• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indikator Kinerja

Dalam dokumen PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT MODEL AJATAK (Halaman 42-54)

U Balai Desa Karangduwur

K. Indikator Kinerja

Untuk mengetahui adanya perbaikan dalam proses dan hasil belajar sesuai dengan tujuan penelitian diperlukan indikator. Indikator yang

digunakan untuk mengetahui apakah perlakuan yang digunakan dapat membantu siswa meningkatkan aktivitas belajar Matematika adalah respon, tanggapan, dan opini siswa yang menunjukkan kesetujuannya. Selain itu, indikatoryang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa adalah peningkatan hasil belajar siswa baik secara individual maupun klasikal serta ketuntasan belajar siswa. Siswa dinyatakan tuntas belajar jika telah mencapai tingkat pemahaman materi 70% ke atas yang ditunjukkan dengan perolehan nilai formatif 70 atau lebih.

Kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Perlakuan yang dilaksanakan dinyatakan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa jika minimal 90% dari jumlah siswa, menunjukkan respon, tanggapan dan opini yang menunjukkn kesetujuannya melalui pengamatan.

2. Perlakuan yang dilaksanakan dinyatakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa jika ada peningkatan hasil belajar secara individual dan klasikal, serta minimal 90% dari jumlah siswa tuntas dalam belajar. L. Prosedur Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Penelitian Tindakan Kelas. Dalam penelitian ini tindakan yang akan peneliti lakukan sebanyak dua siklus. Sedangkan tahapan-tahapan dalam siklus terdiri atas empat tahapan yaitu planning, acting, observating, dan reflecting.

Sebelum melaksanakan tindakan penliti melakukan persiapan awal, yaitu (1) Minta izin Kepala Sekolah untuk melakukan penelitian; (2) Menyusun Rencana Pembelajaran; (3) Menyusun perangkat pembelajaran; dan (4) Menyusun instrumen evalusi Pembelajaran.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang di lakukan di dalam kelas. Suharsimi (2007: 2) mendefinisikan penelitian tindakan kelas melalui paparan gabungan definisi dari kata “penelitian”, “tindakan”, dan “kelas”. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan atuan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam rangkaian penelitian berbentuk siklus kegiatan. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama oleh guru. Jadi, Suharsimi (2007: 3) berkesimpulan penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tibdakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

Suhardjono (2007: 58) mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah tindakanyang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Rustam dan Mundilarto (2004:1) mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajarnya dapat meningkat. Mohammad Asrori (2009:6) mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan

tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Karena itu, penelitian tindakan kelas juga merupakan penelitian yang bersifat reparatif. Artinya, penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran agar siswa bisa mencapai hasil yang maksimal.

Selanjutnya Mohammad Asrori (2009:100) menyebutkan dalam penelitian tindakan kelas ada empat langkah tindakan yang biasanya dilakukan, yaitu: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi atau pengamatan, (4) refleksi.

Dalam setiap tindakan yang dilakukan suatu penelitian tindakan kelas biasanya jarang yang berhasil mencapai batas ketuntasan belajar hanya dalam satu siklus saja. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas dilakukan secara bersiklus. Siklus adalah putaran berulang dari kegiatan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Penelitian tindakan kelas dimulai dari siklus pertama. Berdasarkan pelaksanaan siklus pertama tersebut, guru akan mengetahui letak keberhasilan dan kegagalan atau hambatan yang dijumpai pada siklus pertama tersebut. Selanjutnya, guru memutuskan kembali rancangan tindakan untuk siklus kedua. Kegiatan pada siklus kedua ini dapat berupa kegiatan sebagaimana yang dilakukan pada siklus pertama, tetapi sudah dilakukan perbaikan-perbaikan atau tambahan-tambahan berdasarkan hambatan atau kegagalan yang dijumpai pada siklus pertama.

Jika dalam dua siklus guru sudah merasa tercapai indikator kinerja yang telah dirumuskan sebelumnya, maka dilakukan penyimpulan dan pemaknaan hasilnya. Namun, jika permasalahan yang diteliti masih ada

Refleksi II Observasi II

Penyimpulan dan Pemaknaan Hasil

Jika permasalahan belum terselesaikanLanjutkan ke Siklus Berikutnya

SIKLUS II

Permasalahan

SIKLUS I

Perencanaan Tindakan II PelaksanaanTindakan II Permasalahan Baru Hasil Refleksi I

Refleksi II Observasi II

Perencanaan

Tindakan I Pelaksanaan Tindakan II yang belum terselesaikan dilanjutkan ke siklus berikutnya dengan tahapan sebagaimana yang telah dilakukan pada siklus kedua setelah mengalami perbaikan terlebih dahulu.

Secara skematis langkah-langkah di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.4 Diagram Siklus Pelaksanaan Tindakan Kelas (Mohammad Asrori, 2009:103)

Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas diperlukan teman sejawat yang berfungsi sebagai observer. Observer ini akan mengamati proses pelaksanaan perbaikan dengan menggunakan instrumen-instrumen yang telah dipersiapkan sebelumnya. Berdasarkan hasil observasi, observer akan memberi masukan-masukan untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada saat peneliti melakukan refleksi. Melalui kegiatan ini akan dapat diketahui kualitas pelaksanaan perbaikan.

IDE AWAL

Studi Pendahuluan: Proses pembelajaran

Tes diagnostik (diperoleh data awal) Analisis dokumen

Wawancara dengan anak Diskusi dengan teman sejawat

Pemantapan: Refleksi Studi leteratur

Diskusi solusi yang akan dipergunakan

Tindakan siklus I

I. Perencanaan perbaikan 2. pelaksanaan perbaikan 3. Observasi

4. Diskusi dengan pengamat 5. Refleksi siklus I

Persiapan penelitian:

Penyusunan RPP, Tes formatif, Lembar observasi, Lembar Kerja Siswa Mempersiapkan observer Simulasi Tindakan Siklus II Perencanaan perbaikan Pelaksanaan perbaikan Observasi

Diskusi dengan pengamat Refleksi siklus II

Simpulan

Berhasil Belum

Revisi

Simpulan Tindakan Siklus III Perencanaan perbaikan Pelaksanaan perbaikan Observasi

Diskusi dengan pengamat Refleksi siklus III

Berhasil

Belum

Revisi

Refleksi dilakukan dengan cara merenungkan kembali proses pembelajaran dari awal hingga akhir, baik mengenai kelebihan maupun kekurangannya. Dengan demikian dapat diketahui tindakan pembelajaran yang perlu diperbaiki pada siklus berikutnya.

Refleksi merupakan suatu bentuk evaluasi yang dilakukan oleh peneliti bersama observer untuk mengidentifikasi kekurangan dan kelemahan dalam pembelajaran. Identifikasi itu meliputi keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan menyampaikan materi, keterampilan mengelola kelas, keterampilan menanggapi jawaban siswa, keterampilan memotivasi siswa, keterampilan mengelola waktu, keterampilan menggunakan alat peraga, keterampilan menerapkan metode dan model pembelajaran, keterampilan mengaktifkan siswa, serta keterampilan mengevaluasi siswa.

Daur PTK tersebut perlu di desain lebih lanjut agar kelemahan dapat diminimalkan, sehingga secara kronologis peneliti dapat melakukan perbaikan sesuai dengan daur ulang dalam tiga siklus secara rinci seperti terlihat pada gambar di bawah ini

Gambar 3.5 Bagan Alur Perbaikan Pembelajaran Melalui PTK (Rusna Ristasa Augusta, 2006:46)

Prosedur perbaikan pembelajaran pada gambar di atas selanjutnya dirancang dalam tahapan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasikan masalah, menganalisis dan merumuskan masalah serta merumuskan hipotesis.

2. Menemukan solusi pemecahan masalah yang berupa tindakan perbaikan pembelajaran.

3. Merancang skenario tindakan perbaikan yang dikemas dalam Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPPP).

4. Mendiskusikan aspek-aspek yang akan diamati dengan teman sejawat (observer).

5. Melaksanakan pembelajaran, sesuai dengan skenario yang telah dirancang, dengan pengamatan oleh teman sejawat.

6. Mendiskusikan hasil pengamatan dengan teman sejawat (observer). 7. Melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

8. Konsultasi dengan supervisor. 9. Merancang tindak lanjut.

10. Re-planing, dan seterusnya, sampai mencapai batas kriteria yang telah ditetapkan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Penelitian Tindakan Kelas. Dalam penelitian ini tindakan yang akan peneliti lakukan sebanyak tiga siklus. Sedangkan tahapan-tahapan dalam siklus terdiri atas empat tahapan yaitu planning, acting, observating, dan reflecting.

1. Siklus I

a. Tahap perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan beberapa kegiatan untuk merencanakan pembelajaran secara matang. Rencana

Pembelajaran disusun untuk dua pertemuan, di mana pertemuan kedua merupakan penguatan dari pertemuan pertama pada setiap siklus.

1) Menyusun silabus dan Rencana Perbaikan Pelaksanaan Pembelajaran

2) Menyiapkan media berupa kartu soal, aturan pertandingan, dan daftar skor kelompok.

b. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilaksanakan dengan mengadakan pembelajaran sesuai skenario pembelajaran pada siswa. Pembelajaran dilakukan oleh peneliti dan diamati oleh teman sejawat yang bertugas mengamati proses pembelajaran.

c. Tahap observasi

Tahap observasi dilakukan oleh teman sejawat sebagai observer dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Observasi dipusatkan pada pedoman dan lembar observasi yang telah disusun. Selain itu, untuk memperoleh data yang akurat, peneliti juga bertanya jawab dengan siswa untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.

d. Tahap refleksi

Tahap refleksi dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa dan hasil observasi. Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh kesimpulan untuk pertimbangan tindakan pada siklus selanjutnya.

2. Siklus II

Pada siklus II, tahapan pelaksanaan sama dengan pelaksanaan siklus I dengan penyempurnaan pada pelaksanaan tindakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. pada tahap ini, peneliti kembali menyusun Rencana Pembelajaran untuk siklus II.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan dilaksanakan dengan mengadakan pembelajaran sesuai skenario pembelajaran pada siswa. Pembelajaran dilakukan oleh peneliti dan diamati oleh teman sejawat yang bertugas mengamati proses pembelajaran.

c. Observasi

Tahap observasi dilakukan oleh teman sejawat sebagai observer dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Observasi dipusatkan pada pedoman dan lembar observasi yang telah disusun. Selain itu, untuk memperoleh data yang akurat, peneliti juga bertanya jawab dengan siswa untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.

d. Refleksi

Tahap refleksi dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa dan hasil observasi. Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran. Berdasarkanhasil analisis tersebut diperoleh kesimpulan untuk pertimbangan tindakan pada siklus selanjutnya.

1. Aktivitas belajar Matematika

Dalam kegiatan belajar mengajar maupun dalam penugasan siswa cenderung pasif dan menunggu temannya untuk mengerjakan tugas. Beberapa siswa bahkan sama sekali tidak mengerjakan tugas dengan alasan tidak bisa atau tidak membawa buku dan lebih memilih bercakap-cakap atau bermain-main dengan teman daripada mengerjakan tugas. Dalam diskusi kelompok siswa cenderung diam, tidak aktif dan individualis. Aktivitas pada kondisi awal diamati pada pembelajaran sebelum dilaksanakan tindakan. Pengamatan dilakukan pada aspek diskusi, kerjasama dan keaktifan dalam pembelajaran sebelumnya yaitu pada soal cerita FPB. Pengamatan aktivitas belajar siswa dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dengan skor 1 sampai 5. Skor 5 = sangat baik, skor 4 = baik, skor 3 = cukup, skor 2 = kurang, dan skor 1 = sangat kurang. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas siswa adalah berada pada skor 2,81 atau pada kualifikasi kurang. Hasil pengamatan aktivitas belajar Matematika disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Aktivitas belajar pada kondisi awal

No. Kualifikasi Jumlah siswa

1. Kurang 17

2. Cukup 12

3. Baik 6

4. Sangat baik 0

Hasil pengamatan menunjukkan hanya terdapat 6 siswa (17%) mencapai rerata skor lebih besar dari 4,00 (kualifikasi baik). (lihat lampiran 2a). Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar Matematika masih rendah.

2. Hasil belajar Matematika

Hasil belajar pada kondisi awal diperoleh dari hasil ulangan harian pada kompetensi dasar 1.1 Menggunakan sifat-sifat operasi hitung termasuk operasi campuran, FPB dan KPK. Siswa diminta mengerjakan soal tes tertulis berbentuk uraian untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Ulangan harian terdiri dari 2 nomor soal uraian. Nilai ulangan harian pada materi soal cerita KPK dan FPB tersebut dianalisis untuk untuk mengetahui hasil belajar di kondisi awal sebelum tindakan dilakukan.

Hasil ulangan harian materi soal cerita KPK dan FPB kelas V menunjukkan rata-rata nilai 58,86 dengan 14 siswa (40%) yang tuntas dan 21 siswa (60%) tidak tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar Matematika masih rendah.

Masih rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil belajar kondisi awal

1. Nilai terendah 40

2. Nilai tertinggi 80

3. Rerata nilai 58,86

Data tersebut dapat divisualisasikan dengan diagram berikut:

0 20 40 60 80

Gambar 4.1 Diagram batang hasil belajar siswa pada kondisi awal

Ketuntasan hasil belajar berdasarkan hasil tes kondisi awal adalah sebesar 40 %, terdapat 21 siswa dari 35 siswa yang belum tuntas belajar. Pada kondisi awal ini belum digunakan pembelajaran kooperatif TGT model Ajataka (Aku Jawab Tantangan Kamu) sehingga aktivitas dan hasil belajar Matematika kurang maksimal.

M. Deskripsi Hasil Siklus I

Dalam dokumen PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT MODEL AJATAK (Halaman 42-54)

Dokumen terkait