• Tidak ada hasil yang ditemukan

Umur: 22 Tahun

Alamat: Jalan Sei Silau Kisaran. Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga Agama : Kristen

Suku : Batak

Jumlah anak 2 orang

Ciri-ciri fisik: kurus, rambut pendek kira-kira sebahu, suka mengenakan celana jeans, dengan menggunakan kacamata minus 5. Tinggi badan informan kira-kira 165 cm, dengan berat badan yaitu 50 Kg.

P = Peneliti, S1 = Subjek 1

Pertemuan 1, tanggal 10 April 2014 Lokasi : Depan rumah peneliti.

P : Siang bu, maaf sebelumnya mengganggu. S1 : Siang, ada apa bu?

P : Ibu namanya bu Ro ya? Saya bisa ngobrol-ngobrol sebentar sama ibu? Saya Fifi, mahasiswa S2 USU, lagi penelitian.

S1 : O... mahasiswa USU ya? Ada apa ya? Gini loh bu aku enggak bisa lama aku takut meninggalkan rumah, takut suamiku nanti nanya-nanya, soalnya pas tadi aku pigi, dia masih di rumah.

P : Baiklah bu, ada yang ingin saya cari tahu dari ibu menyangkut kehidupan rumah tangga ibu, saya dengar ibu ada permasalahan, apa benar demikian bu?

S1 : Kok ibu bisa tau sih?

P : Begini bu, aku kan pernah lihat ibu jalan buru-buru waktu lewat rumah aku, aku pikir bu pasti ada masalah, terus aku liat mata ibu bengkak. Aku juga dengar dari tetangga ibu, si W, dia itu teman dekat aku, waktu aku nanya dia ada orang yang KDRT sama suaminya karena aku butuh untuk penelitian, kawan aku itu nunjuk ibu. Apakah benar itu bu, bisa kita cerita-cerita bu?

S1 : Iya bu, aku mau cerita tapi enggak bisa lama ya. P : Cerita lah bu biar aku dengarkan.

S1 : Jadi ibu ini teman akrabnya si W? O.. dia itu tetanggaku, dia tau kalau aku sering dipukuli suamiku karena kadang rumahku bising malam-malam kalo suamiku teriak-teriak. Kadang aku juga cerita-cerita sama dia juga, tapi gak banyak.

Begini bu sebenarnya aku takut menceritakannya tapi ini menjadi masalah untuk aku, aku enggak ingin orang lain mengetahuinya bahwa aku kena KDRT, tapi aku juga gak tahan lagi memendamnya terus terusan.

P : KDRT itu kapan kejadiannya bu?

S1 : Yang aku ingat kali bu, Itu pas aku hamil yang kedua, pas waktu 6 bulan mau ke 7 bulan. Waktu itu aku lagi nidurkan anak yang pertama di kamar, kemudian aku dengar suamiku baru pulang ke rumah. Dengan suara keras, suamiku ngetok-ngetok pintu dan teriak-teriak “Buka pintunya!” Akupun nggak menjawabnya karena aku ngantuk kali, tapi karena terus-terusan dia teriak, aku jadi ketakutan. Dengan susah payah, aku turun tempat tidur dan buka pintu, aku lihat suamiku matanya merah, mulutnya bau minuman, gak pake basa basi dia terus dorong aku dan nampar muka aku, dia bilang “lama kali kau buka pintunya monyet...gak kau tengok aku capek manggil-manggil kau, dasar anjing”. Sakit kali rasanya hatiku bu. Belum pernah aku dibilang binatang sama orang tuaku, tapi sama dia sering kali aku disebut binatang ya monyetlah, babilah, anjinglah... (matanya berair.... menangis).

P : Kenapa ibu gak melawan

S1 : Hancurlah aku kalau melawan bu, badan dia besar kali. Kalau habis dipukul, badanku biru-biru bu. Dadaku ini seringkali sesak....

P : Oh... tega sekali suami ibu. Yang sabar ya bu..

S1 : Sudah dulu ya bu, aku takut nanti suamiku nunggu di rumah, tadi piginya gak pamitan.

P : Tapi aku masih ingin cerita-cerita sama ibu. Kapan kita bisa ketemu lagi bu?

S1 : Dua hari lagi ya bu. Nanti telp aku. Ini nomor hape aku bu. Aku besok ada acara keluarga.

P : Terima Kasih ya bu. Nanti aku pasti hubungi.

P : Bu Ro, apa kabarnya? Pertemuan 2, tanggal 12 April 2014 S1 : Sehat bu. Ibu sendiri gimana?

P : Syukurlah. Aku sehat juga bu. Sekarang ibu sudah siap cerita-cerita lagi sama aku tentang kekerasan yang dilakukan suami ibu.

S1 : Iya bu.

P : Tapi boleh aku tahu, kisah kenalan ibu dengan suami sampai menikah? S1 : Aku memang dijodohkan sama paribanku itu. Tapi memang aku gak tahu

banyak latar belakang dia, karena dia kan orang Tarutung, sedangkan aku orang sini. Waktu ada pertemuan keluarga, aku dijodohkan sama dia, aku nurut keluarga aja karena dulu waktu pertama kali aku tengok, dia itu baik kali.

Suamiku namanya Ri, pendidikannya SMA. Dulu dia gak kejam, tapi sekarang temperamen tinggi, sikit-sikit marah, sikit-sikit mukul, kalo ada perkataanku yang gak cocok sama dia, dimakinya aku. Aku juga gak ngerti kenapa belakangan ini sikapnya jadi aneh. Seringkali aku dikata-katai binatang sama dia, dia seringkali bilang “anjing kau, babi kau” pernah juga punggungku dipukulnya sampe aku jatuh. Aku juga pernah diancamnya mau dibunuh.

P : Kapan suami ibu mulai berubah? Apa saja perubahan yang ibu rasakan? S1 : Gini ya bu, suami aku mulai berubah itu sejak aku mulai hamil kedua, gak

tahu aku kenapa, karena aku kadang urusan kerja pergi di Kisaran, dalam satu minggu aku ada beberapa kali ke Medan, maklum aku ini pegawai yang disuruh-suruh sama bos aku. Jadinya aku sama suamiku sangat jarang berkomunikasi.

P : Bagaimana perhatian dan perlakuan suami pada saat ibu hamil?

S1 : Bingung aku jawabnya bu, tapi justru saat aku hamil ini suami aku, jarang berkomunikasi dan jarang bertemu, karena urusan kerjaan aku padat. Hari-hari aku lewati dengan kecapean, dan sampai rumah kadang aku cepat tidur. Tapi kalo sudah ketemu maunya berantem terus, main pukul, pokoknya kasar kali lah dia.

P : Apa gak pernah dia minta maaf sama ibu....

S1 : Minta maaf? Orang dia bilang dia gak salah kog. Dia bilang aku yang selalu salah. Katanya aku perempuan harus nurut sama laki.

P : Apa tanggapan dari keluarga ibu dan mertua ibu?

S1 : Masing-masing keluarga kami memberikan tanggapan yang hampir sama mereka justru menyalahkan aku, dibilang aku terlalu gak perhatian sama suami lah, terlalu sibuk sama kerjaan lah, istri yang gak ngerti suamilah... stres kali aku dengarnya. Dipikirnya aku ini gak peduli sama suami, sama anakku.

P : Kalo dengan kehamilan ibu apa waktu hamil suami ibu perhatian?

S1 : Apanya yang perhatian, megang atau ngelus-ngelus perutku aja dia gak mau, mana pernah dia gitu.

P : Siapa yang ngantar ibu periksa kehamilan?

S1 : Mana mau suamiku ngantar bu. Dia itu malah kadang nelpon adiknya yang perempuan suruh ngantar aku pergi ke bidan. Padahal dia di rumah cuma tidur sama nonton TV.

P : Kenapa ibu gak minta antar suami ibu?

S1 : Malas aku bu. Dulu pernah aku minta tolong antarkan sama dia, tapi waktu itu dia baru tidur-tiduran di kursi, langsung dibentaknya aku “monyet kau, gak tau kau aku baru tidur. Pigi sendiri kau bodat”

P : Jadi ibu kadang pigi sendiri kalo periksa?

S1 : Lebih sering sendiri bu, aku rasa aku mampu bu, gak perlu semua itu, aku harus kuat bu.

S1 : Ya sayalah bu. Suamiku itu gak jelas kerjanya. Dulu dia sebelum nikah memang ada kerja di perusahaan, tapi kena PHK, karena perusahaannya bangkrut. Habis itu, kadang ada kerja kadang gak ada. Keuangan keluarga, ya saya yang nanggung, karena saya yang bekerja, untung saja saudara tempat saya kerja itu orangnya baik, kadang saya dapat tambahan gaji kalo ke Medan atau keluar kota lainnya.

P : Terus gimana ibu menyimpan uang untuk masa depan?

S1 : Ya pande-pande saya lah bu. Belanja secukupnya, usaha jualan “Tupperware” sama teman-teman kerja, sama tetangga. Kalau gak gitu mana bisa nyimpan duit bu, harus pinter berhemat. Sekarang apa-apa mahal.

P : Kembali ke topik kekerasan tadi bu, seberapa sering ibu dapat perlakuan kasar dari suami ibu itu?

S1 : Cukup seringlah bu... gak ingat lagi saya...apalagi kalo dia abis mabuk, abis kalah main judi, karena dia itu kuat kali judinya. Aku dimaki-makinya, dipukulnya, dijambaknya, sakit kali hati ini kurasa bu.

Aku ini perempuan bisanya apa, hingga aku pun gak bisa berbuat banyak waktu dipukuli dia. Sempat beberapa kali aku pergi dari rumah, pulang ke rumah orangtua, tapi disusulnya lagi sambil bilang minta ampun, minta maaf, gak akan ngulangi lagi, tapi ya gitu, seminggu dua minggu baik, tapi lewat itu mulai kumat lagi dia, diulangi lagi.

P : Iya bu aku pun ikut sedih mendengarnya, jadi bu cemana kalo masalah hubungan suami istri?

S1 : Kadang-kadang suka dipaksa bu, tahu lah, aku terkadang gak mau berhubungan suami istri apalagi kadang dia minta, pas aku lagi capek kali. Jadi aku lakukan dengan terpaksa. Aku gak bisa mikir apa-apa lagi bu, jadi kami sebenarnya sudah gak harmonis lagi.

Sebenarnya aku udah malas berhubungan intim sama suamiku itu, kalo melakukan hubungan suami istri aku selalu ingat perilaku kasarnya. Gairahku juga sekarang udah hilang, udah mengalami penurunan lah bu. P : Apakah suami ibu ada kebiasaan melihat film porno sebelum melakukan

hubungan suami istri?

S1 : Memang ada bu, aku pernah lihat dia beberapa kali liat film porno di hapenya, terus dia tunjukin ke aku, dia minta adegan di film porno itu dipraktekkan samaku. Kalo yang masih wajar-wajar saja aku mau bu, tapi kalau yang sudah berlebihan seperti yang diikat-ikat, disodomi, aku gak mau bu.

S1 : Dia marah kali sama aku, pernah aku dipaksanya ngelayani, tapi aku bilang aku ngantuk kali, tapi aku ditunjangnya, terus aku didorongnya ke tempat tidur, dia gituin aku kayak kesetanan, seperti diperkosa aku rasanya.

P : Apa ibu gak curiga kalau suami ibu ada main sama wanita lain misalnya PSK?

S1 : Ya mungkin sajalah bu, aku kurang tahu, karena bisa saja dia gituan sama PSK di luar sana. Kadang-kadang aku takut juga ketularan penyakit kelamin kalo pas hubungan sama dia.

P : Apa ibu pernah keputihan?

S1 : Iya bu, belakangan ini saya mengalami keputihan.

P : Jadi bu, gimana dengan mens (menstruasi... maksudnya) ibu selama ini? S1 : Setelah melahirkan ini, sering gak teratur bu, tapi waktu hamil kan gak

ada haid. Kalau mens, kadang datangnya cepat belum sampai sebulan, kadang suka telat lebih sebulan, kadang darahnya banyak, kadang sikit, tergantung situasi keadaan aku bu.

P : Apa yang sering ibu lakukan kalo habis dipukuli suami?

S1 : Aku nangis di kamar, aku merasa orang gak berguna, jadinya aku malas makan makanya aku kurus kali, jadi malas mandi, malas bersolek kalo di rumah. Tapi udah lah bu, ini memang nasib dan jalan hidupku, gak ada lagi yang bisa kubuat. Aku bertahan karena ada anakku ini.

P : Apakah bu tahu kebiasaan suami bu selama ini, sebelum menikah dengan bu?

S1 : Gak pala tahu aku bu. Dia dulu di Tarutung. Kata saudara-saudaranya dulu dia itu gak kayak gitu, gak tukang mukul.

P : Kenapa ibu gak membalasnya...

S1 : Aku gak mau membalas kelakuan dia itu, biar hanya Tuhan saja yang membalasnya dan aku gak akan mau membalas perilaku kasar yang aku terima dari suami aku tersebut. Di keluarga kami dulu gak ada yang kayak dia itu.

P : Kenapa ibu gak melaporkan suami ibu ke polisi?

S1 : Aku gak mau ribut-ribut, malu sama keluargaku, sama tetangga, sama orang lain, aku maunya dia sadar.

P : Pas waktu hamil ibu dipukul sama suami ibu apa gak? Ada pengaruhnya sama kehamilan ibu?

S1 : Waktu hamil aku juga dipukuli dia juga. Pengaruhnya ada lah bu, setelah aku dipukul dan ditunjang bagian perutku, aku mengalami kontraksi, sempat aku ngeluarin darah, terus aku periksa ke bidan karena sakitnya

gak ketulungan, dikasih obat, tapi syukurlah kandunganku tidak apa-apa, syukurlah bu, itu yang membuatku agak sedikit tenang. Abis itu aku lari ke tempat mamakku. Tapi seminggu kemudian dia datang minta-minta maaf. Akupun jadinya balik lagi ke rumah.

P : Gimana bu saat bu melahirkan, apakah keadaan/kondisi bayi bu sehat? S1 : Memang butuh pengorbanan yang sangat besar untuk kelahiran bayi,

paling penting anakku lahir sehat. P : Terus gimana cara ibu merawat bayi... S1 : Ya aku rawat sendiri, aku cuti kerja. P : Kalo suami ibu apa sayang sama bayi?

S1 : Mana mau tau dia bu, semuanya yang ngurusi aku bu. Ngasih makan aku sendiri, nyuci popoknya aku sendiri. Itu aku kerjakan pada seminggu setelah melahirkan. Kalo baru pulang melahirkan dulu yang bantuan adikku kusuruh tinggal di sini, dia yang bantuan nyuci, masak, dan lain-lain. Tapi abis itu dia pergi kuliah ke Jawa, ya mau gak mau aku sendiri yang ngerjai di rumah.

P : Gimana perasaan ibu sama bayi?

S1 : Ya sayang lah, namanya juga aku ibunya, dia anakku, darah dagingku. P : Maksud saya, apa ibu gak marah atau dendam sama dia karena dia kan

darah daging suami ibu yang suka nyiksa ibu?

S1 : Ya mau gimana lagi bu. Susah saya njelaskannya. Memang kadang timbul rasa benci saya liat dia kalau teringat bapaknya. Tapi kalo ingat darah dagingku juga, dia gak salah, gak berdosa, aku sayang sekali sama dia. P : Terus gimana kalo dia sering nangis?

S1 : Ya aku suruh diam dia, kuelus-elus, ku gendong, tapi kadang kalo gak berhenti juga aku cubit.. kesal kali aku, jadi aku teringat sama bapaknya... kadang kumarahi dia “kau sama saja sama bapak kau, bikin kesal aku aja...”

Tapi kalau aku pikir-pikir, kasihan juga anakku itu, karena dia tidak tahu apa-apa. Cuma kadang kalau ingat suamiku itu, rasanya pingin pisah saja. Kalau gak pikir-pikir dia itu paribanku, udah kutinggal dia.

P : Kalau misalnya anak ibu jatuh, apa yang ibu lakukan? S1 : Ya aku cepet tolongi lah bu....

P : Apa bayi ibu beri minum ASI?

S1 : Dulu bu... seminggu aja, waktu baru dia lahir, terus aku kasih susu kotak, cemanalah bu, nanti aku kan kerja, mana bisa ngasih ASI terus-terusan, jadi dia ku kasih susu kotak.

P : Kenapa gak dikasih ASI sampai 6 bulan bu?

S1 : Ya itu tadi bu, aku kerja, aku gak bisa full dekat dia kalo sudah kerja. Paling pun nanti dia kutaruh tempat neneknya, terus pulang kerja kuambil dia.

P : Siapa yang membelikan kebutuhan bayi ibu?

S1 : Ya aku semua bu, karena aku yang kerja. Suamiku itu kadang ada kerja kadang gak. Kalau ada kerja, hasilnya pun gak nampak karena buat main judi.

P : Kalo bayi sakit gimana bu?

S1 : Ya saya yang membawa dia ke bidan atau ke dokter. Suamiku mana mau tahu. Tahunya dia anaknya sehat aja. Orang dia seringkali bangunnya siang, sore sampai malam entah kemana, pulangnya pagi. Aku stres kali kalo mikirkan dia bu..

P : Bagaimana pernikahan ini yang bu harapkan?

S1 : Gak banyak yang bisa aku harapkan pernikahan aku ini bu, aku hanya bisa berdoa untuk kelangsungan pernikahan ini atau semoga suamiku ini bisa berubah kayak awal kami nikah dulu.

Udah dulu ya, bu tolong apa yang aku bilangin sama bu, dirahasiakan, dengan benar, karena aku takut suami aku tau, bisa marah nanti dia.

P : Iya bu, terima kasih atas bincang-bincangnya bu. Semoga ibu lebih tenang lagi..

S1 : Iya bu, rasanya dada ini plong setelah cerita sama ibu. Terima kasih ya bu. Kalau ibu mau informan lagi, saya ada teman namanya Ds, dia itu kena KDRT juga waktu hamil.

P : Oh ya, terima kasih bu, dimana dia tinggal? S1 : Itu bu dekat stasiun kereta api. Nanti aku tunjukin. P : Terima kasih ya bu.

INFORMAN-II

Dokumen terkait