• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi

5. Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet

Industri pupuk, kimia dan barang dari karet mempunyai peran besar terlihat pada konstribusi industri kimia dan barang dari karet terhadap PDRB Sektor Industri Pengolahan non migas di Provinsi Jawa Barat. Besarnya kontribusi Industri pupuk, kimia dan barang dari karet pada tahun 2009 sebesar 9,04 persen menempati urutan ketiga dalam kontribusi terhadap PDRB Jawa Barat dalam Sektor Industri pengolahan non migas. Industri pupuk, kimia dan barang dari karet pertumbuhannya fluktustif. Menurun pada tahun 2008 menjadi 8,77 persen dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 11,56 persen. Dan pada tahun 2009 naik lagi menjadi 9,04.

Masalah yang ada pada industri pupuk, kimia dan barang dari karet ini diantaranya kontrak gas bumi untuk pabrik pupuk akan berakhir, gangguan pasokan gas untuk bahan baku/energi di beberapa wilayah, bahan baku industri lebih banyak di ekspor, ketergantungan ekspor naphtha dan condensate sebagai bahan baku petrokimia dalam negeri di ekspor. Sementara langkah-langkah kebijakan yang diambil untuk mengatasi masalah-masalah pada industri pupuk diantaranya peningkatan gas bumi, peninjauan kembali penjualan gas bumi

84 untuk ekspor yang sudah berakhir masa kontraknya, dan restrukturisasi mesin/peralatan pabrik. Insentif yang diambil diantaranya pemberian fasilitas PPh dalam rangka investasi (PP No.1/2007) khususnya untuk investasi dibidang amoniak yang terintegrasi dengan ammonium nitrat dan asam nitrat dan pemberian kepastian kuota ekspor pupuk pertahun. (Departemen Perindustrian 2009).

Langkah kebijakan yang diambil untuk industri petrokimia antara lain peningkatan dukungan sektor migas untuk pasokan bahan baku dan energi, peningkatan infrastruktur didaerah potensial (listrik dan pelabuhan), pengamanan pasokan bahan baku (naphta dan kondensat) melalui peningkatan efektifitas pengawasan ekspor. Insentif yang diambil diantaranya pemberian fasilitas PPh dalam rangka investasi (PP No.1/2007) khususnya untuk investasi dibidang ethylene, propylene, benzene, xylene, toluen, caprolactam. Langkah kebijakan yang diambil untuk mengatasi masalah industri karet diantaranya pengamanan ketersediaan dan stabilisasi pasokan energi (gas) untuk industri, peningkatan kualitas karet alam olahan dan standarisasi bahan baku komponen, dan revitalisasi tanaman karet melalui perluasan dan peremajaan tanaman serta penyediaan bibit unggul. Insentif yang sudah dilakukan pembebasan PPN produk primer karet (PP No. 7/2007) dan pengurangan PPh dalam rangka investasi (PP No.1/2007).( Departemen Perindustrian, 2009).

85 Tabel 4.14 Analisis Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet

No Aspek Parameter Makna

1 LQ <1 Sektor Non Basis

2 Pj Negatif Tumbuh lambat diNasional

3 Dj Negatif Pertumbuhan lebih lambat dibanding Nasional

4 Tipologi VIII Kurang sekali

Sumber : Lampiran II, IX

Gambar 4.5 Perkembangan LQ Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet

Berdasarkan gambar 4.6 dapat diketahui hasil LQ industri pupuk, kimia dan barang dari karet selama 5 tahun terakhir 2005-2009, menunjukkan nilai LQ yang cenderung menurun selama lima tahun dan rata-rata LQ yang kecil yaitu sebesar 0,79, hal ini menunjukan bahwa industri ini adalah sektor non basis. Nilai LQ yang lebih kecil dari satu (<1) berarti industri ini tidak mampu memenuhi kebutuhan domestik maupun pasar luar daerah serta sektor ini perlu atau berpotensi impor dari daerah lain.

Perhitungan analisis Shift Share selama periode penelitian tahun 2005-2009. Industri kertas dan barang cetakan memiliki nilai Pj sebesar -19,55 berarti industri kertas dan barang cetakan tumbuh cepat di Nasional karena memiliki nilai negatif. Sedangkan hasil perhitungan Dj industri kertas dan barang cetakan menunjukkan nilai negatif, yaitu sebesar -285,53 yang berarti industri ini memiliki pertumbuhan yang lebih lambat di banding Nasional.

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 2005 2006 2007 2008 2009 Hasil LQ LQ rata-rata

86 Sementara hasil LQ < 1, Pj negatif (<0) dan Dj negatif (<0) termasuk ke

dalam tipologi VIII sehingga industri pupuk, kimia dan barang dari karet termasuk dalam tipologi VIII, sehingga industri ini adalah sektor yang memiliki kepotensialannya menunjukan kurang sekali untuk dikembangkan. 6. Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam

Industri semen dan barang galian bukan logam mempunyai peran dalam pembentukan PDRB industri pengolahan non migas di Jawa Barat terlihat pada konstribusi industri semen dan barang galian bukan logam pada tahun 2009 sebesar 1,8 persen. Industri semen pertumbuhannya selama 5 tahun cenderung menurun selama tahun 2005-2009. Hal ini disebabkan adanya potensi ancaman semen ekspor dari China. Untuk mengatasi masalah tersebut kebijakan yang di ambil oleh pemerintah adalah pengamanan pasokan energi batu bara dan gas dalam jangka panjang, peningkatan upaya konservasi energi, Notifikasi penerapan SNI wajib ke WTO, Penanggulangan semen impor illegal di daerah perbatasan. (Departemen Perindustrian 2009).

Tabel 4.15 Analisis Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam

No Aspek Parameter Makna

1 LQ <1 Sektor Non Basis

2 Pj Negatif Tumbuh lambat di Nasional

3 Dj Positif Pertumbuhan lebih cepat dibanding Nasional 4 Tipologi VI Hampir dari cukup

87 Gambar 4.6 Perkembangan LQ Industri Semen dan Barang Galian

Bukan Logam

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui nilai LQ industri semen dan barang galian bukan logam selama 5 tahun (2005-2009), dapat diketahui industri semen dan barang galian bukan logam menunjukkan nilai rata-rata LQ yang kecil yaitu sebesar 0,56, hal ini menunjukan bahwa industri ini adalah sektor non basis. Nilai LQ yang lebih kecil dari satu berarti sektor ini tidak mampu memenuhi kebutuhan domestik maupun pasar luar daerah serta sektor ini perlu atau berpotensi impor dari daerah lain.

Perhitungan hasil Shift Share selama tahun 2005-2009, untuk industri semen dan barang galian bukan logam menunjukkan nilai rata-rata komponen Pj sebesar -82,86, karena menunjukkan nilai negatif maka subsektor ini merupakan industri yang tumbuh lambat di Nasional. Hasil perhitungan Dj menunjukkan angka positif yaitu sebesar 38,66. Yang berarti industri ini memiliki daya saing yang meningkat sehingga pertumbuhannya lebih cepat dari Nasional.

Perhitungan tipologi sektoral menunjukkan industri kayu dan barang dari kayu lainnya memiliki LQ < 1, Pj Negatif (<0) dan Dj Positif (>0) maka 0.52 0.54 0.56 0.58 0.6 2005 2006 2007 2008 2009 Hasil LQ LQ rata-rata

88 termasuk dalam tipologi VI, sehingga industri ini adalah industri yang kepotensialannya hampir dari cukup.