa setiap karya pada pokoknya merupakan kumpulan kata yang bagi siswa harus diteliti, ditelusuri, dianalisis, dan diintegrasikan. Kita sadar bahwa tak ada informasi dari luar baik berupa pengantar, komentar guru, cara membaca, gambar maupun kritik yang sebelumnya lebih dapat menuntut perhatian siswa kecuali pengalaman siswa itu sendiri. Pengalaman dari karya sastra bagaimanapun hanya dapat dimulai dan dilanjutkan dengan mempelajari

51

Bernardus Rahmanto. Metode Pengajaran Sastra. (Yogyakarta: Kanisius. 1988). h. 16.

analisis verbal. Karena kita banyak membaca, kita merasa mudah sekali menerima isi bacaan. Padahal sebenarnya proses membaca itu sangat rumit karena kita dituntut memahami dengan cepat kumpulan huruf yang merupakan simbol dari bahasa yang dipakai. Walaupun demikian, kesulitan itu menjadi tidak terasa setelah kita menjalani banyak latihan setiap kali kita membaca. Tapi bagaimanapun, sebagai guru sastra kita sering dihadapkan pada simbol-simbol bahasa yang menuntut pemahaman dengan lebih hati-hati daripada pembaca pada umumnya. Di samping harus mengerti minat dan cara berfikir siswa, guru sastra diharapkan benar-benar dapat memahami seluk-beluk kebahasaan yang dipakai dalam karya sastra yang disajikan pada siswanya.52

Hazim Amir dalam buku membaca 2 karya Kisyani Laksono, dkk menjelaskan bahwa ada beberapa langkah-langkah yang perlu dilakukan sebagai persiapan pembacaan puisi, seperti dalam uraian berikut.53

a. Mempertimbangkan aspek kesastraan

Langkah awal yang harus dilakukan seorang pembaca puisi adalah memilih puisi yang akan dibacakannya. Puisi yang akan dibacakan harus mengandung nilai-nilai kesastraan yang tinggi.

b. Pertimbangkan potensi oratoris

Langkah yang kedua dalam persiapan membaca puisi adalah mempertimbangkan potensi puisi jika dibacakan. Pada tahap ini pembaca puisi mempertimbangkan apakah larik-larik yang tertulis dalam sajak tersebut jika dibacakan memiliki potensi satuan-satuan bunyi yang oratoris. Artinya, satuan-satuan bunyi yang dapat menimbulkan efek kenikmatan, keharuan, dan menggiring pembaca pada proses perenungan akan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

c. Pelatihan membaca puisi

Pada umumnya pelatihan membaca puisi dikerjakan secara berkelompok pada tempat dan waktu tertentu. Untuk latihan, sebaiknya disepati jadwal tertentu.

52

Bernardus Rahmanto. op.cit., h. 38-39. 53

Misalnya, latihan dilaksanakan setiap akhir pecan pada sore hari. Latihan dapat dilaksanakan di dalam maupun luar ruangan.

Adapun tujuan pembelajaran merupakan tujuan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Tujuan ini sering kali dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:54 a. Tujuan Instruksional/Tujuan Pembelajaran Umum

Tujuan instruksional umum adalah tujuan pembelajaran yang sifatnya masih umum dan belum menggambarkan tingkah laku spesifik. Tujuan instruksional umum ini dapat dilihat dari tujuan setiap pokok bahasan suatu bidang studi yang ada di dalam GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran).

b. Tujuan Instruksional/Tujuan Pembelajaran Khusus

Tujuan instruksional khusus adalah penjabaran dari tujuan instruksional umum. Tujuan ini dirumuskan oleh guru dengan maksud agar tujuan instruksional umum tersebut dapat lebih dispesifikkan dan mudah diukur tingkat ketercapaiannya. Hal tersebut sesuai dengan tujuan KTSP, yaitu untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian wewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.55

Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:56

1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.

2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

3. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.

54

Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Rajawali Press.2012). h. 150.

55

E. Mulyana. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011). h. 22.

56

Oleh karena itu, pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP) semester 2, sesuai dengan tujuan KTSP dengan Standar Kompetensi (SK) pada aspek membaca, yaitu: Memahami buku novel remaja (asli atau terjemahan) dan antologi puisi, sedangkan Kompetensi Dasar (KD): 7.2 Mengenali ciri-ciri umum puisi dari buku antologi puisi, dengan indikator, sebagai berikut.

1. Mampu menyebutkan struktur fisik dalam puisi. 2. Mampu menyebutkan struktur batin dalam puisi.

I. Penelitian Relevan

Penelitian yang baik, yaitu penelitian yang tidak menyerupai penelitian yang telah dilakukan oleh orang lain dan menghasilkan informasi baru. Jadi, untuk menghindari kesamaan penelitian perlu diadakan kajian terhadap penelitian yang telah dilakukan. Hasil penelitian sebelumnya yang relevan dan dapat dijadikan acuan serta masukan pada penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Siti Rojab Dian Puspitasari dari Universitas Indonesia (UI) dengan judul skripsi, “Pantun Betawi dalam Siaran Bensradio: Tinjauan Fungsi dan Amanat”. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2008. Pada penelitian ini Puspitasari memberikan gambaran mengenai fungsi dan amanat pantun. Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Puspitasari, yaitu sama-sama meneliti pantun Betawi dan perbedaan pada penelitian penulis dengan penelitian Puspitasari, yaitu subjek kajiannya berbeda. Puspitasari meneliti pantun Betawi dalam siaran bensradio: tinjauan fungsi dan amanat, sedangkan penulis meneliti struktur pantun pada seni budaya palang pintu Betawi dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra Indonesia di SMP.

Penelitian relevan yang kedua, Maman Mahayana dalam Jurnal Kritik 06/2013; Volume 04, III (Januari-Juni 2013): 85-100; dengan judul “Pantun sebagai Potret Sosial-Budaya Tempatan: Perbandingan Pantun Melayu, Jawa, Madura, dan Betawi”. Pada penelitian ini, Maman Mahayana membandingkan pantun Melayu, Jawa, Madura, dan Betawi serta menunjukkan perbedaan dalam fungsi dan ekspresi dalam

konten dan sampiran. Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Mahayana, yaitu sama-sama meneliti pantun Betawi dan perbedaan pada penelitian penulis dengan penelitian Mahayana, yaitu subjek kajiannya berbeda. Mahayana meneliti pantun sebagai potret sosial-budaya tempatan: perbandingan pantun Melayu, Jawa, Madura, dan Betawi, sedangkan penulis meneliti struktur pantun pada seni budaya palang pintu Betawi dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra Indonesia di SMP.

Lalu penelitian relevan yang ketiga, Rostina Saridari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan judul skripsi, “Representasi Budaya Pantun Betawi dalam Tayangan Pesbukers di Antv Tahun 2013”. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, 2014. Pada penelitian ini Sari menggunakan metode analisis semiotika yang dimiliki oleh Charles Sanders Peirce. Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Sari, yaitu sama-sama meneliti pantun Betawi dan perbedaan pada penelitian penulis dengan penelitian Sari, yaitu subjek kajiannya berbeda. Sari meneliti Representasi Budaya Pantun Betawi Dalam Tayangan Pesbukers Di Antv Tahun 2013, sedangkan penulis meneliti struktur pantun pada seni budaya palang pintu Betawi dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra Indonesia di SMP.

37

BAB III

Dokumen terkait