SD NEGERI 1 KARANGDUWUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh
Widi Riani, M.Pd.
Guru SD Negeri 1 Karangduwur
UPT DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA UNIT KECAMATAN PETANAHAN
KABUPATEN KEBUMEN 2014
1. Nama : Widi Riani, S.Pd., M.Pd.
2. NIP : 19751026 200312 2 003
3. NUPTK : 6358 7536 55300053
4. Jabatan : Guru Kelas SD
5. Judul Karya Tulis : Pembelajaran Kooperatif TGT
Model Ajataka
untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Materi Soal Cerita KPK dan FPB pada Kelas V Semester 1 SD Negeri 1 Karangduwur Tahun Pelajaran 2013/2014
menyatakan bahwa karya tulis tersebut asli hasil kerja sendiri, bukan jiplakan, dan belum pernah dinilai pada lomba sejenis, baik di tingkat provinsi maupun nasional.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila di kemudian hari terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan.
.
Mengetahui : Kepala Sekolah,
Kasino,S.Pd.SD.
Karangduwur, 27 Desember 2013
Peserta Lomba,
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini.
Laporan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Pembelajaran Kooperatif TGT Model Ajataka untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Materi Soal Cerita KPK dan FPB pada Siswa Kelas V Semester 1 SD Negeri 1 Karangduwur Tahun Pelajaran 2013/2014” ini disusun dalam rangka mengikuti Lomba Penulisan PTK tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun 2014.
Penelitian tindakan kelas ini berawal dari rendahnya aktifitas dan hasil belajar Matematika tentang Soal Cerita KPK dan FPB pada siswa kelas V SD Negeri 1 Karangduwur Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen. Berdasarkan studi awal disimpulkan bahwa hal ini disebabkan pembelajaran yang abstrak, verbal, dan monoton. Padahal, anak usia sekolah dasar masih berada dalam perkembangan tahap operasional konkret. Mereka menginginkan permainan yang menyenangkan dan penuh tantangan. Untuk menjembatani ini diperlukan pembelajaran dengan model yang tepat dan menarik. Dengan model yang tepat dan menarik, aktifitas belajar siswa diharapkan meningkat sehingga berefek pada peningkatan hasil belajar.
Berpijak pada asumsi di atas penulis menggunakan model pembelajaran TGT model Ajataka pada siswa kelas V SD Negeri 1
Laporan ini terdiri dari lima bab meliputi pendahuluan, kajian teori dan pengajuan hipotesis, metode penelitian, hasil dan pembahasan, serta penutup.
Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini dapat penulis selesaikan tidak lepas dari bantuan, dorongan, perhatian dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Suprapto, S.Pd. selaku Kepala UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Unit Kecamatan Petanahan;
2. Bapak Kasino, S.Pd.SD selaku Kepala SD Negeri 1 Karangduwur yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian Tindakan Kelas; dan
3. Rekan-rekan guru SD Negeri 1 Karangduwur dan pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah turut membantu penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengaharapkan kritik dan saran yang dapat menyempurnakan laporan ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dikembangkan lebih lanjut dan dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.
Karangduwur, 27 Desember 2013
Penulis
Materi Soal Cerita KPK dan FPB pada Siswa Kelas V Semester 1 SD Negeri 1 Karangduwur Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika materi Soal Cerita KPK dan FPB bagi siswa kelas V semester 1 SD Negeri 1 Karangduwur Tahun Pelajaran 2013/2014 melalui pembelajaran kooperatif TGT model Ajataka.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Karangduwur pada tahun pelajaran 2013/2014 dengan subyek penelitian adalah siswa kelas V yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.
Metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Pada masing- masing siklus terdiri dari empat tahapan penelitian yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan deskriptif komparatif yang dilanjutkan refleksi. Deskriptif komparatif dilakukan dengan membandingkan data kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2, baik untuk aktivitas belajar dan hasil belajar.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: pertama, pembelajaran kooperatif TGT model Ajataka dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika materi Soal Cerita KPK dan FPB bagi siswa kelas V semester 1 SD Negeri 1 Karangduwur tahun pelajaran 2013/2014. Terbukti persentase jumlah siswa dalam kategori aktivitas belajar baik meningkat dari kondisi awal 17% menjadi 48,5% pada siklus I dan menjadi 97,14% pada siklus II atau pada kondisi akhir mengalami peningkatan sebesar 80,14% dari kondisi awal. Kedua, pembelajaran kooperatif TGT model Ajataka dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi Soal Cerita KPK dan FPB bagi siswa kelas V semester 1 SD Negeri 1 Karangduwur tahun pelajaran 2013/2014. Terbukti persentase ketuntasan belajar siswa meningkat dari kondisi awal 40% menjadi 48,57% pada siklus I dan menjadi 97,14% pada siklus II atau pada kondisi akhir mengalami peningkatan sebesar 57,14% dari kondisi awal.
Kata kunci: kooperatif, TGT, ajataka, hasil belajar, aktivitas belajar, matematika, Soal Cerita KPK dan FPB.
Math Content KPK and FPB in Class V Semester 1 SD Negeri 1 Karangduwur Academic Year 2013/2014 .
The purpose of this study is to increase the activity and learning outcomes Math Story Problem KPK and materials for students of classes V FPB half of 1 SD Negeri 1 Karangduwur academic year 2013/2014 through a cooperative learning TGT Ajataka models .
The research was conducted in SD Negeri 1 Karangduwur in the school year 2013/2014 with research subjects were students of class V consisting of 20 male students and 15 female students.
The method used was action research method that consists of two cycles. In each cycle consists of four stages , namely research planning, action, observation, and reflection. Data were analyzed using descriptive comparative continued reflection. Comparative descriptive done by comparing baseline, cycle 1 and cycle 2, good for learning activities and learning outcomes .
These results indicate that: firs , the model Ajataka TGT cooperative learning can enhance mathematics learning activity materials and FPB KPK Story Problems for students of classes V Semester 1 SD Negeri 1 Karangduwur academic year 2013/2014. Proven percentage of students in learning activities both categories increased from baseline 17 % to 48.5 % in the first cycle and a 97.14 % in the second cycle or at the end of the condition has increased by 80.14 % from the initial conditions. Second, cooperative learning TGT Ajataka models can improve learning outcomes Story Problem KPK math materials and FPB for 1 semester of fifth grade students of SD Negeri 1 Karangduwur academic year 2013/2014. Proven to increase the percentage of students passing grade of 40% to the initial condition 48,57% in the first cycle and a 97.14 % in the second cycle or at the end of the condition has increased by 57.14 % from the initial conditions .
Keywords : cooperative , TGT , ajataka , learning outcomes , learning activities , math , Story Problem KPK and FPB .
PENGANTAR...iii
A. Latar Belakang Masalah...1
B. Rumusan Masalah...3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...4
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN...7
A. Kajian Teori...7
B. Kerangka Berpikir...19
C. Hipotesis Tindakan...20
BAB III METODE PENELITIAN...22
A. Setting Penelitian...22
B. Subjek Penelitian...26
C. Data dan Sumber Data...28
D. Teknik Pengumpulan Data...28
E. Validitas Data...30
F. Teknik Analisis Data...30
G. Indikator Kinerja...30
H. Prosedur Penelitian...31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...41
A. Deskripsi Kondisi Awal...41
B. Deskripsi Hasil Siklus I...43
C. Deskripsi Hasil Siklus II...62
Tabel 3.3 Data Siswa Kelas V SD Negeri 1 Karangduwur...27
Tabel 4.1 Aktivitas belajar pada kondisi awal...42
Tabel 4.2 Hasil belajar kondisi awal...43
Tabel 4.3 Aktivitas belajar pada siklus I...60
Tabel 4.4 Ketuntasan belajar siswa pada siklus I...61
Tabel 4.5 Aktivitas belajar pada siklus II...77
Tabel 4.6 Ketuntasan belajar siswa pada siklus II...79
Gambar 3.2 SD Negeri 1 Karangduwur...23
Gambar 3.3 Denah SD Negeri 1 Karangduwur...25
Gambar 3.4 Diagram Siklus Pelaksanaan Tindakan Kelas...34
Gambar 3.5 Bagan Alur Perbaikan Pembelajaran Melalui PTK...36
Gambar 4.1 Diagram batang hasil belajar siswa pada kondisi awal...43
Gambar 4.2 Foto media kartu soal...44
Gambar 4.3 Dokumentasi kegiatan eksplorasi...47
Gambar 4.4 Dokumentasi kegiatan elaborasi...48
Gambar 4.5 Dokumentasi Kegiatan Konfirmasi...48
Gambar 4.6 Dokumentasi Demo Aku Sayang Semua...49
Gambar 4.7 Dokumentasi Kegiatan Pendahuluan...50
Gambar 4.8 Dokumentasi Kegiatan Eksplorasi...51
Gambar 4.9 Dokumentasi kegiatan elaborasi...52
Gambar 4.10 Dokumentasi pertandingan...52
Gambar 4.11 Dokumentasi Kegiatan Evaluasi...53
Gambar 4.12 Diagram batang hasil belajar siswa...60
Gambar 4.13 Dokumentasi Kegiatan Pendahuluan...64
Gambar 4.14 Dokumentasi kegiatan apersepsi...65
Gambar 4.15 Dokumentasi kegiatan eksplorasi...66
Gambar 4.16 Dokumentasi kegiatan elaborasi...67
Gambar 4.17 Dokumentasi kegiatan konfirmasi...68
Gambar 4.18 Dokumentasi Kegiatan Penutup...68
Gambar 4.19 Dokumentasi Kegiatan Pendahuluan...69
Gambar 4.20 Dokumentasi kegiatan eksplorasi...70
Gambar 4.21 Dokumentasi kegiatan elaborasi...71
Gambar 4.22 Dokumentasi kegiatan konfirmasi...71
Gambar 4.23 Dokumentasi Kegiatan Evaluasi...72
Gambar 4.24 Diagram batang hasil belajar siswa...78
Gambar 4.25 Diagram batang aktivitas belajar siswa...81
Gambar 4.26 Diagram Batang nilai rata-rata...81
Lampiran 2a Skor Aktivitas Belajar Siswa...91
Lampiran 2b Nilai Tes Tertulis Kondisi Awal...92
Lampiran 3a RPP Siklus I...93
Lampiran 3b Peraturan Pertandingan...103
Lampiran 3c Kartu Nilai Pertandingan...104
Lampiran 3d Kisi-Kisi Soal Evaluasi...105
Lampiran 3e Lembar Evaluasi Siklus I...106
Lampiran 3f Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran...107
Lampiran 3g Rekap Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa...109
Lampiran 3h Rekap Hasil Tes Tertulis Siswa Kondisi Awal dan Siklus I ...110
Lampiran 3i Rekap Hasil Unjuk Kerja Siswa Siklus I...111
Lampiran 3j Lembar Pengamatan Guru Siklus...112
Lampiran 3k Contoh Hasil Pekerjaan Siswa...115
Lampiran 4a RPP Siklus II...116
Lampiran 4b Peraturan Pertandingan...126
Lampiran 4c Kartu Nilai Pertandingan...127
Lampiran 4d Kisi-Kisi Soal Evaluasi...128
Lampiran 4e Lembar Evaluasi...129
Lampiran 4f Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran...130
Lampiran 4g Rekap Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II...131
Lampiran 4h Rekap Hasil Tes Tertulis Siswa...132
Lampiran 4i Rekap Hasil Pertandingan Siswa Siklus I dan Siklus II.133 Lampiran 4j Lembar Pengamatan Guru Siklus II...134
Lampiran 4k Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Siklus II...137
Lampiran 5 Biodata Peserta...138
Lampiran 6 Surat Pernyataan...141
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 mengenai Standar Nasional
Pendidikan pada pasal 19 mengamanatkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif serta memberikan ruang yangcukup bagi prakarsa, kreativitas dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Sejalan dengan hal tersebut maka diharapkan guru menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang meliputi pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran secara spesifik. Ciri model pembelajaran yang baik meliputi adanya keterlibatan intelektual-emosional peserta didik
melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap; adanya keikutsertaan peserta didik secara aktif dan kreatif selama pelaksanaan proses pembelajaran; guru bertindak sebagai fasilitator,
koordinator, mediator dan motivator kegiatan belajar peserta didik; serta penggunaan berbagai metode, alat, dan media pembelajaran.
SD Negeri 1 Karangduwur merupakan sekolah yang berada di daerah pinggiran kota Kebumen. Sebagai sekolah di daerah pinggiran, kemampuan peserta didik sangat beragam. Sebagian siswa mempunyai kemampuan yang tinggi, namun masih banyak siswa yang mempunyai kemampuan yang
rendah. Hal ini terbukti dari rendahnya persentase siswa yang mencapai
batas ketuntasan minimal yang ditetapkan.
Pada mata pelajaran Matematika ketuntasan belajar 70% mulai diterapkan. Pada tahun pelajaran 2013/2014, nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran Matematika pada kelas V adalah 70. Pada semester
1 tahun pelajaran 2013/2014, hasil ulangan harian materi Soal cerita KPK dan FPB menunjukkan rata-rata nilai 58,86 dengan 14 siswa (40%) yang tuntas dan 21 siswa (60%) tidak tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah.
Dalam kegiatan belajar mengajar maupun dalam penugasan siswa cenderung pasif dan menunggu temannya untuk mengerjakan tugas. Beberapa
siswa bahkan sama sekali tidak mengerjakan tugas dengan alasan tidak bisa atau tidak membawa buku dan lebih memilih bercakap-cakap atau bermain-main dengan teman daripada mengerjakan tugas. Dalam diskusi kelompok
siswa cenderung diam, tidak aktif dan individualis. Hal ini menunjukkan aktivitas belajar siswa masih rendah.
Pada praktiknya, pembelajaran Matematika pada kelas V lebih banyak disajikan dengan metode ceramah. Pembelajaran lebih berorientasi pada guru (teacher centered), siswa tidak dilibatkan secara aktif. Guru belum
menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Siswa kurang memiliki ketertarikan pada pelajaran Matmetika yang dianggap sulit
dan teoretis saja sehingga aktivitas dan hasil belajarnya rendah. Apalagi anggapan siswa bahwa mata pelajaran Matematika adalah pelajaran yang paling sulit menjadi faktor rendahnya perhatian dan antusiasme guru dan
siswa dan faktor guru. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dari faktor guru karena guru belum
menggunakan berbagai macam model dan media. Sedangkan faktor siswa adalah siswa menganggap pelajaran Matematika sulit, membosankan dan tidak menarik, materi soal cerita KPK dan FPB dianggap materi yang abstrak
dan sulit. Melihat rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa, maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas oleh guru untuk memecahkan masalah
tersebut. Perlu ada tindakan memanfaatkan pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) model Ajataka (Aku Jawab Tantangan Kamu) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika siswa kelas V
semester 1 SD Negeri 1 Karangduwur Tahun Pelajaran 2013/2014. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti
menyusun rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apakah melalui penggunaan pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) model Ajataka (Aku Jawab Tantangan Kamu) dapat
meningkatkan aktivitas belajar Matematika materi Soal cerita KPK dan FPB pada siswa kelas V semester 1 SD Negeri 1 Karangduwur Tahun
Pelajaran 2013/2014?
2. Apakah melalui penggunaan pembelajaran kooperatif Teams Games
Tournament (TGT) model Ajataka (Aku Jawab Tantangan Kamu) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi soal cerita KPK dan FPB
3. Apakah melalui penggunaan pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) model Ajataka (Aku Jawab Tantangan Kamu) dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika materi soal cerita KPK dan FPB pada siswa kelas V semester 1 SD Negeri 1 Karangduwur Tahun Pelajaran 2013/2014?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
1) Untuk meningkatkan aktivitasbelajar Matematika materi soal certia KPK dan FPB pada siswa kelas V semester 1 SD Negeri 1 Karangduwur Tahun Pelajaran 2013/2014.
2) Untuk meningkatkan hasil belajar Matematika materi soal cerita KPK dan FPB pada siswa kelas V semester 1 SD Negeri 1
Karangduwur Tahun Pelajaran 2013/2014. b. Tujuan Khusus
1) Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika
materi soal cerita KPK dan FPB pada siswa kelas VI semester 1 SD Negeri 1 Karangduwur Tahun Pelajaran 2013/2014 melalui pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament
(TGT) model Ajataka (Aku Jawab Tantangan Kamu)
2) Untuk meningkatkan hasil belajar Matematika materi soal cerita KPK dan FPB pada siswa kelas V semester 1 SD Negeri 1 Karangduwur Tahun Pelajaran 2013/2014 melalui
penggunaan pembelajaran kooperatif TeamsGames Tournament (TGT) model Ajataka (Aku Jawab Tantangan
Kamu).
materi soal cerita KPK dan FPB pada siswa kelas V semester 1 SD Negeri 1 Karangduwur Tahun Pelajaran 2013/2014 melalui
penggunaan pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) model Ajataka (Aku Jawab Tantangan Kamu)
2. Manfaat Penelitian a. Manfaat bagi siswa
1) Meningkatnya aktivitasbelajar Matematika materi soal cerita KPK dan FPB pada siswa kelas V semester 1 SD Negeri 1 Karangduwur Tahun Pelajaran 2013/2014.
2) Meningkatnya hasil belajar Matematika materi soal cerita KPK dan FPB pada siswa kelas V semester 1 SD Negeri 1
Karangduwur Tahun Pelajaran 2013/2014. b. Manfaat bagi guru
1) Guru dapat memanfaatkan pembelajaran kooperatif Teams Games
Tournament (TGT) model Ajataka (Aku Jawab Tantangan Kamu) untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa.
2) Guru dapat memanfaatkan pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) model Ajataka (Aku Jawab Tantangan Kamu)
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
3) Guru dapat memanfaatkan pembelajaran kooperatif Teams Games
Tournament (TGT) model Ajataka (aku jawab tantangan kamu) untukmeningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
4) Guru dapat mengembangkan pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT)model Ajataka (Aku Jawab Tantangan
Kamu)
5) Meningkatkan kinerja guru. c. Manfaat bagi sekolah
Matematika di sekolah.
1. Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Model Ajataka (Aku Jawab Tantangan Kamu)
a. Hakikat Matematika
Pembelajaran Matematika selalu berkaiatan dengan kehidupan sehari-hari. Dari banyaknya persoalan dalam kehidupan sehari-hari,
maka akan menambah pula materi pembelajaran Matematika. Kesesuaian konteks pembelajaran yang ada pada kurikulum dapat
diaplikasikan dengan baik pada mata pelajaran Matematika. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami siswa. Beberapa ahli memberi batasan yang
berbeda tentang istilah belajar belajar merupakan peranan yang penting dalam proses pengajaran.
Menurut Sardiman (2006: 20) belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju keperkembangan pribadi seutuhnya,
Menurut Slameto (2003:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi di lingkungannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
pada dasarnya mengandung makna terjadinya perubahan tingkah laku pada diri anak berkat adanya pengalaman dan latihan. Perubahan
tingkah laku dalam pengertian belajar meliputi perubahan terjadi secara sadar.
Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu
sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri (James dalam Ruseffendi, 1992 : 27 ).
Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logis, matematika adalah bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat (Johnson dan Rising
dalam Ruseffendi, 1992: 28)
Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki
objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran
Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan
keruangan sedangkan teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir (Jhonson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman, 2003: 252). Sedangkanmenurut Reys dkk. dalam Ruseffendi, dkk. (1992: 28)
mengemukakan bahwa “matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau cara berpikir, suatu seni suatu bahasa dan
suatu alat”.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang
dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang mempelajari pola berpikir, pola pengorganisasian, pembuktian yang logis, serta bahasa dan penelaahannya yang dibangun melalui proses penalaran deduktif.
Dalam Peraturan Materi Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22, Tahun 2006 tentang Standar Isi (2006: 139)
tujuan matematika adalah: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep
atau logaritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (4)
Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajarai matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan (Wahyudi, 2008: 3).
Dalam Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa dapat memiliki kemampuan (1) memahami konsep,
menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memilki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematiaka, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
b. Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT)
1) Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pengajaran dimana peserta didik belajar dalam kelompok-kelompok kecil
yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam meyelesaikan tugasnya setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar
belum selesai jika salah satu teman belum menguasai bahan pembelajaran (Depdiknas, 2004: 11). Ibrahim dan Shaodih (1996:
apabila kelompok terdiri atas peserta didik yang sama pintarnya atau sama tidak pintarnya akan menyebabkan ada kelompok yang
dominan terhadap lainnya. Besar kelompok sebaiknya tidak lebih dari lima orang untuk menjaga kemungkinan adanya anggota yang tidak terlibat.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan
berdasarkan teori sosial, teori kognitif, dan teori kontruktivisme cukup efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial peserta didik, berpikir aktif dan kritis, membantu memahami
konsep-konsep yang sulit serta meningkatkan kemampuan akademisnya. Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh
proses demokrasi dan peran aktif peserta didik dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya (Anonym, 2004: 15). Pembelajaran kooperatif dapat memberi
keuntungan baik pada peserta didik kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas
akademik. Peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi diharapkan dapat membantu rekan lainnya yang memiliki kemampuan di bawahnya. Jadi peserta didik dapat memperoleh
bantuan dari teman sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses pembelajaran kooperatif ini, peserta
tertentu. Penerapan model pembelajaran kooperatif pada pembelajaran Matematika juga meningkatkan kemampuan
bekerja sama antar individu, berbicara, dan sharing dengan orang lain. Hal tersebut akan melahirkan sikap positif terhadap keanekaragaman (learning to live together).
Menurut Slavin (2005:71) dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif di kelas ada beberapa tahap yang perlu
diperhatikan sebagai berikut ini: 1) materi pelajaran dirancang untuk pembelajaran secara kelompok yang sebelumnya dibuat lebih dahulu lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan
dipelajari, 2) menetapkan peserta didik dalam kelompok beranggotakan 4-5 orang peserta didik yang terdiri dari campuran
peserta didik laki-laki dan perempuan yang memiliki prestasi belajar sedang, tinggi dan rendah juga terdiri dari katar belakang sosial yang beragam, 3) menentukan skor awal yang merupakan
rata-rata peserta didik secara individual pada semester sebelumnya, 4) menyiapkan peserta didik untuk belajar kooperatif
yang sebaiknya dimulai dengan latihan-latihan kerjasama kelompok masing-masing anggotanya lebih saling mengenal.
Slavin (2005:75) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan teknik pembelajaran kooperatif terdapat
peserta didik, 4) membimbing kelompok bekerja dan belajar, 4) evaluasi, dan 6) penghargaan.
2) Teknik Teams Games Tournament (TGT)
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1995:5) teknik sebagai prosedur mental yang berbentuk satuan langkah yang menggunakan upaya ranah cipta untuk mencapai tujuan. Oemar
Hamalik (2001:201) mengungkapkan bahwa teknik adalah keseluruhan metode dan prosedur yang menitikberatkan pada
kegiatan peserta didik dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, teknik adalah keseluruhan metode yang menitikberatkan pada kegiatan peserta didik dalam
proses belajar mengajar yang menggunakan upaya ranah cipta untuk mencapai tujuan. Teknik pembelajaran lebih luas dari metode, karena ada prosedur untuk mencapai tujuan tertentu.
Siswa bermain dalam meja pertandingan melawan anggota kelompok lain yang memiliki kemampuan setara. Juara pertandingan akan mendapat skor 4 untuk disumbangkan kepada timnya. Selanjutnya, pada permainan berikutnya juara satu pada pertandingan pertama akan melawan juara satu dari tim lain, juara dua melawan juara dua dan seterusnya. Pada akhir game, tim dengan skor tertinggi akan mendapat sertifikat/penghargaan.
Lebih lanjut, Robert E. Slavin (2010: 169) menguraikan tentang pembelajaran kooperatif TGT sebagai berikut: (a) pengajaran: menyampaikan materi; (b) belajar tim: para siswa mengerjakan lembar-lembar kegiatan untuk menguasai materi; (c) turnamen: para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan yang homogen, dengan meja turnamen tiga peserta; dan (d) rekognisi tim: skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan sebelumya.
Sebuah pembelajaran akan berhasil dengan maksimal jika siswa merasa senang dengan pembelajaran tersebut. Pada dasarnya setiap anak menyukai permainan yang penuh tantangan, tetapi tidak terlalu sulit. Ajataka (aku jawab tantangan kamu) adalah sebuah pertandingan kelompok, di mana kelompok yang satu akan menantang kelompok lain. Masing-masing perwakilan kelompok akan bertanding di meja pertandingan menghadapi perwakilan dari kelompok lain yang mempunyai kemampuan seimbang. Peserta didik yang dapat menjawab soal dengan benar dan paling cepat akan memperoleh skor 5. Selanjutnya, peserta didik berikutnya mendapat skor 4, dan seterusnya. Peserta didik yang menjawab salah mendapat skor 0. Pada akhir pertandingan, skor yang diperoleh setiap peserta didik diserahkan kepada kelompok untuk menentukan juara kelompok. Kelompok yang mendapat skor tertinggi adalah juara pertandingan. 2. Aktivitas Belajar Matematika
a. Aktivitas Belajar
Diedrich dalam Nasution (1995) mengelompokkan aktivitas siswa ke dalam kategori:
demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya. 2. Oral activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interviuw, diskusi, interaksi dan sebagainya.
3. Listening activities seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan sebagainya.
4. Writing activities seperti menulis cerita, karangan, laporan,
angket, menyalin dan sebagainya.
5. Drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, peta,
diagram, pola dan lain sebagainya.
6. Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat
konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.
7. Mental activities seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan
lain sebagainya.
8. Emotional activities seperti menaruh minat, merasa bosan,
gembira, berani, tenang, gugup dan lain sebagainya. b. Aktivitas Belajar Matematika
Aktivitas belajar Matematika materi soal cerita KPK dan FPB meliputi membaca, menerjemahkan soal cerita ke dalam kalimat dan menyampaikan informasi, matematika, menyampaikan pendapat, berdiskusi, menghargai pendapat teman, mengingat, dan berkompetensi.
Sebelum diuraikan mengenai hasil belajar, perlu diketahui terlebih dulu prasyarat yang diperlukan dalam belajar menurut Slameto (2003: 27)
adalah sebagai berikut: (a) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional. (b) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement
dan motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan instruksional. (c) Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan
kemempuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif. (d) Belajar perlu adanya interaksi siswa dengan lingkungannya.
Prinsip dalam belajar memiliki beberapa sudut pandang diantaranya belajar harus ada partisipasi aktif dari siswa dan juga motivasi
yang kuat dari dalam diri siswa dan juga dari luar siswa. Hasil belajar memiliki peran penting dalam proses belajar mengajar. Penilaian hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan
belajar dalam upaya mencapai tujuan belajar melalui berbagai kegiatan belajar mengajar. Pengertian Hasil dalam KBBI adalah sesuatu
yang diadakan, dibuat, dijadikan oleh usaha. Belajar adalah usaha secara sadar yang dilakukan individu untuk memahami sesuatu melalui berbagai prosedur latihan dan pengalaman sehingga menghasilkan kecakapan,
sikap, kebiasaan, kepandaian, dan pengertian.
Menurut Oemar Hemalik (2006: 14) hasil belajar akan terjadi
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu dan dari tidak mengerti menjadi tahu dan mengerti. Sudjana dalam Padmono
dimiliki siswa atau mahasiswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Dengan demikian, hasil belajar menunjukkan perubahan dari sebelum pengalaman belajar dengan setelah menerima pengalaman
belajarnya. Hasil belajar menunjukkan perubahan yang berupa penambahan, peningkatan, dan penyempurnaan perilaku. Perubahan
perilaku pada penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dengan menggunakan Taksonomi Bloom adalah terdiri dari 3 ranah yaitu afektif, kognitif, dan psikomotorik. Dengan demikian pengertian hasil belajar
adalah sesuatu yang diadakan atau dibuat yang dilakukan individu untuk memahami sesuatu melalui berbagai prosedur latihan dan pengalaman
sehingga menghasilkan kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian dan pengertian.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat simpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah sesuatu yang dibuat atau diusahakan yang dicapai seseorang dalam usaha belajar suatu ilmu yang mempelajari hasil
kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran.
D. Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal guru belum menggunakan pembelajaran kooperatif model ajataka, aktivitas dan hasil belajar matematika rendah. Agar hasil belajar matematika materi soal cerita KPK dan FPB meningkat maka
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Guru hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan
Guru menggunakan pembelajaran kooperatif TGT model ajataka
Diduga melalui penggunaan pembelajaran kooperatif TGT model Ajataka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika materi soal cerita KPK dan FPB Aktivitas dan hasil belajar siswa rendah
Siklus I
Penggunaaan pembelajaran kooperatif TGT model ajataka pada materi soal cerita FPB
Siklus II
Penggunaan pembelajaran kooperatif TGT model ajataka pada materi soal cerita KPK model Ajataka (Aku Jawab Tantangan Kamu)
Siklus pertama adalah penggunaan pembelajaran kooperatif TGT model ajataka (aku jawab tantangan kamu) untuk menyelesaikan soal cerita FPB, dilanjutkan dengan siklus kedua penggunaan pembelajaran kooperatif TGT
model Ajakata (Aku Jawab Tantangan Kamu) untuk menyelesaikan soal cerita KPK. Dari siklus I dan siklus II diharapkan aktivitas dan hasil belajar
meningkat.
Pada kondisi akhir, diduga melalui penggunaan pembelajaran kooperatif
Teams Games Tournament (TGT) model Ajataka (Aku Jawab Tantangan Kamu) aktivitas dan hasil belajar matematika materi soal cerita KPK dan FPB pada siswa kelas V SD Negeri 1 Karangduwur pada semester 1 tahun
pelajaran 2013/2014 dapat meningkat.
Berikut ini adalah bagan kerangka berpikir penelitian.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, peneliti menetapkan hipotesis tindakan sebagai berikut.
siswakelas V semester 1 SD Negeri 1 Karangduwur Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Melalui penggunaan pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) Model Ajataka (Aku Jawab Tantangan Kamu) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi soal cerita KPK dan FPB pada siswa kelas
VI semester 1 SD Negeri 1 Karangduwur Tahun Pelajaran 2013/2014. 3. Melalui penggunaan pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament
(TGT) Model Ajataka (Aku Jawab Tantangan Kamu) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika materi soal cerita KPK dan FPB pada siswa kelas V semester 1 SD Negeri 1 Karangduwur Tahun Pelajaran
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Unit Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen yang
dilakukan pada siswa kelas V SD. Adapun lokasi penelitian adalah di SD Negeri 1 Karangduwur. Peneliti memilih lokasi di kelas V SD Negeri
1 Karangduwur dengan alasan masalah terjadi di kelas tersebut di mana peneliti bertugas mengajar, sehingga peneliti telah memahami benar-benar kondisi dan kemampuan siswa di samping kekurangan dan
kelemahannya.
Lokasi SD Negeri 1 Karangduwur terletak di Jalan Raya Puring
198 Desa Karangduwur Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen. Akses menuju SD ini dapat dikatakan mudah karena terletak di daerah
pemukiman penduduk.
U Balai Desa Karangduwur
SDN 1 Karangduwur
Gambar 3.1 Denah Lokasi SD Negeri 1 Karangduwur
35 Jl. Raya Puring-Petanahan Kantor Kec. Petanahan
SD Negeri 1 Karangduwur sebagai salah satu SD Negeri di UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Unit Kecamatan Petanahan
merupakan SD yang berprestasi di atas rata-rata. Pada tahun pelajaran 2012/2013 SD Negeri 1 Karangduwur meraih peringkat lima nilai (Ujian Nasional) UN di UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan Petanahan. Di
samping itu, prestasi akademik dan nonakademik juga tidak ketinggalan. Berbagai macam kejuaraan pernah diraih. Salah satunya pernah
mendapat medali perunggu pada OSN di Medan Sumatera Utara pada bulan Agustus 2010.
Gambar 3.2 SD Negeri 1 Karangduwur
Tenaga pengajar di SD Negeri 1 Karangduwur juga cukup memadai dengan enam guru kelas, satu guru PAI, satu guru Penjaskes,
seorang kepala sekolah, satu guru Bahasa Inggris, seorang petugas perpustakaan, dan seorang penjaga sekolah. Kompetensi para pengajar
pun sudah sesuai dengan aturan pemerintah. Delapan orang guru telah berkualifikasi S1, sebagian guru sedang menempuh pendidikan S 1 untuk meningkatkan profesionalisme.
Tabel 3.1 Data kepegawaian SD Negeri 1 Karangduwur
1 KASINO, S.Pd.SD19620113 198508 1 002 IV.A SekolahKepala PKn I-VI
2 ROJIYAH, S.Pd.I19590824 198104 2 001 IV.A Guru PAI I – VI
3 PURWANTO,A.Ma.Pd19570906 198405 1 002 IV.A Guru Penjaskes I – VI
4 WIDI RIANI, M.Pd.19751026 200312 2 003 II.D Guru Guru Kelas VI
5 SUNDARI, S.Pd.SD.19670330 200312 1 001 II.C Guru Guru Kelas IV
6 SUWARDIYANTO,S.Pd.19660802 200701 2 012 II.B Guru Guru Kelas II
7 PARYASIH,S,Pd.19680705 200701 2 021 II.B Guru Guru Kelas V
8 SRI MULYANINGSIH,S.Pd.19700621 200701 2 010 II.B Guru Guru Kelas I
10 PARWOTO19630507 200003 1 004 I.D Penjaga
-11 AZMATUL HANIAH WB Guru WB Guru Mulok IV – VI
12 INDRI SUSANTI WB Guru WB Guru Mulok IV – VI
13 TANTINAH PUJIASTUTI PTT Perpustakaan
Seperti sekolah yang lain, SD Negeri 1 Karangduwur juga
mempunyai Visi dan Misi sekolah. Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut.
a. Visi :
Mewujudkan masyarakat sekolah yang unggul, berprestasi, dan
berbudaya berdasakan iman dan taqwa b. Misi :
1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan
efisien untuk mengoptimalkan perkembangan peserta didik. 2) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada
seluruh warga sekolah.
3) Menumbuhkan semangat penghayatan dan pengamalan terhadap
Ruang
KELAS I KELAS II KELAS III
RUANG
4) Membentuk tamatan yang berkepribadian unggul yang mampu mengembangkan diri dan melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi.
Selanjutnya, secara lebih rinci peneliti meggambarkan denah lokasi
kelas I sebagai subjek penelitian ini.
Gambar 3.3 Denah SD Negeri 1 Karangduwur
2. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan selama empat bulan, mulai bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2013. Adapun rincian waktu dan jenis
kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Penelitian
instrumen
Berdasarkan jadwal pelaksanaan penelitian di atas, peneliti menyusun
jadwal siklus perbaikan pembelajaran sebagai berikut: a) Siklus 1 : tanggal 23, 29, dan 30 Agustus 2013 b) Siklus 2 : tanggal 9,13, dan 20 September 2013 F. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah kelas V SD Negeri 1 Karangduwur tahun pelajaran 2013/2014. Jumlah siswa dalam kelas ini 35 siswa terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Berikut ini adalah daftar nama
siswa kelas V di SD Negeri 1 Karangduwur.
Tabel 3.3 Data Siswa Kelas V SD Negeri 1 Karangduwur
NO NAMA SISWA Jenis kelamin
L P 1 Hidyan Fajar Azizi L
2 Rizki Nurul Nur R L
3 Uni Isnaeni P
4 Ajroh P
5 Alfina Nur Afifah P
6 Ananda Nurul F P
7 Anas Rifki Romadhon L
8 Atikah Nur Fadilah P
9 Aziz Prasetyo P
10 Dani Setyanto L
11 Dzikriya L
12 Fahmi Muafa Rusydi L
13 Nadiya Azka P
14 Novita Rizkani R P
15 Puguh Andhia D L
16 Rahmat Juni Widodo L
18 Ridho Nur Robangi L
19 Rihmah Alfiah H P
20 Silvya Agustin P
21 Naia Shafira Hanin P
22 Rizki Nurul Nur Rokhim L
23 Sri Handoyo P
24 Danang Dwi Yuli Anwar L
25 Fiki Haikal L
26 Grahaita Wahana Lestari P 27 Naskhan Abdul Hakim L
28 Primafakhri Elnanda H L
29 Ridho Ibnu Fida L
30 Rina Puji Astuti L 31 Rizki Pria Muhamad Ali L
32 Zulfikar Akhmad P
33 Andhini Hafshah L
34 Shintya Jenyfer L
35 Difki Lesta Gibran P
Jumlah 20 15
G. Data dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi dua sumber yaitu (1) sumber data primer di mana data diperoleh langsung dari subjek penelitian (siswa);
dan (2) sumber data sekunder di mana data diperoleh dari pengamatan teman sejawat dan wawancara dengan siswa.
H. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data
a. Data Kuantitatif
1) Data tentang hasil belajar siswa dengan teknik tes tertulis Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan. Tes awal diberikan pada awal kegiatan penelitian
mutu hasil belajar siswa. Dengan perkataan lain, tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui tingkat perkembangan hasil
belajar siswa sesuai dengan siklus yang ada.
2) Data tentang penilaian kegiatan siswa dengan menggunakan
lembar penilaian kegiatan siswa baik individu maupun kelompok.
3) Pengamatan
Pengamatan yang peneliti lakukan adalah pengamatan secara pasif. Pengamatan itu dilakukan terhadap guru ketika melaksanakan proses belajar mengajar berlangsung.
Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat yang diminta sebagai observer dengan mengambil tempat duduk paling
belakang. Dalam posisi itu, observer dapat secara lebih leluasa melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar mengajar siswa dan guru di kelas.
Pengamatan terhadap guru difokuskan pada kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran model TGT Ajataka.
Pengamatan terhadap kinerja guru juga diarahkan pada kegiatan guru dalam menjelaskan pelajaran, memotivasi
siswa, mengajukan pertanyaan, dan menanggapi jawaban siswa, mengelola kelas, memberikan latihan dan umpan balik, dan melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.
Sementara itu, pengamatan terhadap siswa difokuskan pada tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran, seperti
rangsang baik yang datang dari guru atau teman lain, keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas, dan sebagainya. 2. Alat Pengumpulan Data
a. Data Kuantitatif
1) Data hasil belajar siswa dengan teknik tes menggunakan satu
soal uraian dan tiap siklus.
2) Hasil pertandingan secara individu pada setiap siklus b. Data Kualitatif
1) Data hasil aktivitas belajar siswa dengan lembar pengamatan oleh pengamat.
2) Data hasil pengamatan proses pembelajaran oleh pengamat. I. Validitas Data
Teknik validasi yang diguakan adalah trianggulasi. Adapun trianggulasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi data. Trianggulasi data (sumber) dilakukan dengan cara mengumpulkan data sejenis dari sumber
berbeda. Dengan teknik ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih tepat sesuai keadaan siswa.
J. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua teknik analisis.
Data kuantitatif diolah melalui analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus I, dan siklus II,
sedangkan data kualitatif hasil pengamatan diolah menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus.
K. Indikator Kinerja
digunakan untuk mengetahui apakah perlakuan yang digunakan dapat membantu siswa meningkatkan aktivitas belajar Matematika adalah respon, tanggapan, dan opini siswa yang menunjukkan kesetujuannya. Selain itu, indikatoryang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa adalah peningkatan hasil belajar siswa baik secara individual maupun klasikal serta ketuntasan belajar siswa. Siswa dinyatakan tuntas belajar jika telah mencapai tingkat pemahaman materi 70% ke atas yang ditunjukkan dengan perolehan nilai formatif 70 atau lebih.
Kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Perlakuan yang dilaksanakan dinyatakan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa jika minimal 90% dari jumlah siswa, menunjukkan respon, tanggapan dan opini yang menunjukkn kesetujuannya melalui pengamatan.
2. Perlakuan yang dilaksanakan dinyatakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa jika ada peningkatan hasil belajar secara individual dan klasikal, serta minimal 90% dari jumlah siswa tuntas dalam belajar. L. Prosedur Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Penelitian Tindakan Kelas. Dalam penelitian ini tindakan yang akan peneliti lakukan sebanyak dua siklus. Sedangkan tahapan-tahapan dalam siklus terdiri atas empat tahapan yaitu planning, acting, observating, dan reflecting.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang di lakukan di dalam kelas. Suharsimi (2007: 2) mendefinisikan penelitian tindakan kelas melalui paparan gabungan definisi dari kata “penelitian”, “tindakan”, dan “kelas”. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan atuan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam rangkaian penelitian berbentuk siklus kegiatan. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama oleh guru. Jadi, Suharsimi (2007: 3) berkesimpulan penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tibdakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.
tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Karena itu, penelitian tindakan kelas juga merupakan penelitian yang bersifat reparatif. Artinya, penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran agar siswa bisa mencapai hasil yang maksimal.
Selanjutnya Mohammad Asrori (2009:100) menyebutkan dalam penelitian tindakan kelas ada empat langkah tindakan yang biasanya dilakukan, yaitu: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi atau pengamatan, (4) refleksi.
Dalam setiap tindakan yang dilakukan suatu penelitian tindakan kelas biasanya jarang yang berhasil mencapai batas ketuntasan belajar hanya dalam satu siklus saja. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas dilakukan secara bersiklus. Siklus adalah putaran berulang dari kegiatan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Penelitian tindakan kelas dimulai dari siklus pertama. Berdasarkan pelaksanaan siklus pertama tersebut, guru akan mengetahui letak keberhasilan dan kegagalan atau hambatan yang dijumpai pada siklus pertama tersebut. Selanjutnya, guru memutuskan kembali rancangan tindakan untuk siklus kedua. Kegiatan pada siklus kedua ini dapat berupa kegiatan sebagaimana yang dilakukan pada siklus pertama, tetapi sudah dilakukan perbaikan-perbaikan atau tambahan-tambahan berdasarkan hambatan atau kegagalan yang dijumpai pada siklus pertama.
Refleksi II Observasi II
Penyimpulan dan Pemaknaan Hasil
Jika permasalahan belum terselesaikanLanjutkan ke Siklus Berikutnya
SIKLUS II
Permasalahan
SIKLUS I
Perencanaan Tindakan II PelaksanaanTindakan II Permasalahan Baru Hasil Refleksi I
Refleksi II Observasi II
Perencanaan
Tindakan I Pelaksanaan Tindakan II yang belum terselesaikan dilanjutkan ke siklus berikutnya dengan tahapan sebagaimana yang telah dilakukan pada siklus kedua setelah mengalami perbaikan terlebih dahulu.
Secara skematis langkah-langkah di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.4 Diagram Siklus Pelaksanaan Tindakan Kelas (Mohammad Asrori, 2009:103)
Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas diperlukan teman sejawat
yang berfungsi sebagai observer. Observer ini akan mengamati proses pelaksanaan perbaikan dengan menggunakan instrumen-instrumen yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Berdasarkan hasil observasi, observer akan memberi masukan-masukan untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada saat peneliti melakukan refleksi.
IDE AWAL
Studi Pendahuluan: Proses pembelajaran
Tes diagnostik (diperoleh data awal) Analisis dokumen
Diskusi solusi yang akan dipergunakan
Tindakan siklus I
Penyusunan RPP, Tes formatif, Lembar observasi, Lembar Kerja Siswa Mempersiapkan observer
Simpulan Tindakan Siklus III Perencanaan perbaikan yang perlu diperbaiki pada siklus berikutnya.
Refleksi merupakan suatu bentuk evaluasi yang dilakukan oleh peneliti bersama observer untuk mengidentifikasi kekurangan dan kelemahan
dalam pembelajaran. Identifikasi itu meliputi keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan menyampaikan materi, keterampilan mengelola kelas, keterampilan menanggapi jawaban
siswa, keterampilan memotivasi siswa, keterampilan mengelola waktu, keterampilan menggunakan alat peraga, keterampilan menerapkan metode
dan model pembelajaran, keterampilan mengaktifkan siswa, serta keterampilan mengevaluasi siswa.
Daur PTK tersebut perlu di desain lebih lanjut agar kelemahan dapat diminimalkan, sehingga secara kronologis peneliti dapat melakukan perbaikan sesuai dengan daur ulang dalam tiga siklus secara rinci seperti
Gambar 3.5 Bagan Alur Perbaikan Pembelajaran Melalui PTK (Rusna Ristasa Augusta, 2006:46)
Prosedur perbaikan pembelajaran pada gambar di atas selanjutnya dirancang dalam tahapan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasikan masalah, menganalisis dan merumuskan masalah serta merumuskan hipotesis.
2. Menemukan solusi pemecahan masalah yang berupa tindakan perbaikan pembelajaran.
3. Merancang skenario tindakan perbaikan yang dikemas dalam Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPPP).
4. Mendiskusikan aspek-aspek yang akan diamati dengan teman sejawat
(observer).
5. Melaksanakan pembelajaran, sesuai dengan skenario yang telah
dirancang, dengan pengamatan oleh teman sejawat.
6. Mendiskusikan hasil pengamatan dengan teman sejawat (observer). 7. Melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
8. Konsultasi dengan supervisor. 9. Merancang tindak lanjut.
10. Re-planing, dan seterusnya, sampai mencapai batas kriteria yang telah ditetapkan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Penelitian Tindakan Kelas. Dalam penelitian ini tindakan yang akan peneliti lakukan sebanyak tiga siklus. Sedangkan tahapan-tahapan dalam siklus terdiri atas
empat tahapan yaitu planning, acting, observating, dan reflecting. 1. Siklus I
a. Tahap perencanaan
Pembelajaran disusun untuk dua pertemuan, di mana pertemuan kedua merupakan penguatan dari pertemuan pertama pada setiap
siklus.
1) Menyusun silabus dan Rencana Perbaikan Pelaksanaan
Pembelajaran
2) Menyiapkan media berupa kartu soal, aturan pertandingan, dan
daftar skor kelompok. b. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilaksanakan dengan mengadakan
pembelajaran sesuai skenario pembelajaran pada siswa. Pembelajaran dilakukan oleh peneliti dan diamati oleh teman sejawat yang bertugas mengamati proses pembelajaran.
c. Tahap observasi
Tahap observasi dilakukan oleh teman sejawat sebagai observer dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa).
Observasi dipusatkan pada pedoman dan lembar observasi yang telah disusun. Selain itu, untuk memperoleh data yang akurat, peneliti juga bertanya jawab dengan siswa untuk mendapatkan data
yang lebih lengkap. d. Tahap refleksi
Tahap refleksi dilakukan dengan cara menganalisis hasil
pekerjaan siswa dan hasil observasi. Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh kesimpulan untuk pertimbangan
tindakan pada siklus selanjutnya. 2. Siklus II
Pada siklus II, tahapan pelaksanaan sama dengan pelaksanaan siklus I dengan penyempurnaan pada pelaksanaan tindakan
berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. pada tahap ini, peneliti kembali menyusun Rencana Pembelajaran untuk siklus II.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan dilaksanakan dengan mengadakan
pembelajaran sesuai skenario pembelajaran pada siswa. Pembelajaran dilakukan oleh peneliti dan diamati oleh teman
sejawat yang bertugas mengamati proses pembelajaran. c. Observasi
Tahap observasi dilakukan oleh teman sejawat sebagai observer dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa).
Observasi dipusatkan pada pedoman dan lembar observasi yang telah disusun. Selain itu, untuk memperoleh data yang akurat,
peneliti juga bertanya jawab dengan siswa untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.
d. Refleksi
Tahap refleksi dilakukan dengan cara menganalisis hasil
pekerjaan siswa dan hasil observasi. Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran. Berdasarkanhasil
1. Aktivitas belajar Matematika
Dalam kegiatan belajar mengajar maupun dalam penugasan
siswa cenderung pasif dan menunggu temannya untuk
mengerjakan tugas. Beberapa siswa bahkan sama sekali tidak
mengerjakan tugas dengan alasan tidak bisa atau tidak membawa
buku dan lebih memilih bercakap-cakap atau bermain-main
dengan teman daripada mengerjakan tugas. Dalam diskusi
kelompok siswa cenderung diam, tidak aktif dan individualis.
Aktivitas pada kondisi awal diamati pada pembelajaran
sebelum dilaksanakan tindakan. Pengamatan dilakukan pada aspek
diskusi, kerjasama dan keaktifan dalam pembelajaran sebelumnya
yaitu pada soal cerita FPB. Pengamatan aktivitas belajar siswa
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dengan skor 1
sampai 5. Skor 5 = sangat baik, skor 4 = baik, skor 3 = cukup, skor
2 = kurang, dan skor 1 = sangat kurang. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas siswa adalah berada pada
skor 2,81 atau pada kualifikasi kurang. Hasil pengamatan aktivitas
belajar Matematika disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Aktivitas belajar pada kondisi awal
No. Kualifikasi Jumlah siswa
1. Kurang 17
2. Cukup 12
3. Baik 6
4. Sangat baik 0
Hasil pengamatan menunjukkan hanya terdapat 6 siswa (17%) mencapai rerata skor lebih besar dari 4,00 (kualifikasi baik). (lihat lampiran 2a). Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar Matematika masih rendah.
2. Hasil belajar Matematika
Hasil belajar pada kondisi awal diperoleh dari hasil ulangan
harian pada kompetensi dasar 1.1 Menggunakan sifat-sifat operasi hitung termasuk operasi campuran, FPB dan KPK. Siswa diminta
mengerjakan soal tes tertulis berbentuk uraian untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Ulangan harian terdiri dari 2 nomor soal uraian. Nilai ulangan harian pada materi soal cerita KPK dan FPB
tersebut dianalisis untuk untuk mengetahui hasil belajar di kondisi awal sebelum tindakan dilakukan.
Hasil ulangan harian materi soal cerita KPK dan FPB kelas V menunjukkan rata-rata nilai 58,86 dengan 14 siswa (40%) yang
tuntas dan 21 siswa (60%) tidak tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar Matematika masih rendah.
Masih rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil belajar kondisi awal
1. Nilai terendah 40
2. Nilai tertinggi 80
3. Rerata nilai 58,86
Data tersebut dapat divisualisasikan dengan diagram berikut:
0 20 40 60 80
Gambar 4.1 Diagram batang hasil belajar siswa pada kondisi awal
Ketuntasan hasil belajar berdasarkan hasil tes kondisi awal adalah sebesar 40 %, terdapat 21 siswa dari 35 siswa yang belum
tuntas belajar. Pada kondisi awal ini belum digunakan pembelajaran kooperatif TGT model Ajataka (Aku Jawab
Tantangan Kamu) sehingga aktivitas dan hasil belajar Matematika kurang maksimal.
M. Deskripsi Hasil Siklus I 1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus I
dilengkapi dengan instrumen penilaian, kartu soal, dan lembar observasi.
Penyusunan rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran (RPPP) dilakukan dengan cara memperbaiki dan menyesuaikan
program pembelajaran yang telah dibuat di awal semester. RPPP disusun sesuai dengan model RPP yang dilengkapi model
permainan menggunakan kartu soal. (lihat lampiran 3a)
Pembuatan media kartu soal dilakukan dengan mengetik
dalam komputer dan mencetaknya. Setiap kartu kata berukuran 20 cm x 14 cm. Jumlah kartu kata disesuaikan dengan jumlah kelompok yaitu 7 kartu setiap permainan/game. Kartu kata dibuat
dari kertas asturo berwarna agar menarik dan meningkatkan motivasi siswa di samping itu peneliti juga menyediakan spidol
untuk menulis soal pada kartu soal. Peneliti membuat 7 set sesuai dengan meja pertandingan yang telah disiapkan.
Gambar 4.2 Foto media kartu soal
Lembar observasi aktivitas siswa dirancang untuk melakukan pengamatan dan penilaian pada aspek diskusi, kerjasama dan
melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran dan ketempilan guru dalam membawakan pembelajaran. Diharapkan
dengan lembar pengamatan ini proses pembelajaran dapat terprotet secara menyeluruh dari berbagai sudut pandang.
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan yang dilakukan pada pembelajaran mengacu
pada perencanaan tindakan yang telah dibuat. Materi yang disajikan pada siklus I materi soal cerita FPB. Siklus I dilaksanakan dalam 3
kali pertemuan (6 jam pelajaran), pertemuan pertama pada 23 Agustus 2013 (2 jp), pertemuan kedua pada 29 Agustus 2013 (2 jp), dan pertemuan ketiga pada 30 Agustus 2013. Ulangan harian
dilaksanakan pada pertemuan ketiga tanggal 30 Agustus 2013. Pembelajaran dengan model games/permainan model Ajataka (Aku
Jawab Tantangan Kamu) dilaksanakan pada pertemuan kedua dan pertemuan ketiga.
Pertemuan pertama, 23 Agustus 2013 1. Kegiatan Pendahuluan
Peneliti sebagai guru kelas V menyapa peserta didik
dengan mengucapkan salam dan menanyakan apakah peserta didik sudah siap menerima materi pembelajaran. Kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan peserta didik secara psikis dan
fisik untuk mengikuti proses pembelajaran (melalui lagu FPB dan KPK).
Masih dalam kegiatan pendahuluan, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu: (1) Peserta didik
matematika dengan benar, dan (2) Peserta didik dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari (soal
cerita) yang memuat FPB dengan benar.
Sebagai apersepsi, peserta didik diminta menjawab
pertanyaan yang diberikan peneliti untuk mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari
yaitu soal cerita FPB. Di sini peneliti memberikan stimulus kepada peserta didik dengan cara bertanya jawab tentang materi prasyarat, semua pendapat peserta didik dihargai. Materi
prasyarat meliputi bilangan prima, faktor prima dan Faktor Persekutuan Terbesar. Tanya jawab dimunculkan dengan cara
menentukan FPB oleh peserta didik secara lisan atau tertulis di papan tulis. Peserta didik tampak semangat mengikuti pembelajaran. Mulai muncul beberapa aktivitas belajar seperti
bertanya, menghitung, dan berdiskusi dengan teman satu kelompok.
2. Kegiatan Inti
Pada awal kegiatan inti, peneliti menyajikan soal cerita
secara lisan dan meminta peserta didik menerjemahkan dalam kalimat matematika. Tanya jawab dilakukan untuk meningkatkan motivasi. Guru memuji peserta didik yang
Gambar 4.3 Dokumentasi kegiatan eksplorasi Selanjutya dibagi menjadi 5 kelompok (daftar
kelompok terlampir). Peserta didik diminta mencari soal cerita FPB baik dari buku ataupun sumber lain dan
menuliskan di kartu soal. Soal yang ditulis kemudian dikerjakan bersama dalam kelompok. Peserta didik yang sudah selesai mengerjakan membantu teman yang belum
selesai belajar (elaborasi). Peserta didik tampak semangat bekerja. Aktivitas belajar semakin tampak nyata.
Gambar 4.4 Dokumentasi kegiatan elaborasi
Setelah diskusi selesai, setiap kelompok mempresentasikan hasil yang telah didapat dengan cara
memperagakannya di depan kelas, kelompok lain untuk mengikutinya sehingga temuan dari masing-masing
memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi.
Gambar 4.5 Dokumentasi Kegiatan Konfirmasi
3. Kegiatan Penutup
Dengan bimbingan guru peserta didik dimotivasi membuat simpulan dengan menggunakan bahasa sendiri, disini setiap pendapat peserta didik dihargai. Guru memberikan informasi bahwa pada pertemuan yang akan datang peserta didik akan bertanding, dimohon mempersiapkan diri dengan berlatih mengerjakan soal cerita FPB.
Gambar 4.6 Dokumentasi Demo Aku Sayang Semua
Pertemuan kedua, 29 Agustus 2013 1. Kegiatan Pendahuluan
Guru menyapa peserta didik dengan mengucapkan salam
dan menanyakan apakah peserta didik sudah siap menerima materi pembelajaran.
Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran dengan bernyanyi lagu
KPK dan FPB.
Gambar 4.7 Dokumentasi Kegiatan Pendahuluan
Setelah bernyanyi, peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari dan menyampaikan. Selanjutnya
peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang meliputi (1) Peserta didik dapat menerjemahkan soal cerita FPB dalam kalimat matematika dengan benar dan (2) Peserta didik dapat menentukan FPB dalam kehidupan sehari-hari (soal cerita) dengan benar. Selanjutnya, peneliti menjelaskan cakupan materi
2. Kegiatan Inti
(Aku Jawab Tantangan Kamu). Peserta didik diminta mencari soal cerita FPB baik dari buku ataupun sumber lain. Soal kemudian dikerjakan bersama dalam kelompok. Peserta didik yang sudah selesai mengerjakan membantu teman yang belum selesai belajar. Peserta didik dengan bimbingan guru mendalami materi untuk persiapan pertandingan (eksplorasi).
Gambar 4.8 Dokumentasi Kegiatan Eksplorasi
Kegiatan selanjutnya adalah berdiskusi dalam kelompok
Gambar 4.9 Dokumentasi kegiatan elaborasi
Pertandingan dilaksanakan dengan bertukar soal cerita yang telah ditulis pada kartu soal. Soal dijawab secara individu
dari perwakilan masing-masing kelompok. Peserta didik yang akan bertanding harus mengatakan Aku Jawab Tantangan Kamu. (aturan permainan terlampir)
Gambar 4.10 Dokumentasi pertandingan
Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator jalanya
pertandingan yang dilakukan peserta didik, dan memastikan pertandingan berjalan lancar. Jika peserta didik ada kesulitan,
guru dapat memberikan bantuan terbatas.
Setelah pertandingan selesai, guru membacakan skor
perolehan masing-masing kelompok dan menentukan juara pertandingan serta umpan balik positif terhadap kegiatan, maupun memberikan penghargaan terhadap keberhasilan peserta
dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar atau membantu menyelesaikan masalah. Peserta didik diberi
motivasi bagi yang kurang atau belum berpartisipasi secara aktif.
a. Kegiatan Penutup
Dengan bimbingan peneliti peserta didik membuat simpulan dengan menggunakan bahasa sendiri, disini setiap pendapat peserta didik dihargai peneliti selanjutnya membagikan lembar evaluasi dan meminta peserta didik mengerjakan
Gambar 4.11 Dokumentasi Kegiatan Evaluasi
Peneliti menutup pelajaran dengan mengucapkan terima kasih atas kesediaan peserta didik belajar bersama dan membantu teman dalam belajar .Peneliti menyampaikan rencana belajar matematika
pada pertemuan berikutnya dan menutup pembelajaran dengan demo Aku Sayang Semua