• Tidak ada hasil yang ditemukan

2011 INDIKASI GEOGRAFIS SEBAGAI MODEL PENGEMBANGAN KOPI GAYO BERWAWASAN LINGKUNGAN DI DATARAN TINGGI GAYO Abubakar Karim 1) , Hifnalisa 2) , dan Elliyanti 3) 1)Dosen

Pascasarjana Prodi Konservasi Sumberdaya Lahan Unsyiah 2)Dosen Fakultas pertanian Jurusan

Agroteknologi Unsyiah 3)Mahasiswa Pascasarjana Prodi Konservasi Sumberdaya Lahan Unsyiah E-mail:

karim.abubakar@gmail.com; hifnalisa@gmail.com Abstrak Indikasi Geografis (IG) merupakan pengakuan

atas satu kesatuan wilayah yang diberikan dalam bentuk perlindungan atas hak kekayaan intelektual suatu

ciri khas produk berdasarkan kearifan lokal masyarakatnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

kesesuaian antara wilayah IG Kopi Gayo dan Rencana Tataruang Wilayah (RTRW) Dataran Tinggi Gayo

(DTG) untuk pembangunan pertanian berwawasan lingkungan. Tahap pertama, analisis kecocokan antara

peta IG Kopi Gayo dan ketinggian tempat. Tahap kedua, analisis kecocokan antara peta IG Kopi Gayo dan

peta RTRWDTG. Tahap ketiga, analisis kecocokan antara peta IG Kopi Gayo hasil analisis tahap pertama

dan peta RTRWDTG. Tahap keempat, cek lapang pada wilayah-wilayah yang tidak sesuai berdasarkan IG

Kopi Gayo. Digitasi peta, pemisahan dan peng-gabungan poligon, akurasi analisis, tumpangtindih (overlay)

peta, dan perbaikan poligon hasil cek lapang menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) dan software

ArcGIS versi 9.3. Luas wilayah DTG adalah 1.223.978 ha (22,65% dari luas Provinsi Aceh) dan luas wilayah

IG kopi Gayo adalah 379.410 ha (31,00% dari luas DTG). Hasil penelitian menunjukkan ada 67.008 ha

(17,66%) dari luas IG Kopi Gayo tidak sesuai dengan ketinggian tempat untuk kopi Arabika, ada 24.090 ha

(1,97 % dari luas DTG) berdasarkan ketinggian tempat lahan sesuai untuk budidaya kopi Arabika tetapi

tidak berada di dalam wilayah IG Kopi Gayo. Luas wilayah IG Kopi Gayo hasil penyesuaian ini adalah

336.493 ha (27,49 % dari luas DTG). Hasil analisis kesesuaian antara peta IG Kopi Gayo dan peta

RTRWDTG menunjukkan ada seluas 15.529 ha (4.61% dari IG Kopi Gayo) berada di dalam kawasan

1

1

lindung (hutan lindung dan kawasan konservasi). Untuk menjamin pembangunan pertanian (kopi Gayo di

DTG) berwawasan lingkungan hanya ada seluas 320.964 ha (26.22 % dari luas DTG) yang dapat

digunakan sebagai IG Kopi Gayo. Dari luas tersebut ada sekitar 98.000 ha (30.53 % dari luas IG Kopi Gayo)

telah ditanami kopi Arabika rakyat. Kata kunci : IG Kopi Gayo, RTRW, Dataran Tinggi Gayo. 118

Prosiding Seminar Nasional Dalam Rangka Menyambut Hari

Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2011

PENDAHULUAN Dataran Tinggi Gayo (DTG) adalah suatu wilayah yang terletak di ujung Pulau Sumatera,

tepatnya di bagian tengah Provinsi Aceh. Secara adminstratif DTG meliputi tiga kabupaten, yaitu Kabupaten

Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Gayo Lues. Ketiga kabupaten ini dikenal sebagai produsen kopi Arabika

terbesar di Indonesia. Luas kopi Arabika rakyat di DTG sekitar 98.000 ha (Darusman dan Karim, 2008). Kopi

Arabika Gayo telah lama memasuki pasar ekspor, seperti Eropah, Amerika, Jepang, dll. Sejak tahun

1990-an perminta1990-an atas produk kopi Arabika rakyat dari DTG terus mengalami peningkat1990-an jumlah d1990-an

pergeseran. Pergeseran tersebut meliputi perbaikan kualitas fisik biji kopi dan citarasa (taste) yang khas

(unic). Belakangan permintaan pasar tersebut bergeser lagi bahwa biji kopi yang diproduksi dari kawasan

yang dikelola secara organik harus terjamin tidak merusak lingkungan. Oleh karena itu, para produsen

(petani) yang tergabung di dalam organisasi Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG) mengajukan hak

kekayaan intelektual untuk diakui sebagai suatu produk berciri khas yang tumbuh dan berkembang dari

kearifan lokal masyarakatnya dan berwawasan lingkungan. Maka sejak tahun 2009 lalu, produk kopi

Arabika Gayo yang ditanam dan dikelola di wilayah DTG diakui dan dilindungi sebagai suatu hak kekayaan

intelektual yang mempunyai ciri khas; jenis kopi Arabika, diproduksi dari ketinggian tempat 1.000 – 1.600 m

dpl, dikelola oleh masyarakat/petani dengan kearifan lokalnya, kebun dikelola secara organik, pengolahan

buah secara basah (full wash processing), mutu fisik baik, dan citarasa (taste) khas. Indikasi geografis

adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang, yang karena faktor lingkungan geografis,

termasuk faktor alam, faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan

kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan (Pasal 1 PP No. 51 Tahun 2007). Oleh karena faktor geografis

(biofisik wilayah) kopi Arabika Gayo dan teknik budidaya dan pengolahan yang khas maka produknya

didaftarkan untuk dilindungi. Teknik budidaya dan pengolahan kopi Arabika organik di DTG yang didaftar di

dalam IG Kopi Gayo dan dijamin tidak merusak lingkungan. Jaminan ini berupa komitmen dari para petani

produsen kopi Arabika organik yang tergabung di dalam lembaga MPKG di DTG. Sehingga MPKG

mendapat sertifikat IG Kopi Gayo. Namun demikian, jaminan pengelolaan ramah lingkungan harus didahului

dari perencanaan yang benar; (1) kopi Arabika hanya mampu tumbuh dan produksi dengan baik pada

ketinggian 900 – 1.700 m dpl, (2) wilayah penanaman dan pengembangan kopi Arabika tersebut harus

sesuai dengan fungsi kawasan, dan (3) tidak menyimpang dari Rencana Tata Ruang Wilayah 119

Prosiding Seminar Nasional Dalam Rangka Menyambut Hari

Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2011

(RTRW) berbagai tingkatan; nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan Rencana Detil Tataruang Kecamatan.

Oleh karena itu IG merupakan perpaduan aktifitas sosial budaya untuk menghasilkan produk yang berbasis

lingkungan biofisik wilayah. IG kopi Gayo merupakan suatu pembangunan pertanian berbasis data spasial,

sementara itu RTRW juga merupakan data spasial yang harus diacu dalam pembangunan sesuai UU No.

26 Tahun 2007. Oleh karena itu, agar pembangunan pertanian tidak merusak lingkungan, maka

masing-masing data spasial tersebut harus serasi dan sesuai dalam alokasi ruangnya. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis kesesuaian wilayah antara wilayah IG Kopi Gayo dan Rencana Tataruang Wilayah (RTRW)

DTG untuk pembangunan pertanian berwawasan lingkungan. BAHAN DAN METODE Penelitian

dilaksanakan di Dataran Tinggi Gayo, meliputi Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Aceh Tengah, dan

Kabupaten Gayo Lues (3 0 45’ 0” – 4 0 59’ 0” LU dan 96 0 16’ 10” – 97 0 55’ 10” BT). Sedangkan

pengolahan peta dilaksanakan di Laboratorium Pengginderaan Jauh dan Kartografi, Fakultas Pertanian,

1

1

Universitas Syiah Kuala. Bahan yang digunakan adalah : (1) peta administrasi masing- masing kabupaten

saal 1 : 100.000, (2) peta IG Kopi Gayo skala 1 : 250.000, (3) peta Ketinggian Tempat masing-masing

kabupaten skala 1 : 100.000, dan (4) peta Rencana Tata Tuang Wilayah Kabupaten masing-masing

kabupaten skala 1 : 100.000. Alat yang dipakai adalah seperangkat PC, digitizer, scanner, software ArcGIS

versi 9.3., printer, GPS, tustel, dan alat tulis menulis. Penelitian dilaksanakan secara deskriptif, yang dimulai

dari pengumulan peta-peta, pengolahan peta, penyesuaian peta, tumpangtindih (overlay) peta, cek lapang,

dan analisis kesesuaian dan penyimpangan (Gambar 1). 120

Prosiding Seminar Nasional Dalam Rangka Menyambut Hari

Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2011

Tahap pengumpulan data Mulai RTRWK - BM RTRWK - AT RTRWK - GL KT - BM KT - AT KT - GL IG Kopi

Tahap pengolahan peta Peta ADM Koreksi Geomatrik dan Administrasi Peta RBI Merge Peta Output - 1

Peta Kawasan BD dan non-BD DTG Peta Ketinggian Tempat DTG Peta Kawasan IG Kopi Tumpangtindih

(overlay) Output - 2 Tumpangtindih (overlay) Peta IG Kopi Berdasarkan Ketinggian Peta IG Kopi

Berdasarkan Ketinggian Tempat dan Kawasan Cek Lapang Penyimpangan dikeluarkan Output - 3 FINAL :

Peta IG Kopi Berdasarkan Ketinggian Tempat dan Kawasan Budidaya a. Penyimpangan IG terhadap

ketinggian tempat b. Penyimpangan IG terhadap kawasan budidaya c. Hitung luas dan pembahasan

Gambar 1. Diagram Alir Proses Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Dataran Tinggi Gayo Wilayah

Dataran Tinggi Gayo (DTG) telah ditetapkan sebagai salah satu IG komoditas, yaitu komoditas kopi Arabika.

Peta IG Kopi Gayo telah dikeluarkan bersama dokumennya oleh Kementeraian Hukum dan HAM, Republik

Indonesia tahun 2009. DTG meliputi Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Aceh Tengah, dan Kabupaten

Gayo Lues. Luas kabupaten, luas ketinggian tempat (2 kelas), luas 121

Prosiding Seminar Nasional Dalam Rangka Menyambut Hari

Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2011

kawasan budidaya dan kawasan lindung dan luas IG Kopi Gayo masing- masing kabupaten disajikan pada

Tabel 1, Gambar 2. Tabel 1. Luas kabupaten, luas ketinggian tempat, luas kawasan budidaya dan kawasan

lindung, dan luas IG Kopi Gayo masing-masing kabupaten No. Kabupaten Luas Berdasarkan Luas

Berdasarkan Luas Luas IG kopi Ketinggian Tempat (ha) RTRWK (ha) (ha) Gayo (ha) 900-1700 m <900;

>1700 Budidaya Lindung 1. Bener Meriah 193.234 83.886 109.348 115.420 77.814 126.060 2. Aceh Tengah

458.786 260.688 198.098 288.685 170.101 197.930 3. Gayo Lues 571.958 294.253 277.705 193.107

378.851 55.420 Luas DTG 1.223.978 638.827 585.151 597.212 626.766 379.410 Sumber : Analisis

masing-masing peta (2011) Tabel 1 menunjukkan bahwa berdasarkan ketinggian tempat ada seluas 638.827 ha

(52,19% dari luas DTG) sesuai ditanam kopi Arabika, yaitu ketinggian 900 – 1.700 m dpl. Ketinggian dan

lereng merupakan variabel lahan penentu untuk budidaya kopi Arabika (Karim, 1993; 1996a, 1999). Lebih

lanjut disebutkan, ketinggian tempat berkorelasi dengan peubah-peubah iklim dan lereng berkorelasi

dengan peubah- peubah tanah, sehingga untuk mendapatkan gambaran umum kecocokan wilayah untuk

pembudidayaan kopi Arabika, dapat dijelaskan oleh kedua komponen peubah tersebut. Karim (1993; 1996b;

1999) menyebutkan bahwa, ketinggian tempat yang paling ideal untuk budidaya kopi Arabika adalah 1.200

– 1.400 m dpl. Bila dikaitkan antara luas areal dengan ketinggian tempat 900 – 1.700 m dpl dan wilayah IG

kopi Gayo, maka Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Gayo Lues telah sesuai, karena luas wilayah IG

kopi Gayo di kedua kabupaten ini lebih sempit di banding luas wilayah dengan ketinggian tenpat 900 –

1.700 m dpl tersebut. Sedangkan untuk Kabupaten Bener Meriah terlihat tidak sesuai, karena luas wilayah

dengan ketinggian tempat 900 – 1.700 m dpl hanya sebesar 83.886 ha, jauh lebih sedikit di banding luas

wilayah kopi Gayo di kabupaten tersebut, yaitu sebesar 126.060 ha. Ini bermakna bahwa ada seluas 42.174

ha yang termasuk wilayah IG kopi Gayo tidak sesuai. Oleh karena itu, agar IG kopi Gayo sesuai dengan

ketinggian tempat, maka luasan 42.174 ha tersebut harus dikeluarkan dari wilayah IG kopi Gayo. Bila

dihubungkan antara wilayah IG kopi Gayo dan kawasan budidaya, maka Kabupaten Aceh Tengah dan

1

1

1

Kabupaten Gayo Lues telah sesuai, karena luas wilayah IG kopi Gayo lebih kecil dibanding luas kawasan

budidaya di masing-masing kabupaten. Sedangkan untuk Kabupaten Bener Meriah tidak sesuai, karena

luas kawasan budidaya di kabupaten ini hanya 115.420 ha, lebih kecil dibanding luas wilayah IG kopi Gayo,

yaitu 126.060 ha. Ini bermakna ada seluas 10.640 ha 122

Prosiding Seminar Nasional Dalam Rangka Menyambut Hari

Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2011

wilayah IG kopi Gayo berada di luar kawasan budidaya. Oleh karena itu, ditinjau dari kawasan budidaya

maka luasan 10.640 ha tersebut harus dikeluarkan agar wilayah IG kopi Gayo sesuai dengan RTRW DTG.

Gambar 2. Peta : (a) Dataran Tinggi Gayo (DTG), (b) Ketinggian Tempat DTG, (c) Kawasan Budidaya dan

Kawasan lindung DTG, dan (d) IG Kopi Gayo. 123

Prosiding Seminar Nasional Dalam Rangka Menyambut Hari

Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2011

IG Kopi Gayo dan Ketinggian Tempat Ketinggian tempat di atas permukaan laut merupakan salah satu