Pertemuan II : 22 Juli 2016, pukul 16.00 WIB, di Starbucks Hermes. Fikrie menggandrungi musik elektronik dan memutuskan untuk menjadi seorang Disc Jockey (DJ) dan bergabung di sebuah manajemen pemusik elektronik. Fikrie dan grup musiknya yang bernama Camosquad sudah merasakan pengalaman memainkan musik elektronik dari panggung ke panggung beberapa klub malam di kota Medan. Mau tidak mau, hobinya memainkan dan mendengarkan musik elektronik membuatnya rutin menikmati hiburan malam.
Fikrie menyukai acara konser musik dan kerap hadir di beberapa acara yang diselenggarakan beberapa merek rokok, tapi untuk mengikuti program customer engagement sejenis In Or Out ini baru sekali diikuti Fikrie. Kepribadian Fikrie yang mudah bergaul membuatnya memiliki banyak teman, dan salah satu temannya merupakan seorang SBA Marlboro yang memberitahukannya tentang program In Or Out.
“Kalo ke konser-konser gitu ya pernah beberapa kali datang kalo yang main pas lagi oke, tapi yang kayak In Or Out kemarin baru sekali ini lah. Taunya juga dari temen yang DJ juga, bang Hitesh. Dia yang ngajakin daftar terus dijelasin cara mainnya sama hadiahnya apa.”
Fikrie juga mengenal beberapa SBA Marlboro pada saat itu, yang juga sering dijumpainya dalam acara-acara yang diselenggarakan Marlboro. Dari hal itu, dia mengetahui bahwa SBA Marlboro memiliki peran untuk menyebarluaskan program Marlboro pada teman-teman sepergaulan mereka.
“Selama ikut program In Or Out, datang ke acara-acaranya, aku liat SBA selalu hadir bawa temen-temen mereka juga buat ramein acara. Kebanyakan yang datang juga yang main In Or Out kayak aku.”
Fikrie sendiri memandang SBA sebagai kelompok yang kompak bukan hanya dalam sudut pandang pekerjaan mereka, namun juga sebagai lingkungan pertemanan. Dan Fikrie melihat masing-masing dari SBA memiliki ciri khas dan keahliannya masing-masing.
“Mereka kuat dan kompak sih kalau aku bilang. Kalo enggak, mana mungkin mereka bisa bikin event-event keren kayak yang selama ini mereka kerjain. Masing-masing SBA juga punya ciri khas, punya keahlian masing-masing, ada yang DJ, ada yang MC, penyiar, tapi semuanya tetap satu benang merah, mereka anak party. Identik lah sama Marlboro yang tiap event undang DJ.
Selain itu, menurut Fikrie SBA Marlboro memang dipilih berdasarkan kriteria tertentu yang sesuai dengan karakteristik merek Marlboro yang direpresentasikan mereka masing-masing. Pesan-pesan positif ala anak muda seperti ‘Never Say Maybe’ ataupun ‘Are You In Or Out?’ yang merupakan jargon program In Or Out juga menurut Fikrie adalah patokan pemilihan SBA, karena pesan positif ini tentu ada dalam diri SBA yang memiliki ciri khas dan keahlian mereka yang berbeda-beda.
“Menurutku program In Or Out ini memang perlu ada SBA. Mereka ini ikon dari program itu. Kalau mereka bukan orang yang ‘Never Say Maybe’ atau ‘In Or Out’, darimana orang melihat cerminan dari pesan- pesan program ini kan? Bukan tanpa alasan lah Marlboro milih mereka yang masing-masing punya profesi yang kebanyakan dari entertainment, karena setauku sebelum mereka jadi SBA mereka memang udah terkenal di lingkungannya masing-masing, sebagai ini atau sebagai itu, mereka lah bintangnya.”
Fikrie sangat merasa terbantu dengan adanya SBA yang menjelaskan program In Or Out kepadanya dan bahkan mengenalkannya kepada partisipan lain dari program agar bisa saling berbagi informasi tentang In Or Out. Fikrie juga mengajak beberapa teman yang dikenalnya untuk ikut dalam program yang menurutnya sangat menarik tersebut. Menurut Fikrie, SBA juga tidak sembarangan mengajak orang-orang untuk menjadi partisipan program In Or Out. Di samping peraturannya, dimana program ini hanya bisa diikuti partisipan berusia 18 tahun ke atas, SBA tampak menanamkan pesan-pesan positif seperti
‘take a risk’, ‘be bold’, dan ‘make decision’ yang mendorong partisipannya agar berani memilih dan membuat keputusan.
“Jadi waktu itu kan aku entourage Hitesh, dikenalin juga sama entourage dia yang main In Or Out juga. Yaudah, tim Hitesh dibikinin grup sama dia, terus kita sharing tentang cara mainin di website gimana, cara ngumpulin badges gimana, tukar-tukaran badges juga sesama user. Aku pun ada ngajak temenku juga buat ikut biar nanti pas acara ada kawan untuk nyari badges, hahahahaha. Kayaknya SBA ini juga gak sembarangan ngajak orang ikut. Ya memang semua orang yang 18 tahun ke atas boleh daftar, tapi gini, pasti kan nanti akhir program ini mereka cari pemenang, ya para pemenang ini harus layak jadi winner dari In Or Out dong, yang sesuai dengan campaign Marlboro selama ini, ‘Never Say Maybe’. Bukan orang yang malu-malu, labil, dan gak pinter bergaul. Kalau gak gitu, bisa-bisa partisipan lain yang lebih kerja keras ikut program bisa protes kan.”
Yang dirasakan Fikri menarik tentang program In Or Out, selain hadiah perjalanan ke tiga negara, adalah undangan eksklusif untuk para partisipan program dan komunitas agar bisa hadir ke acara-acara yang diselenggarakan Marlboro. Menurutnya, hal itu membuat partisipan programnya merasa spesial dan diapresiasi atas usaha mereka untuk memenangkan program.
“Tertarik ikut In Or Out karena selain diajak sama Hitesh, ya karena acaranya sih. Mereka bikin acara selalu meriah, selalu happening, di venue yang keren-keren, dan semua yang main In Or Out pasti selalu diundang ke acara-acara itu, ada juga beberapa komunitas yang diundang. Kita ya senang lah, masuknya free (gratis), dikasih minum, snack, merchandise, sekalian hunting badges juga, rasanya tuh kayak mereka sengaja bikinin acara-acara itu khusus buat yang main In Or Out supaya bisa happy-happy.”
Kesan pertama Fikrie terhadap program In Or Out awalnya biasa saja, tidak ada ekspektasi yang berlebihan. Ia menganggap program ini diselenggarakan
untuk promosi produk, dimana produk-produk lain juga melakukan hal yang sama. Namun setelah Fikrie berhasil hingga tahap menjadi finalis yang membawanya ke Bali, ia menyebutnya sebagai perjalanan yang tidak terlupakan.
Fikrie sendiri tidak menyangka dirinya bisa menjadi finalis dalam program In Or Out. Sepengetahuannya, ada banyak partisipan yang juga berhasil mengumpulkan 12 badges lengkap seperti dirinya. Ia kaget bercampur senang saat pihak Marlboro menelponnya dan memberitahukan ia berhasil lolos menjadi finalis dan akan diberangkatkan ke Bali selama 3 hari 2 malam.
“Aku juga gak nyangka bisa jadi finalis, padahal setauku banyak juga user yang punya 12 badges, kenapa harus aku yang ditelpon gitu? Kaget kali pas ditelpon orang Marlboro, ada ditanya-tanya dikit lah tentang program, mungkin untuk menghindari ada user yang cheating, eh, tiba- tiba disuruh email data diri buat dipesenin tiket pesawat ke Bali. Seneng kali lah!”
Fikrie tidak pernah ketinggalan untuk hadir di acara-acara yang diselenggarakan Marlboro bahkan hingga saat ini setelah program In Or Out berlalu. Hadirnya komunitas-komunitas muda, para pemusik, dan orang-orang kreatif menurut Fikrie adalah daya tarik dari acara-acara Marlboro yang sebenarnya biasa saja namun dikemas dengan sangat baik.
“Sampai sekarang aku masi datang kok ke event-event Marlboro, pernah jadi talent juga, nge-DJ di acaranya. Sebenarnya kalau dipikir-pikir acara Marlboro ya biasa aja kan? Maksudnya, ya sama seperti acara- acara lain, yang brand rokok juga ya, ada MC, ada band, ada DJ, ada SPG, sama kan? Malahan kalo brand rokok lain berani ngundang DJ internasional di club paling hits, event Marlboro cuma ngundang DJ-DJ lokal dari komunitas. Kalau dibandingin kan gitu ya? Tapi dari sudut pandangku ya, Marlboro berarti lebih ngasih apresiasi untuk komunitas lokal buat tampil. Dan kita kalo perform dibayar lho walaupun kita lokal, bukan ‘thank you’ aja (tidak dibayar/gratis). Udah gitu konsep acara juga bagus-bagus sih, mewah.”
Dari menginjak usia legal 18 tahun hingga sekarang berusia 22 tahun Fikrie menggunakan produk Marlboro Red dan tidak pernah berganti merek lain. Ia mengatakan bahwa dirinya sudah sampai ke titik dimana ketika melihat atau mendengar nama merek Marlboro, ia merasa bagian dari Marlboro, ia merasa memiliki karakteristik ‘be Marlboro’. Selain itu, menurut pengalamannya menggunakan produk Marlboro, rasa dan kualitasnya selalu sama hingga di luar negeri.
“Aku orangnya gak mudah ganti-ganti gitu sih memang. Kalo satu ya satu itu aja. Kalo rokok memang udah nyaman sama yang sekarang (Marlboro Red). Aku kalo udah denger ‘Marlboro’ atau ngeliat iklannya di jalan, aku kayak ngerasa aku tuh orangnya ya Marlboro. Sampai kayak aku ngerasa udah ngerti iklan-iklannya maksudnya apa, karena iklan rokok itu kan biasanya abstrak kan, terus mereka lagi program apa sekarang, mau ngeluarin merchandise apa, edisi apa, aku udah tau. Pasti anehlah kalo aku ganti merek lain. Aku juga gak akan mau. Udah cocok sama rasanya, walaupun beli di luar negeri, rasanya tetap sama lho.”
Fikrie diberikan bukti tentang program Marlboro yang ada sebelum In Or Out sebelum ia mengikutinya, sehingga dia optimis untuk daftar di program In Or Out. Dan lagi, beberapa temannya yang merupakan SBA meyakinkannya untuk mengikuti program ini sehingga menambah kepercayaan dirinya. Menurut Fikrie, In Or Out adalah program yang eksklusif hingga tak semua orang mengetahuinya. Namun menurut Fikrie, hal itu pula yang menjaga konsumennya tetap loyal pada nama besar Marlboro sebagai merek internasional yang bergengsi dan berkualitas.