• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. PEMBAHASAN

1. Indikator Tangible

Tangible dapat digunakan sebagai kriteria untuk mengukur apakah kinerja suatu organisasi itu baik atau buruk. Dalam hal ini, tangible dapat dilihat dari wujud fisik dari UPTD Terminal Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo. Wujud fisik ini berupa keadaan lokasi terminal, kelengkapan sarana dan prasarana, inventaris kantor, dan sebagainya. Apabila keadaan lokasi pengujian baik, sarana prasarana lengkap, dan inventaris kantor memadahi maka dari segi tangible kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo sudah bisa dikatakan baik.

Pengelolaan terhadap fasilitas terminal yg dilakukan oleh UPTD Terminal Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo sangat penting, hal ini seperti yang dilakukan oleh Bapak Bambang salah satu staff di UPTD Terminal Kabupaten Sujoharjo berikut ini :

“…kami dari pihak UPTD berusaha sebaik mungkin mas agar pengelolaan terminal sini bisa maksimal soalnya terminal itu fasilitas umum jadi sudah kewajiban kita untuk memberikan yang terbaik kepada masyarakat. Misalnya aja kami menyediakan ruang tunggu penumpang yang nyaman dan bersih…” (wawancara tanggal 9 Desember 2010)

Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Eko selaku Kepala UPTD Terminal Kabupaten Sukoharjo berikut ini :

commit to user

menyumbang pendapatan dari retribusi terminal ini. Karena apabila wujud fisik dari terminal ini bersih dan nyaman maka akan menjadi daya tarik buat masyarakat untuk memanfaatkan terminal sebagai tempat menunggu bus, dengan demikian bus-bus menjadi banyak yang masuk terminal sehingga mereka bisa melakukan kewajibannya untuk membayar retribusi. Selain itu misalnya apabila kondisi toilet bersih maka pengunjung terminal tidak akan enggan untuk menggunakan toilet dan pembayaran dari toilet itu juga bisa menambah retribusi terminal…” (wawancara tanggal 9 Desember 2010).

Sesuai dengan beberapa pendapat di atas maka pihak UPTD Terminal Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo telah berusaha untuk melakukan pengelolaan yang baik terhadap fasilitas yang ada di terminal, hal ini dikarenakan wujud fisik dari terminal secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap pendapatan rertibusi terminal. Berkaitan dengan kondisi fasilitas di terminal Kabupaten Sukoharjo itu adalah seperti yang diungkapkan oleh Bapak Harsono Kepala TU UPTD Terminal Kab.Sukoharjo berikut ini :

“…terminal ini termasuk tipe B yaitu hanya untuk transit, paling-paling bus datang cuma untuk bayar retribusi dan menaikkan atau menurunkan penumpang tidak perlu diatur jam keberangkatan beda dengan terminal tipe A yang besar diatur jam keberangkatannya. Jika sama-sama dibandingkan dengan terminal tipe B di sekarisidenan Surakarta ini kondisi terminal di Kabupaten Sukoharjo sudah sangat bagus mas. Kami mempunyai dua terminal tipe B yang besar yaitu terminal Sukoharjo ini dan terminal Kartosuro. Dari dua terminal tersebut kami sudah memfasilitasi dengan bagus, kami menyediakan ruang tunggu yang nyaman, MCK yang bersih, mushola, serta kios-kios yang memudahkan pengunjung. Pihak kami juga mempunyai petugas kebersihan sehingga kondisi terminal ini selalu bersih…” (wawancara tanggal 15 Desember 2010).

Ibu Wartini yang saat itu sedang menunggu bus jurusan Wonogiri di terminal Sukoharjo juga mengatakan hal yang sama, yaitu :

“…terminale sae mas, resik boten kados terminal sanes. Menawi riyen WC ne niku reget banget ngantos toyane niku mampet, sakniki

pun sae pun dibangun enggal…” (terminalnya bagus mas, bersih tidak seperti terminal yang lain. Kalau dulu MCK kotor airnya tidak mau mengalir, sekarang sudah bagus sudah diperbaiki…”) wawancara tanggal 15 Desember 2010

Bapak Samiyo kondektur bus Gunung Mulia juga menambahkan hal yang serupa, yaitu sebagai berikut :

“…ruang tunggu di terminal ini dah layak mas, bis bisa langsung berhenti di depan kursi ruang tunggu jadi penumpang dan kru bus sama-sama enak. Selain itu terminalnya juga luas dan bersih …” (wawancara tanggal 9 Desember 2010)

Selain itu lokasi terminal juga sangat strategis, yaitu seperti yang diungkapkan oleh Bapak Harsono Kepala TU UPTD Terminal berikut ini :

“…lokasi terminal Sukoharjo sangat strategis mas, karena terletak di jalan raya Wonogiri-Solo sehingga bus-bus jurusan Wonogiri-Solo atau di Sukoharjo dan sekitarnya pasti wajib masuk ke terminal karena pihak kami bisa mengontrol dengan mudah. Namun untuk terminal tipe B yang di Kartosuro letaknya kurang begitu strategis jauh dari jalan raya. Karena letaknya yang kurang strategis ini membuat banyak bus yang nakal tidak masuk ke terminal. Hal ini berpengaruh besar terhadap tidak tercapainya target dari terminal selama beberapa tahun terkahir ini…” (wawancara tanggal 15 Desember 2010).

Sesuai dengan pendapat dari Bapak Harsono di atas dapat diatas letak terminal di Sukoharjo sudah sangat strategis, namun untuk terminal di Kartosuro kurang strategis sehingga banyak bus yang tidak masuk ke terminal untuk membayar retribusi.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulakan bahwa fasilitas yang ada di terminal tipe B Sukoharjo sudah cukup baik. Ruang tunggu yang

commit to user

baik. Lokasi dari terminal Sukoharjo juga sangat strategis karena terletak di jalan utama Solo-Wonogiri sehingga memudahkan pegawai dalam penarikan retribusi.

Selain terminal di Sukoharjo masih ada juga terminal Kartosuro. Sedangkan Bapak Hadi pegawai UPTD Terminal yang bertugas di terminal Kartosuro mengungkakan :

“…terminal Kartosuro dah bagus mas, fasilitas lengkap. Kamar mandi tidak hanya satu, mushola juga berfungsi dengan baik. Banyak juga masyarakat yang menggunakan fasilitas terminal ini. Kursinya juga banyak. Walaupun terminal ini tipe B yang hanya untuk transit tapi terminal ini pengelolaannya sudah cukup baik.…” (wawancara tanggal 22 Desember 2010)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Saudari Sinta yang sedang menunggu bus di terminal Kartosuro jurusan Semarang berikut ini :

“…kalo kamar madi buat ukuran terminal menurut saya dah lumayan bagus kok, kalo mushola saya juga belum pernah masuk jadi ga bisa komentar tapi saya sering lihat banyak yang sholat disana berarti kan juga dah disediakan tempat wudhu dan mukena yang memadahi juga. Ruang tunggu juga dah mencukupi kecuali kalo pas musim mudik lebaran itu penuh banget…” (wawancara tanggal 22 Desember 2010).

Sedangkan pendapat dari Saudari Mita yang sedang menunggu jemputan di terminal Kartosuro aadalah sebagai berikut :

“…saya belum pernah mas ke kamar mandi di sini. Kalo suruh komentar tentang kondisi terminal sini kayana jeleknya di jalan yang berlubang pas musim hujan mas. Soalnya waktu itu pernah saya turun dari bus dan busnya itu pas berhenti di genangan air jadi secara ga langsung kaki saya kecrotan air itu. Tapi kalo pas ga musim hujan kayana ga ada masalah kok…” (wawancara tanggal 22 Desember 2010).

Bapak Sukadi petugas penarik retribusi di terminal Kartosuro juga menambahkan terkait wujud fisik di terminal Kartosuro, yaitu sebagai berikut :

“…kelemahan dari terminal ini terletak di lokasi yang tidak strategis mas, ya karena di tengah sawah gini. Biasanya kan terminal itu di tengah kota ya minimal di pinggir jalan raya lah, lha ini malah harus masuk ke tengah sawah. Selain harus masuk ke sawah jalannya juga sempit dan banyak yang berlubang. Tempat yang tidak strategis ini membuat sebagian masyarakat dan bus umum males masuk ke terminal. Kadang masyarakat yang mau naik bus jurusan Semarang atau Jogja menunggu di perempatan kartosuro soalnya kalo masuk ke terminal dulu kejauhan, sedangkan bus-bus umum banyak yang ambil jalan pintas sehingga tidak masuk terminal. Hal-hal seperti ini yang membuat pendapatan dari retribusi kami tidak sesuai dengan yang dianggarkan. Saya sebagai petugas penarik retribusi hafal mas jam segini itu bis yang wajib masuk bayar retribusi bus apa, jadi kalo bus itu ndak masuk ya berarti dia ambil jalan lain…” (wawancara tanggal 22 Desember 2010).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Saudara Ivan yang menunggu bus jurusan Semarang di perempatan Kartosuro sebagai berikut :

“…biasanya saya nunggu di sini mas, kalo ke terminal kejauhan kasihan yang anter. Kadang juga busnya aja tidak semuanya masuk ke terminal kok jadi takutnya tiwas dah masuk terminal tapi bisnya yang ga masuk…” (wawancara tanggal 22 Desember 2010).

Dari beberapa pendapat di atas maka wujud fisik di terminal kartosuro sudah cukup baik. Tidak berbeda dengan terminal Sukoharjo, disana juga sudah disediakan ruang tunggu yang nyaman, kamar mandi yang bersih, dan mushola yang layak. Namun terdapat beberapa kekurangan yaitu karena letak dari terminal ini yang jauh dari keramaian dan tidak strategis sehingga banyak penumpang yang enggan menggunakan terminal ini untuk menunggu bus, dan bus umum juga tidak sedikit yang tidak masuk ke terminal untuk membayar retribusi. Selain itu jalan menuju terminal ini juga sempit dan banyak jalan yang berlubang.

commit to user

kios, Mbak Suyati pemilik salah satu kios di Terminal Sukoharjo berpendapat sebagai berikut :

“..dulu kios-kios disini itu penuh semua mas, tapi karena terminal ini hanya Tipe B jadi pengunjung terminal tidak terlalu banyak maka ada beberapa yang memilih menutup kios mereka…”

Bapak Eko Kepala UPTD Terminal Sukoharjo juga menambahkan terkait hal serupa, yaitu :

“…banyaknya kios yang terpaksa tutup itu sebenarnya juga mengurangi pendapatan retribusi mas, soalnya setiap hari kita juga menarik retribusi dari kios nah karena kios sekarang yang buka hanya sedikit otomatis pendapatan kita juga menurun. Belum lagi selain itu kita juga memungut retribusi kebersihan sampah si depan kios mereka…” (wawancara tanggal 9 Desember 2010).

Laporan pertanggung jawaban keuangan maupun data jumlah kendaraan adalah hal yang sangat penting dalam penelitian ini juga sebagai ukuran indikator tangible karena bukti fisik nyata informasi laporan-laporan yang perlu diketahui masyarakat tidak dapat diberikan. Seperti pernyataan Bapak Harsono Kepala TU UPTD Terminal berikut :

“Wah kalau laporan pertanggung jawaban dan data jumlah kendaraan kami belum bisa bantu mas....” (wawancara tanggal 29 Januari 2011).

Sesuai beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan terminal dilihat dari kondisi fisik terminal baik dilihat dari ruang tunggu, MCK, musholla, dan kebersihan lingkungan sudah dinilai bagus. Pihak UPTD terminal juga menyediakan kios-kios, namun karena sepinya pengunjung banyak kios yang terpaksa tutup.

Secara umum, wujud fisik atau tangible di UPTD Terminal Kabupaten Sukoharjo masih kurang bagus. Baik di terminal Sukoharjo maupun di terminal Kartosuro pihak UPTD Terminal Kabupaten Sukoharjo sudah berusaha melakukan pengelolaan dengan baik terhadap kondisi fasilitas seperti ruang tunggu, MCK, dan mushola. Tetapi keadaan kios-kios yang belum dapat memberi kontribusi maksimal bagi PAD memberikan penilaian yang buruk terhadap kinerja UPTD Terminal Kabupaten Sukoharjo dan ketiadaan bukti fisik laporan pertanggung jawaban keuangan serta jumlah kendaraan di UPTD Terminal Sukoharjo membuat kinerja UPTD dalam tangible dapat dikategorikan masih kurang baik. Sedangkan untuk jalan yang berlubang di Terminal Kartosuro merupakan kewajiban dari Dinas Pekerjaan Umum bukan Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo.

Dokumen terkait