• Tidak ada hasil yang ditemukan

Individu dan Masyarakat Bertindak Sebagai Agen dalam Mengkonstruksi Keyboard Bongkar di Realitas Kehidupan Sosial

PENDIDKAN TERAKHIR : S1 ( MAU SIDANG)

4.3 Interpretasi Data Penelitian

4.4.2 Individu dan Masyarakat Bertindak Sebagai Agen dalam Mengkonstruksi Keyboard Bongkar di Realitas Kehidupan Sosial

Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge (1966),menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.

Berger dan Luckman (Bungin, 2008:15) mengatakan terjadi dialektika antara indivdu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses dialektis tersebut mempunyai tiga tahapan; Berger menyebutnya sebagai momen. Ada tiga tahap peristiwa.Pertama, eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun

86

fisik. Ini sudah menjadi sifat dasar dari manusia, ia akan selalu mencurahkan diri ke tempat dimana ia berada. Manusia tidak dapat kita mengerti sebagai ketertutupan yang lepas dari dunia luarnya. Manusia berusaha menangkap dirinya, dalam proses inilah dihasilkan suatu dunia dengan kata lain, manusia menemukan dirinya sendiri dalam suatu dunia. Seperti wawancara dari beberapa informan berikut ini:

“Keyboard bongkar yang ada di Serdang Bedagai secara umumnya itu tergantung daerahnya.Ada yang menolak dan ada yang setuju.Namun pihak yang tidak setuju, biasanya tidak melakukan apapun terhadap daerah yang setuju dengan penyelenggaraan keyboard bongkar asalkan tidak mengganngu wilayahnya.”(Amin, 2015)

“Masyarakat menyukai atau ramai datang ke keyboard bongkar karena hiburan ini yang paling asyik dari pada hiburan yang lain yangada di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu Keyboard Kasida atau keyboard Religius dan Jarkep atau jarang kepang.” (JIL, 2015)

“Saya menganggap apa yang terjadi di wilayah saya biasa-biasa saja walau suami-suami kami ada yang menonton keyboard bongkar tersebut.saya juga tidak mengungkiri kalau ada istri-istri yang melarang suaminya yang mrnonton keyboard bongkar, bahkan ada suami-istri yang bertengkar gara- gara menonton keyboard bongkar.” (Ibu Murni, 2015)

“Saya juga pernah menyewa perempuan untuk behubungan seks atau hanya oral seks.Saya membayar sekitar Rp. 40.000 – Rp. 100.000.Dilakukannya biasannya di sawit-sawit.Hal-hal yang terjadi di keyboard bongkar sudah biasa.Dan sudah berlangsung lama bahkan sejak tahun 90-an atau semasa

87

orde baru.”Menurut informan, “kegiatan-kegiatan yang berlangsung selama keyboard bongkar berjalan, itu sudah membiasa. Kalau tidak seperti itu mana asyik, namanya anak muda.” (Arman, 2015)

Kedua, objektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu menghasilkan realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang berada di luar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya. Lewat proses objektivasi ini, masyarakat menjadi suatu realitas suigeneris. Hasil dari eksternalisasi kebudayaan itu misalnya, manusia menciptakan alat demi kemudahan hidupnya atau kebudayaan non-materiil dalam bentuk bahasa. Baik alat tadi maupun bahasa adalah kegiatan ekternalisasi manusia ketika berhadapan dengan dunia, ia adalah hasil dari kegiatan manusia.

Setelah dihasilkan, baik benda atau bahasa sebagai produk eksternalisasi tersebut menjadi realitas yang objektif. Bahkan ia dapat menghadapi manusia sebagai penghasil dari produk kebudayaan. Kebudayaan yang telah berstatus sebagai realitas objektif, ada diluar kesadaran manusia, ada “di sana” bagi setiap orang.Realitas objektif itu berbeda dengan kenyataan subjektif perorangan.Ia menjadi kenyataan empiris yang bisa dialami oleh setiap orang. Seperti beberapa wawancara berikut dari beberapa informan:

“Kami akui saat keyboard bongkar banyak penyimpangan yang terjadi yang tentunya melanggar hukum dan religiusnya Kabupaten Serdang Bedagai, seperti minuman keras, prostitusi, judi, narkoba dan juga ada positifnya bagi pedagang makanan ringan, tapi mau gimana lagi, masyarakat sendiri yang membuat seperti itu, kami hanya menjalankan tugas kami aja. Tampil dan memusakan penonton.Harusnya

88

bersyukurlah, gara-gara kami masyarakat mendapat pendapatan walaupun dengan ada penyimpangan.” (Ai, 2015)

“Apa yang terjadi dalam penyelenggaraan keyboard bongkar, seperti porstitusi, perjudian, meminum minuman keras dan penyalahgunaan obat terlarang atau narkoba sudah biasa terjadi di masyarakat saat penyelenggaraan keyboard bongkar. Asalkan tidak mengganggu, ya., gag papa.” (Boyod, 2015)

“Sifat permisif yang terjadi dimasyarakat saat ada penyimpangan, seperti sudah kebiasaan, selama tidak menganggu orang lain dan tidak membuat onar.” (Arif, 2015)

“Yang menonton bukan hanya pemuda-pemudi saja, juga ada anak- anak, para orang tua bahkan yang sudah tua pun juga menonton.Dan itu biasa saja, selama tidak mengganggu orang atau daerah orang, tak masalah ada perjudian, menjual minuman keras, porstitusi dan lainnya, asalkan dia menanggung sendiri akibatnya.” (Imoenk, 2015)

Ketiga, internalisasi. Proses internalisasi lebih merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Berbagai macam unsur dari dunia yang telah terobjektifkan tersebut akan ditangkap sebagai gejala realitas diluar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran. Melalui internalisasi, manusia menjadi hasil dari masyarakat. Bagi Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman semacam ini, realitas berwajah ganda/plural. Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang

89

berbeda-beda atas suatu realitas. Setiap orang yang mempunyai pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu, dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya masing-masing. Seperti dari wawancara dari beberapa informan berikut:

“Masyarakat sangat permisf dengan penyimpangan-penyimpangan yang ada saat keyboard bongkar berlangsung, itu karena terbawa suasana aja. Bagi saya apa yang terjadi disini sama saja yang terjadi di kota. Di kota pasti juga ada judi, meminum minuman keras, prostitusi, narkoba dan penyimpangan yang lainnya. Bedanya di sini karena di kampung aja sedangkan yang di sana di kota. Kelakuannya sama.” (Dewi Maya Sari, 2015)

“Keyboard bongkar sendiri sudah seakan mengakar di sebagian masyarakat Serdang Bedagai.Sepi bila tidak ada keyboard bongkar.Karena di setiap acara pesta baik pernikahan, sunatan, ulang tahun dan lainnya yang di nanti oleh masyarakatnya adalah keyboard bongkarnya.”Masyarakat yang mengadakan pesta, biasanya akan memanggil keyboard bongkar agar pestanya lebih meriah dan banyak orang yang datang.” (Murti Anugerah S.sos, 2015)

“Bagi saya keyboard bongkar yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai sama saja yang ada di kota-kota. Namun yang di kota lebih keren dan bangunannya seperti diskotik.” (Bang Dede, 2015)

“Keyboard bongkar itu berasal dari Kabupaten Asahan,sejak orde baru keyboard itu sudah ada. Mungkin karena saat itu tidak ada hiburan rakyat yang lain, maka dibuatlah hiburan seperti itu. Apalagi hiburan itu dimainkan di masyarakat perkebunan yang jauh dari pemukiman. Hingga keyboard

90

bongkar membuka cabangnya di sini atau masyarakat sini yang meniru seperti itu.” (Sekretaris Camat, 2015)

“Terjadinya sifat permisif dengan adanya keyboard bongkar di Serdang Bedagai, sepertinya sudah membiasa di kalangan masyarkat. Walupun ada penyimpangan, seperti perjudian, meminum minuman keras, anak-anak dibawah umur yang menonton dan penyimpangan lainnya namun terkesan masyarakat membiarkan dan tidak tejadi apa-apa hingga acara selesai.“ sudah menjadi rahasia umum atau tahu sama tahu aja” (Bang Riza, 2015)

Keyboard bongkar yang ada dengan segala aktifitasnya, (Perjudian, prostitusi, penyalahgunaan obat terlarang, meminum minuman keras) yang terjadi di masyarakat Kampung Rotan, Kecamatan Perbaungan merupakan hasil dari masyrakat sebelumnya yang telah membiarkan (permisif) terhadap pertunjukkan keyboard bongkar.

91 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait