FAKTOR-FAKTOR IBU MEMILIH PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA BAYI 0-6 BULAN DI DESA LUBUK ROTAN KECAMATAN
PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2013
ERNI FEBRINA SIREGAR 125102123
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS
Faktor-Faktor Ibu Memilih Pemberian Susu Formula Pada Bayi 0-6 Bulan di Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013
ABSTRAK Erni Febrina Siregar
Latar Belakang : pemberian susu formula merupakan pemberian makanan berupa susu yang sesuai dan bisa diterima oleh sistem tubuh pada bayi yang ditujukan secara khusus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi sebagai pengganti sebagian atau hampir semua dari ASI yang karena sesuatu hal ASI tidak bisa diberikan secara penuh atau sebagian. Persentase bayi yang menyusui eksklusif sampai 6 bulan yaitu 15,3% dan yang memberikan susu formula pada bayi sebanyak 71,3% dan pada bayi kelompok umur 0 – 5 bulan 74,0%.
Tujuan Penelitian : untuk mengetahui faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan.
Metode Penelitian : penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 48 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat.
Hasil : hasil uji statistik diperoleh faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa lubuk rotan kecamatan perbaungan kabupaten serdang bedagai berdasarkan faktor predisposisi (puting susu datar/terbenam) yaitu sebanyak 46 orang (95,8%), berdasarkan faktor pendukung (kurang tersedianya sarana kesehatan) yaitu 32 orang (66,7%) dan faktor pendorong (kurangnya petugas kesehatan) yaitu 38 orang (79,2%).
Kesimpulan : dari hasil penelitian ini, bahwa faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan yang paling dominan adalah berdasarkan faktor predisposisi (puting susu datar/terbenam), faktor pendorong (kurangnya petugas kesehatan) dan faktor pendukung (kurang tersedianya sarana kesehatan). Oleh karena itu disarankan pada petugas kesehatan agar meningkatkan upaya promosi kesehatan yakni peningkatan kualitas penyuluhan kesehatan, motivasi dalam pelayanan kesehatan terutama ASI esklusif.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
dengan judul “Hubungan faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi
0-6 bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai”
yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada
Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini peneliti mendapatkan bimbingan,
masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga peneliti dapat membuat Karya Tulis
Ilmiah ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Dedi Ardinata M.Kes, selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara
2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep,Ns.M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Betty Mangkuji, SST, M.Keb selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan bantuan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
4. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi Program D-IV Bidan Pendidik
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
5. Bapak Abdul Rasyid selaku Kepala Desa Lubuk Rotan yang telah memberikan
6. Teristimewa Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan dukungan kepada
peneliti sehingga Karya Tulis Ilmiah penelitian ini selesai.
7. Terima kasih bagi teman - teman Program D-IV Bidan Pendidik yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.Terima Kasih atas dukungan dan bantuan yang telah
diberikan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih memiliki banyak
kekurangan, untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi
perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih atas
semua bantuan yang diberikan, semoga mendapat anugerah dari ALLAH SWT. Semoga
penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2013
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK. ... i
KATA PENGANTAR. ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR SKEMA ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
1. Tujuan Umum ... 3
2. Tujuan Khusus ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
1. Bagi Peneliti ... 4
2. Bagi Institusi Pendidikan ... 4
3. Bagi Kepala Desa ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bayi ... 5
1. Pengertian bayi. ... 5
2. Tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan&stimulasi pendukungnya. .. 5
B. ASI ... 6
1. Pengertian ASI. ... 6
2. Pengertian ASI Esklusif. ... 6
3. Komposisi gizi dalam ASI. ... 7
4. Pola pemberian ASI. ... 9
5. Manfaat pemberian ASI. ... 10
C. Susu Formula ... 12
2. Jenis-jenis susu formula. ... 12
3. Kandungan nutrisi susu formula. ... 13
4. Faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula. ... 14
D. Peran ibu terhadap pemberian susu formula ... 18
E. Hubungan peran ibu terhadap pemberian susu formula ... 19
BAB III KERANGKA KONSEP A.Kerangka Konsep ... 21
B. Definisi Operasional ... 22
BAB IV METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian ... 23
B. Populasi dan Sampel ... 23
C. Tempat Penelitian ... 24
D.Waktu Penelitian ... 24
E. Etika Penelitian ... 24
F. Instrumen Penelitian ... 25
G.Uji Validitas dan Realibilitas ... 25
H.Prosedur Pengumpulan Data ... 26
I. Analisis Data ... 27
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 29
B. Pembahasan ... 33
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 38
B. Saran ... 39
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Defenisi Operasional ... 22
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan data demografi responden... ... 30 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan faktor predisposisi di
desa lubuk rotan kecamatan perbaungan kabupaten serdang bedagai tahun
2013...
... 31
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan faktor pendukung di desa lubuk rotan kecamatan perbaungan kabupaten serdang bedagai tahun
2013...
... 32
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan faktor pendorong di desa lubuk rotan kecamatan perbaungan kabupaten serdang bedagai tahun 2013...
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Kerangka konsep faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada
bayi 0-6
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar persetujuan menjadi responden
Lampiran 2 : Lembar kuesioner
Lampiran 3 : Lembar persetujuan content validity
Lampiran 4 : Surat izin melakukan penelitian dari Fakultas Keperawatan USU
Lampiran 5 : Balasan surat izin penelitian
Lampiran 6 : Master tabel
Lampiran 7 : Frekuensi tabel
Lampiran 8 : Lembar konsultasi karya tulis ilmiah
Faktor-Faktor Ibu Memilih Pemberian Susu Formula Pada Bayi 0-6 Bulan di Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013
ABSTRAK Erni Febrina Siregar
Latar Belakang : pemberian susu formula merupakan pemberian makanan berupa susu yang sesuai dan bisa diterima oleh sistem tubuh pada bayi yang ditujukan secara khusus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi sebagai pengganti sebagian atau hampir semua dari ASI yang karena sesuatu hal ASI tidak bisa diberikan secara penuh atau sebagian. Persentase bayi yang menyusui eksklusif sampai 6 bulan yaitu 15,3% dan yang memberikan susu formula pada bayi sebanyak 71,3% dan pada bayi kelompok umur 0 – 5 bulan 74,0%.
Tujuan Penelitian : untuk mengetahui faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan.
Metode Penelitian : penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 48 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat.
Hasil : hasil uji statistik diperoleh faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa lubuk rotan kecamatan perbaungan kabupaten serdang bedagai berdasarkan faktor predisposisi (puting susu datar/terbenam) yaitu sebanyak 46 orang (95,8%), berdasarkan faktor pendukung (kurang tersedianya sarana kesehatan) yaitu 32 orang (66,7%) dan faktor pendorong (kurangnya petugas kesehatan) yaitu 38 orang (79,2%).
Kesimpulan : dari hasil penelitian ini, bahwa faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan yang paling dominan adalah berdasarkan faktor predisposisi (puting susu datar/terbenam), faktor pendorong (kurangnya petugas kesehatan) dan faktor pendukung (kurang tersedianya sarana kesehatan). Oleh karena itu disarankan pada petugas kesehatan agar meningkatkan upaya promosi kesehatan yakni peningkatan kualitas penyuluhan kesehatan, motivasi dalam pelayanan kesehatan terutama ASI esklusif.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ASI merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam
anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu, berguna bagi makanan bayi.
Dimana cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses
menyusui (Khamzah, 2012).
WHO menyatakan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama bayi adalah yang terbaik.
Dengan demikan ketentuan (ASI eksklusif 4 bulan) tidak berlaku lagi. Alasan
pemerintah mendorong para ibu memberikan ASI eksklusif adalah pemberian makanan
padat atau tambahan terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI (Kodrat, 2010).
Meskipun khasiat ASI begitu besar, namun tidak banyak ibu yang mau atau
bersedia memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan seperti yang disarankan organisasi
kesehatan dunia (WHO). Di Indonesia rata-rata ibu memberikan ASI eksklusif hanya 2
bulan. Pada saat yang bersamaan pemberian susu formula 3 kali lipat. Saat ini, jumlah
ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya sampai berumur 6 bulan masih
rendah, yakni kurang dari 2% dari jumlah total ibu melahirkan. Susu formula
merupakan produk makanan sintetis yang susunan kimiawi susu sapinya tidak begitu
banyak karena mayoritas mengandung probiotik dan DHA, dengan demikian susu
formula tersebut sama sekali tidak dapat menggantikan khasiat ASI (Yuliarti, 2010).
Para ahli memperkirakan terjadi peningkatan kasus alergi dalam 10 tahun terakhir.
bentuk alergi makanan yang paling sering ditemukan pada anak berusia kurang dari 2
tahun, diperkirakan 2–7,5% anak dalam kelompok umur ini mengalami alergi protein
susu sapi. Alergi susu sapi sering ditemukan terutama dibawah usia 12 bulan. Hal ini
dihubungkan dengan sistem saluran cerna. Gejala klinis yang paling sering muncul
adalah gangguan saluran cerna sebesar 50-80% mulai muntah, diare berlanjut yang
kadang-kadang disertai darah, konstipasi/sembelit (Yuliarti, 2010).
Pemberian susu formula pada bayi ditahun pertama biasanya dilakukan karena
keadaan – keadaan yang terjadi pada ibu yaitu puting rata/terbenam, payudara bengkak,
saluran susu tersumbat, infeksi payudara, abses payudara dan pekerjaan (Candra, 2012).
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 cakupan
ASI eksklusif pada bayi berusia kurang dari 6 bulan hanya 32%. Pada saat yang sama,
jumlah bayi di bawah enam bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% pada
2002 menjadi 27,9% pada 2007 (Handy, 2010).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar yang dilaksanakan tahun 2010 di
Indonesia, persentase bayi yang menyusui eksklusif sampai dengan 6 bulan yaitu 15,3%
dan yang memberikan susu formula pada bayi kelompok umur 0 – 5 bulan 74,0%.
Dimana yang memberikan susu formula tertinggi terdapat di Kepulauan Bangka
Belitung sebesar 95,2% dan terendah terdapat di Sulawesi Barat yaitu 16,7%
(Riskesdas, 2010).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar yang dilaksanakan pada tahun 2010
provinsi Sumatera Utara, yang memberikan susu formula pada bayi sebanyak 73,5%
dan yang memberikan makanan prelaktal atau MP-ASI pada bayinya, yaitu sebanyak
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan, dengan mengambil sampel
9 orang ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan didapati 9 orang ibu tersebut memberikan
susu formula pada bayinya. Sehubungan dengan hal ini, peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah yang berjudul :
“Faktor-Faktor Ibu Memilih Pemberian Susu Formula Pada Bayi 0-6 Bulan Di Desa
Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini, Apakah faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6
bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi
0-6 bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang
Bedagai.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada
bayi 0-6 bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten
b. Untuk mengetahui faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada
bayi 0-6 bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten
Serdang Bedagai berdasarkan faktor pendukung.
c. Untuk mengetahui faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada
bayi 0-6 bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten
Serdang Bedagai berdasarkan faktor pendorong.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan
wawasan tentang ASI yang lebih baik dari susu formula, serta memotivasi ibu
menyusui dalam memberikan ASI sehingga terjadilah keberhasilan dalam
menyusui.
2. Bagi Institusi Pendidikan D-IV USU
Sebagai bahan masukan atau sebagai informasi yang berguna bagi mahasiswa
sehingga mahasiswa sejak dini dapat memikirkan tindakan-tindakan yang
dilakukan untuk mengatasi faktor-faktor tersebut dan dapat diaplikasikan
lansung kelapangan praktek atau kerja, juga sebagai bahan perpustakaan bagi
pendidikan dan sebagai bahan bacaan dalam kegiatan proses belajar.
3. Bagi Kepala Desa Lubuk Rotan
Penelitian ini digunakan agar kepala desa membuat satu kebijakan kepada
tenaga kesehatan yang berada didesa agar kiranya menginformasikan ASI lebih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bayi
1. Pengertian Bayi
Bayi adalah makhluk yang hadir kedunia dengan sebuah mekanisme bawaan untuk
menyenangkan orang lain, dan hanya meminta balasan berupa kondisi lingkungan yang
tepat, yang memungkinkan bertumbuh kembangnya "benih sifat pengasih" yang secara
alami telah ada dalam dirinya (Lama,2010).
Bayi merupakan individu dengan pola pertumbuhan dan perkembangan yang unik
(Lewis, 2010).
Bayi merupakan suatu tahap perkembangan manusia setelah dilahirkan (Puspita,
2010).
2. Tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan dan stimulasi pendukungnya Berikut gambaran umum tumbuh kembang bayi umur 0-6 bulan.
a. Tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan
Mulai mampu mengontrol gerakan-gerakan otot-ototnya, menggerakkan
tangan dan kakinya, ketika dia bergerak seolah-olah kejang itu adalah cara dia
belajar mengendalikan diri.
b. Tumbuh kembang bayi usia 1,5 – 3 bulan
Umumnya sudah mulai mampu mengangkat kepala di posisi telungkup. Aktif
belajar mengontrol dan mengendalikan gerakan otot tangan dan kaki,
c. Tumbuh kembang bayi usia 3 – 6 bulan
Motorik kasar
Mampu mengangkat dan menahan kepalanya beberapa saat lamanya.
Mampu menggunakan kedua tangan untuk menahan tubuhnya sambil
bergerak maju pada posisi ditelungkupkan.
Motorik halus
Mampu menggunakan kedua tangan untuk meraih dan menggenggam
sebuah benda. Mulai memasukkan semua benda yang dipegangnya ke
B. ASI
1. Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) menurut WHO Geneva merupakan pemberian air susu kepada
bayi yang langsung berasal dari kelenjar payudara ibu (Harry, 2009).
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam
anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu, berguna bagi makanan bayi. ASI
merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses
menyusui (Khamzah, 2012).
2. Pengertian ASI Eksklusif
Menurut WHO, ASI Eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan pada enam bulan
pertama bayi baru lahir tanpa adanya makanan pendamping lain (Fendy, 2009).
ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan, tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan nasi tim
(Wulandari, 2011).
3. Komposisi gizi dalam ASI
Menurut Utami (2005 dalam Wulandari 2011) ASI mengandung lebih dari 200 unsur
pokok,antara lain zat putih telur,lemak,karbohidrat,vitamin,mineral,faktor pertumbuhan,
hormon,enzim,zat kekebalan dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara
proporsional dan seimbang dengan yang lainnya. Cairan hidup yang mempunyai
keseimbangan biokimia ini sangat tepat bagai suatu simfoni nutrisi bagi pertumbuhan
bayi sehingga tidak mungkin ditiru oleh buatan manusia.
Komposisi ASI antara lain :
a. Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (gula susu) yang jumlahnya tidak
terlalu bervariasi setiap hari, dan lebih banyak dari PASI. Rasio jumlah dalam
laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4, sehingga ASI terasa lebih manis
dibandingkan PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan
baik cenderung tidak mau minum PASI. Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi
penting yang berperan dalam pertumbuhan sel saraf otak, serta pemberian energi
untuk kerja sel-sel saraf, mencegah pertumbuhan bakteri yang berbahaya, serta
membantu penyerapan kalsium dan mineral-mineral lain (Prasetyono, 2012).
b. Protein
Kandungan protein dalam ASI cukup tinggi. Protein yang terdapat pada ASI dan
susu sapi terdiri atas protein whey dan casein. Didalam ASI lebih banyak terdapat
lebih susah dicerna oleh usus bayi, yang banyak terkandung dalam susu sapi. ASI
mempunyai jenis asam amino yang lebih lengkap dibandingkan susu sapi, yaitu
taurin. Asam amino jenis ini banyak ditemukan di dalam ASI yang sangat penting
perannya bagi perkembangan otak. ASI juga kaya nukleotida yang berperan
meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus, meningkatkan penyerapan besi,
dan meningkatkan daya tahan tubuh (Khamzah, 2012).
c. Lemak
Lemak pada ASI merupakan lemak penghasil energi utama. ASI lebih mudah
dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi. Lemak adalah zat gizi yang berperan
penting dalam proses metabolisme. Kadar lemak dalam ASI juga lebih mudah
diuraikan dan diserap oleh tubuh dibandingkan lemak yang terdapat di dalam air susu
sapi. Lemak ASI terdiri dari beberapa jenis antara lain: DHA,ALA,AA dan lain
sebagainya. DHA merupakan zat yang penting untuk membantu pertumbuhan,
perkembangan, serta mempertahankan fungsi kerja jaringan otak. Selain itu, lemak
dalam ASI juga berpengaruh untuk membentuk kulit sehat (Kodrat, 2010).
d. Mineral
Mineral dalam ASI memiliki kualitas yang lebih baik dan mudah diserap
dibandingkan dengan mineral yang terdapat dalam susu sapi. Mineral utama yang
terdapat dalam susu sapi adalah kalsium yang berguna bagi pertumbuhan jaringan
otot dan rangka, transmisi jaringan saraf dan pembekuan darah. Walaupun kadar
kalsium dalam ASI lebih rendah dari pada susu sapi, namun penyerapannya lebih
besar. Bayi yang mendapat ASI esklusif sangat kecil resikonya kekurangan zat besi,
terkandung dalam ASI lebih mudah diserap dari pada susu sapi. Mineral yang cukup
tinggi terdapat dalam ASI dibandingkan susu sapi dan susu formula adalah selenium,
yang berfungsi mempercepat pertumbuhan anak (Khamzah, 2012).
e. Vitamin
Apabila makanan yang dikonsumsi oleh ibu memadai, berarti semua vitamin yang
diperlukan bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya dapat diperoleh dari ASI.
Vitamin D yang larut air terdapat dalam susu. Mengenai hal ini, perlu diketahui
bahwa vitamin D yang larut lemak dan jumlah vitamin A, tiamin, dan vitamin C
bervariasi sesuai makanan yang dikonsumsi oleh ibu (Prasetyono, 2012).
d. Air
Kira-kira 88% ASI terdiri dari air, yang berguna untuk melarutkan zat-zat yang
terdapat didalamnya yang sekaligus juga dapat meredakan rangsangan haus dari bayi
(Wulandari, 2011).
4. Pola pemberian ASI a. Persiapan menyusui
Meskipun pada masa kehamilan ibu belum menyusui, namun ibu tetap
perlu mengikuti management laktasi. Ibu perlu melakukan pemeriksaan
kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan putting susu, apakah ada kelainan
atau tidak. Managemen laktasi dimulai sejak umur enam bualan agar ibu
mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup. Ibu hamil juga
memperhatikan gizi makanan dari mulai kehamilan trimester kedua. Peran
b. Cara menyusui
Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan posisi
menyusui sambil duduk yaitu sangat sering dilakukan oleh sebagian besar ibu
sebab posisi ini menguntungkan bagi bayi dan ibu, posisi menyusui sambil
berdiri dengan cara berdiri menggendong bayi dan menyusui bayinya, posisi
menyusui sambil berbaring dengan berbaring bersama bayi ditempat tidur
dengan perut saling bersentuhan, dada ibu kemulut bayi ketika mulut bayi
terbuka lebar tarik kepalanya kearah payudara (Kodrat, 2010).
5. Manfaat pemberian ASI a. Manfaat bagi bayi
1) ASI mengandung komposisi yang tepat
Yaitu dari berbagai bahan makanan untuk bayi yaitu terdiri dari
proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang
diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.
2) Terhindar dari alergi
Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu
formula akan merangsang aktivasi sistem ini dan dapat menimbulkan
alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini.
3) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi
Lemak tak jenuh pada ASI mengandung omega 3 untuk pematangan
sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat ASI esklusif akan
tumbuh optimal dan terbebas dari rangsangan kejang sehingga menjadikan
b. Manfaat bagi ibu
1) Aspek kontrasepsi
Hisapan mulut bayi pada putting susu merangsang ujung syaraf
sensorik, sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin
masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada
ovulasi dan menjarangkan kehamilan bila diberikan hanya ASI esklusif dan
belum terjadi menstruasi kembali.
2) Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin
oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah
terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya
perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi.
3) Aspek Psikologis
Keuntungan menyusui Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa
yang dibutuhkan oleh semua manusia.
c. Manfaat pemberian ASI bagi keluarga
ASI tidak perlu dibeli sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk
membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain dan karena bayi
yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat
d. Manfaat pemberian ASI bagi negara
1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi
2) Menghemat devisa negara dan subsidi untuk rumah sakit
C. Susu Formula
1. Pengertian Susu Formula
Susu Formula menurut WHO adalah susu yang sesuai dan bisa diterima oleh
sistem tubuh pada bayi. Susu formula yang baik tidak menimbulkan gangguan
saluran pencernaan seperti diare,muntah,atau kesulitan buang air besar dan
gangguan lainnya seperti batuk,sesak,dan gangguan kulit (Khamzah, 2012).
Secara definisi formula bayi adalah makanan yang ditujukan secara khusus
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi sebagai pengganti sebagian atau hampir
semua dari ASI yang karena sesuatu hal ASI tidak bisa diberikan secara penuh
atau sebagian (Auditya, 2012).
2. Jenis-jenis susu formula a. Susu formula adaptasi
Susu formula adaptasi (adapted berarti disesuaikan dengan kebutuhan bagi bayi
baru lahir) digunakan untuk bayi baru lahir sampai umur 6 bulan.
b. Susu formula awal lengkap
Susu formula awal lengkap (complete starting formula) berarti susunan zat
gizinya lengkap dan pemberiannya dapat dimulai setelah bayi dilahirkan.
c. Susu formula follow-up
Formula follow-up (follow-up diartikan lanjutan,mengganti formula bayi yang
sedang dipakai dengan formula tersebut).
d. Susu formula prematur
Susu formula prematur digunakan untuk bayi yang lahir prematur, memiliki
e. Susu Hipoalergenik (Hidrolisat)
Susu formula hipoalergenik atau hidrolisat diberikan kepada bayi yang mengalami
gangguan pencernaan protein. Protein yang masuk melalui makanan tidak dapat
diserap oleh usus dan dikeluarkan lagi melalui feses.
f. Susu Soya
Susu soya bebas laktosa untuk bayi dan anak yang mengalami alergi terhadap
protein susu sapi. Soya menggunakan isolat protein kedelai sebagai bahan dasar
dan memiliki kandungan protein tinggi yang setara dengan susu sapi.
g. Susu rendah laktosa atau tanpa laktosa
Susu bagi bayi yang tidak mampu mencerna laktosa karena tidak memiliki enzim
untuk mengolah laktosa (Khamzah, 2012).
3. Kandungan nutrisi susu formula a. Lemak
Kadar lemak yang disarankan susu formula adalah antara 2,7-4,1 gr/100 ml.
b. Protein
Kadar protein dalam susu formula harus berkisar antara 1,2-1,9 gr/100 ml.
c. Karbohidrat
Kandungan karbohidrat yang disarankan susu formula antara 5,4-8,2 gr/100 ml.
d. Mineral
Kandungan berbagai mineral harus diturunkan hingga jumlahnya berkisar antara
0,25-0,34 g tiap 100 ml.
e. Vitamin
4. Faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula a. Faktor predisposisi (predisposing factor)
Faktor predisposisi (predisposing factor),yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap,kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
1) Putting susu datar/terbenam
Masalah yang sering terjadi pada menyusui terutama terdapat pada ibu
primipara. Masalah menyusui pada masa antenatal yaitu putting susu
datar/terbenam. Oleh karena itu perlu diberikan penjelasan tentang pentingnya
perawatan payudara, cara menyusui yang benar, dan hal-hal yang erat
hubungannya dengan proses menyusui (Wulandari, 2011).
Ada beberapa bentuk puting susu, panjang, pendek, dan datar atau
terbenam. Dengan kehamilan,biasanya puting menjadi lentur. Namun,memang
kerap terjadi sampai sesudah bersalin,puting belum juga menonjol keluar.
Banyak ibu langsung menganggap hilang peluangnya untuk menyusui.
Padahal, puting hanya kumpulan muara saluran ASI dan tidak mengandung
ASI. ASI di simpan di sinus laktiferus yang terletak di daerah aerola mamae.
Jadi, untuk mendapatkan ASI,aerola mamae yang perlu dimasukkan ke dalam
mulut bayi agar isapan dan gerakan lidah dapat memerah ASI keluar
(Danuatmaja, 2007).
Walaupun 97% wanita dapat menyusui, ada situasi tertentu yang membuat
menyusui menjadi sulit dilakukan. Sekitar 2% wanita memiliki putting susu
yang masuk kedalam ketika areola ditekan. Sementara 5-8% wanita, memiliki
dengan putting susu rata tetap bisa menyusui bayinya dengan efektif. Yang
penting bukan ukuran, melainkan kelenturan kulit disekelilingnya dan semudah
apa bayi dapat menariknya sebagai dot untuk dihisap (Riksani, 2012).
Sejak kehamilan trimester terakhir, ibu yang tidak mempunyai resiko
kelahiran prematur, dapat diusahakan mengeluarkan putting susu datar atau
terbenam dengan tekhnik atau gerakan Hoffman yang dikerjakan 2x sehari
(Wulandari, 2011).
Bila terjadi puting susu terbenam, puting akan masuk kedalam areola
sebagian atau seluruhnya. Keadaan ini seharusnya sudah diketahui sejak dini,
paling tidak pada saat kehamilan, sehingga dapat diusahakan perbaikannya
(Nugroho, 2011).
b. Faktor pendukung (enabling factor)
Faktor pendukung (enabling factor),yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,
misalnya puskesmas,obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2007).
1) Kurang tersedianya sarana kesehatan
Sidi (2004) salah satu kendala mensukseskan program ASI eksklusif adalah
meningkatnya tenaga kerja wanita, sedangkan cuti melahirkan hanya 12
minggu dan 4 minggu harus diambil sebelum melahirkan. Selama cuti ibu
hanya memberikan ASI, jangan memperkenalkan susu formula dengan alasan
“mother-friendly working place” dimana terdapat fasilitas untuk memerah dan
menyimpan ASI, bila fasilitas mengizinkan disediakan tempat penitipan bayi.
Ada faktor yang membuat sebagian ibu muda tidak menyusui bayinya
karena mendapat informasi yang salah yaitu kurangnya program kesejahteraan
sosial yang terarah, yang dijalankan oleh beberapa instansi pemerintahan di
negara-negara berkembang. Kebiasaan para ibu yang bekerja, mendukung
rendahnnya tingkat ibu yang menyusui. Demikian halnya dengan kekhawatiran
ibu yang menganggap bahwa produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan
makanan bayi. Anggapan ini sering menjadi kendala bagi ibu, yang akhirnya
mencari alternatif lain dengan memberi susu pendamping manakala bayi lapar.
Hal-hal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan dari pola dasar pemberian
ASI menjadi pemberian susu formula (Prasetyono, 2012).
Bagi ibu yang bekerja menyusui tidak perlu dihentikan. Ibu bekerja tetap
harus memberi ASI kepada bayinya karena banyak keuntungannya. Jika
memungkinkan bayi dapat dibawa ketempat ibu bekerja. Namun hal ini akan
sulit dilakukan apabila ditempat kerja atau disekitar tempat bekerja tidak
tersedianya sarana penitipan bayi atau pojok laktasi. Bila tempat kerja dekat
dengan rumah, ibu dapat pulang untuk menyusui bayinya pada waktu istirahat
atau minta bantuan seseorang untuk membawa bayinya ketempat kerja.
Walaupun ibu bekerja dan tempat bekerja jauh dari rumah, ibu tetap dapat
memberikan ASI kepada bayinya. Berikan ASI secara eksklusif dan sesering
c. Faktor pendorong (reinforcing factor)
Faktor pendorong (reinforcing factor), yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2007).
1) Kurangnya petugas kesehatan
Petugas kesehatan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam
menunjang pemberian ASI. Peran petugas dapat membantu ibu untuk
memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum terjadi
(Nugroho, 2011).
Sebagian ibu muda tidak menyusui bayinya karena mendapat informasi
yang salah yaitu ketiadaan perhatian yang sungguh-sungguh dari para ahli
kesehatan untuk menggalakkan kebiasaan menyusui anak (Prasetyono, 2012).
Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat
penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI dan penerangan
tentang ASI (Soetjiningsih, 1997).
Petugas kesehatan pun masih banyak yang tidak memberikan informasi
pada saat pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi. Seorang dokter
atau tenaga kesehatan yang berkecimpung dalam bidang laktasi, seharusnya
mengetahui bahwa walaupun menyusui itu merupakan suatu proses alamiah,
namun untuk mencapai suatu keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan
mengenai teknik-teknik menyusui yang benar (Wulandari, 2011).
Petugas kesehatan sangat berperan dalam keberhasilan proses menyusui,
melaksanakan inisiasi menyusui dini (IMD) pada saat persalinan dan
mendukung pemberian ASI dengan langkah kebehasilan menyusui. Beberapa
hambatan kurang berperannya petugas kesehatan dalam menjalankan
kewajibannya dalam kontek ASI ekslusif lebih banyak karena kurang
termotivasinya petugas untuk menjalankan peran mereka disamping
pengetahuan konseling ASI yang masih kurang (Mei, 2011).
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa di dalam penatalaksanaan
pemberian ASI. Sebagian besar aspek penatalaksanaan kebidanan dari
pemberian ASI adalah didasarkan pada pemahaman atas perubahan anatomis
dan fisiologis yang terjadi dalam wanita yang sedang berlaktasi post partum.
Para bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang
pemberian ASI. Bukti menunjukkan bahwa bila ibu tahu cara yang benar untuk
memposisikan bayinya pada payudaranya, menyusui pada waktu yang
diinginkan bayinya (on demand) dan memperoleh dukungan serta memperoleh
percaya diri tentang kemampuannya memberi ASI, berbagai penyulit yang
umum dapat dihindari atau dicegah (Wulandari, 2011).
D. Peran ibu terhadap pemberian susu formula
Rendahnya pengetahuan tentang manfaat ASI dan gencarnya informasi susu
formula membuat masa depan banyak anak Indonesia dikorbankan. pemberian ASI
secara benar dapat mengurangi risiko ibu menderita berbagai penyakit, mulai dari
kanker payudara, kanker rahim, kanker indung telur, rematik, keropos tulang, hingga
inisiasi menyusui dini, pemberian ASI eksklusif hingga bayi berumur 6 bulan,
pemberian makanan pendamping ASI setelah bayi berumur 6 bulan yang dibuat
sendiri, dan menyusui hingga bayi berumur 2 tahun (Candra, 2012).
Peran ibu, sebagai pelopor peningkatan kualitas sumber daya Indonesia, patut
menyadari dan meningkatkan pengetahuannya untuk menunjang gerakan ini. Pada
dasarnya, segera setelah melahirkan, secara naluri ibu mampu menjalankan tugasnya
untuk menyusui. Namun, untuk mempraktekkan bagaimana menyusui yang baik dan
benar, setiap ibu perlu mempelajarinya (Nugroho, 2011).
Banyak sekali masalah-masalah pada ibu menyusui yang timbul karena berbagai
sebab. Masalah menyusui pasti akan datang menghampiri para ibu saat para ibu
sedang menyusui bayinya. Dengan mendapat informasi yang tepat, masa menyusui
diharapkan menjadi masa menyenangkan bagi ibu maupun bayi (Kodrat, 2010).
Pada dasarnya, pemberian makanan pengganti ASI diperbolehkan bila ibu
benar-benar kekurangan ASI pada masa menyusui. Ketika kondisi seperti itu, hendaknya
berkonsultasi dengan dokter. Jika bayi terpaksa meminum susu formula, dokter
dapat memberikan saran mengenai susu formula yang dianggap cocok untuk bayi
berdasarkan komposisi makanan tambahan atau pengganti ASI (Prasetyono, 2012).
E. Hubungan antara peran ibu terhadap pemberian susu formula
Di Indonesia, saat ini begitu banyak beredar berbagai jenis susu formula mulai
dari yang mahal sampai yang relatif murah. Seringkali ibu yang terpaksa
menggunakan susu formula bingung memilih yang tepat bagi bayinya. Apalagi
Untuk bayi dengan resiko tinggi seperti terlahir secara prematur, terlahir dengan
berat badan < 2000 g dan bayi terlahir dari ibu yang positif mengidap HIV keperluan
rekomendasi yang diberikan secara medik adalah dengan pemberian nutrisi melalui
susu formula khusus bayi. Dengan demikian susu formula bubuk bayi diberikan pada
bayi pada saat setelah persalinan. Pemberian asupan nutrisi melalui pemberian susu
formula bayi bertujuan memberikan segala keperluan nutrisi bayi (Misgiyarta,2008).
Kebanyakan ibu kurang menyadari pentingnya ASI sebagai makanan utama
bayi. Kunci keberhasilan menyusui yang utama adalah kemauan yang kuat pada diri
ibu untuk menyusui anaknya. Kemauan tersebut bisa timbul dari dalam dirinya
sendiri atau lingkungan sekitarnya (Prasetyono, 2012).
Gerakan penggalangan sadar ASI kini mulai disadari oleh semua pihak dan
dilakukan dimana-mana. Susu formula banyak menjadi pilihan konsumen, sebab
mereka menganggap kandungan gizinya lebih alami. Dengan memulai kesadaran
dari sendiri dahulu mungkin dapat meminimalkan ketergantungan ibu menggunakan
susu formula. Ibu harus menyadari bahwa sangat penting memberikan ASI eksklusif
pada bayi (Kodrat, 2010).
Petugas kesehatan sangat berperan dalam keberhasilan proses menyusui, dengan
cara memberikan konseling tentang ASI sejak kehamilan, melaksanakan inisiasi
menyusui dini (IMD) pada saat persalinan dan mendukung pemberian ASI dengan
langkah kebehasilan menyusui. Beberapa hambatan kurang berperannya petugas
kesehatan dalam menjalankan kewajibannya dalam kontek ASI ekslusif lebih banyak
karena kurang termotivasinya petugas untuk menjalankan peran mereka disamping
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel,
baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2008).
Adapun variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan
sebagai berikut:
Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Faktor-faktor :
1. Faktor predisposisi
2. Faktor pendukung
3. Faktor pendorong
B. Definisi Operasional
No Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala ukur Faktor-Faktor
1. Faktor predisposisi a) Putting
datar / terbenam
Keadaan dimana putting susu mendatar dan masuk kearah dalam ketika areola ditekan dan tidak mencuat keluar saat distimulasi.
Kuesioner Pengisian kuesioner oleh responden 1=Ya 0=Tidak Ordinal
2. Faktor pendukung b) Kurang
tersedianya sarana kesehatan
Keadaan dimana kurang tersedianya sarana kesehatan ditempat kerja / disekitar tempat bekerja ibu menyusui yang dimana tidak tersedianya sarana pojok laktasi.
Kuesioner Pengisian kuesioner oleh responden 1=Ya 0=Tidak Ordinal
3. Faktor pendorong c) Kurangnya petugas kesehatan Keadaan dimana kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan / dorongan tentang manfaat pemberian ASI dan mencegah
masalah-masalah umum yang terjadi.
[image:34.595.74.583.128.564.2]Kuesioner Pengisian kuesioner oleh responden 1=Ya 0=Tidak Ordinal
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan desain
deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di
desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memberikan susu
formula pada bayi berusia 0-6 bulan pada bulan Maret–Mei 2013 di desa Lubuk
Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 48 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini dengan kriteria. Ibu yang memberikan susu
formula pada bayi berusia 0-6 bulan yang tinggal di desa Lubuk Rotan, yang
bersedia menjadi responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitan ini
menggunakan Total sampling yaitu seluruh ibu yang memberikan susu formula
pada bayi berusia 0-6 bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan
C. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan
kabupaten Serdang Bedagai.
D. Waktu Penelitian
Penelitian tentang faktor- faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6
bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai pada
Maret – Mei 2013.
E. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapatkan izin yaitu dari Ketua
Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara,
kemudian peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Kepala Desa Lubuk
Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Dalam penelitian ini
terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu : peneliti
memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur
pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden
dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden
tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri.
Responden juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data
berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak
menuliskan nama responden pada instrumen penelitian, tetapi menggunakan inisial.
Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dipergunakan pada penelitian ini berupa kuesioner, dengan
menggunakan pertanyaan open ended question yaitu berupa dichotomy question yaitu
“ya” atau “tidak”, terdiri dari bagian pertama yaitu data demografi, kedua yaitu petunjuk
pengisian, ketiga yaitu kuesioner penelitian tentang faktor-faktor ibu memilih
pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan .
Kuesioner tentang faktor- faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6
bulan terdiri dari faktor predisposisi (pertanyaan 1-8), faktor pendukung (pertanyaan
9-16), faktor pendorong (pertanyaan 17-24). Bentuk pertanyaan dengan jawaban ya atau
tidak. Nilai 1 untuk jawaban “ya” dan nilai 0 untuk jawaban “tidak” (Nursalam,2008 ).
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum dilakukan penelitian yang sebenarnya dilakukan uji coba instrumen
dengan melakukan validitas dan reliabilitas instrumen yang bertujuan untuk
mendapatkan alat ukur yang benar-benar sahih dan handal.
1. Uji Validitas
Uji Validitas dilakukan dengan cara content validity untuk mengetahui
kelayakan butir-butir dalam daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan
suatu variabel content validity diuji oleh dosen Fakultas Keperawatan Program
D-IV Bidan Pendidik, sehingga instrument yang digunakan tersebut dinyatakan
valid dan mampu mengukur variabel yang akan diukur. Dalam penelitian ini
dimana sebelum membuat instrumen penelitian terlebih dahulu membuat
maka selanjutnya dikonsulkan dengan ahli atau pakarnya. Dalam hal ini
instrumen dikonsultasikan kepada Hj.Juliani,SST,MARS dengan hasil Content
Validity Indeks 0,74 sehingga instrument yang digunakan tersebut dinyatakan
valid dan mampu mengukur variabel yang akan diukur.
2. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat
pengukuran yang digunakan reliable atau tidak. Pada penelitian ini uji reabilitas
dihitung dengan menggunakan cronbach’s alpha dengan bantuan program SPSS
dengan uji analisa datanya dengan menggunakan Kuder Richardson 21 (KR –
21) yaitu butir pertanyaannya bernilai genap dimana jawaban pertanyaan
dichotomy question yaitu “ya” atau “tidak”. Menurut Sugiono (2009) sebuah
instrumen dikatakan reliabel apabila koefisien reliabilitasnya di atas 0,60.
Peneliti melakukan uji reabilitas terhadap 20 responden, diperoleh koefisien
alpha cronbach’s pada faktor predisposisi sebesar 0,623, faktor pendukung
sebesar 0,617 dan faktor pendorong sebesar 0,681. Oleh karena nilai koefisien
reliabilitasnya lebih besar dari 0,60 maka instrument dinyatakan reliable.
H. Prosedur Pengumpulan Data
Ada beberapa prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data penelitian
ini, yaitu :
1. Mendapatkan surat permohonan izin pelaksanaan dari Program D-IV Bidan
2. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Kepala Desa
Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.
3. Responden diperoleh dengan wawancara langsung, kemudian menjelaskan
tujuan penelitian kepada calon responden.
4. Menanyakan persetujuan responden menjadi responden secara suka rela.
5. Setelah calon responden bersedia maka diminta untuk menandatangani
lembar persetujuan (Informed Consent).
6. Melakukan observasi terlebih dahulu dengan menggunakan lembar checklist
apakah termasuk dari kriteria.
7. Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden dan selanjutnya
apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner oleh
responden.
8. Setelah diisi kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa
kelengkapannya sehingga data yang diperoleh terpenuhi.
9. Pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan dinilai dengan menggunakan
lembar checklist.
I. Analisis Data
Analisa data adalah cara untuk memudahkan atau menyederhanakan data kedalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan dimengerti. Dalam pengumpulan data dan
a) Editing (Pemeriksaan Data)
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan. Pada penelitian ini melakukan editing dengan cara memeriksa
kelengkapan, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban dan
pertanyaan.
b) Coding (Pengkodean Data)
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik pada data yang terdiri atas
beberapa kategori. Untuk memudahkan dalam proses pembacaan yaitu : kode 0
jawaban salah, kode 1 jawaban benar.
c) Processing (Data Entry)
Masukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database
komputer. Setelah data di coding maka data dari kuesioner dimasukkan kedalam
program computer yaitu SPSS.
d) Tabulasi Data
Untuk menyusun dan menghitung hasil data serta pengambilan kesimpulan dan
dimasukkan dalam Tabel Distribusi Frekuensi.
1. Analisis Univariat
Analisa univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.
Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari
tiap variabel. Data yang di analisa univariat adalah frekuensi variabel independen
(faktor predisposisi, faktor pendukung, faktor pendorong) dan frekuensi variabel
dependen (pemberian susu formula). Setelah kuesioner di isi dengan baik, kemudian di
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai faktor-faktor ibu memilih
pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan
Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dilakukan mulai Maret - Mei
2013 sebanyak 48 ibu yang memberikan susu formula pada bayi 0-6 bulan bertempat
tinggal di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai.
Untuk mengetahui faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6
bulan, peneliti menggunakan kuesioner yang berisi 8 pertanyaan untuk faktor
predisposisi (puting susu datar/terbenam), 8 pertanyaan untuk faktor pendukung (kurang
tersedianya sarana kesehatan) dan 8 pertanyaan untuk faktor pendorong (kurangnya
petugas kesehatan).
1. Karakteristik Responden
Pada penelitian ini data demografi responden mencakup umur, pendidikan, dan
pekerjaan. Dari hasil menunjukkan bahwa responden berdasarkan umur mayoritas
berumur 20 – 30 tahun sebanyak 37 orang (77,1%), berdasarkan pekerjaan mayoritas
tidak bekerja (ibu rumah tangga) sebanyak 23 orang (47,9%), berdasarkan pendidikan
mayoritas berpendidikan SMP sebanyak 22 orang (45,8%). Berdasarkan hasil penelitian
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Data Demografi Responden di Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai
Tahun 2013
Karakteristik F %
Umur < 20 tahun 20-30 tahun > 30 tahun
5 37 6 10,4 77,1 12,5
Total 48 100
Pekerjaan IRT Wiraswasta Pegawai Swasta 23 15 10 47,9 31,3 20,8
Total 48 100
Pendidikan SD SMP SMA 11 22 15 22,9 45,8 31,3
Total 48 100
2. Faktor – faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan a. Faktor Predisposisi
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang faktor
predisposisi ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan yaitu karena
mayoritas ibu menyatakan bahwa putting susu datar/terbenar sangat mengganggu bayi
untuk menyusui sebanyak 46 orang (95,8%). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Predisposisi di Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai
Tahun 2013
No Pertanyaan
Jawaban
Ya Tidak
F % F %
1 Apakah ibu mengalami puting susu datar / terbenam saat menyusui?
27 56,3 21 43,8
2 Apakah puting susu datar / terbenam mengganggu bayi untuk menyusu?
46 95,8 2 4,2
3 Apakah puting susu datar / terbenam bukanlah suatu kelainan dalam menyusui bayinya?
28 58,3 20 41,7
4 Apakah puting susu datar / terbenam disebabkan kurangnya perawatan pada payudara?
21 43,8 27 56,3
5 Apakah puting susu datar / terbenam bisa menyusui bayinya dengan efektif?
18 37,5 30 62,5
6 Apakah puting susu datar / terbenam bayi tidak akan mengalami kesulitan dalam menyusu?
41 85,4 7 14,6
7 Apakah puting susu datar / terbenam tidak terjadi jika sejak ibu hamil melakukan perawatan payudara?
25 52,1 23 47,9
8 Apakah puting susu datar / terbenam menyebabkan bayi malas menyusu?
33 68,8 15 31,3
b. Faktor Pendukung
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang faktor
pendukung ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan yaitu karena bagi
ibu yang pekerja tidak tersedianya sarana kesehatan (pojok laktasi) menyebabkan
terhambatnya proses menyusui sebanyak 32 orang (66,7%). Hasil selengkapnya dapat
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Pendukung di Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai
Tahun 2013
No Pertanyaan
Jawaban
Ya Tidak
F % F %
1 Apakah bagi ibu yang pekerja di perkantoran / pabrik terdapat pojok laktasi untuk menyusui?
28 58,3 20 41,7
2 Apakah bagi ibu yang pekerja dapat melanjutkan menyusui bayinya?
27 56,3 21 43,8
3 Apakah bagi ibu yang pekerja sarana kesehatan(pojok laktasi) sangat membantu ibu dalam proses menyusui?
29 60,4 19 39,6
4 Apakah bagi ibu yang pekerja sarana kesehatan(pojok laktasi) berperan penting dalam mensukseskan ASI esklusif?
28 58,3 20 41,7
5 Apakah bagi ibu yang pekerja sarana kesehatan (pojok laktasi) mempengaruhi proses menyusui?
27 56,3 21 43,8
6 Apakah bagi ibu yang pekerja senantiasa bisa menyusui bayinya secara esklusif?
30 62,5 18 37,5
7 Apakah bagi ibu yang pekerja diberikan waktu yang cukup untuk menyusui bayinya dipojok laktasi?
21 43,8 27 56,3
8 Apakah bagi ibu yang pekerja tidak tersedianya sarana kesehatan (pojok laktasi) menyebabkan terhambatnya proses menyusui?
32 66,7 16 33,3
c. Faktor Pendorong
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang faktor
pendorong ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan yaitu bahwa
mayoritas ibu menyatakan bahwa petugas kesehatan yang kurang memadai
menyebabkan terhambatnya proses menyusui secara esklusif sebanyak 38 orang
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Pendorong di Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai
Tahun 2013
No Pertanyaan
Jawaban
Ya Tidak
F % F %
1 Apakah petugas kesehatan sangat berperan penting untuk mensukseskan program ASI esklusif?
36 75 12 25
2 Apakah petugas kesehatan berperan memberikan bimbingan konseling pada ibu dalam proses menyusui?
29 60,4 19 39,6
3 Apakah petugas kesehatan yang kurang memadai menyebabkan terhambatnya proses menyusui secara esklusif?
38 79,2 10 20,8
4 Apakah petugas kesehatan membantu ibu dalam berjalannya proses menyusui?
37 77,1 11 22,9
5 Apakah ibu berkonsultasi mengenai pemberian ASI esklusif pada petugas kesehatan?
26 54,2 22 45,8
6 Apakah petugas kesehatan memberikan informasi mengenai ASI esklusif?
33 68,8 15 31,3
7 Apakah petugas kesehatan sangat membantu ibu dalam proses menyusui?
26 54,2 22 45,8
8 Apakah ditempat tinggal ibu terdapat petugas kesehatan yang melakukan penyuluhan mengenai ASI esklusif?
28 58,3 20 41,7
B. Pembahasan
Pada pembahasan ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor- faktor ibu memilih
pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan
1. Faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan berdasarkan faktor predisposisi
Dari hasil jawaban responden pada tabel 5.2, distribusi jawaban responden
tentang faktor predisposisi (puting susu datar/terbenam) ibu memilih pemberian susu
formula pada bayi 0-6 bulan, mayoritas yang menjadi masalah adalah putting susu
datar/terbenar sangat mengganggu bayi untuk menyusui yaitu sebanyak 46 orang
(95,8%).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Milligan (1994) tentang
penelitian yang menunjukkan 21,6 % dari semua wanita postpartum yang menyusui
bayinya mengalami masalah dalam memberikan ASI karena kondisi-kondisi tertentu
dan adanya kesulitan ibu selama menyusui. Menurut (Wulandari, 2011) masalah yang
sering terjadi pada menyusui terutama terdapat pada ibu primipara. Masalah menyusui
pada masa antenatal yaitu putting susu datar/terbenam. Hal ini seperti diungkapkan
(Riksani, 2012) banyak wanita dengan putting susu rata tetap bisa menyusui bayinya
dengan efektif. Yang penting bukan ukuran, melainkan kelenturan kulit disekelilingnya
dan semudah apa bayi dapat menariknya sebagai dot untuk dihisap.
Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa puting susu datar/terbenam
seharusnya sudah diketahui sejak dini paling tidak pada saat kehamilan, sehingga dapat
diusahakan perbaikannya. Wanita dengan putting susu datar tetap bisa menyusui
bayinya dengan efektif. Peran petugas kesehatan sangat penting dan dapat membantu
ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum terjadi.
prematur,dapat diusahakan mengeluarkan putting susu datar atau terbenam dengan
tekhnik/gerakan Hoffman yaitu dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari ke
areola, dilakukan pengurutan menuju arah berlawanan yang dikerjakan 2x sehari.
2. Faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan berdasarkan faktor pendukung
Dari hasil jawaban responden pada tabel 5.3, distribusi jawaban responden
tentang faktor pendukung (kurang tersedianya sarana kesehatan) ibu memilih
pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan, mayoritas yang menjadi masalah adalah
karena bagi ibu yang pekerja tidak tersedianya sarana kesehatan (pojok laktasi)
menyebabkan terhambatnya proses menyusui sebanyak 32 orang (66,7%).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sidi (2004) salah satu kendala
mensukseskan program ASI eksklusif adalah meningkatnya tenaga kerja wanita,
sedangkan cuti melahirkan hanya 12 minggu dan 4 minggu harus diambil sebelum
melahirkan. Selama cuti ibu hanya memberikan ASI, jangan memperkenalkan susu
formula dengan alasan agar terbiasa karena akan ditinggal kerja, tempat kerja disiapkan
menjadi “mother-friendly working place” dimana terdapat fasilitas untuk memerah dan
menyimpan ASI, bila fasilitas mengizinkan disediakan tempat penitipan bayi. Menurut
(Wulandari, 2011) bagi ibu yang bekerja menyusui tidak perlu dihentikan. Namun hal
ini akan sulit dilakukan apabila ditempat kerja atau disekitar tempat bekerja tidak
tersedianya sarana penitipan bayi atau pojok laktasi. Bila tempat kerja dekat dengan
rumah, ibu dapat pulang untuk menyusui bayinya pada waktu istirahat atau minta
(2010), temukan tempat yang baik adalah langkah yang penting untuk berhasil
menyusui. Menyusui bayi adalah hal yang benar dan alami, yang penting tetap teguh
pada prinsip bahwa ibu sedang melakukan sesuatu yang terbaik untuk bayi.
Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa kurang tersedianya sarana kesehatan
menyebabkan rendahnya tingkat pemberian ASI esklusif pada ibu yang bekerja.
Kebiasaan para ibu yang bekerja, mendukung rendahnnya tingkat ibu yang menyusui.
Demikian halnya dengan kekhawatiran ibu yang menganggap bahwa produksi ASI
tidak mencukupi kebutuhan makanan bayi. Hal tersebut menyebabkan terjadinya
perubahan dari pola dasar pemberian ASI menjadi pemberian susu formula yang dimana
dengan peran serta pemerintah dalam membangun sarana kesehatan yang memadai
dapat meningkatkan pemberian ASI esklusif pada ibu yang bekerja.
3. Faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan berdasarkan faktor pendorong
Dari hasil jawaban responden pada tabel 5.4, distribusi jawaban responden
tentang faktor pendorong (kurangnya petugas kesehatan) ibu memilih pemberian susu
formula pada bayi 0-6 bulan, mayoritas yang menjadi masalah adalah bahwa petugas
kesehatan yang kurang memadai menyebabkan terhambatnya proses menyusui secara
esklusif sebanyak 38 orang (79,2%).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Ningsih, A.W (2009),yaitu
promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan
pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu. Dengan harapan bahwa
memperoleh pengetahuan kesehatan yang lebih baik. Dalam suatu proses promosi
kesehatan terdapat faktor yang mempengaruhi diantaranya faktor pendidik,agar dicapai
suatu hasil yang optimal. Hal ini seperti diungkapkan (Mei, 2011) petugas kesehatan
sangat berperan dalam keberhasilan proses menyusui, dengan cara memberikan
konseling tentang ASI sejak kehamilan,melaksanakan inisiasi menyusui dini pada saat
persalinan dan mendukung pemberian ASI dengan langkah kebehasilan menyusui.
Menurut (Nugroho, 2011) petugas kesehatan mempunyai peranan yang sangat istimewa
dalam menunjang pemberian ASI. Peran petugas dapat membantu ibu untuk
memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum terjadi.
Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa kurangnya petugas kesehatan
menyebabkan kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian ASI esklusif pada bayi
yang disebabkan karena kurangnya pemberian informasi dan penyuluhan oleh petugas
kesehatan kepada ibu tentang pentingnya ASI esklusif. Dengan demikian, dengan
adanya petugas kesehatan yang memadai maka akan dapat memberikan informasi dan
penyuluhan yang benar mengenai pentingnya ASI esklusif. Para bidan mempunyai
peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI. Bukti menunjukkan
bahwa bila ibu tahu cara yang benar untuk memposisikan bayinya pada payudaranya,
menyusui pada waktu yang diinginkan bayinya, memperoleh dukungan serta
memperoleh percaya diri tentang kemampuannya memberi ASI,berbagai penyulit yang
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa
Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan
faktor predisposisi (puting susu datar/terbenam) yaitu sebanyak 46 orang
(95,8%).
2. Faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa
Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan
faktor pendukung (kurang tersedianya sarana kesehatan) yaitu sebanyak 32
orang (66,7%).
3. Faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa
Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan
faktor pendorong (kurangnya petugas kesehatan) yaitu sebanyak 38 orang
(79,2%).
B. Saran
1. Petugas Kesehatan (bidan desa)
Petugas kesehatan didesa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten
Serdang Bedagai diharapkan dapat memberikan informasi penyuluhan mengenai
pentingnya pemberian ASI esklusif tanpa harus memberikan susu formula kepada
2. Kepala Desa
Diharapkan kepada Kepala Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan
Kabupaten Serdang Bedagai membuat suatu kebijakan pada petugas kesehatan yang
berada didesa agar dapat menginformasikan bahwa pentingnya pemberian ASI esklusif,
diharapkan merekrut petugas kesehatan lebih banyak lagi untuk memberikan informasi
ASI esklusif &diharapkan adanya pmbangunan sarana kesehatan terutama pojok laktasi.
3. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan kepada peneliti berikutnya agar dapat melanjutkan penelitian yang
berhubungan dengan tindakan ibu terhadap pemberian susu formula pada bayi 0-6
bulan, seberapa pengaruh hubungan tersebut dan melanjutkan lebih spesifik tentang
hubungan faktor- faktor lainnya yang mempengaruhi ibu memilih pemberian susu
DAFTAR PUSTAKA
Auditya. (2012). Ragam Susu Formula Bayi dan Peruntukkannya. Diambil tanggal 20
November 2012 web site:
Candra,Asep. (2012). Pemahaman Ibu Menyusui Masih Rendah. Diambil tanggal 20
November 2012 web site:
Fendy,Br. (2009). ASI Esklusif. Diambil tanggal 20 Oktober 2012 web site:
http://www.fendypmr.com/2009/08/asi-eksklusif
Handy,Fransisca. (2010). ASI Tak Tergantikan. Diambil tanggal 20 Oktober 2012 web
site
Harry,Randy. (2009). Defenisi ASI . Diambil tanggal 20 November 2012 web site: http
://www.scribd.com/randy_harry
Hidayat,A.Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan teknik analisis Data,
Jakarta : Selemba Medika.
Khamzah,Siti Nur. (2012). Segudang Keajaiban ASI yang Harus Anda Ketahui.
Yogyakarta: FlashBooks.
Kodrat,Laksono. (2010). Dahsyatnya ASI dan Laktasi Untuk Kecerdasan Buah Hati
Anda. Yogyakarta: Media Baca.
Kurniasih,Dedeh. (2008). Perkembangan motorik bayi usia 0-6 bulan. Diambil tanggal
20 November 2012 web site:
Misgiyarta. (2008). Kajian Standar Mutu Susu Formula Dalam Upaya Menekan
Kontaminan Enterobacter sakazakii. Diambil tanggal 23 Oktober 2012 web site:
http://www. Puslitbang BSN.com/Prosiding PPI Standardisasi 2008-Puslitbang
BSN
Nugroho,Taufan. (2011). ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Pengertian defenisi bayi. (2012). Diambil tanggal 20 November 2012 web site:
Prasetyono,Dwi Sunar. (2012). Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: DIVA Press.
Rahman,Vionny. (2012). Tumbuh Kembang Bayi Usia 0-6 Bulan Dan Stimulasi
Pendukungnya. Diambil tanggal 20 November 2012 dari Tips kesehatan anak
web
site:http://www.Ayahbunda.co.id/Artikel/Terbaru/Terbaru/6.refleks.wajib.dimili
ki.bayi/001/001/564/3
Riksani,Ria. (2012). Keajaiban ASI. Jakarta: Dunia Sehat.
Riskesdas. ( 2010). Riset Kesehatan Dasar, Jakarta.
Sitaresmi,Mei Neni. (2011). Kebijakan tentang pemberian ASI secara esklusif. Diambil
tanggal 20 Oktober 2012 web site:
http://www.kebijakankesehatanindonesia.com
Sunshine. (2012). Manfaat ASI Esklusif bagi bayi usia 0-6 bulan. Diambil tanggal 20
Oktober 2012 web site:
Suriyani. (2011). Perkembangan bayi usia 0-6 bulan (fase I). Diambil tanggal 20
November 2012 web site:
Susanto. (2011). 6 Tips Pemberian Susu Formula Pada Bayi. Diambil tanggal 20
November 2012 web site:
Wulandari,Setyo Retno dan Sri Handayani. (2011). Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Yeni. (2011). Hanya 40 persen ibu beri asi esklusif pada bayinya. Diambil tanggal 3
November 2012 web site: http
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bernama Erni Febrina Siregar, Nim: 125102123 adalah mahasiswa
D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini
dilakukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program
D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor ibu memilih
pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan
Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai. Untuk keperluan tersebut peneliti memohon
kesediaan ibu untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Selanjutnya peneliti mohon
kesediaan ibu untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika ibu bersedia
silahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan ibu.
Identitas pribadi sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang
diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Ibu berhak atau tidak ikut
berpartisipasi tanpa ada sanksi dan konsekuensi buruk dikemudian hari. Jika ada hal
yang kurang dipahami ibu dapat bertanya langsung kepada peneliti. Atas perhatian dan
kesediaan ibu menjadi partisipan dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.
Partisipan Nama Peneliti
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR IBU MEMILIH PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA BAYI 0-6 BULAN DI DESA LUBUK ROTAN KECAMATAN PERBAUNGAN
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2013 I. Data Demografi
1. No. Responden : (diisi oleh peneliti)
2. Umur : <20 Thn 20-30 Thn >30 Thn
3. Pendidikan : SD SLTP SMA
4. Pekerjaan : IRT Wiraswasta Pegawai Swasta
II. Petunjuk pengisian :
1. Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan teliti
2. Pilihlah jawaban salah satu yang dipilih dengan memberi tanda check list (√)
3. Apabila ada pertanyaan yang tidak dimengerti dapat ditanyakan kepada peneliti yang
memberikan kuesioner
III. Kuesioner penelitian tentang faktor – faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai.
No.
Pertanyaan Jawaban
Faktor predisposisi Puting susu datar/terbenam
Ya Tidak 1. Apakah ibu mengalami puting susu datar / terbenam saat
menyusui?
2. Apakah puting susu datar / terbenam mengganggu bayi untuk menyusu?
3. Apakah puting susu datar / terbenam bukanlah suatu kelainan dalam menyusui bayinya?
dengan efektif?
<