• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertemuan I : 14 Juli 2016, pukul 16.00 WIB, di Starbucks Hermes. Pertemuan II : 15 Juli 2016, pukul 21.00 WIB, di Level 02 Rooftop Bar. Dicky Oscar yang saat ini berdomisili di Jakarta kebetulan dapat ditemui di Medan bertepatan dengan libur hari raya Idul Fitri yang membuatnya dapat menghabiskan waktu di kota asalnya selama beberapa waktu. Dicky sudah menetap di Jakarta selama hampir dua tahun dan mengakui baru kedua kali kembali ke kota Medan.

“Gua sih sama yang ini baru dua kali balik ke Medan. Waktu libur juga gak banyak kan, daripada tanggung libur dikit pulang ke Medan ya mendingan stay disana aja dulu, kalo udah libur panjang kayak gini atau ada urusan mendadak, urusan keluarga, baru pulang.”

Tentang In Or Out, Dicky bercerita ia memang sudah mengetahui tentang program customer engagement sejenis yang juga diselenggarakan Marlboro pada 2012 lalu bertajuk Marlboro Lights Connection karena salah satu temannya pernah menjadi pemenang program tersebut yang memberangkatkan 4 pemenang

beserta masing-masing temannya untuk pelesir ke Berlin, Istanbul, dan New York.

“Ada temen gua dulu namanya Zulfi, nah dia menang itu yang 2012, ke Berlin, Istanbul, sama New York, tapi dia cuma dapet berangkat ke satu kota apa dua gitu, karena kendala visa sih. Even begitu gua aja ngeliatnya ‘enak banget ke luar negeri ngeluarin nol perak, boleh bawa temen lagi’. Eh, taunya kemaren 2014 ada lagi In Or Out.”

Awalnya Dicky tidak mengetahui adanya peran Special Brand Ambassador Marlboro yang turut mendukung program ini. Dicky mengetahui program In Or Out melalui beberapa iklan yang ditemuinya di majalah dan media online.

“Taunya In Or Out sih dari advertisement di majalah sama di online. Cuma waktu itu belum minat daftar, sih. Yang ngajakin ikutan tuh temen, si Hitesh, dia kan SBA ternyata. Akhirnya dia yang jelasin sistemnya In Or Out gimana, bisa dapetin apa, gimana ngumpulin badges, dan lain- lain lah terus disuruh daftar. Yaudah, gua pikir sih mana tau gua lucky kan hahahaha.”

Ditanya tentang SBA, Dicky menganggap masing-masing dari mereka memiliki karakter yang unik. Bahkan menurut Dicky peran SBA tidak hanya sampai sebatas tugas mereka untuk Marlboro, namun juga berpengaruh besar di lingkungan pergaulan sebagai influencer dan pembawa tren. Meskipun Dicky tidak mengenal SBA Marlboro Medan seluruhnya, namun opininya tersebut berasal dari pengalamannya hadir ke acara-acara yang diselenggarakan SBA di kota Medan.

“Gua cuma kenalnya sama Kiky (Rizky Triandi) sama Hitesh doang sih. Tapi menurut gua each person has a unique characteristic. Ada yang seorang DJ, atau sosialita, atau apa misalnya, masing-masing orang tuh being somebody. Akhirnya malah di pergaulan tuh mereka datang dengan atribut sebagai orangnya Marlboro orang ngeliatnya juga ‘wah’.

Apapun yang mereka buat jadi keren aja, jadi influence, jadi tren, dan kebetulan selama ini yang mereka buat (acara) juga bagus-bagus.

Dicky juga beranggapan adanya peran SBA dalam program In Or Out juga sesuatu yang penting. Disadarinya kehadiran SBA membuat program In Or Out bergema di masyarakat dan sangat membantu partisipan untuk menjelaskan tentang program.

“Sure, kalo gak ada mereka (SBA) pasti bakal kurang hype acaranya. Mereka juga banyak bantu brief programnya, kadang kalo ada yang gak ngerti gua tanya Hitesh, atau tiba-tiba dia yang kasi update ke gua kalo ada hunting badges, kadang gua tanya Kiky juga.”

Dicky sangat tertarik dengan hadiah utama program In Or Out yang memberangkatkan 10 pemenangnya ke tiga kota di tiga benua yang semuanya merupakan destinasi yang ingin didatangi banyak orang di dunia. Hal itu lah yang memutuskan Dicky untuk mendaftar dan berpartisipasi dalam program In Or Out.

“Pastinya pengen dapetin trip ke Tokyo, London, New York lah. Gila, itu semua destinasi yang keren-keren banget, dijadikan satu trip, difasilitasin first class, itu jadi goals gua banget. Campaign mereka juga menurut gua keren, catchy, kemanapun gua liat tulisan ‘Never Say Maybe’ pasti gua akan langsung keinget Marlboro yang udah ngasih gua jalan-jalan gratis ke Tokyo, London, dan New York.”

Dicky menggeluti program In Or Out selama kurang lebih 3 bulan untuk mengumpulkan 12 badges yang lengkap agar bisa lolos kualifikasi menjadi finalis. Selama itu juga Dicky rajin hadir ke acara-acara yang diselenggarakan Marlboro untuk berburu kode badges.

“Datanglah beberapa kali ke eventnya, soalnya kan disitu yang ada rare badges. Susah-susah gampang lah hahahaha. Selain dari event sih bisa juga dapat badges pake trading, kayak tukaran badges gitu sama

partisipan lain se-Indonesia. Pinter-pinter dan sering cari info juga lah supaya komplit bisa dapet 12 badges lengkap.”

Saat ditanyakan tentang pengalamannya berangkat ke 3 kota di 3 negara 2015 lalu karena memenangkan program In Or Out, Dicky begitu antusias menceritakannya sambil menunjukkan foto-foto di ponselnya. Dicky menganggap pengalamannya memenangkan program In Or Out sangat berkesan. Walaupun terhadang beberapa rintangan saat mengurus visa, Dicky tidak menyerah demi bisa menjelajahi Tokyo, London, dan New York.

“Ada kejadian seru pas gua harus ngurus visa UK, dari 10 pemenang hanya 5 yang visanya diterima sehingga 5 orang sisanya harus mengajukan pembuatan visa ulang. Sebulan menunggu gak ada kabar akhirnya 4 orang yang kemarin ditolak kali ini ditolak lagi visanya, duh! Makin deg-degan kan gua takut ditolak juga. Seminggu sebelum mau brangkat ke Jepang baru deh diapproved visa UK terus lusanya gua langsung kejar visa US, bener-bener last minute dan gua jadi last person yang urusannya beres mendekati keberangkatan. Sekalinya In ya In aja, terus kejar sampai dapat!”

Dicky pun terus bercerita pengalamannya di tiga negara yang tiap-tiap destinasinya memiliki kultur masing-masing. Dicky sangat terpesona dengan perjalanannya dengan teman-teman barunya sesama pemenang In Or Out dan sangat berterimakasih pada Marlboro yang sudah menyelenggarakan program tersebut.

“Gua bener-bener kaget, seneng, amaze, kagum, wah susah deh dijelaskan kata apa yang cocok buat menggambarkan perasaan gua saat itu. Gua bener-bener gak nyangka kalau gua bisa ngerasain pengalaman yang sebegitu luar biasanya. Ternyata, berani ngambil keputusan buat maju dan gak ragu-ragu bisa ngasih hasil yang luar biasa ke diri gue. Dimulai dari berani terus ikutin kompetisinya, gak nyerah pas visa ditolak, makan- makanan mentah di Jepang, nyebrangin The O2 pas di New York, party gila-gilaan itu memberikan gue pengalaman yang berarti dan gue jadi

punya kepribadian buat berani bertindak, In Or Out? Never Say Maybe lah, hahahahaha."

Walaupun mengikuti program dari Marlboro, Dicky sendiri tetap setia menggunakan produk Sampoerna A Mild yang sudah dikonsumsinya selama 5 tahun. Menurut Dicky dia tidak bisa berpindah ke merek lain karena sudah cocok dengan rasa dan kualitas dari produk Sampoerna A Mild.

“Gua udah 5 tahun ngerokok A Mild, susah gua mau coba produk lain soalnya udah candu kan, udah nyaman sama taste dan kualitasnya. Kalaupun harganya naik ya gak masalah. Mau lagi seret gimana juga, kan bisa beli yang isi 12. Lagian kan A Mild juga dari Phillip Morris, gakpapa kan yah? Hahahaha.”

Terakhir, Dicky menyatakan dirinya tidak menyesal pernah mengikuti program In Or Out dan malahan menjadi suatu pengalaman berharga baginya. Ia juga beranggapan bahwa program eksklusif seperti In Or Out hanya Marlboro yang mampu menyelenggarakannya.

“Dari awal ikutan In Or Out gua udah mikir ‘It’s Marlboro!’, jadi ya emang udah nyangka eventnya akan eksklusif banget. Kemaren itu pengalaman yang keren banget lah, gua jamin cuma Marlboro yang bisa handle program kayak gini.”