• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

5.1 Hasil Temuan

5.1.3 Informan Kunci

A. Kepala Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara Nama : Drs. Ahd. Sulaiman

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia : 51 Tahun

Alamat :Jl.Berdikari No.37, Desa Lau Bakeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang

Pendidikan : S-1

Suku : Batak

Asal : Tapanuli

Pekerjaan : Kepala Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara (PNS)

Agama : Islam

Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Dalam hal ini orang yang mengerti tentang program di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf tentu Kepala Pantinya. Maka dari itu, penulis melakukan wawancara terhadap Kepala Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara.

Pertama-tama informan menjelaskan sejarah singkat dari PSPP Insyaf Sumatera Utara yang telah penulis sajikan pada deskripsi lokasi penelitian. Kemudian informan menyampaikan adapun upaya-upaya yang panti berikan antara lain adalah rehabilitasi sosial seperti bimbingan fisik,mental, spiritual, dan keterampilan kepada residen serta sosialisasi kepada masyarakat. PSPP Insyaf Sumater Utara juga memberikan pendampingan pasca rehabilitasi kepada residen PSPP Insyaf yang telah menyelesaikan masa pemulihan rehabilitasi dengan program after care .

Berdasarkan informasi yang informan sampaikan, ada beberapa kendala dalam menangani korban penyalahgunaan narkoba, antara lain saat menangani residen yang sudah terlalu parah, dalam artian narkoba sudah sampai mengakibatkan efek kejiwaan kepada residen. Informan menyampaikan terkadang yang seperti itu akan langsung di sarankan di obati di rumah sakit jiwa. Kendala berikutnya yaitu anggaran pemerintah yang terbatas sehingga tidak semua kebutuhan penanganan dapat terakomodir dengan maksimal.

Informan menjelaskan residen yang terdaftar di PSPP Insyaf berasal dari wilayah Kalimantan Barat dan Pulau Sumatera. Terdaftar ada tiga Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) yang langsung dikelola oleh pemerintah, yakni PSPP Insyaf Sumatera Utara, Panti Sosial Batu Raden Malang, dan Panti Sosial Pakuan Bogor.

Berdasarkan penjelasan informan, metode yang digunakan dalam penanganan/rehabilitasi terhadap residen di PSPP Insyaf Sumut adalah metode Therapeutic Community(TC), dengan lama masa penanganan/rehabilitasi selama

sembilan bulan.Dan jika residen ingin mendapat keterampilan atau bimbingan lanjutan bisa menambah satu tahun lagi yang dinamakan program Re-Entry. Dalam program tersebut, residen yang telah selesai masa rehabilitasi akan dibekali life skill, seperti montir mobil, montir sepeda motor, peternakan, las, dan desain grafis.

Informan mengatakan pemulihan bagi pecandu narkoba dapat dilakukan atas dorongan dari dalam dirinya sendiri sebagai faktor penentu utama yang dapat membantu dirinya pulih, kemudian keluarga, dan lingkungan. Maka dalam program TC yang digunakan oleh PSPP Insyaf Sumut adalah memberdayakan komunitas yang dibentuk di dalam panti yang terdiri dari para residen untuk saling memberikan dukungan, motivasi, semangat, serta nasehat guna pemulihan anggota di dalam komunitas.

Informan juga menyampaikan indikator seseorang telah pulih dari kecanduannya terhadap narkoba terlihat dari bentuk fisiknya, serta sikapnya. Faktor yang dapat mendorong seorang pecandu narkoba untuk tetap dapat mempertahankan pemulihannya antara lain masyarakat jangan ada memiliki stigma kepada seorang pecandu pemulihan yang telah abstinance atau berhenti dari penyalahgunaan narkoba. Kemudian faktor keluarga, keluarga harus memberikan kepercayaan kepada keluarganya yang merupakan mantan pecandu narkoba. Dan faktor yang terpenting adalah komitmen dari dalam dirinya sendiri.

Informan juga mengakui bahwa sulit bagi mantan pecandu narkoba untuk bertahan dari suggesti narkoba di lingkungan masyarakat yang saat ini telah banyak yang terkontaminasi oleh peredaran gelap narkoba. Sering kali mantan

pecandu narkoba tersebut mengalami relapse. Penyebab terjadinya relapse seperti yang informan telah sampaikan diatas, yang merupakan faktor pendorong terjadinya relapse.

Berdasarkan penjelasan informan bahwa tidak ada pembedaan penanganan terhadap residen yang relapse dengan yang baru pertama kali mengikuti pemulihan atau abstinance dari narkoba di PSPP Insyaf Sumut. NamunInforman menyadari bahwa memang perlu dilakukan penanganan khusus untuk pecandu narkoba yang relapse. Jika digabungkan dengan pecandu yang baru menjalani rehabilitasi atau yang baru memulai berhenti menggunakan narkoba, para pecandu relapse tidak akan mendapatkan pemulihan yang maksimal lagi, karena ia sudah sangat memahami program. Informan mengatakan PSPP Insyaf Sumut juga telah merancang dan merencanakan program untuk penyalahguna relapse narkoba, dengan upaya awal memisahkan tempat atau komunitas yang baru pertama kali menjalani program (New add) dengan yang telah relapse (Second add).

Berdasarkan informasi yang informan sampaikan kemudian perlu juga dilakukan pencegahan sebelum terjadinya relapse. Dan upaya pencegahan mulai akan dilakukan oleh PSPP Inyaf Sumut dengan mendirikan rumah pembinaan lanjutan yang diberi nama program after care. Dimana setelah seorang pecandu narkoba telah menjalani masa rehabilitasi, ia akan tetap di data dan diberikan pendampingan secara fisik dan mental , serta pendampingan untuk mendapatkan pekerjaan bila residen tersebut masih menganggur.

B. Program Manajer Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

Nama : Hemadyanta Sembiring, SE Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia : 43 Tahun

Alamat :Jl. T. Amir Hamzah, Dusun IV, Desa Sambirejo Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat

Pendidikan : S-1

Suku : Karo

Asal : Langkat

Pekerjaan :Program Manajer Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

Agama : Islam

Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Dalam hal ini orang yang mengerti tentang program yaitu Program Manajer di Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih.

Berdasarkan informasi dari informan, Medan plus didirikan oleh seorang pecandu putaw dan sabu-sabu, yaitu Eban Totonta Kaban. Walanya ia memiliki keinginan untuk mendirikan suatu wadah bagi orang-orang dengan HIV/AIDS (ODHA) untuk dapat saling bertukar informasi dan motivasi agar tetap menjalankan kehidupan sosialnya seperti biasa tanpa merasa kurang percaya diri. Namun seperjalanan waktu, melalui berbagai komunitas yang di himpun oleh Eban Totonta Kaban , ia juga berencana membuat wadah bagi para pecandu narkoba untuk berpikir akan suatu pemulihan yang membuat hidupnya menjadi lebih baik, seperti hanlnya yang Eban totonta rasakan saat itu.

Informan mengatakan awal Medan Plus berdiri pada tahun 2003 dalam bentuk komunitas. Dan melayani pemulihan/rehabilitasi bagi pecandu narkoba pada tahun 2005 dengan metodePemulihan Adiksi Berbsis Masyarakat (PABM). Upaya medan plus untuk menangani orang yang telah menjadi pecandu narkoba, yaitu bisa dengan rawat inap (in patient) dan rawat jalan (out patient). Dengan tujuan untuk memulihkan pecandu narkoba dan memberdayakan mereka agar kembali berfungsi sosial di tengah-tengah masyarakat.

Informan mengaku dalam menangani residen pecandu narkoba banyak mengalami tantangan atau permasalahan. Tantangan dan permasalahan yang dihadapi antara lain adanya ketidaksingkronan antara keluarga dengan pecandu, dalam arti keluarga sulit untuk memberi kepercayaan kembali kepada pecandu narkoba walaupun ia telah menjalani rehabilitasi, dan itu menjadi tugas lembaga untuk meyakinkan keluarga residen. Kemudian, Ketidakadaannya keinginan dari pecandu narkoba untuk pulih atau menjalani rehabilitasi.

Informan mengatakan, Medan Plus Lau Cih juga bekerja sama dengan berbagai pihak, yaitu masyarakat, dan lembaga-lembaga seperti Badan Narkotika Nasional (BNN),Kementerian Sosial, Dinas Kesehatan. Adapun bentuk kerjasamanya seperti memberikan subsidi bantuan, pelatihan kepada residen, konselor lembaga, dan pemeriksaan kesehatan residen. Adapun residen yang ditangani di Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih sebenarnya diperbolehkan dari mana saja. Yang tercatat menjalani program di Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih saat ini antara lain dari daerah Kota Medan, Rantau Prapat, Kota Pinang, Stabat, Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu Utara, dan Deli Serdang.

Informan menjelaskan, proses seorang pecandu narkoba dapat mengikuti rehabilitasi di Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih antara lain, Residen datang atau dijemput atas sepengetahuan keluarga. Kemudian di tes urine, melengkapi data diri, seperti kartu keluarga dan KTP. Apabila sudah diterima, maka residen berhak menginap atau tinggal di rumah pemulihan untuk mengikuti pemulihan/rehabilitasi.

Informan mengatakan metode yang diterapkan di Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih untuk menangani residen adalah metode kombinasi antara metode Therapeutic Community (TC) dan 12 langkah Narcotics Anonymous (NA). Perpaduan tersebut memiliki tujuan dan prinsip dengan cara kita membantu orang kita juga bisa terbantu. Dengan komunikasi dua arah kita juga bisa terbantu. Dengan lama pemulihan tergantung dengan tingkat keparahan kecanduan yang diidentifikasi dari proses awal (assesment). Informan mengatakan lama rehabilitasi jangka waktunya tiga sampai enam bulan.

Kemudian informan menjelaskan mengenai indikator seseorng bisa dikatakan pulih dari ketergantungan terhadap narkoba. Di mulai dari cara dia berbicara, dari cara penerimaan saat menjalani rehabilitasi, dan sikap selama mengikuti rehabilitasi. Apakah ia bisa menerima dengan baik atau tidak, bisa terlihat dari ketenangananya menjalani rehabilitasi.

Informan menjelaskan faktor pendorongresiden dapat pulih,selain bantuan dari program pemulihan di panti, juga keluarga, orang terdekat, dan keinginan atau niat dari si pecandu itu sendiri.

Informan memberikan pandangan megenai penyalahguna relapse narkoba. Informan mengatakan bahwa pemulihan itu sepanjang masa. Karena narkoba merupakan penyakit kambuhan dan kapan saja bisa kambuh. Namun tergantung faktor-faktor yang dapat menyebabkan relapse itu terjadi, seperti lingkungan, keunagan yang berlebih, atau keuangan yang terlalu sedikit sehingga menyebabkan frustasi dan memicu permasalahan lainnya, serta pola pikir yang sulit mencegah suggesti narkoba yang kapan saja bisa datang. Kemudian informan mengatakan untuk mencegah terjadinya relapse , langkah-langkah yang harus dilakukan oleh mantan pecandu adalah hiduplah di lingkungan yang baru, lakukanlah kegiatan-kegiatan yang positif, dan jangan berdiam diri saja, sehingga dapat menimbulkan pemikiran kepada narkoba kembali, kemudian juga harus ada dukungan dari keluarga berupa pendampingan dan pemberian kepercyaan kepada mantan pecandu narkoba, serta pendampingan dari masyarakat dan terkhusus komunitas.

Informan mengakui dalam hal penanganan khusus bagi penyalahguna relapse narkoba di Medan Plus Lau Cih belum terlalu spesifik, semua hal penanganan di percayakan kepada konselor residen dalam menangani kliennya, sementara program secara normatif tetap berjalan efektif terhadap seluruh residen di facility secara keseluruhan. Namun memangseharusnya ada penanganan khusus bagi penyalahguna relapse narkoba. Karena pecandu yang relapse itu bisa saja terjadi karena salah cara penanganannya yang kemudian perlu diidentifikasi. Kemudian informan mengatakan memang semua itu niat dari dalam diri dan mungkin kurang pemahaman dari keluarga atau kurang tepatnya konselor yang membimbingnya. Dan penanganan yang harusnya dilakukan yaitu menempatkan

pecandu relapse narkoba di tempat yang berbeda dengan yang baru melakukan pemulihan/rehabilitasi.

Dalam menangani penyalahguna relapse narkoba, yang terpenting menurut informan adalah konselor harus tahu faktor apa yang menyebabkan residen tersebut mengalami relapse yang kemudian dapat dijadikan bahan untuk meurumuskan metode yang tepat untuk menanganinya.

Dokumen terkait