• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.3. Pendekatan Integrasi Vertikal 1. Definisi Integrasi Vertikal

Integrasi vertikal adalah penggabungan perusahaan-perusahaan yang mempunyai keterkaitan proses produksi. Secara umum kegiatan integrasi vertikal ini dapat digolongkan dalam merjer (penggabungan) yaitu satu atau lebih perusahaan yang tidak sejenis dan juga tidak ada kaitan proses produksi dapat melakukan penggabungan tetapi dalam hal integrasi vertikal ini harus ada keterkaitan dalam kelanjutan proses produksi baik dari input maupun output (Hasibuan,1994).

Integrasi vertikal tersebar luas. Hampir semua perusahaan melakukan satu seri operasi yang sesungguhnya secara prinsip dapat dipisah-pisahkan. Beberapa perusahaan melakukan integrasi vertikal, sementara perusahaan lainnya hanya sedikit atau tidak melakukannya sama sekali (Jaya, 2001).

2.3.2. Jenis-jenis Integrasi Vertikal

Menurut Mulyaningsih dan Karseno dalam Nugrahandita (2007), terdapat tiga pola dalam integrasi vertikal yaitu pertama, bila perusahaan di hilir monopoli melakukan integrasi vertikal dengan perusahaan di hulu yang bersifat kompetitif. Hal ini akan mendorong perluasan penggunaan input oleh perusahaan monopoli sehingga akan menghasilkan output akhir dalam jumlah yang lebih banyak pada harga yang lebih rendah. Dalam jangka pendek konsumen akhir akan diuntungkan dengan adanya integrasi vertikal ini. Turunnya harga produk akhir juga dikarenakan oleh turunnya komponen biaya sewa yang sebelumnya harus dibayarkan oleh perusahaan kepada perusahaan independen di hulunya.

Kedua, bila industri hulu monopoli melakukan integrasi vertikal dengan industri hilirnya yang bersifat kompetitif maka juga akan menurunkan harga produk akhir. Integrasi vertikal akan menurunkan margin antara harga monopoli dengan biaya marjinalnya karena monopoli itu sendiri yang menetapkan biaya marjinal dan harga produknya.

Ketiga, pola integrasi vertikal dengan produsen input di hulu bersifat monopoli dan pembeli inputnya bersifat monopoli juga akan menurunkan harga produk akhir. Hal ini diakibatkan oleh monopolisasi pasar oleh perusahaan dihilir karena dapat memperoleh inputnya melalui perusahaan monopoli yang terintegrasi dengannya. Integrasi vertikal dapat dilakukan melalui berbagai alternatif, yaitu :

1. Full Integration

Full integration dicirikan dengan suatu perusahaan yang terintegrasi memproduksi semua input bahan baku yang dibutuhkannya atau ketika suatu perusahaan menyalurkan semua output yang dihasilkan melalui anak perusahaan yang terintegrasi dengan perusahaan induk.

2. Tapered Integration

Tapered integration merupakan perpaduan antara integrasi vertikal dengan pertukaran pasar yaitu apabila perusahaan itu membeli input yang dibutuhkannya dari perusahaan lain selain input yang dihasilkannya sendiri atau menyalurkan hasil produksinya sendiri melalui perusahaan lain yang tidak terintegrasi.

Keuntungan dari tapered integration adalah : Pertama, perusahaan dapat memperluas input ataupun output tanpa memerlukan modal yang substansial. Hal ini sangat membantu dalam pertumbuhan perusahaan. Kedua, perusahaan dapat menggunakan informasi mengenai biaya dan keuntungan dari jaringan internal dalam bernegosiasi dengan perusahaan independen. Ketiga, perusahaan juga dapat mengembangkan kapasitas pasokan input untuk melindungi diri dari persaingan dengan pemasok input independen (Nugrahandita, 2007).

Tapered integration juga mempunyai kekurangan yaitu konsep memproduksi sebagian dan membeli sisanya menyebabkan proses produksi akan sulit mencapai tingkat efisiensi yang tinggi dan hal ini juga akan menyebabkan timbulnya masalah koordinasi antara pemasok input internal dengan pemasok input independen (Nugrahandita, 2007).

3. Aliansi Strategi dan Joint Venture

Dalam aliansi strategi, dua atau lebih perusahaan bekerjasama untuk berbagi informasi atau sumber produksi. Aliansi strategi dapat dilakukan secara vertikal maupun horizontal. Dalam aliansi vertikal biasanya meliputi kerjasama antara pemasok input dengan pembelinya sedangkan aliansi horizontal meliputi kerjasama antara perusahaan dalam industri yang sama. Joint venture adalah bagian dari aliansi strategi dimana dua atau lebih perusahaan bekerjasama dan membuat suatu perusahaan gabungan baru. Perusahaan gabungan ini biasanya dioperasikan oleh pekerja dari perusahaan induk.

Menurut Shepherd (1985), mengemukakan ukuran integrasi vertikal dipandang dari dua segi yaitu: pertama, segi tahapan yaitu menghitung tahap-tahap produksi, semakin banyak jumlah tahap-tahapan yang dicakup semakin besar integrasinya. Satu tahapan dapat mencakup banyak langkah individual sehingga sangat sulit untuk mendefinisikan tahap-tahap produksi. Kedua, yaitu segi nilai tambah yang dihasilkan terhadap nilai akhir penjualan sebagai derajat dari tingkat integrasi. Dari segi nilai tambah dapat diperoleh rasio nilai tambah perusahaan pada pendapatan akhir penjualan sebagai indeks dari derajat integrasi dengan asumsi semakin banyak tahapan produksinya semakin besar nilai tambahnya.

Menurut Hasibuan (1994), mengemukakan bahwa jenis integrasi vertikal dapat dibagi menjadi dua, yakni integrasi ke hulu (up stream) dan integrasi ke hilir (down stream). Dengan demikian, ada perusahaan yang proses produksinya lebih awal, atau di bagian hulu, dan pada tahap memproduksi ke arah atau sampai dengan barang-barang akhir (hilir). Jadi, integrasi dapat terjadi antara

perusahaan-perusahaan yang mempunyai proses produksi yang berkelanjutan, baik yang di hulu maupun yang di hilir.

2.3.3. Konsep Dasar Integrasi Vertikal

Menurut Besanko dalam Nugrahandita (2007), mengemukakan bahwa dasar-dasar yang melatarbelakangi perusahaan untuk melakukan integrasi vertikal adalah:

1. Economies of Scale

Proses produksi suatu jenis output barang maupun jasa mencerminkan economies of scale dalam range tertentu pada saat biaya rata-rata per output menurun dalam range tersebut dan biaya rata-rata tetap menurun walaupun jumlah output yang diproduksi meningkat. Biaya marjinal atau biaya unit terakhir yang diproduksi harus dibawah biaya rata-rata. Economies of scale mempunyai arti bahwa biaya rata-rata (AC) yang menurun seiring dengan peningkatan produksi.

Salah satu kebaikan yang didapatkan oleh perusahaan yang melakukan strategi integrasi vertikal adalah dengan tercapainya economies of scale yang tinggi karena dengan melakukan integrasi vertikal biaya produksi akan semakin rendah dan lebih efisien sehingga kemungkinan tercapainya economies of scale akan semakin tinggi. Selain dengan cara melakukan strategi integrasi vertikal, perusahaan juga dapat mencapai economies of scale dengan berbagai cara seperti: meningkatkan inventarisasi, meningkatkan produktifitas variabel input, meningkatkan biaya tetap serta meningkatkan kapasitas produksi.

2. Economies of Scope

Economies of scope terjadi apabila perusahaan dapat menghemat biaya produksi per unit saat jenis barang atau jasa yang diproduksinya semakin banyak. Economies of scope ini dapat terjadi jika memproduksi berbagai jenis barang menggunakan teknologi yang sama sehingga biaya produksinya dapat diperkecil. Perusahaan yang melakukan integrasi vertikal yang tinggi dapat mencapai economies of scope yang tinggi. Karena dengan melakukan integrasi vertikal berarti perusahaan tersebut dapat memproduksi dua atau lebih produk dengan biaya produksi yang lebih murah.

Dokumen terkait