• Tidak ada hasil yang ditemukan

Satu Tujuan: Lulus!

INFEKSI TROPIK

Demam Tifoid

• Minggu 1: Demam perlahan-lahan bertambah tinggi, menggigil, anoreksia, malaise, nyeri kepala frontal, lidah kotor, konstipasi, kembung (timpani), nyeri abdominal ringan difus, hepatosplenomegali.

• Minggu 2: Demam mencapai plateau, insomnia, mengigau, bradikardi relatif, diare, perdarahan GI.

• Minggu 3: Tampilan klinis bertambah berat, status tifoid (penurunan kesadaran dan/atau psikosis). Perforasi adalah komplikasi yang jarang, tetapi terjadi di minggu 3.

Manifestasi Klinis

• Darah tepi: leukopenia, trombositopenia, anemia.

• Kultur: Darah (dalam agar empedu) untuk minggu 1-2, feses untuk minggu 2-3, urin untuk minggu 3-4. Kultur merupakan baku emas. • Widal: Mulai positif pada akhir minggu 1. Diagnosis demam tifoid

ditegakkan apabila terdapat peningkatan titer 4x lipat pada pemeriksaan ulang dengan interval 5-7 hari atau peningkatan titer O sebanyak 1:200.

Pemeriksaan Penunjang

• Lini pertama: fluorokuinolon (DOC, kontraindikasi untuk usia <18 tahun), amoksisilin/ampisilin, kotrimoksazol.

• Lini kedua: Kloramfenikol (kontraindikasi bila leukosit <2000/mm3), pilihan lain seperti seftriakson dan sefiksim.

Terapi

Disentri Penyebab: bakteri Shigella atau parasit Entamoeba hystolytica. Konsep Dasar

Diare berdarah berlendir, kram perut, demam.

Disentri bakteri umumnya akut (3 hari-1 minggu), sedangkan disentri amuba terjadi perlahan-lahan (2 minggu/lebih).

Manifestasi Klinis

• Disentri bakteri: kultur feses (umumnya tidak dilakukan).

• Disentri amuba: Pemeriksaan mikroskopik ditemukan trofozoit berisi eritrosit multipel (patognomonik). Trofozoit memiliki satu nukleus dengan kariosom kecil yang terletak di sentral. Bila tidak ditemukan trofozoit, anggap disentri bakteri.

Pemeriksaan Penunjang

• Umumnya semua disentri dianggap bakterial à kotrimoksazol. • Bila 2 hari tidak ada perbaikan à pemeriksaan tinja. Ditemukan

trofozoit à metronidazol. Tidak ditemukan à siprofloksasin, sefiksim, atau asam nalidiksat.

Terapi

Tetanus Trismus, kaku leher, disfagia, kekakuan abdomen, opistotonus, fleksi lengan, ekstensi tungkai, disfungsi otonom.

Kejang, baik akibat rangsangan maupun spontan. Tetap sadar dan kesakitan. Demam jarang.

Manifestasi Klinis

Tes spatula. Penunjang

Metronidazol (membunuh bakteri yang memproduksi toksin) atau

amoksisilin.

ATS/anti-tetanus serum (serum kuda) atau TIG/tetanus imunoglobulin

Satu Tujuan: Lulus!

(mengikat toksin bebas).

TT (menginduksi imunitas).

Diazepam (meringankan gejala spasme) jika gejala spasme dominan dan hebat.

Kunci: tentukan apakah luka bersih atau kotor - serta tentukan status vaksinasi TT penderita. Luka yang bersih tidak memerlukan HTIG/ATS sama sekali. Sementara luka yang kotor, apakah diberikan TT atau tidak

tergantung status imunisasi sebelumnya.

Leptospirosis Riwayat paparan dengan urin binatang (mis. karena banjir), demam tinggi, nyeri otot gastroknemius, mata merah.

Leptospirosis berat disebut sindrom Weil (ikterus diikuti kegagalan organ, mis. oliguria pada gagal ginjal).

Manifestasi Klinis

Pemeriksaan langsung: mikroskop lapangan gelap.

Pemeriksaan tidak langsung: Ukur peningkatan titer antibodi antileptospira (serokonversi).

Pemeriksaan Penunjang Leptospirosis ringan: Doksisiklin per oral.

Sindrom Weil: Penisilin G injeksi. Terapi

Demam Berdarah Dengue

Kriteria diagnosis (minimal 2 kriteria klinis + 1 kriteria laboratorium) • Klinis:

o Demam mendadak tinggi 2-7 hari o Manifestasi perdarahan

o Hepatomegali o Syok

• Laboratorium

o Trombositopenia (<100.000/µl)

o Kebocoran plasma*, ditunjukkan oleh min. salah satu tanda di bawah ini:

§ Hematokrit ↑ ≥20% nilai standar

§ Hematokrit ↓≥20% nilai standar setelah resusitasi

Satu Tujuan: Lulus!

§ Efusi pleura/perikardial, asites, hipoproteinemia

Derajat Kriteria DBD derajat

I

Demam disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji torniquet positif.

DBD derajat

II Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.

DBD derajat III

Terdapat kegagalan sirkulasi (nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (< 20 mmHg) atau hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah)

DBD derajat

IV Syok berat (nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak dapat diukur)

Derajat Penyakit

Derajat I dan II: Kristaloid 3-7 ml/kgBB/jam. Periksa laboratorium setiap 6 jam. Bila hematokrit ↓ dan klinis membaik, kecepatan cairan boleh diturunkan secara perlahan.

Derajat III dan IV: Bolus kristaloid 20 ml/kgBB secepatnya.

• Perbaikan à turunkan menjadi 10 ml/kgBB/jam selama 2-4 jam, diturunkan lagi bertahap setiap 4-6 jam sesuai klinis dan laboratorium.

• Tidak perbaikan à ulangi bolus kristaloid atau pertimbangkan koloid 10-20 ml/kgBB/jam. Bila hematokrit rendah, pertimbangkan transfusi darah.

Terapi

Malaria Ringan: Demam menggigil, keringat dingin, sakit kepala, anemia, splenomegali, riwayat bepergian ke daerah endemis.

Pola demam dapat memperkirakan jenis Plasmodium: P. vivax/ovale tiap 48 jam (tertiana), P. malariae tiap 72 jam (kuartana), dan P. falciparum sepanjang hari/tidak teratur.

Berat (disebabkan P. falciparum): malaria serebral, anemia berat, gangguan napas, gagal ginjal.

Manifestasi Klinis

Sediaan apus darah tepi

• Falciparum: Trofozoit intraeritrosit berbentuk cincin, terletak marginal (accole), titik Maurer pada eritrosit. Gametosit berbentuk sabit/pisang/sosis. Jarang ditemukan skizon.

• Vivax: Eritrosit membesar, bentuk ameboid, titik Schuffner. Gametosit berbentuk bulat. Ditemukan skizon berisi 12-24 merozoit.

• Ovale: Hampir sama dengan vivax. Bedanya eritrosit berbentuk oval (kadang ada fimbria) dan skizon berisi 8-12 merozoit.

• Malariae: Eritrosit berukuran agak lebih kecil, bentuk band-form/basket-form. Merozoit dalam skizon membentuk roset.

Pemeriksaan Penunjang

• P. falciparum: ACT* 3 hari + primakuin 1 hari. • P. vivax/ovale: ACT* 3 hari + primakuin 14 hari. • P. malariae: ACT* saja, 3 hari.

• Malaria berat: artesunat IV (atau artemeter IM sebagai dosis awal di Puskesmas sebelum dirujuk) dan terapi suportif.

• Ibu hamil: Primakuin tidak boleh diberikan. Trimester I à kina +

Satu Tujuan: Lulus!

klindamisin (falciparum)/kina saja (vivax). Trimester II dan III à ACT* tanpa primakuin.

• Obat lama seperti klorokuin dapat diberikan untuk mengatasi malaria, namun resistensi tinggi terhadap P. falciparum. Jika resisten klorokuin, alternatif adalah meflokuin.

• *ACT adalah artemisinin combination therapy, yaitu kombinasi dua obat (dihidroartemisinin + piperakuin) ATAU (artesunat + amodiakuin).

Doksisiklin 1x1 kapsul, diminum sejak 2 hari sebelum masuk daerah

endemis sampai 4 minggu setelah keluar. Profilaksis

Gambaran Materi Parasit Penyebab Kelainan Gastrointesti nal

Jenis Parasit Usus halus Usus besar Ekstraintestinal

Helminth Nematoda • Trichuris trichiura √ Trematoda • Fasciolopsis buski • Schistosoma japonicum √ √ √ Cestoda • Taenia saginata • Echinococcus granulosus √ √ Protozoa Entamoeba histolytica Cyclospora cayetanensis √ √ √ Trichuris trichiura

Hospes definitif: manusia.

Nama penyakit: trikuriasis = cacing cambuk Hospes dan Nama

Penyakit • Cacing dewasa hidup di kolon asendens dan sekum, dengan

bagian anterior masuk ke dalam mukosa usus. • Bentuk infektif: telur matang (berisi larva).

• Cara infeksi: hospes menelan telur matang à larva keluar melalui dinding telur à masuk ke dalam usus halus à setelah dewasa, turun ke usus bagian distal dan masuk ke kolon, terutama sekum. Jadi, tidak mempunyai siklus paru.

Morfologi dan Daur Hidup

• Pada infeksi ringan: asimtomatis.

• Pada infeksi berat, terutama anak-anak, cacing tersebar di seluruh kolon dan rektum, kadang terlihat di mukosa rektum yang mengalami prolaps akibat penderita mengejan pada saat defekasi. • Karena cacing memasukkan kepalanya ke mukosa usus à iritasi

dan peradangan di mukosa usus à perdarahan. Selain itu, cacing ini menghisap darah à anemia.

• Gejala klinis: diare dengan sindrom disentri, anemia, BB turun, kadang disertai prolaps rektum.

Patologi dan Gejala Klinis

Menemukan telur di feses

Telur Trichuris trichiura (bentuk seperti tempayan, warna kulit kuning tengguli dengan kedua ujung jernih, berisi larva).

Satu Tujuan: Lulus!

Fasciolopsis buski

Hospes definitif: manusia, kelinci, babi, anjing.

Nama penyakit: fasiolopsiasis. Hospes dan Nama

Penyakit

Bentuk infektif: metaserkaria. Daur Hidup • Fasciolopsis buski melekat dengan batil isap perutnya pada

mukosa duodenum dan jejunum. Cacing ini memakan isi usus maupun permukaan mukosa usus à peradangan, tukak (ulkus), abses; jika terjadi erosi di daerah tempat melekat cacing tersebut à perdarahan..

• Pada infeksi berat à gejala intoksikasi dan sensitisasi karena metabolit cacing à edema pada muka, dinding perut, dan tungkai bawah.

• Gejala klinis: nyeri epigastrium, mual, diare.

Patologi dan Gejala Klinis

Menemukan telur dalam feses, bisa juga menemukan cacing dewasa

dalam feses. Diagnosis

Schistosoma japonicum

Hospes definitif: manusia.

Nama penyakit: skistosomiasis (snail fever, oriental schistosomiasis, katayama fever).

Hospes dan Nama Penyakit

Bentuk infektif: serkaria (dengan cara penetrasi melalui kulit).

• Stadium I à gatal, urtikaria, manifestasi intoksikasi (demam, hepatomegali, eosinofilia).

• Stadium II à disentri.

• Stadium III à sirosis, splenomegali, hipertensi porta, malaise, gangguan neurologis, kelainan paru.

Gejala Klinis

• Menemukan telur di feses.

• Pemeriksaan serologi: deteksi antigen dan antibodi (circumoval precipitin test, indirect hemaglutinin test, complement fixation test, fluorescent antibody test, dan ELISA).

Satu Tujuan: Lulus!

Gambar telur Schistosoma japonicum. Taenia

saginata

Hospes definitif: manusia. Hospes perantara: sapi, kerbau. Nama penyakit: taeniasis saginata.

Hospes dan Nama Penyakit

Kosmopolit; didapatkan di Eropa, Timur Tengah, Afrika, Asia, Amerika

Utara, Amerika Latin, Rusia, dan di Indonesia terutama Bali dan Jakarta. Distribusi Geografik • Cacing dewasa terdiri atas 1000-2000 proglotid.

• Telur-telur di rumput (dari tinja) à tertelan binatang à dalam tubuh binatang, heksakan menetas à heksakan di saluran pencernaan ternak menembus dinding usus à ke jaringan ikat di sela-sela otot menjadi sistiserkus bovis. Bagian tubuh hewan ternak yang sering dihinggapi larva tersebut adalah otot maseter, paha belakang, dan punggung. Otot di bagian lain juga dapat dihinggapi. Bila larva ini termakan manusia à skoleks keluar dari sisiserkus bovis dengan cara evaginasi dan melekat pada mukosa usus halus seperti jejunum, dan dalam waktu 8-10 minggu menjadi dewasa.

• Bentuk infektif: sistiserkus bovis.

• Biasanya di rongga usus hospes, terdapat seekor cacing.

Morfologi dan Daur Hidup

• Gejala pada sistem GI: indigestion, mual, diare, konstipasi, ketidaknyaman di perut.

• Gejala sistemik: lelah, anoreksia, pusing, BB turun.

• Gejala yang jarang ditemukan: obstruksi usus karena strobila cacing, gejala yang lebih berat dapat terjadi apabila proglotid sampai di apendiks.

Gejala Klinis

Telur Taenia sp. dimana telur T. saginata dan T. Solium tidak dapat dibedakan (bentuk bulat, dinding tebal dengan struktur radial, berisi embrio heksakan atau onkosfer).

Diagnosis

Echinococcus

granulosus Hospes definitif: anjing dan hewan karnivora lainnya. Hospes perantara: manusia, domba, kambing, babi, unta, dan lainnya. Hospes New Zealand, Australia, Argentina, Cile, Cina, dan lain-lain. Distribusi

Geografik • Cara infeksi: penularan tidak sengaja melalui telur yang ada di feses

anjing atau karnivora lain masuk ke dalam saluran cerna manusia. • Bentuk infektif pada manusia: telur. Bentuk infektif pada anjing:

kista.

Morfologi dan Daur Hidup

Satu Tujuan: Lulus!

• Telur yang masuk ke saluran cerna manusia akan menuju usus halus (dimana ia berubah menjadi onkosfer) à bermetastasis ke berbagai organ, seperti otak, paru-paru, jantung, hati, limpa, dan tulang. Bentuk dari E. granulosus di berbagai organ ini adalah kista hidatid.

• Kista hidatid akan menginduksi terjadinya reaksi granulomatosus à diikuti dengan pembentukan jaringan fibrosa dan lapisan jaringan ikat.

• Kista pada hati (kista hepatikum) à rasa nyeri di perut bagian atas, hepatomegali, kolestasis, sirosis biliaris, hipertensi portal, dan asites. Sementara itu, cyst fluid menimbulkan reaksi alergi.

• Ruptur pada kista à syok anafilaktif, nyeri kolik, dan jaundice.

Patologi dan Gejala Klinis

• Serodiagnosis: untuk melihat hydatid fluid antigen. • Teknik imaging: USG, X-Ray.

• Skolek dari cyst fluid. • Tes Castoni intradermal. Entamoeba

histolytica

Hospes definitif: manusia.

Nama penyakit: amebiasis. Hospes dan Nama

Penyakit Bersifat kosmopolit di seluruh dunia, terutama di daerah subtropis dan

tropis. Distribusi

Geografik • Hampir semua amoeba memiliki dua bentuk, yakni trofozoit dan

kista.

o Trofozoid: bentuk yang aktif bergerak, makan, dan bereproduksi, tetapi tidak mampu bertahan di luar tubuh hospes.

o Kista: bentuk yang dorman, tahan tanpa makan, bertanggung jawab terhadap penularan penyakit.

• Bentuk infektif: kista.

• Kista tertelan à kista tereksitasi dii ileum bagian bawah menjadi trofozoit kembali à trofozoit memperbanyak diri (membelah diri) à trofozoit mengalami enkistasi (mengubah diri menjadi bentuk kista) à kista akan dikeluarkan bersama tinja (trofozoit juga bisa ditemukan pada tinja yang cair).

• E. histolytica bersifat invasif à trofozoit dapat menembus dinding usus dan kemudian beredar di dalam sirkulasi darah (hematogen).

Morfologi dan Daur Hidup

• Gejala yang dapat muncul, antara lain: o abdominal discomfort hingga diare o gejala khas : disentri + tenesmus

o lesi sekunder: abses hepar amoeba; amebiasis di paru, kulit, limpa, dan otak.

Patologi dan Gejala Klinis

• Pada pemeriksaan tinja, menemukan trofozoit (tinja cair) atau kista (tinja padat).

• Stool antigen detection à spesifik untuk E. histolytica. • PCR à menentukan spesies yang menyerang. • Ab detection à untuk amebiasis ekstraintestinal. •

Trofozoit Entamoeba histolytica (terdapat satu nukleus dan beberapa

eritrosit di dalamnya yang disebut eritrofagositosis; pada kista, seharusnya ditemukan lebih dari satu nukleus).

Satu Tujuan: Lulus!

Lain-lain Telur Ascaris lumbricoides (telur berdinding tiga lapis, yaitu

albuminoid, hialin, vitelin).

Ascaris

lumbricoides

Telur cacing tambang (hookworms – Ancylostoma duodenale dan

Necator americanus dengan karakteristik telur berdinding tipis). Cacing Tambang (

Hookworms

)

Telur cacing kremi, Oxyuris vermicularis (asimetris, berdinding pipih di

satu sisi). Cacing Kremi (

Oxyuris

Satu Tujuan: Lulus!

No. Jenis Infeksi Obat Pilihan I Obat Pilihan II Dosis

1 Askariasis Pirantel pamoat

Mebendazol Piperazin sitrat Albendazol

Pirantel pamoat: dosis tunggal 10 mg/kgBB basa

Mebendazol: 2 x 100 mg sehari selama 3 hari

Albendazol: dosis tunggal 400 mg

2 Cacing kremi Mebendazol

Pirantel pamoat

Albendazol Mebendazol: dosis tunggal 100 mg

Pirantel pamoat: dosis tunggal 10 mg/kgBB (maksimum 1 g) sebagai pirantel basa

Albendazol: dosis tunggal 400 mg

3 Cacing tambang Mebendazol Pirantel pamoat

Albendazol Mebendazol: 2 x 100 mg selama 3 hari

Pirantel pamoat: untuk A. duodenale, dosis tunggal pirantel basa 10 mg/kgBB (maksimum 1g); untuk N. americanus, selama 3 hari

Albendazol: dosis tunggal 400 mg

4 T. trichiura Mebendazol Albendazol Mebendazol: 2 x 100 mg selama 3-4 hari

Albendazol: dosis tunggal 400 mg

5 S. stercolaris Ivermektin Albendazol

Tiabendazol

Ivermektin: dosis tunggal 200 µg/kgBB

Albendazol: 2 x 400 mg/hari selama 7-14 hari

Tiabendazol: 2 x 25 mg/kgBB per hari selama 2-3 hari berturut

6 T. solium Prazikuantel

Niklosamid

Prazikuantel: dosis tunggal 10 mg/kgBB (khusus untuk T. solium, dianjurkan pencahar 2 jam sesudah terapi)

Niklosamid: untuk orang dewasa dan anak di atas 8 tahun, diberikan 2 dosis @ 1 g selang waktu 1 jam; untuk anak-anak ½ dosis dewasa

7 T. saginata Prazikuantel

Niklosamid Mebendazol

Prazikuantel: seperti untuk T. solium

Niklosamid: seperti untuk T. solium

Mebendazol: 2 x 300 mg/hari selama 3 hari

8 Filaria Dietilkarbamazin

(DEC) Untuk loa: 3 kali sehari 2 mg/kgBB bersama W. brancofti, B. malayi, dan Loa makan selama 10-30 hari*

9 O. volvulus Ivermektin Dosis 150 µg/kgBB diminum dengan air

pada saat perut kosong, diulang setiap 3 bulan selama 12 bulan, dan selanjutnya diulang setiap tahun sampai cacing dewasa mati (dapat berlangsung sampai 10 tahun atau lebih)

10 S. haematobium Prazikuantel Metrifonat Prazikuantel: dosis tunggal sebanyak 40 mg/kgBB atau dosis tunggal 20 mg/kgBB yang diulangi lagi sesudah 4-6 jam

Metrifonat: dosis tunggal 7,5-10 mg/kgBB diberikan per oral sebanyak 3 x dengan interval 14 hari

11 S. mansoni Prazikuantel Oksamnikuin Prazikuantel: dosis tunggal sebanyak 40 mg/kgBB atau 3 kali 20 mg/kgBB selang 4-6 jam

Satu Tujuan: Lulus!

Oksamnikuin: dewasa, dosis tunggal 15 mg/kgBB; anak, 20 mg/kgBB dibagi dua dosis selang 2-8 jam

12 S. japonicum Prazikuantel Prazikuantel: 2 kali 30 mg/kgBB selang

4-6 jam

*) Pada pengobatan massal, jika menggunakan DEC diberikan dengan dosis 6 mg/kgBB/hari dan jika menggunakan albendazol diberikan dengan dosis 400 mg dosis tunggal (anjuran WHO).

Satu Tujuan: Lulus!

ENDOKRINOLOGI DAN NUTRISI