• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konstruksi Sosial Terhadap Keberadaan Keyboard Bongkar Di Kampung Rotan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Konstruksi Sosial Terhadap Keberadaan Keyboard Bongkar Di Kampung Rotan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

1

KONSTRUKSI SOSIAL TERHADAP KEBERADAAN

“KEYBOARD BONGKAR” DI KAMPUNG ROTAN,

DESA SEI BULUH, KECAMATAN PERBAUNGAN,

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI.

Skripsi

OLEH:

RAMA DONA HERMAN 110901054

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

2 ABSTRAKSI

Penulisan skripsi ini berawal dari ketertarikan peneliti terhadap fenomenologi yang ada di Kampung Rotan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, yaitu hiburan musiknya. Masyarakat disana menyebutnya dengan “Keyboard Bongkar”. Hiburan musik yang ada di Kampung Rotan, Kecamatan Perbaungan berbeda dari hiburan yang ada di daerah lain. Bila pada daerah lain hiburan keyboard hanya sebagai pelengkap, maka pada daerah penelitian ini, hiburan keyboard adalah hal utama yang dicari dibandingkan dengan acara utamanya sendiri (pesta perkawinan, sunatan maupun acara pelantikan). Hiburan keyboard di daerah penelitian ini juga sudah biasa menampilkan penyanyi (biduan) dengan pakaian yang bertentangan dengan mayoritas agama di daerah tersebut, yaitu beragama muslim.. Ditambah lagi jika waktu sudah larut malam ditampilkan pertunjukan-pertunjukan yang sangat bertentangan dengan syariat agama serta adat-istiadat pada daerah penelitian ini.Ttetapi hal tersebut telah berlangsung sangat lama dari tahun 1990-an dan berlanjut hingga saat ini. Sebagian masyarakat pada daerah penelitian ini mengganggap ini hal yang wajar dan sepertinya sudah menjadi tradisi pada daerah ini.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang menonton keyboard bongkar hingga lebih 5 kali, perwakilan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dan Tokoh Agama. Jumlah informan peneliti setelah melakukan penelitian berjumlah 15 orang.

(3)

3

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, saya mengucapkan puji dan syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT, atas rahmat dan kasih-Nya kepada penulis yang juga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “KONSTRUKSI SOSIAL TERHADAP KEBERADAAN KEYBOARD BONGKAR DI KAMPUNG ROTAN, KECAMATAN PERBAUNGAN, KABUPATEN SERDANG BEDAGAI”.

Dalam penulisan skripsi ini banyak hal yang dapat saya pelajari mulai dari kesabaran serta ketekunan, sehingga secara tidak langsung Allah SWT telah membentuk kepribadian saya untuk menjadi orang yang sabar dan disipiln terutama pada tahap penyelesaian skripsi ini. Sejak saat itulah saya memahami karakter orang lain, budaya masyarakat dan banyak lagi pengalaman yang saya dapatkan dari penulisan skrpsi ini serta sekaligus belajar mengetahui diri saya sendiri dari kacamata orang lain.

Selama penulis menyelesaikan skripsi ini dan melaksanakan penelitian yang mendukung penyelesaian skripsi, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulisan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof.DR.Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fisip USU

2. Ibu Dra.Lina Sudarwati, M.Si, selaku ketua Departemen Sosiologi FISIP USU

3. Ibu Dra.Linda Elida, M.Si, selaku dosen pembimbing saya. Beliau telah banyak memotivasi diri saya agar menjadi mahasiswa yang baik dan mengetahu rambu-rambu apa saja yan ahrus dilakukan sebagai mahasiswa sosiologi. Beliau juga memberikan pengalaman yang sangat benyak terhadap saya untuk mengenal masyarakat yang sebenarnya sesuai realita yang ada. Sekali lagi terima kasih yang banyak ya bu.,

(4)

4

5. Pegawai FISIP USU, yaitu kak Betty, kak Veny, dan lainnya yang telah membantu saya mulai dari tahap awal saya masuk kuliah hingga akhir kuliah.

6. Para stakeholder pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai khususnya di pemerintahan kecamatan Perbaungan yang telah membantu penulis dalam informasi dan data di lokasi penelitian saya.

7. Masyarakat kecamatan Perbaunagan yang telah bersedia untuk meluangkan waktu untuk diwawancarai.

8. Kepada papa saya, yaitu Aiptu Herman atas do’a dan dukungannya baik materi dan motovasi sehingga saya menyelesaikan kuliah saya. Semoga saya bisa tetap menjadi anak yang bisa di banggakan papa saya

9. Almarhumah mama saya, yaitu Nurleli. Terima kasih ya ma., uda membesarkan dona walau hanya sampai umur 12 tahun. Mudah-mudahan Allah SWT melapangkan kubur mama dan diterangi kubur mama. I Love Mama..

10.Ibu saya, ibu July. Terima kasih sudah menjadi istri yang setia dan baik untuk papa saya. Kami sayang ibu.

11.Kakak saya, kak Santi dan kak Tara yang telah mendukung, memotivasi dan memberikan do’a nya selama saya kuliah, penyelesaian skripsi dan hingga saya selesai

12.Kembaran saya, Rama Doni Herman yang juga menyelesaikan kuliahnya di ITM dengan gelar ST nya.

13.Teman-teman stambuk saya, stambuk 2011. Abang, kakak senior dan junior di sosiologi FISIP USU

14.Teman bermain rumah saya, bg.Bobby dan bang Bo’am atau sering disebut bang mungka.

15.Dan kepada pihak-pihak yang terkait yang telah membantu saya dalam penulisan skrpsi ini yang tidak bisa saya sebutka satu persatu. Sekali saya ucapkan terima kasih banyak.

(5)

5

(6)

6

II.3. Unit Analisi dan Informan……….. 28

II.4. Teknik Pengumpulan Data ………. 29

III.3.2. Individu dan Masyarakat Bertindak Sebagai Agen Dalam mengkonstruksi Keyboard Bongkar di Realitas Kehidupan Sosial ……… 80

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 86

IV.1. Kesimpulan ... 86

(7)

2 ABSTRAKSI

Penulisan skripsi ini berawal dari ketertarikan peneliti terhadap fenomenologi yang ada di Kampung Rotan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, yaitu hiburan musiknya. Masyarakat disana menyebutnya dengan “Keyboard Bongkar”. Hiburan musik yang ada di Kampung Rotan, Kecamatan Perbaungan berbeda dari hiburan yang ada di daerah lain. Bila pada daerah lain hiburan keyboard hanya sebagai pelengkap, maka pada daerah penelitian ini, hiburan keyboard adalah hal utama yang dicari dibandingkan dengan acara utamanya sendiri (pesta perkawinan, sunatan maupun acara pelantikan). Hiburan keyboard di daerah penelitian ini juga sudah biasa menampilkan penyanyi (biduan) dengan pakaian yang bertentangan dengan mayoritas agama di daerah tersebut, yaitu beragama muslim.. Ditambah lagi jika waktu sudah larut malam ditampilkan pertunjukan-pertunjukan yang sangat bertentangan dengan syariat agama serta adat-istiadat pada daerah penelitian ini.Ttetapi hal tersebut telah berlangsung sangat lama dari tahun 1990-an dan berlanjut hingga saat ini. Sebagian masyarakat pada daerah penelitian ini mengganggap ini hal yang wajar dan sepertinya sudah menjadi tradisi pada daerah ini.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang menonton keyboard bongkar hingga lebih 5 kali, perwakilan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dan Tokoh Agama. Jumlah informan peneliti setelah melakukan penelitian berjumlah 15 orang.

(8)

7 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tahun 1966 merupakan babak awal, terjadi perubahan tatanan Pemerintahan Indonesia. Pemerintahan Orde Lama berakhir dan Pemerintahan Orde Baru dibawah pimpinan Soeharto dimulai. Kebijakan dasar yang digunakan oleh Pemerintahan baru adalah melaksanakan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 digunakan sebagai landasan ideal segala kegiatan, sedangkan UUD 1945 dijadikan sebagai landasan konstitusional.

Anti kolonialisme dan imperialisme tidak lagi dikumandangkan sebagai strategi menata kesatuan dan persatuan bangsa. Orientasi Pemerintahan baru ditekankan pada pembangunan bidang ekonomi, sehingga peran politik revolusioner mulai dikesampingkan. Setelah kehidupan politik mulai kondusif dan terkendali, MPR segera membentuk GBHN (Garis Besar Haluan Negara) sebagaimana dimaksudkan oleh Pasal 3 UUD 1945.1Haluan negara yang dituangkan dalam Tap MPR ini wajib dijalankan oleh Presiden selaku mandataris MPR, karena Presiden diangkat dan bertanggung jawab pada MPR. Dalam hal ini, Presiden tidak neben tapi untergeornet kepada MPR.2

Orde Baru membiakkan militerisme dan fasisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Pemerintahan saat itu dilakukan dengan

1

Perubahan masyarakat saat itu memasuki babak baru yang disebut sebagai modernisasi dan pembangunan yang melibatkan perombakan-perombakan dalam masyarakat. Satjipto Rahardjo, Hukum dan Perubahan Sosial, Alumni Bandung, 1979, hlm. 12

2

(9)

8

mengabaikan kebebasan sipil, termasuk kebebasan berekspresi, beragama, berserikat dan sebagainya (Andreas Harsono,2006)3. Yang muncul berjaya adalah militerisme. Upacara dan baris-berbaris, indoktrinasi P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila), penyeragaman kurikulum, asas tunggal dalam politik, pelarangan kegiatan kesenian hanyalah beberapa contoh dari kuatnya semangat militerisme saat itu (Alex. Supartono et al,2003)4

Pada masa Orde Baru kebudayaan tidak lagi dimengerti sebagai jaringan makna (Clifford Geertz,1973)

. Ini merupakan model politik dehumanisasi yang menjadi salah satu “kelebihan” Pemerintahan Orde Baru. Rakyat lebih sekedar berposisi sebagai obyek pembangunan yang berada dalam sebuah jaringan yang digerakkan dari pusat dengan model top-down.

5

yang melibatkan kerja otak, aktivitas dan hasil aktivitas manusia (Koentjaraningrat,1984)6. Kebudayaan yang dikembangkan pada masa itu lebih berorientasi pada kebudayaan fisik yang dipertuntukkan bagi semakin kukuhnya kekuatan Presiden Soeharto sebagai Bapak Pembangunan. Model yang diterapkan dalam rangka penggarapan sektor kebudayaan adalah usaha mewujudkan kebudayaan nasional yang secara eksplisit tertuang didalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Bahkan Puthut E.A. secara tegas menyebutkan bahwa pada masa Pemerintahan Orde Baru, kebudayaan dipersempit lagi yakni hanya melulu kesenian (Puthut EA,2006)7

Kesenian, selama pemerintahan Soeharto memang memiliki peran yang cukup dominan. Pertautan antara seni dengan politik kekuasan sangat kuat yang

.

3

Andreas Harsono,’ Jakarta’s intelligenceservice hires Washington lobbysts’,2006

4

Alex. Supartono et al,2003, ‘Antara Madu dan Racun Bagi Kesenian Banyumas’

5

Geertz, Clifford (1973). ‘The Interpretation of Cultures. Basic Books’

6

Koentjaraningrat,1984,’ Kebudayaan jawa’

7

(10)

9

terlihat dari artefak-artefak visual yang memposisikan seni sebagai bagian dari pilar kekuasaan. Politik senantiasa menjadi raja atau panglima dan kesenian menjadi (dianggap) sebagai pasukan yang kadang dijadikan ujung tombak. Kenyataan demikian telah membenarkan pernyataan Acep Zamzam Noor bahwa kesenian banyak dijadikan sebagai tunggangan, corong, bahkan tisue untuk mengkilapkan kembali panggung ataupun tokoh dan partai politik. Banyak di antara seni tradisional dan modern yang dibebani jargon partai politik tertentu. Kesenian telah dijadikan media untuk mengolah massa ke dalam idiom-idiom yang membodohkan (Acep Zamzam Noor,2004:2004)8

Andrew Weintraub (etno-musikolog) juga mengatakan,andaipun musik dapat digunakan sebagai sebuah instrumen untuk perlawanan, namun bukanlah perlawanan yang massif ataupun substansial. Bentuknya sangat subtiel dan lebih

.

Karena seni sudah tidak natural lagi dan terkontaminasi dengan unsur politik, maka muncullah seni pinggiran atau hiburan ringan yang bergenre dangdut atau jenis musik yang menjadi subyek diskusi dan perdebatan dalam ranah agama dan politik di Indonesia. Andrew Weintraub, seorang etno-musikolog menceritakan kronologis perkembangan musik dangdut di Indonesia, dalam konteks sosial dan politik. Selama rezim Orde Baru (1966-1998), produksi budaya pop dikontrol secara ketat oleh pemerintah. Kontrol ini bertujuan untuk membuat semua bentuk hiburan menjadi bebas politik. Hampir tidak ada ruang yang tersisa untuk terjadinya perlawanan terhadap kekuasaan absolut yang saat itu dimiliki oleh pemerintah. Bahkan isi teks lagu dan kostum artis, tidak luput dari pengawasan.

8

(11)

10

kepada sebuah ekspresi resistensi rakyat yang “susah” karena himpitan kesulitan ekonomi. Dangdut selalu dikait-kaitkankan dengan kelompok kelas buruh dan kaum miskin sebagai konsumen atau penikmatnya, terutama di daerah pedesaan, di mana keadaan ekonomi mayoritas warga pas-pasan dan kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah dalam hal fasilitas. Sementara kesejahteraan yang tidak merata dan kesenjangan semakin tinggi, dangdut menjadi alat atau media untuk kelompok kelas buruh untuk mengekspresikan ketidakpuasan dan kesedihan mereka dalam bentuk hiburan.

Lanjut Andrew Weintraub, mengatakan Dalam satu dekade yang berbeda, fungsi dangdut telah mengalami pergeseran terus menerus dalam memproyeksikan perubahan sosial dan politik di Indonesia. Pada 1970-an, dangdut adalah medium untuk berkhotbah dan mensosialisasikan ideologi Islam. Pada tahun 1980-an, penyanyi wanita mulai muncul dalam blantika musik dangdut. Selama era 1990-an, dangdut didefinisikan sebagai genre nasional oleh Pemerintah Indonesia. Namun pasca orde baru, kontrol di industri hiburan mulai melunak. Bersamaan dengan itu, perdebatan seputar tema gender, agama dan politik terkait dengan penampilan musik dangdut juga makin menghangat.

(12)

11

seksual.Sampai pada abad 19, praktek seksual lebih bebas dan luwes. Menurut seorang peneliti dan ahli sejarah Indonesia, Anderson, pada masa lalu, praktek seksual di bumi Nusantara tidak dikaitkan dengan dosa atau malu. Praktek seksual juga tidak ketat terkait dengan cinta dan pernikahan. Yang ada bukanlah rasa geli, jijik dan dosa, namun keisengan tentang birahi yang menggila dan gairah yang hangat.

Sebagai salah satu negara muslim terbesar, Indonesiapun terkondisikan dan mungkin mengkondisikan diri untuk menerapkan nilai-nilai kesusilaan, khususnya yang berkaitan dengan praktek seksual. Dalam tekanan untuk mengekspresikan praktek dan naluri seksual inilah, dangdut kemudian menjadi sebuah media atau produser yang menyediakan erotisme melalui tubuh, tari dan suara perempuan. Ada berbagai macam bentuk variasi dalam dangdut ini, seperti dangdut Pantura dan Koplo. Pertunjukan semacam ini menyajikan atribut seksual seperti kostum yang seksi dan kadang terkesan terbuka, tarian erotis (joget) dan lirik yang isinya mengundang dan menggiurkan untuk penonton laki-laki. Selain itu, ada juga tradisi saweran didalam pertunjukan dangdut yang sebenarnya berasal dari tradisi ronggeng di Jawa Barat, dimana orang-orang memberikan uang kepada penyanyi wanita sebagai hadiah untuk tarian sensual mereka. Selain itu juga sebuah pertanda dari penonton laki-laki yang meminta untuk diajak menari di atas panggung.

(13)

12

seksual mereka yang ditekan oleh kesopanan budaya timur sebagai bagian yang sangat integral dalam identitas Bangsa Indonesia. Sebuah upaya Pemerintah untuk menggabungkan budaya nasional dengan kesopanan dihadapkan dengan nostalgia keinginan akan kebebasan untuk mengekspresikan seksualitas di masa pra-kolonial, yaitu ketika praktek seksualitas tidak dibenturkan dengan norma dan nilai-nilai agama yang dominan, seperti Kristen dan Islam.

Di Sumatera Utara, khususnya di Kabupaten Serdang Bedagai ada pertunjukkan musik yang erotis. Masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai menyebutnya dengan Keyboard Bongkar. Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis, grup keyboarderotis ini muncul dan diekspos pada tahun 90-an, namun belum ada informasi yang pasti kapan dan dimana awal munculnya grup musik keyboardseperti ini. Grup-grup keyboarderotis yang cukup popular pada masyarakat Provinsi Sumatera Utara antara lain Dian Nova(Sei Rampah), Maklampir(Tebing Tinggi), Pelangi(Kisaran), Citra Electon(Perdagangan) dan lain-lain. Namun perlu diketahui, menurut Nungki Kusumastuti, bahwa “fenomena tarian erotis di Indonesia telah ada sejak dahulu, seperti pada tarian ronggeng, ketuk tilu, ataupun tayub. Itu telah ada sejak dulu dan itu tidak bisa dibuang karena banyak masyarakat yang menggemarinya.”9

Salah satu daerah yang paling sering melakukan pertujukan keyboard bongkar di daerah Kampung Rotan,Desa Sei Buluh, Kecamatan Perbaungan merupakanmasyarakatnya bermayoritas memeluk agama Islam. Hampir keseluruhan masyarakat daerah tersebut memiliki mata pencaharian sebagai petani. Daerah ini menurut pengamatan masih merupakan daerah dengan tingkat

9

(14)

13

kehidupan menengah kebawah – menegah ke atas, jika kita kaitkan dengan tingkat kehidupan, agama serta adat istiadat, mustahil daerah tersebut menerima hiburan keyboard yang bernuansa seperti itu, tetapi hal tersebut menjadi sesuatu hal yang biasa dan diterima baik oleh masyarakat di daerah ini.

Observasi yang dilakukan penulis,di Kampung Rotan Desa Sei Buluh, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten serdang Bedagai, pertunjukkan keyboard bongkar fungsinya untuk menghibur masyarakat dan sudah menjadi tradisi atau kebiasaan di masyarakat. Keyboard bongkar ini biasanya ada di acara resepsi pernikahan, khitanan, ulang tahun, perayaan hari besar dan pesanan dari pribadi atau kelompok tertentu. Dalam waktu seminggu pertunjukkan keyboard bongkar bisa diadakan 2 (dua) kali seminggu dan biasanya di mulai pukul 22.00-01.00 dini hari. Dalam pertunjukkan keyboard bongkar ada biduan wanita biasanya 3 - 4 orang yang membawakan lagu sambil menari dengan penuh gairah, sehingga dia dapat mempengaruhi emosi dan gairah penonton. Suasana erotis10 dapat dirasakandari kata-kata yang diucapkan oleh biduan, busana yang dikenakan, dan juga tingkahlaku biduan di atas pangggung. Dalam pertunjukan itu para biduan menggunakan busana yang minim11. Ketika interlude (musik tengah) lagu berlangsung para biduan itu dapat saja menari dengan sangat panas12

10

Kata erotis menurut Kamus Besar Besar bahasa Indonesia berasal dari kata erotic yang artinya mempengaruhi ataupun yang sifatnya menimbulkan gairah, baik itu gairah berjoget, gairah bernyanyi dan yang paling sering muncul adalah gairah seksual. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah seorang biduan wanita yang tampil di atas panggung.

11

Pakaian dengan celana pendek ketat, baju ketat dan pendek sehingga bagaian atas dada dan perut terlihat. Pakain ini juga biasanya akan sangat mudah dibuka.

sambil menggoda para penonton yang pada umumnya laki-laki.

12

(15)

14

Pada waktu-waktu seperti ini penonton biasanya terdiri dari kaum ibu-ibu, anak gadis, anak-anak serta beberapa anak lajang13yang berdiri dan duduk di sekitar panggung. Ada beberapa anak lajang yang duduk jauh dari panggung sambil menikmati alunan musik sembari minum14

Salah satunya globalisasi kebudayaan.Globalisasi kebudayaan berkembang seiring dengan perkembangan kapitalisme global dan transparansi informasi.

. Sementara banyak orang-orang yang sekedar duduk-duduk di warung sekitar acara pesta, banyak anak-anak muda yang berpacaran di tempat-tempat sepi di seketar pesta, ada juga kegiatan bisnis oral seks yang dibayar dari Rp 30.000- Rp 100.000, ada juga yang duduk di tempat penjual minum-minuman keras yang banyak bertebar di sekitar acara pesta. Namun, dominan kaum laki-laki berkumpul di tempal permainan judi daduyang berada tidak jauh dari lokasi acara pesta. Di tempat ini berkumpul secara massal puluhan hingga ratusan orang laki-laki yang terdiri dari orang tua dan anak lajang. Bahkan masyarakat menyebutnya dengan “Diskotiknya Kota”.

Apa yang terjadi di masayarakat Kabupaten Serdang Bedagai khususnya di Kampung Rotan tidak terlepas dari pengaruh globalisasi.Globalisasi mempunyai hubungan yang erat denganistilah kapitalisme global atau ekonomi pasar bebas, globalisasi kebudayaan, pascamodernisme dan pascamodernitas.Globalisasi terjadi hampir diseluruh bidang kehidupan masyarakat seperti kebudayaan, ekonomi-kapitalisme global, politik, komunikasi multimedia, dan lain sebagainya.

kayang kehadapan penonton, lebih menampilkan bagian tubuh sensitif seperti payudara, pinggul, pusar dan lain sebagainya ke arah penonton agar disentuh.

13

Laki-laki muda atau yang belum menikah dengan usia 17 tahun ke atas

14

(16)

15

Sebagai proses homogenisasi dan internasionalisasi, globalisasi bisa dilihat secara negatif. Dalam bidang kebudayaan globalisasi dituduh gagal dalam menciptakan dan mempertahankan keanekaragaman budaya.Cita-citanya untuk menghargai perbedaan dan tercapainya keadilan bagi semua umat manusia ternyata tidak sesuai dengan realitas yang sedang terjadi, karena justru kecenderungan globalisasi adalah homogenisasi dan penyeragaman.Karena itu, keanekaragaman budaya dan masyarakat hanya tinggal konsep tanpa realitas (Sobrino dan Wilfred dalam Concilium 2001/5: 12).

Globalisasi tidak hanya mempengaruhi sisi luar kebudayaan, yakni keanekaragaman budaya, akan tetapi juga menyangkut hakikatnya, yakni cara pandang kita tentang kenyataan dan kebenaran. Menurut Jean Baudrillard, dalam globalisasi kebudayaan kebenaran dan kenyataan menjadi tidak relevan dan bahkan lenyap. Contohnya bisa dilihat dalam dunia hiburan di mana kebudayaan direduksi menjadi sebatas iklan dan tontonan media massa. Bagi Anthony Giddens, globalisasi terjadi manakala berbagai tradisi keagamaan dan relasi kekeluargaan yang tradisional berubah mengikuti kecenderungan umum globalisasi, yakni bercampuraduk dengan berbagai tradisi lain. (Giddens, 2000: 4).

(17)

16

Globalisasi juga bisa dilihat sebagai suatu tatanan sosial yang penuh dengan ilusi; menciptakan dunia di mana manusia senang untuk tinggal di dalamnya.Kapitalisme pun menjadi kapitalisme global yang mempengaruhi masyarakat dunia lewat berbagai strategi ekonomi.Bahkan hal yang sama bisa dimanfaatkan secara luar biasa untuk mengubah realitas secara radikal (Sobrino dan Wilfred dalam Concilium 2001/5: 11).

Benjamin R. Barber menyebut globalisasi yangdidukung oleh transparansi dan ekspansi informasi ini sebagai “satu tema dunia”, di mana negara diikat secara bersama dengan tali komunikasi, hiburan, dan yang paling berpengaruh yakni perdagangan, baik perdagangan barang dan jasa maupun perdagangan saham dan uang atau valuta (Barber, 1996: 4). Analisa lain menghubungkan globalisasi dengan istilah “McWorld”. Sebagaimana fenomena McDonald’s, maka sebagai McWorld globalisasi identik dengan dunia yang “serba-fast” Ada yang namanya fast food atau McDonald itu sendiri, ada “fast-music” yang diwakili oleh MTV dan “fast-computer” seperti:Macintosh, IBM,dan seterusnya. (Barber, 1996: 4).

Fenomena hiburan keyboard bongkar seperti itu bukan lagi menjadi hal yang tabu bagi masyarakat daerah tersebut. Akan lebih tabu atau tidak biasa jika setiap ada pesta perkawinan atau sunatan, hiburan keyboard bongkar tersebut tidak ada. Hiburan keyboard yang bernuansa “pornografi” dan “pornoaksi” yang sudah menjadi tradisi. Dan apa yang terjadi di daerah tersebut terkesan membiarkan danada budaya permisif di masyarakatnya.

(18)

17 1.2 Perumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang di atas maka penulis mengidentifikasi perumusan masalah yang dijadikan sarana penelitian adalah : bagaimana konstruksi social yang terjadi di masyarakat terhadap keberadaan keyboard bongkar di Kampung Rotan, Desa Sei Buluh, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian berdasarkan perumusan masalah di atas adalah untuk mengetahui bagaimanakonstruksi sosial yang terjadi di masyarakat terhadap keberadaan keyboard bongkar di Kampung Rotan, Desa sei Buluh, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian diharapkan dapat mengetahui bagaimanakonstruksi sosial yang terjadi di masyarakat terhadap keyboard bongkar yang berkaitan dengan sosiologi pembangunan. 2. Dapat memberikan kontribusi berupa informasi (data, fakta, dan

(19)

18 b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam membuat suatu karya ilmiah dan menjadi gambaran masyarakat terhadap pertunjukan organ tunggal serta memberikan masukan kepada pemerintah khususnya pemerintahan Serdang Bedagai dalam menyikapi fenomena keyboard bongkar yang ada di wilayahnya

1.5 Defenisi Konsep

1.5.1 Konstruksi Sosial

Membahas teori konstruksi sosial (social construction), tentu tidak bisa terlepaskan dari bangunan teoretik yang telah dikemukakan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Peter L. Berger merupakan sosiolog dari New School for Social Reserach, New York, Sementara Thomas Luckman adalah sosiolog dari University of Frankfurt. Teori konstruksi sosial, sejatinya dirumuskan kedua akademisi ini sebagai suatu kajian teoretis dan sistematis mengenai sosiologi pengetahuan.

(20)

19

Asal usul konstruksi sosial dari filsafat konstruktivisme yang dimulai dari gagasan-gagasan konstruktif kognitif.Menurut Von Glaserfeld, pengertian konstruktif kognitif muncul pada abad ini dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun, apabila ditelusuri, sebenarnya gagasan-gagasan pokok konstruktivisme sebenarnya telah dimulai oleh Giambatissta Vico, seorang epistemolog dari italia, ia adalah cikal bakal konstruktivisme (Suparno dalam Bungin, 2008:13)

Dalam aliran filsafat, gagasan konstruktivisme telah muncul sejak sokrates menemukan jiwa dalam tubuh manusia, sejak Plato menemukan akal budi dan ide. Gagasan tersebut semakin lebih konkret lagi setelah Aristoteles mengenalkan istilah, informasi, relasi, individu, substansi, materi, esensi dan sebagainya.Ia mengatakan bahwa, manusia adalah makhluk sosial, setiap pernyataan harus dibuktikan kebenarannya, bahwa kunci pengetahuan adalah logika dan dasar pengetahuan adalah fakta (Bertens dalam Bungin, 2008:13). Aristoteles pulalah yang telah memperkenalkan ucapannya ‘Cogoto, ergo sum’ atau ‘saya berfikir karena itu saya ada’ (Tom Sorell dalam Bungin, 2008:13). Kata-kata Aristoteles yang terkenal itu menjadi dasar yang kuat bagi perkembangan gagasan-gagasan konstruktivisme sampai saat ini.

(21)

20

Berger dan Luckman (Bungin, 2008:15) mengatakan terjadi dialektika antara indivdu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses dialektis tersebut mempunyai tiga tahapan; Berger menyebutnya sebagai momen. Ada tiga tahap peristiwa.Pertama, eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Ini sudah menjadi sifat dasar dari manusia, ia akan selalu mencurahkan diri ke tempat dimana ia berada. Manusia tidak dapat kita mengerti sebagai ketertutupan yang lepas dari dunia luarnya. Manusia berusaha menangkap dirinya, dalam proses inilah dihasilkan suatu dunia dengan kata lain, manusia menemukan dirinya sendiri dalam suatu dunia.

Kedua, objektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu menghasilkan realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang berada di luar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya. Lewat proses objektivasi ini, masyarakat menjadi suatu realitas suigeneris. Hasil dari eksternalisasi kebudayaan itu misalnya, manusia menciptakan alat demi kemudahan hidupnya atau kebudayaan non-materiil dalam bentuk bahasa. Baik alat tadi maupun bahasa adalah kegiatan ekternalisasi manusia ketika berhadapan dengan dunia, ia adalah hasil dari kegiatan manusia.

(22)

21

orang.Realitas objektif itu berbeda dengan kenyataan subjektif perorangan.Ia menjadi kenyataan empiris yang bisa dialami oleh setiap orang.

Ketiga, internalisasi. Proses internalisasi lebih merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Berbagai macam unsur dari dunia yang telah terobjektifkan tersebut akan ditangkap sebagai gejala realitas diluar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran. Melalui internalisasi, manusia menjadi hasil dari masyarakat. Bagi Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman semacam ini, realitas berwajah ganda/plural. Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. Setiap orang yang mempunyai pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu, dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya masing-masing.

1.5.2 Organ Tunggal

(23)

22

Sedangkan keyboard bongkar menurut masyarakat daerah penelitian ini adalah organ tunggal dangdut yang menyajikan biduan-biduan seksi yang bergoyang erotis yang bisa disawer di bagian tubuh yang sensitif dari perempuan.

1.5.3 Pornografi

Kata pornografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu pornographos yang terdiri dari dua kata porne (=a prostitute) berarti prostitusi, pelacuran dan graphein (= to write, drawing) berarti menulis atau menggambar. Secara harfiah dapat diartikan sebagai tulisan tentang atau gambar tentang pelacur, (terkadang juga disingkat menjadi "porn," atau "porno") adalah penggambaran tubuh manusia atau perilaku seksual manusia secara terbuka (eksplisit) dengan tujuan memenuhi hasrat seksual (Mutia dalam Kesumastuti 2010:96). Saat ini istilah pornografi digunakan untuk mengungkapkan segala sesuatu yang bersifat seksual, khususnya yang dianggap berselera rendah atau tidak bermoral, apabila pembuatan, penyajian atau konsumsi bahan tersebut dimaksudkan hanya untuk membangkitkan rangsangan seksual.

(24)

23 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konstruksi Sosial

Istilah konstruksi atas realitas sosial (social construction of reality)menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmanmelalui bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality: A Treatise inthe Sociological of Knowledge (1966). Ia menggambarkan proses sosial melaluitindakan dan interaksinya, dimana individu menciptakan secara terus menerussuatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.

Berger dan Luckman (Bungin, 2008:14) mulai menjelaskan realitas sosialdengan memisahkan pemahaman ‘kenyataan dan pengetahuan’. Realitas diartikansebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas yang diakui sebagaimemiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada kehendak kita sendiri.Pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata(real) dan memiliki karakteristik yang spesifik.

(25)

24

mengerti sebagaiketertutupan yang lepas dari dunia luarnya. Manusia berusaha menangkap dirinya,dalam proses inilah dihasilkan suatu dunia dengan kata lain, manusia menemukan

dirinya sendiri dalam suatu dunia.

Kedua, objektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai baik mental maupunfisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu menghasilkan realitasobjektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatufaktisitas yang berada di luar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya.Lewat proses objektivasi ini, masyarakat menjadi suatu realitas suigeneris. Hasildari eksternalisasi kebudayaan itu misalnya, manusia menciptakan alat demikemudahan hidupnya atau kebudayaan non-materiil dalam bentuk bahasa. Baikalat tadi maupun bahasa adalah kegiatan ekternalisasi manusia ketika berhadapandengan dunia, ia adalah hasil dari kegiatan manusia.

Setelah dihasilkan, baik benda atau bahasa sebagai produk eksternalisasitersebut menjadi realitas yang objektif. Bahkan ia dapat menghadapi manusiasebagai penghasil dari produk kebudayaan. Kebudayaan yang telah berstatussebagai realitas objektif, ada diluar kesadaran manusia, ada “di sana” bagi setiaporang. Realitas objektif itu berbeda dengan kenyataan subjektif perorangan. Iamenjadi kenyataan empiris yang bisa dialami oleh setiap orang.

(26)

25

Melaluiinternalisasi, manusia menjadi hasil dari masyarakat. Bagi Berger, realitas itutidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan.Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman semacamini, realitas berwajah ganda/plural. Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yangberbeda-beda atas suatu realitas. Setiap orang yang mempunyai pengalaman,preferensi, pendidikan tertentu, dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan

menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya masing-masing.

2.2 Konstruksi Sosial Media Massa

Susbtansi teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas dari Berger dan Luckmann adalah pada proses simultan yang terjadi secara alamiah melalui bahasa dalam kehidupan sehari-hari pada sebuah komunitas primer dan semi sekunder. Basis sosial teori dan pendekatan ini adalah transisi-modern di Amerika pada sekitar tahun 1960-an, dimana media massa belum menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk dibicarakan. Dengan demikian Berger dan Luckmann tidak memasukan media massa sebagai variabel atau fenomena yang berpengaruh dalam konstruksi sosial atas realitas.

(27)

26

sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung sinis.

Proses konstruksi sosial media massa melalui tahapan sebagai berikut: 1. Tahap menyiapkan materi konstruksi

Menyiapkan materi konstruksi sosial media massa adalah tugas redaksi media massa, tugas itu didistribusikan pada desk editor yang ada di setiap media massa. Masing-masing media memiliki desk yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan visi suatu media. Isu-isu penting setiap hari menjadi fokus media massa, terutama yang berhubungan tiga hal yaitu kedudukan, harta, dan perempuan. Ada tiga hal penting dalam penyiapan materi konstruksi sosial yaitu : a. Keberpihakan media massa kepada kapitalisme. Sebagaimana diketahui, saat ini hampir tidak ada lagi media massa yang tidak dimiliki oleh kapitalis. Dalam arti kekuatan-kekuatan kapital untuk menjadikan media massa sebagai mesin penciptaan uang dan pelipatgandaan modal.

(28)

27

dominan mengingat media massa adalah mesin produksi kapitalis yang mau ataupun tidak harus menghasilkan keuntungan.

2. Tahap sebaran konstruksi

Sebaran konstruksi media massa dilakukan melalui strategi media massa. Konsep konkret strategi sebaran media massa masing-masing media berbeda, namun prinsip utamanya adalah real time. Media cetak memiliki konsep real time terdiri dari beberapa konsep hari, minggu atau bulan, seperti terbitan harian, terbitan mingguan atau terbitan beberapa mingguan atau bulanan.Walaupun media cetak memiliki konsep real time yang sifatnya tertunda, namun konsep aktualitas menjadi pertimbangan utama sehingga pembaca merasa tepat waktu memperoleh berita tersebut.

Pada umumnya sebaran konstruksi sosial media massa menggunakan model satu arah, dimana media menyodorkan informasi sementara konsumen media tidak memiliki pilihan lain kecuali mengonsumsi informasi itu. Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada pembaca secepatnya dan setepatnya berdasarkan pada agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media menjadi penting pula bagi pembaca.

3. Tahap pembentukan konstruksi realitas

a. Tahap pembentukan konstruksi realitas

(29)

28

tiga tahap yang berlangsung secara generik.Pertama, konstruksi realitas pembenaran; kedua, kesediaan dikonstruksi oleh media massa; ketiga, sebagai pilihan konsumtif.

Tahap pertama adalah konstruksi pembenaran sebagai suatu bentuk konstruksi media massa yang terbangun di masyarakat yang cenderung membenarkan apa saja yang ada (tersaji) di media massa sebagai sebuah realitas kebenaran. Dengan kata lain, informasi media massa sebagai otoritas sikap untuk membenarkan sebuah kejadian.

Tahap kedua adalah kesediaan dikonstruksi oleh media massa, yaitu sikap generik dari tahap pertama. Bahwa pilihan seseorang untuk menjadi pembaca media massa adalah karena pilihannya untuk bersedia pikiran-pikirannya dikonstruksi oleh media massa.

Tahap ketiga adalah menjadikan konsumsi media massa sebagai pilihan konsumtif, dimana seseorang secara habit tergantung pada media massa. Media massa adalah bagian kebiasaan hidup yang tak bisa dilepaskan. Pada tingkat tertentu, seseorang merasa tak mampu beraktivitas apabila apabila ia belum membaca koran.

b. Pembentukan konstruksi citra

(30)

29

dari sesungguhnya kebaikan yang ada pada objek itu sendiri. Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung mengkonstruksi kejelekan atau cenderung memberi citra buruk pada objek pemberitaan sehingga terkesan lebih jelek, lebih buruk, lebih jahat dari sesungguhnya sifat jelek, buruk, dan jahat yang ada pada objek pemberitaan itu sendiri.

4. Tahap konfirmasi

Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun pembaca memberiargumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi. Bagi media, tahapan ini perlu sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia terlibat dan bersedia hadir dalam proses konstruksi sosial. Ada beberapa alasan yang sering digunakan dalam konfirmasi ini yaitu a) kehidupan modern menghendaki pribadi yang selalu berubah dan menjadi bagian dari produksi media massa, b) kedekatan dengan media massa adalah life style orang modern, dimana orang modern sangat menyukai popularitas terutama sebagai subjek media massa itu sendiri, dan c) media massa walaupun memiliki kemampuan mengkonstruksi realitas media berdasarkan subyektivitas media,namun kehadiran media massa dalam kehidupan seseorang merupakansumber pengetahuan tanpa batas yang sewaktu-waktu dapat diakses.

2.3 Media Adalah Agen Konstruksi.

(31)

30

penerima (khalayak).Media dilihat murni sebagai saluran, tempat bagaimana transaksi pesan dari semua pihak yang terlibat dalam berita.Pandangan semacam ini, tentu saja melihat media bukan sebagai agen melainkan hanya saluran.Media dilihat sebagai sarana yang netral.Kalau ada berita yang menyebutkan kelompok tertentu atau menggambarkan realitas dengan citra tertentu, gambaran semacam itu merupakan hasil dari sumber berita (komunikator) yang menggunakan media untuk mengemukakan pendapatnya.Pendeknya, media disini tidak berperan dalam membentuk realitas.Apa yang tampil dalam pemberitaan itulah yang sebenarnya terjadi. Ia hanya saluran untuk menggambarkan realitas,menggambarkan peristiwa. Dalam pandangan konstruksionis, media dilihatsebaliknya. Media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan pemihakannya. Disini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas.Pandangan semacam ini menolak argumen yang menyatakan media seolah-olah sebagai tempat saluran bebas.Berita yang kita baca bukan hanya menggambarkan realitas, bukan hanya menujukkan pendapat sumber berita, tetapi juga konstruksi dari media itu sendiri.

(32)

31

sumber berita yang tampil dalam pemberitaan.Media bukan hanya memilih peristiwa dan menentukan sumber berita, melainkan juga berperan dalam mendefinisikan aktor dan peristiwa.Lewat bahasa yang dipakai, media dapat menyebut mahasiswa sebagai pahlawan, dapat juga menyebutnya sebagai perusuh.Lewat pemberitaan pula, media dapat membingkai peristiwa demonstrasi dengan bingkai tertentu yang pada akhirnya menentukan bagaimana khalayak harus melihat dan memahami peristiwa dalam kacamata tertentu.

2.4 Masyarakat Pedesaan

Masyarakat dan pedesaan atau desa, dua kata yang mempunyaarti tersendiri.Untuk mendapatkan pengertian dari dua kata iniharus diartikan terlebih dahulu kata perkata. Misalnya,Masyarakat diartikan golongan besar atau kecil yang terdiri daribeberapa manusia dengan atau karena sendirinya bertaliansecara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu sama lain.15Masyarakat dapat juga diartikan sebagai sekumpulan manusiayang saling berinteraksi.16

Paul H. Landis seorang sarjana sosiologi perdesaan dari AmerikaSerikat, mengemukakan definisi tentang desa dengan cara membuattiga pemilahan berdasarkan pada tujuan analisis. Untuk tujuananalisis statistik, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yangpenduduknya kurang dari 2500 orang.Untuk tujuan analisa sosial psikologi, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yangpenduduknya memiliki hubungan yang akrab dan serba informal diantara

15

Hassan Shadily, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta,1993) hlm 47.

16

(33)

32

sesama warganya.Sedangkan untuk tujuan analisa ekonomi, desa di definisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknyatergantung kepada pertanian.17

Pandangan tentang kedua kata diatas yaitu masyarakat pedesaan atau desa dapat diartikan sebagai masyarakat yang memiliki hubungan yang lebih mendalam dan erat dan sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan.Sebagian besar warga masyarakat hidup dari pertanian. Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat-istiadat dan sebagainya. Dengan kata lain masyarakat pedesaan identik dengan istilah gotong royong yang merupakan kerja sama untuk mencapai kepentingan kepentingan mereka.

Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, biasanya tanpak dalam perilaku keseharian mereka.Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di daerah tertentu. Masyarakat desa juga ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang amat kuat dan pada hakekatnya bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat itu sendiri dimanapun ia hidup dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebgai masyarakat yang saling mencintai saling menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.

17

(34)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah kualitatif dengan metode deskriptif. Moleong (2010:6) menyatakan bahwa: penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Data diperoleh dari wawancara, dokumentasi dan observasi untuk memperoleh keterangan secara fakta sehingga kita bisa melihat bagaimanakah konstruksi sosial masyarakat terhadap keberadaan keyboard bongkar di Kampung Rotan, Desa Sei Buluh, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.

3.2. Lokasi Penelitian

(35)

34

3.3 Unit Analisis dan Informan

3.3.1. Unit Analisis

Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek penelitian keseluruhan unsur yang menjadi fokus penelitian (Bungin, 2007:51-52). Dalam penelitian yang menjadi unit analisisadalah masyarakatKampung Rotan, Desa Sei Buluh, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai

3.3.2. Informan

Informan merupakan subjek yang memahami permasalahan peneliti sebagai pelaku maupun orang yang memahami permasalahan penelitian (Bungin, 2007:76). Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:

1.Tokoh Masyarakat

2. Masyarakat Kampung Rotan (tinggal 5 tahun lamanya)

3. Masyarakat yang menonton keyboard bongkar lebih dari 5 kali

(36)

35

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi penelitian, keterangan-keterangan atau fakta-fakta yang diperlukan. Dalam proses pengumpulan data peneliti akan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data agar mendapat kesesuaian dengan fokus dan kebutuhan peneliti dalam mengolah data dan informasi yang diperoleh nantinya. Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder.

A. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber informan yang ditemukan dilapangan. Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data primer ini adalah dengan cara:

1. Observasi, observasi dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta melalui dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi (Nasution, 1988:56). Dengan observasi peneliti dapat melihat langsung bagaimana interaksi dan perilaku masyarakat terhadap keberadaan “Keyboard Bongkar” 2. Wawancara mendalam dengan masyarakat Kampung Rotan, untuk

(37)

36 B. Data Sekunder

Data sekunder yaitu semua data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan penelitian perpustakaan dan studi dokumen, yaitu menghimpun berbagai informasi dari buku-buku referensi,jurnal, koran dan internet yang dianggap relevan dengan penelitian ini.

3.5. Interpretasi Data

(38)

37 BAB IV

DESKRIPSI DAN HASIL ANALISIS DATA

4.1 SEJARAH SINGKAT KEYBOARD BONGKAR

(39)

38

Musik menjadi penting karena tujuan pesta tidak hanya untuk kemauancalon pengantin dan orang tuanya melainkan juga untuk membuat para masyarakat yang datang melihat hiburan keyboard menjadi senang dan terhibur

dengan adanya musik maka suasana dapat menjadi ramai. Adanya anggapan bahwa tanpa hiburan organ tunggal rasanya seperti hajatan itu sepi atau tidak meriah. Memang tidak dapat dipungkiri jenis hiburan musik organ tunggal saat ini sedang naik daun. Popularitasnya bahkan menggeser posisi orkes melayu, orkes keroncong, orkes dangdut. Meskipun tidak sedikit kafe atau klub malam yang masih menggunakan jasa band lengkap, tapi itu pun sebatas kafe atau klub malam papan atas atau untuk show artis dan pertunjukan acara musiklainnya.

Di Kecamatan Perbaungan, khususnya di Kampung Rotan Kabupaten Serdang Bedagai hiburan keyboard ini seperti sudah menjadi tradisi. Setiap ada acara sosial kemasyarakatan tanpa ada hiburan keyboard seperti ada sesuatu yang kurang/hilang. Masyarakat pada daerah ini jadi kurang berminat untuk datang ke acara tersebut karena tidak adanya hiburan keyboard, jadi dengan kata lain sebenarnya masyarakat pada daerah ini lebih tertarik datang ke acara tersebut karena hiburan keyboard-nya.

(40)

39

acara pelantikan). Hiburan keyboard di daerah penelitian ini juga sudah biasa menampilkan penyanyi (biduan) dengan pakaian yang seksi. Ditambah lagi jika waktu sudah larut malam ditampilkan pertunjukan-pertunjukan yang sangat bertentangan dengan agama serta adat-istiadat pada daerah penelitian ini, tetapi hal tersebut telah berlangsung sangat lama dan berlanjut hingga saat ini. Sebagian masyarakat pada daerah penelitian ini mengganggap ini hal yang wajar dan sepertinya sudah menjadi tradisi pada daerah ini.

Hiburan keyboard jika hanya menjadi suatu hiburan untuk menghibur para pengunjung itu merupakan hal yang biasa, tetapi jika Hiburan keyboard tersebut menampilkan sesuatu yang tidak sesuai dengan budaya masyarakat maka itu menjadi sesuatu yang luar biasa. Lagu yang biasa dibawakan adalah jenis musik berirama dangdut yang dikreasikan dengan jenis-jenis musik lainnya, sehingga jika kita lihat hampir sama seperti musik yang ditampilkan di klub-klub malam yang ada di perkotaan.

(41)

40

serta mau telanjang bulat sekitaran umur 30-an. Namun setelah era reformasi dan perkembangan tekonologi dan meningkatnya arus globalisasi, perubahan keyboard bongkar terjadi.Biduannya berumur sangat muda.Sekitaran 17-san atau masih remaja.

Daerah penelitian ini merupakan suatu daerah yang berada di pesisir timur pulau Sumatera, yang hampir sebagian masyarakatnya memeluk agama Islam. Hampir keseluruhan masyarakat daerah tersebut memiliki mata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Daerah penelitian menurut pengamatan peneliti masih merupakan daerah pedesaan dengan tingkat kehidupan menengah kebawah – menegah ke atas, jika kita kaitkan dengan tingkat kehidupan, agama serta adat istiadat, mustahil daerah tersebut menerima hiburan keyboard yang bernuansa seperti itu, tetapi hal tersebut menjadi sesuatu hal yang biasa dan diterima baik oleh masyarakat di daerah penelitian ini.

(42)

41

Kampung Rotan Kabupaten Serdang Bedagai pada dasarnya masyarakat di Kecamatan PerbaunganKabupaten Serdang Bedagai susah untuk mendefinisikan pornografi secara harfiah, akan tetapi menurut masyarakat di Kecamatan PerbaunganKabupaten Serdang Bedagai yang pasti ketika seseorang melihat, mendengar atau merasakan sesuatu yang membangkitkan nafsu seks maka hal tersebut sudah “porno”, sedangkan arti “Pornoaksi” menurut pendapat masyarakat di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai adalah merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan untuk memancing nafsu seks sehingga mengakibatkan terjadinya perbuatan-perbuatan seperti pembunuhan, pemerkosaan, pelecehan seksual dan lain-lain.

Pada daerah penelitian terdapat beberapa jenis hiburan keyboard. Jenis-jenis hiburan keyboard tersebut adalah :

1. Hiburan Keyboard bernuansa Islami

Hiburan keyboard bernuansa Islami ini merupakan hiburan keyboard yang menampilkan pertunjukan yang bernuansa Islami, misalnya lagu-lagu rohani, puji-pujian kepada Tuhan dan sebagainya. Cirinya ditandai dengan pakaian yang sopan, memakai jilbab atau menutup aurat, hiburan keyboard seperti ini dikenal dengan “Keyboard Jilbab”, sedangkan waktu pertunjukannya biasanya dimulai pukul 13.00 – 22.00.

2. Hiburan Keyboard yang bernuansa “pornografi”

(43)

42

dipakai oleh para biduan disesuaikan dengan waktu pertunjukannya. Pada siang hari sekitar pukul 13.00 – 18.00 sore, para biduan memakai pakaian seksi tetapi tidak terlalu terbuka. Pada malam hari sekitar pukul 20.00 – selesai, para biduan sudah mengenakan pakaian yang sangat seksi dan sangat minim memperlihatkan bentuk tubuh yang tidak sepantasnya dipertunjukan.

4.2 PROFIL INFORMAN

4.2.1 Informan Pertama

NAMA : NASRUDDIN ,S.pdi. M.pdi

AGAMA : ISLAM

UMUR : 35

JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI

PENDIDIKAN TERAKHIR : S2

PEKERJAAN : PNS

PENDAPATAN : RP. 4.500.000

(44)

43

Informan tinggal di Kabupaten Serdang Bedagai yang sebelumnya Kabupaten ini merupakan pecahan dari kabupaten Deli Serdang sejak tahun 2002.informan dulunya bekerja sebagai pedagang kripik dorong.

Sekarang informan bekerja di Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai sebagai seorang PNS golongan 3c di instansi dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan asset. Informansudah menjadi PNS sejak 2006 yang sebelumnya honorer selama 2 tahun saat berdirinya kabupaten Serdang Bedagai tahun 2004.

Informan juga mengurusi kenaziran di masjid Kabupaten Serdang Bedagai sejak 2005 hingga sekarang. Setiap ada kegiatan pengajian, sholat idul adha, idul fitri dan kegiatan religius islam lainnya yang diadakan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, Informan selalu terlibat dalam kegiatan tersebut.

Informan juga pernah terlibat dalam kegiatan razia PSK di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai dan memberi pengetahuan agama kepada oknum-oknum PSK tersebut.Sehingga informan sering disebut oleh kalangan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai sebagai Tokoh Agama. Informan tahu seluk-beluk yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai baik sosial masyarakatnya , ekonomi, politik dan dinamikanya.

Informan sangat ramah ketika saya wawancarai, dan menjawab seluruh pertanyaan saya dengan jelas.Saya mewawancarai beliau dengan menggunakan rekaman video.

(45)

44

KabupatenSerdang Bedagai.Apalagi mayoritas masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai 99% adalah muslim. Jadi wajar pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai menerapkan visi-misi itu.” Kemudian informan mengatakan “bentuk-bentuk kegiatan religius yang ditanamkan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai adalah dengan mengeluarkan perda, yaitu wajib membaca Al-qur’an dan himbauan kepada masyarakat unruk mengisi masjid-masjid yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai serta mengadakan pengajian rutin yang ada di adakan seminggu sekali, sebulan sekali hingga 3 bulan sekali, untuk menanamkan religius kepada masyarakat Serdang Bedagai.”

Kemudian informan, saya tanyakan kepadanya tentang ‘’keyboard bongkar’’.

Informan mengatakan “tidak tahu-menahu tentang sejarah awalnya keyboard bongkar.Namun keyboard bongkar itu ada sejak orde baru hingga sekarang.Keyboard bongkar menampilkan panggung hiburan yang sangat bertentangan dengan konsep religius yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai.Seperti para biduan atau penyanyi yangberpakaian sangat minim atau terbuka dan kadang kala membuka pakaiannya hingga telanjang dada.Biduannya tidakhanya perempuan, tapi juga para waria yang kadang mereka disawer atau menyelipkan uang di bagian tubuh yang sensitif.” Informan yang juga sebagai tokoh agama, mengatakan, “ saya meyesalkan dengan masyarakat yang mengikuti dan menikmati keyboard bongkar yang terkesan permisif atau membiarkan.”

(46)

45

keyboar bongkar ada kegiatan porstiusi.Seperti oral sex dan kencan kilat.Tidak itu saja juga ada kegiatan yang melawan hukum seperti perjudian dan menjual minum-minuman keras.Keyboard bongkar menjadi pro-kontra dikalangan masyarakat.Ada yang berusaha melarang dan membubarkannya, ada pula yang berusaha untuk mempertahankannya karena mereka menganngap itu sebagai mata pencarian dan hiburan rakyat untuk melepas lelah mereka selama bekerja.”

Namun informan mengatakan, “tidak sepenuhnya penyelenggara keyboard bongkar dan masyarakat yang mendukung keyboard bongkar salah. Karena juga ada alasan ekonomi dan globalisasi serta media sosial (internet) yang berkembang di masyarakat. Seperti maraknya internet yang berkonten porno, hiburan-hiburan televisi yang kurang mendidik dan gaya hidup masyarakat yang konsumtif.Maka dari itu Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai mengupayakan agar meminimalisir masyarakat yang menyukai keyboard bongkar dengan pendidikan agama di sekolah-sekolah, di masjid-mesjid dan di pemukiman warga. Seperti pengajian rutin, dan kegiatan islami lainnya.”

(47)

46 4.2.2. Informan Kedua

NAMA : MURTI ANUGERAH S,sos

AGAMA : ISLAM

UMUR : 22 TAHUN

JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI

PENDIDIKAN TERAKHIR : S1

PEKERJAAN : BELUM BEKERJA

PENDAPATAN : -

Murti Anugerah S,sos.merupakan teman peneliti sendir. Dari SMP-SMA, Peneliti satu sekolah dengan informan, di SMP N 1 Sei Rampah dan di SMA 1 Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai.Informan baru saja wisuda dari Universitas Islam Negri Sumatera Utara (UIN SU) atau yang dulu sering kita kenal dengan Institut Agama Islam Negri (IAIN), di Fakultas ISIPOL, Departemen Politik Islam.Informan juga merupakan Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Muslim Serdang Bedagai (IMAMSEB) periode 2013-2016.Informan di Serdang Bedagai sejak informan lahir hingga sekarang.informan sangat mengetahui keadaan daerahnya dan sangat senang berbaur dalam kegiatan masyarakat. Informan mengaku sangat dekat dengan Wakil Bupati Serdang Bedagai dan beberapa anggota DPRD kabupaten Serdang Bedagai serta banyak kenalan di pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai.

(48)

47

Informan mengatakan “konsep religius yang ada di visi-misi Serdang Bedagai hanya bersifat kesukuan, maksudnya kegiatan-kegiatan religius islam dilakukan hanya segelintir etnis, seperti Melayu saja.Namun secara keseluruhan konsep religius sebagai Visi-misi yang dicanangkan Bupati saat itu Tengku Erry hingga sekarang hanya sebatas slogan.”

Namun Informan juga mengatakan“ada usaha-usaha yang dilakukan pihak eksekutif atau pemerintah Serdang Bedagai dalam menerapkan Konsep religius di kabupaten Serdang Bedagai, seperti penerbitan UU no 1 tahun 2013 tentang wajib pandai membaca Al-Qur’an tingkat SMA kepada seluruh siswa yang ada di Serdang Bedagai.“

Ditanya mengenai sejarah keberadaan keyboard bongkar, informan mengatakan“kurang tahu kapan awal pasti munculnya keyboard bongkar tersebut, namun itu sudah lama terjadi.” informan hanya mengetahui berkembang pesatnya di sekitar 1999-2003.Informan mengatakan mengatakan “dahulu keyboard bongkar sering tampil di Sei Rampah namun bergeser ke Perbaungan. Mungkin karena pusat pemerintahan atau ibukota Sedang Bedagai adalah Sei Rampah, sehingga para penyelenggara keyboard bongkar tidak berani lagi tampil di Sei Rampah”

(49)

48

Informan mengatakan “keyboard bongkar sendiri sudah seakan mengakar di sebagian masyarakat Serdang Bedagai.Sepi bila tidak ada keyboard bongkar.Karena di setiap acara pesta baik pernikahan, sunatan, ulang tahun dan lainnya yang di nanti oleh masyarakatnya adalah keyboard bongkarnya.”Karena menurut informan, “masyarakat yang mengadakan pesta, biasanya akan memanggil keyboard bongkar agar pestanya lebih meriah dan banyak orang yang datang”

Informanmengatakan “menyesalkan mengapa anak-anak sekitar usia SD dan SMP dibiarkan menonton keyboard bongkar hingga ikut menyawernya. Dan masyarakat terkesan membiarkan dan permisif dengan keadaan seperti itu. Bukan hanya itu aja, dalam pertunjukkan keyboard bongkar, di sekitar lokasi pertunjukan keyboard bongkar juga ada perbuatan melawan hukum, seperti perjudian, menjual minum-minuman keras dan terkadang jual beli barang haram seperti sabu atau ganja, dan itu pun juga masyarakat apatis.”

Informan mengatakan “pihaknya sebagai Organisasi Islam sudah melakukan upaya sepeti surat protes ke Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dan pihak kepolisian. Namun semua itu sia-sia karena yang dihadapi kepolisian untuk membubarkan aktivitas keyboard bongkar cukup berat,yaitu massa yang banyak yang terkadang mereka mabuk.”

(50)

49

bangun kesiangan hingga telat masuk sekolah diakibatkan karena menonton keyboard bongkar tersebut.”

Informan mengatakan“sepenuhnya tidak menyalahkan pemerintah dan masyarakatnya. Karena ada faktor-faktor lain dari masih berjalannya aktivitas keyboard bongkar. Seperti kurangnya pendidikan masyarakat terhadap Islam ditambah lagi pengaruh globalisasi media dan ekspresi kebebasan setiap individu dan kelompok tertentu yang sudah kebablasan yang salah diartikan oleh masyarakat di era reformasi dan demokrasi ini.”

(51)

50

4.2.3

Informan Ketiga

NAMA : AMIN

AGAMA : ISLAM

UMUR : 34 TAHUN

JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI

PENDIDIKAN TERAKHIR : SMA

PEKERJAAN : WIRASWASTA

PENDAPATAN : RP. 1.500.000

Informan merupakan salah satu penonton yang sering melihat pertunjukkan keyboard bongkar.Informan bekerja sebagai jualan ikan setiap paginya.Siangnya informan mencari rumput untuk ternak kambingnya.Penghasilan sebulan yang didapatnya sekitar Rp 1.500.000. Informan dahulunya seorang duda beranak satu, namun sekarang informan sudah menikah sejak 1,5 tahun yang lalu dengan janda beranak satu.

Peneliti mewawancarainya dengan menggunakan video.Tapi Informan mengiginkan agar rekaman videonya digelapkan atau disamarkan karena informan ingin menjaga identitasnya.

Menurut Informan “keyboard bongkar itu sudah ada sejak lama, yaitu sekitr tahun 1990-an. Keyboard bongkar yang sekarang cukup berbeda dengan keyboard bongkar yang dulu.Kalau dulu lebih parah dari yang sekarang.Dulu biduannya mau telanjang, kalau sekarang biduannya hanya buka sedikit aja.”

(52)

51

tambahan”.Menurut informan,“keyboard bongkar yang ada di daerahnya sudah menjadi kebiasaan dan suatu kewajaran di dalam pesta pernikahan, sunatan dan acara-acara lainnya.”

Informan juga mengatakan,“keyboard bongkar yang ada di Serdang Bedagai secara umumnya itu tergantung daerahnya.Ada yang menolak dan ada yang setuju.Namun pihak yang tidak setuju, biasanya tidak melakukan apapun terhadap daerah yang setuju dengan penyelenggaraan keyboard bongkar asalkan tidak mengganngu wilayahnya.”

Menurut Informan, ”Keyboard bongkar yang sangat fantastis yang ada di wilayah ini ada 2, yaitu keyboard IM3 dan keyboard 3 in 1. Keyboard bongkar inilah yang sangat digemari oleh masyarakat yang suka menonton keyboard bongkar.Biasanya harga keyboard tersebut adalah sekitar Rp 1.500.000 sekali tampil.Dan keyboar bongkar pun bisa mendapat uang tambahan dari penonton yang menyawer biduannya.”

(53)

52

Informan mengatakan “tidak tahu kenapa masyarakat sangat banyak yang menonton keyboard bongkar dari pada keyboard yang islami.Namun saya berkeyakinan mungkin lebih menarik keyboard bongkar yang menyediakan biduan seksi yang terkadang bisa disawer dan anak muda-mudi sekarang sudah kurang pemahaman tentang agamanya.”

Informan mengatakan “saya berharap kepada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai mencari solusi terbaik untuk mengatasi keyboard bongkar di Serdang Bedagai agar masyarakat bisa mendapatkan hiburan yang lebih menarik lagi dari hiburan yang sekarang.”

4.2.4 Informan Keempat

NAMA : FADLI MUHAMMAD

AGAMA : ISLAM

UMUR : 22 TAHUN

JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI

PENDIDIKAN TERAKHIR : MASIH KULIAH S1

PEKERJAAN : MAHASISWA

PENDAPATAN : -

Informan ini merupakan salah satu mahasiswa Medan yang rumah orang tuanya tinggal di Serdang Bedagai tepatnya di daerah Bedage.Informan masih kuliah.

(54)

53

identitasnya lebih dalam.Informan merupakan salah satu penonton keyboard bongkar di daerahnya.Namun tidak terlalu sering ditontonnya.Kalau ada teman yang mengajak informan ikut, kalau tidak, informan tidak ikut.

Peneliti pun mewawancarainya di warung daerah tersebut dengan informannya masih memakai baju almamater kampusnya.

Informan Mengatkan “tidak tahu secara detail sejarah dan perkembangan keyboard bongkar di Serdang Bedagai khususnya didaerahnya. Sepengetahuan saya, keyboard bongkar sekarang masih mendingan dari pada yang dulu.Kalau dulu benar-benar telanjang biduannya, tapi sekarang biduannya hanya buka-buka sedikit dibagian atas atau dada saja.”

Lanjut informan, “Keyboard bongkar yang sekarang, seperti K-TV atau karoke television.Maksudnya seperti keyboard yang menggunakan musik-musik pop yang di dangdutin, kemudian ada lampu-lampu kelap-kelip yang berwarna, pokoknya seperti diskotik, namun itu versi kampungnya.Keyboard bongkar sekarang dilihatnya sekarang seperti diskotik kota.”

(55)

54

Informan mengatakan, “saya tidak mengungkiri, bahwa ada juga porstitusinya, seperti oral sex dan berhubungan badan.Itu biasanya penonton yang minta secara diam-diam ke biduannya saat dan setelah acara keyboard bongkar.Dan terkadang juga dari biduannya sendiri yang menawarkan jasa tersebut, biasanya biduan bencong.”

Ditanya mengapa masyarakat menyukai keyboard bongkar, Informan menyangkal. Menurut informan“bukan menggemari, tetapi keyboard bongkar itu sudah disediakan tuan rumah, lalu masyarakat hanya menghargai saja. Kalau mau nonton ya..ditonton. Kalau tidak suka, yaudah jangan mengganggu…”

Menurut informan, “tidak semuanya penyelenggaraan keyboard bongkar negatif.Juga ada positifnya, seperti timbulnya perekonomian di sekitar penyelenggaraan keyboard bongkar, seperti jual-beli makanan dan minuman ringan.”

Saat informan menonton keyboard bongkar, informanmengatakan, “saya juga melihat anak-anak dibawah umur yang menonton keyboard bongkar tersebut.Cukup disayangkan, kenapa orang tua membiarkan anak-anaknya jam malam masih diluar rumah, apalagi sampai menonton keyboard bongkar tesebut.”

(56)

55

4.2.5

Informan Kelima

NAMA : IMOENK

AGAMA : ISLAM

UMUR : 22 TAHUN

JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI

PENDIDIKAN TERAKHIR : SMA

PEKERJAAN : PEKERJA KONTRAKTOR

PENDAPATAN : RP. 2.000.000

Informan adalah kawan SMA peneliti sendiri. Nama Imoenk adalahnama panggilan dirinya saat disekolah dan juga nama panggilan untuk teman-temannya. Informan sekarang bekerja sebagai pekerja kontraktor di Kabupaten Pasaman Timur, Sumatera Barat.Sebelum informan bekerja di Pasaman Timur, Sumatera Barat, informan kuliah di Tebing Tinggi, Sumatera Utara, tepatnya di STMIK (Sekolah Tinggi Manajemen Ilmu Komputer).Namun karena informan beralasan malas kuliah dan tidak sesuai dengan keahliannya, informan keluar dari kuliahnya.

Informan tinggal di Pasar Rodi, Firdaus. Ibu informan bekerja sebagai PNS guru agama islam di salah satu sekolah dasar di Sei Rampah. Sedangkan ayah informan bekerja mengurusi ladang keluarganya.Informan adalah anak kedua dari 3 bersaudara.

(57)

56

Di setiap minggunya, informan dan kawan-kawannya, selalu mengikuti hiburan keyboard bongkar yang ada di Kecamatan Sei Rampah dan Kecamatan Perbaungan. Ketika informan dan kawan-kawannya tidak mengetahui keyboard bongkar di malam itu, pasti ada yang mengabari dari kawan kawan yang lainnya yang tinggal di kecamatan Perbaungan, kalau ada keyboard bongkar di tempat yang lain. Seperti ada channel atau jaringan yang menginformasikan, kalau ada acara keyboard bongkar di malam itu.

Peneliti mewawancarainya dengan via telpon.Karena informan berada di Pasaman Timur, Sumatera Barat.Informan cukup kooperatif saat penelitimewawancarai.

Ditanya tentang sejarah dan perkembangan keyboard bongkar, Informan mengatakan,“ sayatidak tahu-menahu. Karena sejak kecil saya sudah mendengar keberadaan keyboard bongkar.sayahanya menikmati saja.” Menurut Informan, ”hiburan keyboard bongkar cukup asyik dan menyenangkan, karena merupakan hiburan anak muda sekali. Yang menampilkan biduan-biduan yang masih mudah dan seksi dan apalagi penontonnya juga anak remaja dan pemuda.”

Menurut informan.“masyarakat yang menonton keyboard bongkar, karena tidak ada hiburan lain yang menyenangkan di Kabupaten Serdang Bedagai. jadi secara otomatis masyarakat mencari hiburan rakyat. Kebetulan hiburan rakyat yang ada dan sudah lama ada, yaitu keyboard bongkar.Jadi masyarakat terbiasalah menonton yang seperti itu.”

(58)

57

biasa saja, selama tidak mengganggu orang atau daerah orang, tak masalah ada perjudian, menjual minuman keras, porstitusi dan lainnya, asalkan dia menanggung sendiri akibatnya.”

Lanjut Imoenk, “saya tahu Kabupaten Sedang Bedagai masyarakatnya 99,99% adalah muslim, tapi bagaimana..? Udah dari dulu kayak gitu masyarakatnya. Mungkin pemahaman agamanya kurang atau sama sekali tidak ada.”

Menurut informan, “pemerintah biasa-biasa saja terhadap keberadaan keyboard bongkar.Pernah ada antisipasi pemerintah dalam terselenggaranya keyboard bongkar, seperti pelarangan atau dipidanakan, tapi hanya bertahan 1 bulan, dan mulai kembali lagi keyboard bongkarnya.“

Informan mengatakan,“Keyboard bongkar yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai, khususnya di Kecamatan Sei Rampah dan Kecamatan Perbaungan, sudah menjadi kebiasaan di masyarakat.Malah tidak biasa kalau tidak ada keyboard bongkar, karena tidak asyik kalau tidak ada keyboard bongkar. Masyarakat tahu sama tahu saja dan sudah menjadi rahasia umum di masyarakat apalagi anak mudanya.saya menyebutnya dengan diskotik di daerah saya..”

Informan juga mengatakan, “sulit menhilangkan atau membubarkan keyboard bongkar yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai, karena juga ada untungnya bagi masyarakat sekitar seperti aktivitas ekonomi, seperti jualan makanan dan minuman ringan.”

(59)

58

Informan mengatakan,“ saya berharap Pemerintah carilah sendiri solusinya dalam mengatasi keberadaan keyboard bongkar yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai, karena Pemerintah sendiri yang buat Kabupaten ini dengan konsep religiusnya.

4.2.6 Informan Keenam

NAMA : DEDE

AGAMA : ISLAM

UMUR : 26 TAHUN

JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI

PENDIDIKAN TERAKHIR : SMA

PEKERJAAN : MENGAWASI PEKERJA

PENDAPATAN : RP 1.500.000

Informan tinggal di Meteran, Firdaus.Sebelumnya informan tinggal di Kampung, Desa Simpang Empat bersama orang tua istrinya.Informan usianya lebih muda dari istrinya yang terpaut 5 tahun.Informan masih mempunyai anak satu.Anaknya perempuan.

Informan bekerja sebagai pengawas pekerja ongok atau ampas.Pendapatannnya tidak menentu, tergantung dari berapa banyak ampas yang terjual.Namun bila di rata-rata dalam sebulannya, informan mendapat kurang lebih Rp1.500.000. Pendapatannya bukan dari itu saja.Informan juga mengurusi ladang mertuanya untuk menambah penghasilannya.

(60)

59

Peneliti pun mewawancarainya, namun informan tidak mau wawancara ini direkam dengan rekaman suara.

Informan mengatakan, “keyboard bongkar itu ada sejak tahun 1990-an. Pertama kali saya tahu di Kecamatan Sei Rampah, sebelum pada akhirnya pindah ke Kecamatan Perbaungan yang lebih banyak pertunjukkannya yang disana.”

Menurut informan,“wajar saja masyarakat menyukai keyboard bongkar, karena sudah ada sejak dulu.Karena setahu saya, cuma keyboard bongkar yang hiburan yang paling asyik di Kabupaten Serdang Bedagai. Kalau ada yang lain, seperti jarkep atau jarang kepang saja.”

Lanjut informan, “Masyarakat sudah terbiasa sejak dulu dengan keberadaan keyboard bongkar, apalagi dengan akitivitas yang terjadi didalam pertunjukkan keyboard bongkar, seperti perjudian, porstitusi, meminum minuman keras dan tidak jarang para penonton yang biasanya anak muda tawuran hingga terjatuh korban luka.”

Selanjutnya Informan mengatakan,“biduan-biduan yang tampil di pertunjukkan keyboard bongkar masih sangat muda sekitar usia 20-an, bahkan ada yang masih sekolah. Mungkin faktor ekonomi mereka seperti itu.”

Informan mengatakan.“Tak jarang saya melihat anak dibawah umur atau masih sekolah dasar udah menonton keyboard bongkar dan saya juga pernah melihat anak-anak itu memegang bagian intim biduan seperti dibagian payudara.”

Referensi

Dokumen terkait

Hasil : hasil uji statistik diperoleh faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa lubuk rotan kecamatan perbaungan kabupaten serdang

Puskesmas Plus Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013.

Hasil : hasil uji statistik diperoleh faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa lubuk rotan kecamatan perbaungan kabupaten serdang

Hasil : hasil uji statistik diperoleh faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa lubuk rotan kecamatan perbaungan kabupaten serdang

Studi Ekologi dan Pengaruh Aktivitas Masyarakat Terhadap Ekosistem Mangrove di Kampung Nipah Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.. Dibawah bimbingan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pengembangan usahatani jagung manis manis di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai menggunakan strategi SO, dimana

kemaritiman akan mempengaruhi masyarakat pesisir di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dalam menentukan informasi apa saja yang menjadi kebutuhan mereka

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI PADI ORGANIK (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan.. Kabupaten