• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. PEMBAHASAN

3. Indikator Responsibilitas

Responsibilitas dalam penelitian mengenai kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo merupakan suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik yang dilakukan Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

Dalam penelitian mengenai kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam pengelolaan retribusi terminal responsibilitas bisa dilihat dari apakah pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan retribusi terminal itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan dari Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu ketika berbenturan dengan responsivitas.

Dalam pelaksanaan kegiatan terkait pengelolaan retribusi terminal, UPTD Terminal sudah melaksanakan sesuai dengan kebijakan atau prosedur yang ada. Sesuai dengan prosedur seperti apa yang disebutkan dalam Perda Nomor 17 Tahun 2000 pasal 17 tentang Retribusi Terminal disebutkan bahwa :

commit to user

Yang dimaksud tempat yang telah ditentukan di dalam Perda tersebut adalah di dalam terminal. Namun ada beberapa hal tang tidak sesuai dengan apa yang ditetapkan di dalam Perda tersebut misalnya pemungutan retribusi dilakukan di jalan raya, yaitu sepertti dengan apa yang disebutkan oleh Bapak Harsono Kepala TU UPTD Terminal Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo berikut ini :

“…pihak kami selalu berusaha menjalankan sesuatu sesuai prosedur yang ada tapi ya namanya juga orang kerja kan ga selalu harus nurut aturan mas, piye benere apa piye apike? Kalo nurut benere kan yo belum mesti apik mas. Misale saja tentang penarikan retribusi kalo sesuai harus di tempat yang telah ditetapkan yaitu di dalam gedung terminal, tapi kan kenyataane ga semua bus mau masuk ke terminal jadi kita sebagai petugas yang harus turun ke jalan buat narik retribusi…” (waeancara tanggal 15 Desember 2010).

Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Yanto sopir bus Wahyu Putro berikut ini :

“…harusnya tiap hari saya harus masuk terminal buat bayar retribusi tapi saya itu juga harus ngejar setoran dan kebanyakan penumpang saya itu di pasar Sukoharjo jadi saya lebih milih ngetem di pasar Sukoharjo jadi jarang ke terminal soale jauh-jauh ke terminal cuma buat bayar retribusi dan ndak dapet tambahan penumpang kan yo eman-eman solare mas. Sejak harga solar mahal itu di itung-itung rugi maskalo ndak pinter-pinter ngakali itu. Biasanya di pasar Sukoharjo sudah ada petugas yang mungut retribusi…” (wawancara tanggal 15 Desember 2010).

Bapak Bambang staff di UPTD Terminal juga menambahkan hal yang sama, yaitu :

“…Karena adanya tuntutan untuk menaikkan pendapatan retribusi kami menggunakan sistem jemput bola untuk mungut retribusi pada bis-bis yang tidak masuk ke terminal. Biasanya kami menempatkan petugas di titik-titik tertentu. Sebenarnya hal-hal seperti ini tidak sesuai dengan peraturan karena sebenarnya kita dilarang memungut

retribusi di jalan raya. Tapi ya gimana lagi mas kalau nuruti aturan padahal sopir-sopir bis sulit diajak kerjasama yang ada pendapatan kita semakin tidak bisa menutup target…” (wawancara tanggal 9 Desember 2010).

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, menunjukkan bahwa dalam pemungutan retribusi terminal tidak sesuai dengan peraturan yan ditetapkan. Apabila sesuai dengan peraturan petugas dilarang memungut retribusi di jalan raya, namun karena banyak bus yang tidak masuk terminal maka petugas menggunakan system jemput bola untuk memungut retribusi di jalan raya. Hal ini dilakukan karena adanya tuntutan untuk menaikkan pendapatan retribusii terminal.

Selain pemungutan retribusi di jalan raya, ketidaksesuaian dengan peraturan dalam pemungutan retribusi yang dilakukan pihak UPTD Terminal adalah pemungutan yang dilakukan dengan system rapel. Sesuai prinsip aturan yang ada setiap kendaraan umum yang beroperasi diwajibkan masuk ke terminal untuk membayar retribusi. Sesuai dengan peraturan tersebut jelas sekali bahwa setiap kendaraan yang beroperasi diwajibkan masuk ke terminal untuk membayar retribusi. Namun pada kenyataannya tidak demikian, hal ini adalah sesuai yang diungkapkan oleh Bapak Harsono Kepala UPTD Terminal berikut ini :

“…kalo nurut aturan itu kita mungut retribusinya tiap bus masuk terminal. Tapi biasanya bisnya itu bayare di dobel sekalian mas. Misal sehari ini bis jatah masuk terminal 5X ya mbayar 5X sekalian.soalnya kalo ga gitu kita kelamaan nunggunya dan belum tentu untuk keberangkatan selanjutnya bisnya mau masuk terminal. Contohnya bis Ismo yang jurusan Pacitan-Batu-Wonogiri-Solo-Semarang itu, bi situ pagi tiba disini jam 8 pagi dan biasanya nyampe sini lagi jam 9 malam, kalo bukan dengan system bayar dobel sekaligus kami

commit to user

malam hari. Kalo tidak dipungut sekali bayar pasti pas sore-sorre mereka dah males masuk ke terminal. Ya walaupun cara ini tidak sesuai peraturan tapi ya gimana lagi mas, yang penting kami bisa menjalankan kewajiban untuk menaikkan pendapatan retribusi terminal. Lagi-lagi kembali ke piye apike mas bukan piye benere …” (wawancara tanggal 15 Desember 2010).

Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Heru kondektur bus Purwo Widodo jurusan Purwantoro-Solo berikut ini :

“…mbayare pisan mas pas pertama kita masuk terminal ini. Sedino mlebu ping piro sisan dibayar. Soale sisan sing okeh sisan mas daripada bolak balik bayar. Kalo ndak dibayar sisan pas lewat sore-sore sini dah ndak ada petugas yang jaga mas…” (wawancara tanggal 15 Desember 2010)

Bapak Jarno sopir bus Wahyu Putro menambahkan :

“ …kalo dibayar sekali itu mau ndak mau kita harus memenuhi kewajiban mbayar retribusi, soale kalo mbayare nunggu pas masuk terminal selanjutnya saya malah milih ndak mbayar aja mas lha wong sekarang ini buat setoran aja masih dikit apalagi buat mbayar retribusi. Jadi kalo pas ndak ketauan biasanya nyampe Proliman itu saya muter balik ndak perlu masuk terminal…” (wawancara tanggal 15 Desember 2010)

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan tuganya pegawai di UPTD Terminal Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo tidak sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Hal ini terlihat dari pemungutan retribusi dilakukan di jalan raya padahal sesuai aturan dilarang memungut retribusi di jalan raya. Selain itu, pemungutan retribusi juga dilakukan dengan system rapel. Hal seperti ini dilakukan oleh pihak UPTD Terminal karena adanya tuntutan untuk menaikkan pendapatan retribusi terminal.

Dengan demikian terlihat dalam menjalankan tuganya pihak UPTD Terminal kurang responsibilitas karena banyak pelaksanaan tugas yang tidak sesuai prosedur.

Dokumen terkait