• Tidak ada hasil yang ditemukan

INFLASI BULANAN (mtm)

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 41-46)

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

FAKTOR NON FUNDAMENTAL

2.3. INFLASI BULANAN (mtm)

Grafik 2.3.

Laju Inflasi Kota Manado Vs Nasional (mtm)

Berdasarkan kelompoknya, inflasi secara triwulanan terutama disumbangkan oleh kelompok sandang 1,89% (qtq) dan kelompok transport, komunikasi & jasa keuangan 1,23% (qtq). Namun demikian, kenaikan harga pada kedua kelompok ini mampu diredam oleh kecenderungan menurunnya inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau dan kesehatan yang masing-masing mengalami deflasi 0,95% (qtq) dan 0,04% (qtq).

2.3. INFLASI BULANAN (mtm)

Secara bulanan, inflasi Kota Manado sepanjang triwulan II-2010 mengalami fluktuasi. Pada Bulan April 2010, Kota Manado mencatat deflasi sebesar 0,08 % (mtm) , kemudian mengalami inflasi pada Mei 2010 menjadi 1,37% (mtm) dan pada Juni 2010 perkembangan harga di Kota Manado kembali mengalami deflasi sebesar 1,07%. Fluktuasi harga terutama terjadi pada harga kelompok bahan makanan khususnya pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian serta bumbu-bumbuan.

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

-1 0 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2009 2010 % mtm Manado mtm Nasional Tabel 2.2.

Grafik 2.4.

Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa April 2010

2.3.1. APRIL 2010

Kota Manado pada April 2010 mengalami

deflasi sebesar 0,08% (mtm). Dari 66 kota, tercatat 46 kota IHK di Indonesia mengalami inflasi dan 20 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di kota Manokwari sebesar 2,04 persen dan terendah di kota Palembang sebesar 0,01 persen. Deflasi tertinggi terjadi di kota Tarakan sebesar 2,08 persen dan terendah di kota Jambi sebesar 0,02 persen. Deflasi Kota Manado selama April 2010, terutama disumbangkan oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

yang tercatat 0,86% (mtm). Hal ini ditenggarai sebagai dampak dari masih relatif terjaganya kecukupan pasokan. Berdasarkan data yang terhimpun pada April 2010, komoditas yang mengalami penurunan harga diantaranya gula pasir, beras, cabe merah, kangkung, daun bawang, tomat, sayur, cakalang, daging ayam ras, mujair, dan tahu mentah. Secara tahunan, laju inflasi Kota Manado pada April 2010 tercatat 3,12% (yoy).

2.3.2. MEI 2010

Angka inflasi Kota Manado pada Mei 2010 tercatat 1,37%, lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang tercatat 0,29% (mtm). Tingginya angka inflasi bulan Mei antara lain disebabkan oleh kenaikan harga cabai akibat faktor cuaca, tingginya daya beli masyarakat sebagai dampak dari kenaikan pendapatan, masa panen raya cengkeh, serta berbagai aktivitas menjelang pesta politik pemilihan kepala daerah di beberapa wilayah administratif di provinsi Sulawesi Utara. Adapun inflasi disumbang oleh kenaikan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 4,85 persen, kelompok perumahan, air,

Grafik 2.5.

Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa Mei 2010

Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah. Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

-0.16 -0.86 0.11 0.27 -0.04 0.02 0.49 -0.04 -0.16 0.03 0.02 0.00 0.00 0.07 -2 -1 0 1 2 3 Bahan Makanan Makanan jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi

Andil Inflasi (mtm) April 2010

4.85 -0.11 0.01 0.72 0.04 -0.02 0.30 1.31 -0.02 0.00 0.05 0.00 0.00 0.04 -1 0 1 2 3 4 5 6 Bahan Makanan Makanan jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi

Grafik 2.6.

Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa Juni 2010

listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,01 persen, kelompok sandang sebesar 0,72 persen, kelompok kesehatan 0,04 persen, kelompok transpor komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,30 persen, sedangkan kelompok yang mengalami penurunan indeks adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar -0,11 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga sebesar -0,02 persen. Secara akumulasi, sampai dengan Mei 2010, laju inflasi Kota Manado mencapai 2,02% (ytd) atau 5,21% (yoy) secara tahunan.

2.3.3. JUNI 2010

Pada akhir triwulan II 2010, perkembangan harga barang dan jasa secara umum menunjukan penurunan. Tercatat Kota Manado pada Juni 2010 mengalami deflasi paling tinggi di Indonesia, yakni sebesar 1,07% (mtm) atau lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,97% (mtm). Deflasi terutama terjadi karena adanya penurunan indeks pada kelompok bahan makanan dari 143,36 pada Mei 2010 menjadi 137,26 pada Juni 2010 (-4,26%). Berdasarkan sub

kelompoknya, deflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 28,42% dan terendah terjadi pada sub kelompok telur, susu, dan hasil-hasilnya sebesar 0,03%. Secara akumulasi, laju inflasi Kota Manado hingga Juni 2010 tercatat sebesar 0,92% (ytd) atau 4,21% (yoy) secara tahunan.

Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah. -4.26 0.02 -0.03 0.89 -0.04 0.01 0.44 -1.18 0.00 -0.01 0.06 0.00 0.00 0.06 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 Bahan Makanan Makanan jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi

BOKS 1.

PERKEMBANGAN INDEKS IMPLISIT (DEFLATOR PDRB) SEKTOR PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI UTARA

Inflasi yang didefinisikan sebagai perubahan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dapat diukur dengan menggunakan beberapa jenis indeks, salah satunya adalah dengan Indeks Harga Implisit. Indeks Harga Implisit atau sering disebut juga Deflator PDRB merupakan indikator tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar yang diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB atas dasar harga berlaku dengan nilai sejenis atas dasar harga konstan kemudian dikalikan 100 persen. Laju pertumbuhan berantai indeks implisit tiap tahunnya dapat menggambarkan angka inflasi pada tingkat produsen setiap sektor/ sub sektor.

Indeks implisit Sulawesi Utara pada triwulan II tahun 2010 mencapai 197,71 % menunjukan adanya kenaikan harga sebesar 97,71% dibandingkan tahun 2000 yang merupakan tahun dasar perhitungan indeks. Kenaikan harga secara umum pada triwulan laporan terjadi di semua sektor perekonomian. Indeks implisit tertinggi dicapai sektor jasa-jasa sebesar 221,70%, sedangkan

II III IV I II

2009 2010

Pertanian 187.05 187.47 187.64 189.45 188.06

Pertambangan & Penggalian 156.82 156.59 157.35 158.20 159.84 Industri Pengolahan 199.32 200.81 202.61 208.77 209.84 Listrik, Gas & Air Bersih 197.09 196.85 197.76 198.39 198.53

Bangunan 209.57 209.69 212.98 212.70 213.47

PHR 198.61 200.01 200.27 204.07 204.18

Pengangkutan & Komunikasi 169.98 170.04 170.75 171.94 175.18 Keu.Persewaan & Jasa Perh. 165.96 169.58 174.35 180.16 184.06

Jasa-Jasa 208.64 209.33 210.86 215.33 221.70 PDRB 191.32 192.14 194.30 196.77 197.71 -50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 Sumber : BPS, diolah

indeks terendah terjadi di sektor pertambangan dan penggalian dengan indeks sebesar 159,84%. Apabila dibandingkan dengan indeks implisit Sulawesi Utara secara agregat, maka sektor yang indeks implisitnya berada diatas indeks implisit Sulawesi Utara pada triwulan II-2010 adalah sektor industri pengolahan (209,84%), sektor listrik, gas dan air bersih (198,53%), sektor bangunan (213,47%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (204,18%) dan sektor jasa-jasa (221,70%). Sedangkan sektor yang indeks implisitnya berada dibawah indeks implisit Sulawesi Utara adalah sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan indeks masing-masing sebesar 175,18% dan 184,06%. Kondisi ini mencerminkan bahwa perubahan tingkat harga pada kedua sektor tersebut relatif lebih lambat apabila dibandingkan dengan sektor lainnya.

Berdasarkan laju pertumbuhan indeks implisit dapat digambarkan besaran inflasi yang mencakup seluruh barang dan jasa yang diproduksi didalam wilayah penghitungan PDRB. Secara umum, pada triwulan II tahun 2010 inflasi terjadi di hampir semua sektor penyangga perekonomian Sulawesi Utara. Inflasi Sulawesi Utara pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 3,34%, menurun tajam apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,97%. Laju perkembangan harga tertinggi terjadi pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan inflasi sebesar 10,91%. Sementara itu inflasi terendah terjadi pada sektor pertanian sebesar 0,54% yang pada triwulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar 0,92%. Tren pergerakan harga sektor pertanian selama tahun 2010 berdasarkan Indeks Implisit sejalan dengan pergerakan harga bahan makanan berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang tercatat mengalami inflasi pada triwulan II-2009 sebesar 6,39% setelah mengalami deflasi

Inflasi Sektor Perekonomian Sulut Berdasarkan Indeks Implisit (%)

(5.00) -5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 I II III IV I II III IV I II 2008 2009 2010 Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan

PHR

Pengangkutan & Komunikasi Keu.Persewaan & Jasa Perh.

Jasa-Jasa Sumber : BPS, diolah

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 41-46)

Dokumen terkait