• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT

4.5. Industri Minyak Goreng Sawit di Indonesia

Minyak goreng tidak bisa lepas dari keseharian masyarakat di Indonesia. Komoditas ini digunakan untuk memasak berbagai masakan dan makanan. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi bahwa komoditas ini merupakan salah satu barang pokok kebutuhan hidup masyarakat. Berbagai merek minyak goreng dapat dijumpai di super market di Indonesia. Merek-merek seperti Bimoli, Filma dan Kunci mas merupakan jenis minyak goreng yang beredar luas di masyarakat.

Produsen minyak goreng sawit di Indonesia tidak hanya memproduksi satu jenis merek atau produk. Hal ini terlihat pada PT Intiboga Sejahtera yang memproduksi minyak goreng sawit merek Bimoli, sunrise dan Delima; PT Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk (SMART) dengan merek Filma dan Kunci Mas, PT Bina Karya Prima yang mengeluarkan merek Tropical dan forVita. Selain itu, ada merek-merek lain yang beredar di pasar, seperti: Sania,

ABC, Vetcomas dan lain-lain. Pada tabel di bawah ini akan terlihat beberapa daftar perusahaan dengan produk minyak goreng sawit yang dihasilkan.

Tabel 4.3. Perusahaan dengan Produk yang Dihasilkan

Nama Perusahaan Nama Produk Pangsa

Bermerek

PT Intiboga Sejahtera

PT Smart Tbk

PT Bina Karya Prima PT Astra Agro Lestari Tbk PT Darmex Oil&Fat PT Ikan Dorang PT Hasil Kesatuan

PT Pacific Medan Industri PT Asianagro Agungjaya PT Cengkareng Jaya CV Sinar Laut PT Priscolin

PT Mikie Oleo Nabati

PT Tunas Baru Lampung Tbk PT Kilang Vecolina

PT Hasil Abadi Perdana PT Bintang Era Sinar Tama PT Kusum Product Indonesia PT Multimas Nabati Asahan PT Pamina Adolina

PT Sawit Malinda PT Sinar Alam Permai

Bimoli, Bimoli Spesial, Delima, Sunrise

Filma, Filma Gold, Kunci Mas, Palmvita dan Sawit Mas

Tropical dan forVita Cap Sendok

Palma Dorang Mas Vetcomas dan 999 Avena dan Madina

Palmolin, Camar dan Marunda Delisis dan Berkah

Sinar Laut Sarinah Sunco Rose Brand K-Vita Askolina Familie Kencana Sania Indoline Malinda Fortun 20%

Nama Perusahaan Nama Produk Pangsa Tidak Bermerek (Curah)

PT Salim Oil Grains PT Musim Mas

PT Berlian Eka Sakti Tangguh PT Asianagro Agungjaya PT Bintang Tenera PT Astra Agro Lestari PT Pamina Adolina

PT Sumatera Oil Industries PT Mitra Sawit Kumala Abadi PT Singamas Jaya Perdana PT Pacific Palmindo PT Sawit Malinda PT Sinar Alam Permai PT Incasi Raya

CV Sinar Laut

PT Bukit Kapur Reksa PT Intibenua Perkasa PT Intiboga sejahtera PT Hasil Kesatuan PD Majuan

PT Cengkareng Jaya PT Bina Karya Prima PT Miki Oleo

PT Mega Surya Mas PT Tunas Baru Lampung PT Damai Sentosa Cooking Oil

80%

Sumber: Departemen Perindustrian, 2007

Karakteristik minyak goreng yang tidak terlalu banyak perbedaannya membuat ruang untuk inovasi produk sangat kecil. Perbedaan antara satu produk dengan yang lainnya hanyalah pada penyampaian kepada masyarakat melalui media. Saat ini, para pemain industri minyak mengangkat isu kesehatan pada produk minyak gorengnya. Dikatakan minyak goreng memiliki kandungan Omega 9 dan Omega 6 yang baik untuk kesehatan. Pemain lain mengusung tema minyak goreng yang bebas kolesterol. Padahal, semua minyak goreng itu nonkolesterol karena terbuat dari tumbuh-tumbuhan. Semua minyak goreng juga mengandung Omega. Pencantuman-pencantuman itu hanya sebagai strategi bisnis untuk nilai tambah penjualan.

Diversifikasi produk melalui cara lain pun sangat terbatas. Apabila dalam minyak goreng diberikan berbagai kandungan vitamin yang baik untuk kesehatan, hal ini juga akan sia-sia. Karena ketika digunakan minyak goreng akan panas sehingga kandungan vitamin-vitamin tersebut akan rusak.

Setelah dijelaskan diatas, banyak merek dagang minyak goreng yang beredar dipasaran dan namanya sudah sangat akrab ditelinga para konsumen. Tingkat kompetisi diantara mereka juga sangat ketat, tetapi meskipun begitu produk Bimoli tetap mendominasi dengan pangsa pasar sebesar 37.4 persen. Tingkat kompetisi ini bergantung pada kualitas, harga dan kemampuan penggunaannya. Berikut adalah data dari lima kota besar Indonesia beserta penggunaan minyak gorengnya berdasarkan mereknya.

Tabel 4.4. Pangsa Pasar Tiga Besar Merek Minyak Goreng Sawit, 2000

Minyak Goreng Pangsa Pasar (%)

Merek Minyak Goreng: Bimoli Filma Sunrise Dll 37.4 18.9 6.3 37.4

Sumber: Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia, 2000

Namun, ternyata pangsa pasar dari minyak goreng bermerek hanya sebesar 20 persen dari minyak goreng sawit yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sebanyak 80 persen masyarakat Indonesia masih mengkonsumsi minyak goreng curah yang dijual per kilogram, bukan per liter seperti minyak goreng bermerek (lihat Tabel 4.3). Pemilihan minyak goreng curah ini dikarenakan faktor harga yang lebih murah. Bagi kebanyakan masyarakat yang kurang mampu, merek tidak terlalu dipikirkan.

Minyak goreng curah dijual dengan harga sekitar Rp 12 000 per kilo pada bulan Maret 2008 di Jakarta. Sedangkan minyak goreng bermerek dijual dengan harga sekitar Rp 13 000 sampai Rp 14 000 per liter. Harga minyak goreng curah ini jauh lebih murah daripada minyak goreng bermerek. Ditambah lagi apabila minyak goreng curah dikonversi dari satuan kilogram menjadi liter, maka volumenya akan menjadi lebih dari satu liter, sehingga bagi masyarakat Indonesia yang kebanyakan masyarakatnya adalah masyarakat miskin, pasar minyak goreng curah inilah yang merupakan pangsa pasar terbesar dari minyak goreng. Namun, dalam penelitian ini, penulis tidak membedakan antara minyak goreng sawit curah

dengan yang bermerek. Penelitian ini dilakukan dengan menghitung keseluruhan produksi minyak goreng sawit tanpa membeda-bedakan kemasannya.

Lokasi produsen minyak goreng kelapa sawit tersebar ke beberapa propinsi yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Kalimantan Barat. Penyebaran industri minyak goreng sawit di Indonesia terbesar adalah di Sumatera Utara tercatat ada 19 pabrik, kemudian terbesar kedua di DKI Jakarta sebanyak 13 pabrik. Selanjutnya Jawa Timur, Jawa Barat, dan Lampung (lihat Lampiran 15).

Berdasarkan Lampiran 15, dapat terlihat empat perusahaan terbesar dari sisi kapasitas produksi per propinsi. Urutan pada propinsi Sumatera Utara adalah PT Ivo Mas Tunggal Jaya, PT Musim Mas, PT Singa Mas Jaya dan PT Berlian Ekasakti. Pada propinsi Riau adalah PT Bukit Kapur Reksa, PT Inti Benua, PT Agrintara dan PT Pulau Sambu. Produsen minyak goreng sawit yang berlokasi di propinsi Sumatera Selatan adalah PT Sinar Alam Permai dan PT Bintang Sembilan Murni. Di propinsi Lampung adalah PT Tunas Baru Lampung, PT Bumi Sari Bumi, PT Bumi Waras dan CV Sinar Laut. Propinsi DKI Jakarta empat perusahaan terbesarnya adalah PT Asap Abadi Coconut Oil Ind, PT Asian Agro Agung Jaya, PT Intiboga Sejahtera dan PT Hasil Kesatuan. Pada propinsi Banten hanya ada satu produsen yaitu PT Cisadane Raya Chemicals. Empat perusahaan terbesar dari propinsi Jawa Barat adalah PT Bina Karya Prima, PT Darmex Oil, PT Priscolin dan PT Indosco Utama. Propinsi Jawa Tengah hanya memiliki dua produsen yaitu PT Obor Megar dan PT Kimia Farma Unit Produksi Semarang.

Pada Propinsi Jawa Timur empat perusahaan terbesar adalah Smart Corporation, PT Intiboga Sejahtera, PT Megasurya Mas dan PT Bintang Era Sinar Tama. Dan propinsi yang terakhir adalah Kalimantan Barat, di propinsi ini terdapat tiga produsen yaitu PT Cahaya Kalbar, PT Dirgarama Indonesia dan PTP III.

Dokumen terkait