• Tidak ada hasil yang ditemukan

P : Assalamu’alaikum Selamat pagi bu, boleh kenalan? S2 : Waalaikumsalam, Ya boleh, ibu siapa?

P : Saya Fifi, mahasiswa S2 USU yang lagi penelitian, ada hal yang ingin saya tanyakan sama bu, nama ibu sapa ya?

S2 : O...ya... Nama Saya Ds, ada apa ya bu?

P : Kalau bu tidak keberatan ada sedikit yang ingin saya ketahui dari bu menyangkut pemukulan suami ibu, katanya dari ibu sejak hamil sampai sekarang suami ibu masih sering mukul?

S2 : Eh... kog ibu tahu?

P : Saya dapat ceritanya dari si Ro (Subjek 1), kawan ibu yang tinggal di jalan Sei Silau, jadi waktu saya cerita-cerita mau meneliti ibu hamil yang dipukuli sama suaminya, dia ngasih tahu kalau ibu juga waktu hamil pernah dipukuli, sama kayak dia. Apa benar itu bu?

S2 : O... jadi si Ro yang ngasih tahu ibu tentang aku. Memang benar bu, waktu hamil anakku ini dulu aku dipukuli sama lakiku sama kayak si Ro itu dipukuli lakinya waktu hamil. Gak tahu kenapa suamiku itu bu, kog jadi tukang ngamuk gitu dia...

P : Trus, gimana kejadian pemukulan waktu ibu hamil dulu itu?

S2 : Waktu itu gini kejadiannya, aku sama lakiku lagi bicara masalah rumah tangga, maksudku aku minta uang belanja, lakiku kan kerja jadi sales di toko di Kisaran, aku bilang sama dia, “bang…aku mau minta uang blanja untuk hari ini“, eh lakiku itu bilang “yang kau pikirnya aku gudang duit, semalam sudah ku kasih kok minta lagi ini?”. Aku jawab “namanya untuk makan bang, trus kemarin beli susu bayi, habislah”, karena mungkin dia kesal lakiku pun emosi langsung menampar pipi kiriku 2 kali, “kemana kau buat duit itu hah... dasar perempuan jalang....kau pikir gampang cari duit. Ini duit...ini duit kau rasakan hah”... bukannya dikasih duit, pipi kananku

ditamparnya lagi, abis itu aku dijambak sampai jatuh. Aku pun lari minta tolong dan menjerit-jerit, rasanya sakit kali, gitu ceritanya bu.

P : Saat kejadian itu bagaimana kondisi ibu?

S2 : Aku sedang mengandung anak kami yang pertama, umur kandungan aku berkisar 5 bulan, setelah kejadian itu langsung suami aku meminta aku untuk pergi dari rumah, kondisi aku saat itu tidak memungkinkan Karena, memar pada pipi bagian kiri dan kanan, hingga aku pun ngeluarkan darah segar dari mulut.

Waktu kejadian itu, gak tersengaja karena emosi dia nekan perut saya. Aku kesakitan setengah mati. Saking takutnya aku langsung mengecek kondisiku dan bayi, Alhamdulillah kata bidan tidak terjadi apa-apa. Padahal aku udah takut kalo-kalo bisa keguguran.

P : Bagaimana hubungan intim ibu sama suami?

S2 : Terkadang lakiku suka maksa, padahal aku kadang kurang sehat, di sisi lain sebagai istri aku harus memenuhi kewajiban melayani suami. Dia kadang tengah malam memaksa berhubungan, padahal aku capek dan ngantuk. Udah gitu maennya kasar kali, aku jadi gak merasakan apa-apa selain rasa sakit...

P : Kalau masalah menstruasi ibu gimana bu?

S2 : Dulu sebelum hamil, aku menstruasi lancar, tapi setelah melahirkan ini, menstruasi jadi tidak teratur, lebih sering telat.

P : Apakah kebiasaan buruk yang dilakukan oleh suami bu setelah menikah berkaitan masalah seks?

S2 : Pernah pas hari minggu sore aku liat, di teras depan rumah kami banyak berserakan sampul film porno, setelah aku tanya dia, “bang…siapa yang membuang sampul-sampul itu di depan?” eh malah dijawab dia “kenapa rupanya? Angek kau, dari pada aku kemana-mana lebih baik aku nonton itu ngerti kau... kau pun kalau disuruh ngelayani banyak kali alasan... dasar perempuan gak guna!!!”.

Maaf ya bu, aku gak bisa lama-lama bu, Itu dulu ya yang dapat aku ceritakan sama ibu nanti kita jumpa lagi.

P : Baiklah bu, terima kasih atas cerita-ceritanya itu. Semoga 2 hari lagi kita bisa jumpa, saya minta nomor hape ibu ya, nanti saya hubungi.

S2 : Ya bu, ini nomor hapeku. Dua hari lagi kita jumpa bu di rumah ibu aja ya. Karena lebih aman.

P : Baiklah bu, besok saya hubungi.

P : Assalamualaikum. Gimana kabarnya bu? (salaman) Pertemuan 2, tanggal 15 April 2014

S2 : Walaikumsalam. Alhamdulillah, sehat bu...

P : Sekarang bisa kita sambung cerita kita dua hari yang lalu bu. S2 : Ya bu. Apa yang mau ibu tanyakan?

P : Bisa ibu ceritakan awal ibu pertama kali pacaran sama suami ibu sampai menikah?

S2 : Iya Bu, aku dengan lakiku dulu sama-sama sekolah di SMA Negeri 1 Kisaran, dia kakak kelas aku. Setelah tamat sekolah, tidak berapa lama akupun bekerja jadi honorer di kelurahan. Habis itu aku nikah sama dia, karena kupikir kami sudah sama-sama cocok.

P : Sejak kapan dia mulai berubah bu?

S2 : Lakiku mulai berubah setelah aku hamil anakku ini, suamiku mulai acuh tak acuh lagi sama aku. Bukannya tambah sayang sama aku dan janin yang kukandung, malah sikapnya terus berubah kasar. Kalau kutanya dia pulang kerja kog sampe malam, dijawab ketus “ya kerjalah, masa melonte....” seringkali kami gak bertegur sapa beberapa hari padahal satu rumah. Dulu selalu bilang sayang kalau pulang kerja, tapi sekarang gak pernah lagi. Malah kata-kata kasar seringkali kuterima darinya jika uang yang kuminta gak dikasih sesuai yang kuminta “diamlah kau fukimak, sibuk kali kau sama kerjaku, yang penting kan kau kukasih uang belanja”. Sakit hati ini bu. P : Bagaimana perhatian dia bu sama kehamilan, apa dia mau ngantar periksa

ke bidan?

S2 : Kadang-kadang mau, tapi kadang-kadang marah dia sama aku “Pigi aja sendiri, orang rumah bidan dekat aja kog, jalan juga nyampe” ah...beda kali dia waktu kami pacaran dulu bu, dulu sayangnya setengah mati, tapi sekarang dia acuh tak acuh.

P : Menurut ibu, apa yang membuatnya jadi begitu?

S2 : Kurang tahu ya bu, tapi aku curiga dia ada perempuan lain...mungkin dia itu selingkuh, tapi aku gak mau nuduh karena belum ada bukti. Karena ada orang pernah nyampekkan ke aku, dia itu pernah boncengan sama perempuan muda.

P : Apa gak ibu tanya ke dia?

S2 : Ya pernah lah bu, namanya laki-laki dimanapun buaya, mana ada yang mau ngaku. Kalau aku tanya, dianya malah marah-marah dan bentak-bentak, dibilangnya “kau pikir aku kerja ini melonte ya....gak kau tengok aku capek tiap hari pigi kerja” habis itu dia meninju sambil meludahi mukaku. Akhirnya mukaku pun lebam-lebam. Tapi kalo aku keluar rumah kututupi mukaku, ku pake bedak yang tebal biar orang gak tahu kalau aku abis kena tinju.

P : Ibu gak pernah melaporkan perbuatan suami ibu itu sama keluarga atau sama polisi?

S2 : Kalau sama keluarga ya udah bu, tapi ya gitu, udah ada didamaikan, dikasih nasehat, tapi dianya tetap kayak gitu, sembuh sebentar habis itu maen pukul lagi. Kalau melapor polisi, ya saya malu bu, nanti terbongkar kalau rumah tangga kami berantakan. Biarlah cukup aku aja yang merasakan ini.

P : Apa yang biasanya ibu lakukan setelah dapat perlakuan kasar dari suami ibu?

S2 : Paling aku nangis di kamar, pasrah, menyesali kenapa dulu aku menikah sama dia. Tapi kalau aku sudah gak tahan, aku lari ke rumah orang tuaku. Di sana kurasa tempat yang paling aman.

P : Apa suami ibu gak pernah minta maaf sama ibu?

S2 : Kalau udah 3 hari atau empat hari aku pergi baru dia datang nyariin, jemput, di situ dia janji-janji gak berbuat gitu lagi, tapi ya itulah bu, namanya buaya, gak lama lagi dia mukuli aku lagi. Lama-lama aku depresi kalau gini terus, pernah juga aku mau bunuh diri, karena kurasa aku gak sanggup lagi, tapi kalau ingat anak di kandunganku aku gak tega, berarti aku membunuh 2 nyawa.

P : Suami ibu itu lebih banyak melakukan kekerasan secara fisik atau psikologis, maksud saya menyiksa dengan kata-kata?

S2 : Sekarang dia lebih banyak menyiksa saya dengan kata-katanya yang kasar, mungkin biar gak ketahuan orang lain kalau nyiksa fisik kan nampak orang, tapi kalau dengan kata-kata paling hati saya yang sakit, gak bisa dilihat orang. Siksaan dia itu pake kata-kata yang kasar, mencaci, memaki, menghina, dan menuduh aku tanpa bukti. Katanya aku yang selingkuh. Perih hati ini bu, lebih sakit rasanya dituduh dan dimaki dengan kata-kata kasar dia itu, aku juga diancamnya kalau sampai aku melaporkan perbuatannya sama orangtuanya atau sama orangtuaku .... (subjek terlihat sesenggukan)

P : Kenapa ibu tidak membalas perlakuan suami?

S2 : Aku gak mau, biarlah Tuhan yang membalas. Aku pikir dia itu akan berubah seiring adanya anak kami, karena aku tahu sifat dia dari dulu, karena kami teman SMA, dia kakak kelas saya. Aku hanya berdoa dia sadar dan kembali sifatnya seperti dulu. Atau mungkin dia kena pengaruh sama cewek selingkuhannya itu, aku gak tahu.

P : Kalau kehidupan ekonomi keluarga ibu gimana?

S2 : Sebenarnya kalau pas lagi dia dapat bonus, kami dapat membeli barang-barang yang kami inginkan, tapi kalau pas gak dapat bonus, kadang gaji dia gak cukup untuk beli keperluan kami, belum lagi susu bayi. Makanya aku heran juga, belakangan ini, udah hampir 6 bulan lebih, kog dia jarang dapat bonus, makanya aku curiga apa dia selingkuh, uangnya dikasih ke ceweknya itu.

P : Kalo masalah hubungan intim, apa suami ibu juga pernah maksa?

S2 : Sering bu.... kalo minta hubungan waktu aku hamil dulu sering kali maksa, padahal perutku mulai besar, aku kadang capek, ngantuk, dia maksa aku ngelayani dia. Kadang aku ngerasa perutku sakit habis hubungan sama dia.. P : Bagaimana waktu ibu melahirkan, sapa yang menemani?

S2 : Yang nemani waktu itu ibu kandungku, sama mertua perempuan. Kalau suamiku waktu itu pergi keluar kota. Kelahiran anakku ini termasuk prematur, belum genap 8 bulan, jadi suamiku gak ada di tempat.

S2 : Ya gitulah bu. Aku sayang sama dia. P : Waktu bayi, siapa yang merawatnya?

S2 : Ya aku lah bu, dibantu sama ibu kandung yang tinggal di rumah. Kadang-kadang mertua perempuanku juga datang.

P : Sampai berapa lama ibu kandung sama mertua membantu ibu?

S2 : Hampir sebulan juga, setelah aku mulai sehat, aku yang merawatnya. Kalau kurang tahu, aku nanya atau nelpon ibuku, karena ini kan anakku yang pertama, aku memang kurang paham kali ngerawat bayi.

P : Apa ibu memberi ASI?

S2 : Nggak bu, karena dari pertama kali aku melahirkan, ASI gak keluar, jadinya bayi kukasih susu botol aja, makannya pake nasi tim, atau kalau gak bayi dikasih biskuit.

P : Apa gak ada upaya untuk makan apa gitu, biar ASInya lancar dan banyak? S2 : Aku disuruh makan pake sayur daun katuk, tapi aku gak suka. Karena

selama ini aku gak pernah makan daun katuk, jadi waktu disuruh makan pake daun katuk gak suka.

P : Bagaimana cara ibu memberikan perhatian pada bayi ibu?

S2 : Ya gitulah.... mandiin, gendong, ngayun, kalo nangis diidemin, ngasih makan, bikin susunya....

P : Kalau suami ibu bagaimana perhatiannya sama bayi?

S2 : Dia itu kadang kelihatan sayang sama anak kami, tapi kadang tidak peduli. Kadang hari libur dia lebih suka lihat orang main catur di warung dibanding momong anak kami.

P : Apakah ibu pernah dendam jika lihat anak ibu, karena dia itu kan darah daging suami ibu?

S2 : Sama sekali aku gak dendam sama anakku atau sama suamiku. Aku sayang mereka. Karena kadang suamiku itu lembut, tapi kadang kalau sedang stres suka kasar gitu, mungkin juga masalah pekerjaan, masalah maen cewek lagi atau masalah lain aku kurang ngerti.

P : Bagaimana ibu merawat bayi?

S2 : Ya saya yang merawat dari pagi pagi sampai malam.

P : Bagaimana reaksi ibu jika bayi sakit? Apakah ibu selalu mengaitkan perilaku anak ibu dengan perilaku suami?

S2 : Kalau dia sakit ya saya bawa ke bidan, kadang ke dokter. Aku gak mau mengaitkan anakku sama perilaku bapaknya. Semoga anakku sifatnya gak nurun bapaknya itu.

P : Kalau bayi nangis, bagaimana reaksi ibu?

S2 : Ya, aku langsung cepat ngangkatnya, kugendong, kuajak keluar rumah biar dia gak nangis lagi. Kubelai-belai biar diam atau biar tidur.

P : Apa pernah ibu kalau sedang kesal dengan suami, ibu lampiaskan pada anak ibu?

S2 : Gak bu, aku sayang dia, Aku sudah diberi bayi yang lucu sama Tuhan. biarpun dia lahir prematur, tapi aku janji akan merawatnya sepenuh hati. Dia

yang membuat aku kuat, karena dia itu lucu kali bu, kadang dia seperti mengajakku selalu senyum... pokoknya lucu lah.

P : Ya sudah, bu. Saya doakan semoga suami ibu kembali lagi seperti dulu, dan anak ibu tambah lucu. Semoga keluarga ibu menjadi harmonis.

S2 : Amiin

P : Terima kasih wawancaranya ya bu.

S2 : Ya bu sama-sama, terima kasih sudah dengar curhat saya, dada saya sekarang rasanya plong. Kalau ibu mau cerita lagi, ada teman saya juga yang kena KDRT waktu hamil.

P : Siapa bu?

S2 : Itu si Rd, dulu kawan maen saya waktu masih gadis. Rumahnya di Jalan Penggalang. Nanti saya antar ibu kalau mau ketemu dia.

P : Oh, terima kasih sekali ya bu atas bantuannya. S2 : Sama-sama.

INFORMAN-III

Dokumen terkait