• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V – ANALISIS DATA

A. Analisis Evaluasi Pelaksanaan Sosialisasi Perpajakan Terhadap

1. Indikator Efektifitas

Sebagai suatu proses, sebuah kebijakan menunjuk pada cara dimana melalui cara tersebut suatu organisasi dapat mengetahui apa yang diharapkan darinya. Demikian Graycar menyebutkan konsep kebijakan dipandang dari perspektif prosesnya. Pengambil kebijakan menetapkan kebijakan sebagai salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Cara yang ditetapkan dan disahkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki diantaranya dengan adanya program. Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai.

Keberhasilan sistem Self Assesment ditentukan dengan 3 pilar utama yakni pelayanan, penyuluhan dan pengawasan. Sosialisasi merupakan salah satu bentuk kegiatan pelayanan Direktorat Jenderal Pajak kepada Wajib Pajak untuk meningkatkan pengetahuan perpajakannya terhadap peraturan terkini yang berlaku. Penyuluhan sangat penting kedudukannya karena untuk meningkatkan kesadaran membayar pajak, pemerintah melakukan beberapa kegiatan sosialisasi perpajakan dengan tujuan memberikan pemahaman bagi masyarakat mengenai perpajakan indonesia. Selain itu pemerintah juga harus menunjukkan bahwa pajak yang dibayar oleh masyarakat memang disalurkan untuk kepentingan masyarakat, yakni melalui transparansi administrasi perpajakan. Apabila Wajib Pajak semakin sadar dan dengan tepat waktu membayar pajak terutang, maka tentunya hal tersebut dapat menambah kepatuhan Wajib Pajak. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, peneliti menemukan rata-rata informan memberikan informasi

dengan sangat antusias terhadap penelitian penulis, informan cukup mengerti dengan apa yang penulis pertanyakan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, peneliti menemukan rata- rata informan memberikan informasi dengan sangat antusias terhadap penelitian penulis, informan cukup mengerti dengan apa yang penulis pertanyakan. Dari keenam informan yang penulis tanyakan mereka memahami tentang sosialisasi

perpajakan dan perannya terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak, mereka

mengetahui seluruh bentuk dan kegiatan dari sosialisasi perpajakan, mereka

mengetahui seluruh kelebihan dan kendala dari sosialisasi perpajakan

Kepatuhan Wajib Pajak atas kewajibannya di pengaruhi oleh beberapa faktor. Penulis bertanya kepada seluruh informan pada penelitian ini apa saja penyebab utama yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak. Ibu fitri mengutarakan bahwa Wajib Pajak orang pribadi karyawan masih memiliki anggapan bahwa kewajiban melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan adalah kewajiban bendahara atau pihak pemotong dari instansi maupun perusahaannya

Penulis juga menanyakan pendapat informan mengenai motivasi yang muncul di KPP Pratama medan kota agar sosialisasi perpajakan dapat meningkatkan kepatuhan penyampaian SPT tahunan. Ketiga informan tersebut mengatakan bahwa ada motivasi yang diberikan berupa himbauan kepada Wajib Pajaknya agar mau menyampaikan SPT tahunan mereka, dan disampaikan tepat pada waktunya. Himbauan tersebut wujud dari kerja KPP Pratama medan kota

promosi dibutuhkan untuk memasarkan dan meningkatkan bisnisnya” seperti yang diungkapkan ibu Erny, maka sosialisasi perpajakan tersebut wujud dari kerja KPP Pratama Medan Kota agar kepatuhan Wajib Pajak dapat meningkat.

Ketika penulis menanyakan pertanyaan yang sama kepada informan Wajib Pajak, salah satu dari mereka mengatakan bahwa sejauh ia menjadi Wajib Pajak sering ada sosialisasi dari pihak Kantor pajak untuk menghimbau Wajib Pajaknya agar tepat waktu dalam menyampaikan surat pemberitauhuan tahunan agar Wajib Pajak terhindar dari sanksi administrasi maupun pidana. Namun biasanya himbauan tersebut cenderung dilaksanakan disaat musim spt saja sehingga Wajib Pajak kurang dapat memahami keseluruhan dari hak dan kewajiban yang seharusnya Wajib Pajak dapatkan dikarenakan waktu sosialisasi yang singkat.

Penyuluhan perpajakan di tujukan kepada 3 sasaran yaitu kepada calon Wajib Pajak, kepada Wajib Pajak baru, dan kepada Wajib Pajak yang telah terdaftar. Tema atau topik yang digunakan juga berbeda dan memiliki proporsinya masing – masing. Tema atau topik yang diangkat pada kegiatan penyuluhan meliputi hak dan kewajban Wajib Pajak, peningkatan kepatuhan, peningkatan pengetahuan tentang penegakan hukum. Informan Chandra mengatakan bahwa sosialisasi kepada Wajib Pajak terdaftar proporsinya lebih besar daripada sosialisasi kepada calon Wajib Pajak dan Wajib Pajak baru, bahkan pada tahun 2014 tidak ada kegiatan sosialisasi dilakukan yang ditujukan kepada Wajib Pajak. Fokus sosialisasi lebih ditujukan kepada Wajib Pajak terdaftar salah satu tujuannya adalah meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.

Selanjutnya, penulis menanyakan kepada 3 informan yang merupakan pegawai di Kantor Pelayanan pajak tentang bentuk sosialisasi perpajakan yang

dilakukan. Informan tersebut mengatakan bahwa kegiatan sosialisasi atau

penyuluhan dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut yaitu sosialisasi langsung dan sosialisasi tidak langsung.

Bentuk sosialisasi langsung yang pernah diadakan antara lain Early Tax

Education, Tax Goes To School/ Tax Goes To Campus, perlombaan perpajakan (Cerdas Cermat, Debat, Pidato Perpajakan, Artikel), tax gathering, kelas pajak/ klinik pajak, seminar/ diskusi/ ceramah, dan workshop/ bimbingan teknis.

Sosialisasi tidak langsung berupa talkshow TV, built-in program, dan

talkshow radio. Sedangkan dengan media cetak (koran/ majalah/ tabloid/ buku)

dapat berupa suplemen, advertorial (booklet/ leaflet perpajakan), rubrik tanya

jawab, penulisan artikel pajak, dan penerbitan majalah/ buku/ alat peraga penyuluhan (termasuk komik pajak).

Di samping itu, kegiatan-kegiatan seperti pembuatan iklan layanan masyarakat, pemasangan spanduk/ banner/ billboard dan sejenisnya, penyebaran pesan singkat, aksi simpatik turun ke jalan, pojok pajak/ mobil keliling, dan konsultasi perpajakan merupakan kegiatan penting untuk dilakukan akan tetapi tidak tergolong sebagai kegiatan sosialisasi perpajakan.

Salah satu contoh kegiatan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak medan kota adalah pemasangan spanduk yang berisikan himbauan dan informasi mengenai penyampaian SPT Tahunan.

Gambar 4.1 Spanduk Penyampaian SPT Badan

Sumber: Observasi 14/04/2015 (Dokumentasi Henny)

Spanduk tersebut di pasang di bagian depan gedung Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak SUMUT I yang berisikan informasi batas penyampaian spt tahunan badan, serta himbauan agar Wajib Pajak mengisi dan menyampaikan spt tahunannya dengan benar, lengkap, dan jelas.

Ibu Fitri mengutarakan bahwa di Tempat Pelayanan Terpadu dan help desk

disediakan booklet yang berisikan tentang informasi perpajakan yang boleh

dimiliki oleh Wajib Pajak. Tersedia juga buku – buku panduan yang dapat digunakan Wajib Pajak. Wajib pajak dapat memiliki buku tersebut dengan gratis. Hal tersebut juga merupakan salah satu bentuk pelayanan yang diberikan.

Penyuluhan lain juga biasa dilakukan dengan fasilitas yang disediakan di

memberi kemudahan bagi Wajib Pajak dalam memperoleh informasi perpajakan.

Petugas yang melayani Wajib Pajak di help desk biasanya merupakan Account

Representative karena dianggap cakap dalam berkomunikasi dan memiliki pengetahuan perpajakan yang baik.

2. Indikator Efisiensi

Program dan proyek merupakan dua hal yang berbeda. Program dibuat sebagai suatu kegiatan yang dirancang oleh berbagai macam tugas dengan jangka waktu relatif panjang. Biasanya program ini terdiri dari beberapa proyek kerja dan memberikan arahan tentang tujuan yang ingin dicapai serta persoalan yang perlu dipecahkan. Sementara proyek berupa kesatuan tugas yang berjangka waktu lebih pendek terdiri dari beberapa tugas yang memiliki sasaran, jadwal serta anggaran

tertentu. Efektivitas dan efisiensi sangatlah berhubungan. Apabila kita berbicara

tentang efisiensi bilamana kita membayangkan hal penggunaan sumber daya (resources) kita secara optimum untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Efisiensi akan terjadi jika penggunaan sumber daya diberdayakan secara optimum sehingga suatu tujuan akan tercapai.

Penulis menanyakan tentang pelaksanaan sosialisasi perpajakan Ibu Erny

selaku kepala seksi ekstensifikasi menyatakan bahwa Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota setiap tahunnya memiliki target dan laporan realisasi dalam melakukan kegiatan penyuluhan setiap tahunnya, saat penulis bertanya apakah sosialisasi perpajakan menjadi agenda kerja yang rutin dilakukan.

Suatu program akan berjalan efisien jika terdapat sosialisasi dari pelaksana

kebijakan untuk mengoptimalkan kebijakan. Kegiatan sosialisasi perpajakan di

KPP Pratama medan kota dilakukan setiap tahunnya dibawah arahan bidang Penyuluhan Pelayanan dan Hubungan Masyarakat. Dari pendapat informan pegawai pajak mengatakan bahwa pelaksanaan sosialisasi perpajakan memiliki target dan realisasi pencapaian yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.5 Target dan Realisasi Kegiatan Penyuluhan Tahun 2011-2014 Di KPP Pratama Medan Kota

Target Penyuluhan

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Calon WP 1 1 1 1 2 0 2 0

WP Baru 1 0 2 2 1 1 1 1

WP Terdaftar 8 6 8 5 10 9 20 19

Jumlah 10 7 11 8 13 10 23 20

Persentase (%) 70,00% 72,73% 76,92% 86,96 %

Sumber: KPP Pratama Medan Kota, 2015

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa jenis kegiatan sosialisasi setiap tahunnya bertambah, sehingga menambah jumlah frekuensi sosialisai yang dilakukan setiap tahun. Dari tabel diatas dijelaskan bahwa setiap tahunnya ada target dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan di KPP Pratama Medan Kota. Dalam hal pencapaian target, informan menyatakan bahwa taget yang diberikan Direktorat Jenderal Pajak kepada KPP Pratama Medan Kota sudah pas atau cocok, yaitu dalam arti sudah baik dan tidak memberatkan pihak KPP Pratama Medan Kota. Salah satu informan menyebutkan bahwa tidak merasa diberatkan oleh

target yang diberikan oleh pihak KANWIL DJP, karena kegiatan sosialisasi perpajakan sebagian besar dibantu dan dilakukan oleh pihal DJP.

Agar tercapainya suatu tujuan yang diharapkan, penggunaan sumber daya harus diberdayakan secara optimun. Tujuan yang ingin dicapai oleh KPP Pratama medan kota salah satunya adalah kepatuhan Wajib Pajak. Penulis mengajukan pertanyaan apakah KPP Pratama medan kota secara khusus melakukan sosialisasi mengenai penyampaian SPT tahunan, baik informan dari Wajib Pajak ataupun

fiskus menjawab ya. Salah satu informan yaitu ibu Ita menjawab, “Iya mereka

melakukan sosialisasi penyampaian Surat Pemberitahuan tahunan dan hal tersebut dilakukan disaat masa akhir penyampaian Surat Pemberitahuan tahunan”.

3. Indikator Kecukupan

Dalam mengevaluasi kebijakan, perlu melihat sudah seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan dapat memecahkan masalah. Kebijakan atau program dibuat untuk membantu memecahkan masalah publik. Program harus dapat meringankan masalah di lingkungan masyarakat sehingga kebutuhan masyarakat tidak lagi terhambat. Karenanya, pelaksana kebijakan juga mesti tahu apa yang dihadapi masyarakat sehingga tidak salah memberikan pemecahan masalah.

Bedasarkan hasil wawancara dengan Ibu Erny kepala ekstensifikasi menyatakan bahwa sosialisasi perpajakan yang dilakukan di KPP Pratama medan kota merupakan hal yang penting dilakukan terutama dalam meningkatkan

kepatuhan Wajib Pajak. Karena biasanya sosialisasi juga dilakukan pada masa penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan, maka Wajib Pajak mendapatkan pengetahuan langsung secara praktik yang nyata.

Penulis bertanya apakah sosialisasi perpajakan dapat menjadi solusi memecah masalah kepatuhan Wajib Pajak, dan ketiga informan dari Wajib Pajak memiliki jawaban yang hampir saya seperti, menurut mereka tentu bisa jika pihak fiskus serius dalam membuat cara/kegiatan sosialisasi perpajakan. Karena selama ini sosialisasi yang dilakukan pihak fiskus hanya sekedar memperkenalkan dan mengingatkan Wajib Pajak. sebaiknya format dari sosialisasi tersebut lebih diarahkan kepada bimbingan kepada Wajib Pajak agar Wajib Pajak dapat paham secara keseluruhan.

Dengan pertanyaan yang sama, informan lain menjawab bahwa sosialisasi dapat membantu mengatasi masalah kepatuhan Wajib Pajak, karena sejak

diterapkannya sistem self assessment tanggung jawab sepenuhnya bergantung

pada Wajib Pajak sehingga dengan sosialisasi akan sampai informasi mengenai perpajakan sehingga tidak menjadi alasan ketidak tahuan untuk tidak patuh menjalankan kewajiban perpajakan terutama dalam menyampaikan Surat

Pemberitahuan. Informan juga memukakan alasan mengapa sosialisasi

perpajakan dapat memecahkan masalah yaitu bapak Chandra menjawab bahwa

Karena pengetahuan dan pemahaman Wajib Pajak dapat menaikkan kepatuhan Wajib Pajak karena selama ini Wajib Pajak masih banyak yang kurang paham apa dan bagaiman pajak itu”. Informasi tersebut didukung oleh pendapat

informan lainnya yaitu Ibu Maryam yang mengatakan sempat berpikir bahwa “SPT tidak perlu di sampaikan karena nihil pajak”.

Berdasarkan penelitian data sekunder tingkat kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi dan badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.7 Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan KPP Pratama Medan Kota Tahun Pajak 2010 – 2013

ORANG PRIBADI Tahun Pajak Jumlah Persentase (%) WP Terdaftar Tepat Waktu SPT Tidak Tepat Waktu SPT Belum SPT Tepat Waktu SPT Tidak Tepat Waktu SPT Belum SPT 2010 98698 27989 1497 69212 28,36% 1,52% 70,13% 2011 106781 27212 952 78617 25,48% 0,89% 73,62% 2012 114459 28423 899 85137 24,83% 0,79% 74,38% 2013 119795 27938 1468 90389 23,32% 1,23% 75,45% BADAN Tahun Pajak Jumlah Presentase (%) WP Terdaftar Tepat Waktu SPT Tidak Tepat Waktu SPT Belum SPT Tepat Waktu SPT Tidak Tepat Waktu SPT Belum SPT 2010 7951 2102 138 5711 26,44% 1,74% 71,83% 2011 8789 2070 101 6618 23,55% 1,15% 75,30% 2012 9591 2207 114 7270 23,01% 1,19% 75,80% 2013 10194 2256 116 7822 22,13% 1,14% 76,73%

Tabel diatas adalah gambaran data jumlah Wajib Pajak baik orang pribadi maupun badan terdaftar, dan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan yang disampaikan baik tepat waktu maupun tidak tepat waktu, serta yang belum atau tidak menyampaiakan surat pembetitahuannya. Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban. Salah satu kewajiban Wajib Pajak adalah mendaftarkan driri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak. (Resmi: 2008)

Pengertian Badan seperti yang tercantum dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan No.28 Tahun 2007 adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termaksud kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

Dari tabel berikut diatas dapat kita ketahui bahwa pada tahun 2010 dari 98.698 Wajib Pajak terdaftar yang menyampaikan spt tahunannya hanya 29,87% dari Wajib Pajak orang pribadi atau 29.486. Pada Wajib Pajak badan presentase penyampaian SPT tahunan yang diterima sedikit lebih kecil yaitu 28,17% atau sebanyak 2.240. Pada tahun berikutnya penyampaian SPT tahunan orang pribadi

sebesar 26,38% dari Wajib Pajak terdaftar dan Surat Pemberitahuan tahunan Wajib Pajak badan sebanyak 24,70%. Pada tahun 2012 jumlah Wajib Pajak orang pribadi yang menyampaikan spt tahunan 25,62% dari jumlah Wajib Pajak terdaftar yaitu 29.322, dan untuk Wajib Pajak badan sebesar 2.321. Tahun 2013 dari 119.795 Wajib Pajak orang pribadi terdaftar yang menyampaikan spt sebesar 24,55% atau 29.406. untuk Wajib Pajak badan hanya 23,27% dari jumlah terdaftar atau sebesar 2.372.

4. Indikator Perataan

Faktor biaya dan manfaat adalah dua hal dalam mengukur tingkatperataan

terhadap suatu kebijakan. Kebijakan yang berorientasi pada perataan adalah kebijakan yang akibatnya atau usaha secara adil di distribusikan. Suatu program tertentu mungkin dapat efektif, efisien, dan mencukupi apabila biaya-manfaat merata. Pembiayaan yang dibagikan dengan merata kepada kelompok masyarakat harus sesuai dengan anggaran yang telah disediakan sehingga pada akhirnya masyarakat dapat merasakan manfaatnya bersama.

Dalam hal perataan, penulis lebih memfokuskan kepada masalah distribusi manfaat yang dirasakan pegawai pajak dan Wajib Pajak mengenai kegiatan sosialisasi perpajakan yang dilakukan oleh KPP Pratama Medan Kota. Dari keenam informan yang penulis tanyai mereka mengatakan bahwa sosialisasi

perpajakan sangat bermanfaat. Sosialisasi perpajakan sangat bermanfaat bagi

wajib fiskus karena juga mengharuskan meningkatkan kepahaman dan kemampuan, serta dapat berinteraksi langsug dengan Wajib Pajak.

Selanjutnya sosialisasi perpajakan juga sangat bermanfaat bagi Wajib Pajak, salah satu informan Wajib Pajak mengatakan bahwa dengan adanya sosialisasi perpajakan membantu mereka memahami peraturan perpajakan. Contohnya melihat spanduk tentang himbauan penyampaian SPT membuat Wajib Pajak menjadi ingat bahwa di bulan tersebut sudah hampir memasuki batas waktu untuk menyampaikan SPT. Informan Wajib Pajak mengatakan sebagai Wajib Pajak mendapatkan manfaat menambahnya pengetahuan pajak Wajib Pajak dan terselesaikannya kewajiban perpajakan Wajib Pajak yaitu menyampaikan Surat Pemberitahuan tahunan.

Selain penulis menanyakan distribusi perataan manfaat yang diperoleh oleh masing-masing pihak. Penulis juga bertanya mengenai seberapa penting sosialisasi perpajakan untuk dilakukan. Berdasarkan jawaban informan sosialisasi perpajakan itu penting dilakukan, seperti yang di kutip dalam jawaban Ibu Fitri sebagai berikut, “penting sekali, karena dengan banyaknya sosialisasi yang telah dilakukan namun tingkat kepatuhan pelaporan SPT Tahunan masih belum memenuhi harapan”. Informan lain mengatakan, “Masyarakat juga harus terus ditingkatkan kesadarannya untuk membayar dan melaporan kewajiban perpajakannya demi kelangsungan negara”.

Dari segi perataan biaya, tentu saja untuk kegiatan sosialisasi dibutuhkan biaya. Namun apabila Wajib Pajak patuh dalam menyampaikan SPT Tahunannya tentunya juga jauh dapat menghemat biaya yang dikeluarkan oleh KPP Pratama medan kota karna tidak perlu melakukan penerbitan surat peringatan, dan lainnya. Dari pihak Wajib Pajak, apabila patuh dalam menjalankan kewajiban

perpajakannya terutama tepat waktu dalam menjalankan kepatuhan menyampaikan SPT Tahunan, Wajib Pajak tidak perlu dikenakan sanksi sebesar Rp 100.000,- untuk Wajib Pajak pribadi dan Rp 1.000.000 untuk Wajib Pajak badan.

5. Indikator Responsivitas

Sebuah kebijakan yang berhasil tampak melalui tanggapan masyarakat yang menanggapi pelaksanaan setelah terlebih dahulu memprediksi pengaruh yang akan terjadi jika suatu kebijakan akan dilaksanakan. Dan juga tanggapan masyarakat setelah dampak kebijakan sudah mulai dapat dirasakan dalam bentuk yang positif berupa dukungan ataupun wujud yang negatif berupa penolakan.

Di dalam penelitian ini penulis mewawancarai informan mengenai tanggapan informan baik itu tanggapan positif maupun tanggapan negatif. Penulis

juga menanyakan kritik kepada informan mengenai sosialisasi perpajakan untuk

melihat kondisi yang dirasakan informan baik itu informan yang berasal dari direktorat jenderal pajak maupun dari Wajib Pajaknya sendiri. Penulis juga

menanyakan saran informan terhadap pelaksanaan di KPP Pratama Medan Kota,

hal tersebut untuk pengembangan sosialisasi perpajakan kedepan agar lebih baik.

Informan Bapak Tony menjawab, “menurut saya sosialisasi sudah dilakukan

dengan baik. namun fokus kegiatannya sebaiknya tidak hanya pada himbauan sekedar saja namun benar-benar penyuluhan sampai dengan membimbing Wajib Pajak agar Wajib Pajak dapat lebih tahu dan patuh”.

Hasil wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa informan memberikan tanggapan positif terhadap pelaksanaan sosialisasi perpajakan, informan mengatakan kegiatan ini sudah baik dalam hal pelaksanaan karena cenderung tidak memiliki kendala yang besar, adapun kendala yang pernah

dihadapi ketika pelaksanaan sosialisasi perpajakan, dalam hal pelaksanaan

penyuluhan perpajakan jumlah Wajib Pajak yang hadir tidak sebanyak target atau undangan yang telah disediakan. Serta kesibukan fiskus menyulitkan juga dalam memilih waktu untuk melaksanakan kegiatan sosialisasi.

Selanjutnya penulis juga menanyakan kritik informan terhadap pelaksanaan sosialisasi perpajakan. Informan tidak memiliki kritik untuk saat ini

karena selama berjalannya pelaksanaan sosialisasi perpajakan ini semua kendala

yang dihadapi sudah dapat diatasi dengan baik dan cepat oleh pihak direktorat jenderal pajak. Penulis juga menanyakan kepada informan mengenai saran mereka

untuk pengembangan dan solusi terhadap sosialisasi perpajakan kedapan agar

lebih baik. Dari keenam informan mengatakan bahwa sebaiknya sosialisasi perpajakan terus ditingkatkan. Dan salah satu informan yang berasal dari Wajib Pajak yaitu Ibu Ita mengatakan harapan kedepannya sosialisasi perpajakan dilakukan dengan banyak kegiatan yang lebih menarik, sehingga menarik minat masyarakat. Pertanyaan yang dijawab informan Bapak Toni dengan mengatakan, “Sebaiknya sosialisasi perpajakan dilaksanakan secara rutin tidak hanya musiman. Dan sebaiknya isi dari sosialisasi tidak hanya berupa himbauan masalah kewajiban Wajib Pajak saja namun juga hak-hak yang dimiliki Wajib Pajak”.

6. Indikator Ketepatan

Pada akhirnya, jika sebuah kebijakan atau program telah di

implementasikan, hasilnya adalah melihat apakah tujuan-tujuan yang ditetapkan

sudah tepat sesuai dengan perencanaan di awal. Ketepatan merujuk pada nilai dari tujuan program dan pada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan tersebut.

William N. Dunn berpendapat bahwa ketepatan (appropriateness) adalah kriteria

yang dipakai untuk menseleksi sejumlah alternatif untuk dijadikan rekomendasi dengan menilai apakah hasil dari alternatif yang direkomendasikan tersebut merupakan pilihan tujuan yang layak (Dunn, 2003:499).

Untuk mengetahui sosialisasi perpajakansudah tepat, penulis menanyakan

beberapa pertanyaan kepada informan, penulis menanyakan apa yang yang

menjadi tujuan dari pelaksanaa sosialisasi perpajakan. Informan mengatakan

bahwa sosialisasi perpajakanbertujuan untuk membantu Wajib Pajak mengetahui

dan memahami peraturan dan wawasan mengenai perpajakan, sehingga meningkatkan kepatuhannya dalam menjalankan segala kewajiban perpajakan, juga sebagai media komunikasi dua arah antara fiskus dan Wajib Pajak.

Penulis menanyakan mengenai apakah sosialisasi perpajakan penting untuk dilakukan, informan memberi tanggapan mereka bahwa sosialisasi perpajakan sangat penting, terutama untuk Wajib Pajak baru.

BAB V ANALISIS DATA

Didalam BAB ini, penulis menganalisis data, yaitu penyusunan data secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori-kategori, lalu menjabarkan dan menyusunnya ke dalam unit-unit sehingga dapat dipahami baik oleh peneliti sendiri maupun orang lain.

A. Analisis Evaluasi Pelaksanaan Sosialiasi Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

Dalam penelitian ini, evaluasi pelaksanaan sosialisasi perpajakan diukur

dari data-data temuan di lapangan yang telah diklasifikasikan sebelumnya ke

dalam indikator-indikator dalam teori evaluasi kebijakan publik. Kemudian

indikator-indikator tersebut dianalisis untuk mengonfirmasi jawaban informan

dengan data sekunder.Adapun indikator-indikator yang digunakan peneliti adalah

efektivitas, efisiensi,kecukupan, pemerataan, responsivitas, dan ketepatan.

1. Efektivitas

Dokumen terkait