• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

D. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini dilakukan dengan purposif sampling yaitu teknik penarikan informan dengan tujuan tertentu. Informan yang dipilih merupakan orang yang dianggap mampu memberikan data atau informasi tentang apa yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu kepala desa, sekretaris desa,

kepala dusun, dan tokoh masyarakat. Adapun informan dalam penelitian ini sebanyak 10 orang, yaitu:

1. Pemerintah Desa Palajau (1 orang)

2. Dinas Pertanian Kabupaten Jeneponto (1 orang) 3. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (1 orang) 4. Petani Jagung di desa Palajau (4 orang)

5. Pemilik Lahan (3 orang) E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi, yaitu peneliti akan melakukan pengamatan langsung berkaitan dengan peranan pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

2. Wawancara, yaitu peneliti akan melakukan wawancara secara mendalam terhadap pemerintah desa dan masyarakat petani jagung terkait peran pemerintah desa di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

3. Studi Dokumentasi yakni peneliti akan melakukan kajian terhadap bahan-bahan tertulis yang menjadi dokumen dan yang tersimpan dalam sistem kearsipan pada pemerintah desa di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan melakukan interprestasi data yang telah dikumpulkan baik melalui pengamatan, wawancara, studi pustaka dan arsip yang kemudian dilakukan trigulasi sumber yaitu data dari hasil

wawancara maupun hasil observasi dilakukan pengecekan kepada orang-orang tertentu yang memahami secara mendalam permasalahan peran pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

G. Keabsahan data

Triangulasi bermakna silang yaitu mengadakan pencecekan akan kebenaran data yang dikumpulkan dari berbagai sumber data, dengan menggunakan tekhnik pengumpulan data yang lain, serta pengecekan pada waktu yang berbeda.

1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek pada sumber lain keabsahan data yang telah diperoleh sebelumnya

2. Triangulasi metode

Triangulasi metode bermakna data yang diperoleh dari suatu sumber dengan menggunakan metode atau teknik tetentu, diuji keakuratan dan ketidak akuratannya

3. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu berkenang dengan waktu pengambilan data.

Jadwal penelitian ini mencakup:

a. Persiapan : mengurus perisinan, menyusun instrument penelitian selama 1 (satu) minggu.

b. Pelaksanaan : pengumpulan data, pengolaan data, penarikan kesimpulan sebanyak 4 (empat).

c. Penyelesaian : penulisan laporan penelitian, diskusi perbaikan pengadaan skripsi selama 2 (dua) minggu.

H. Jadwal Penelitian

Adapun pelaksanaan penelitian yang di rencanakan ada tiga tahap, yaitu:

1. Persiapan

Pada tahap ini peneliti mengurus surat izin dari dekan fakultas, penyusunan instrument peneliti selama 1 (satu) minggu sebagai bukti untuk melakukan penelitian di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

2. Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data , mengelola data, menganalisis data yang diperoleh kemudian melakukan uji hipotesis dan penarikan kesimpulan selama dua bulan.

3. Penyelesaian

Pada tahap ini peneliti menulis laporan penelitian, diskusi perbaikan, penggandaan laporan (skripsi) selama 2 (dua) minggu.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI ATAU KARAKTERISTIK OBYEK PENELITIAN 1. Letak Geografis Dan Keadaan Alam.

Desa Palajau adalah salah satu Desa yang berada di Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto dimana Desa Palajau termasuk dalam wilayahnya.

Secara geografis Desa Palajau mempunyai batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bulo-Bulo b. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Camba-camba c. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Arungkeke d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kalumpangloe

Luas wilayah Desa Palajau adalah 4,25 km2 atau 425 Ha yang terdapat beberapa dusun:

a. Dusun Palajau b. Dusun Bontoloe c. Dusun Bontopaleng d. Dusun Pandang-pandang e. Dusun Sambone-bone

Pusat pemerintahan berada di dusun Palajau, yang jaraknya dari ibu Kota Kabupaten 7 km arah Barat.

Untuk mencapai daerah ini cukup menggunakan alat transportasi darat yaitu mobil atau kendaraan bermotor yang dapat ditempuh dalam waktu dua jam

sampai tiga jam dari Kota Makassar dan kurang lebih 16 menit dari Pemerintahan Kabupaten Jeneponto.

Seperti halnya di Desa-Desa lain di Kabupaten Jeneponto, Desa Palajau termasuk di dalam dataran rendah berada pada ketinggian kurang lebih dari 3 meter diatas permukaan air laut.

Gambar 1 Peta wilayah Desa Palajau

Sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/Palajau,_Arungkeke,_Jeneponto 2. Keadaan Penduduk

a. Sejarah Singkat Desa Palajau

Menurut keterangan seorang tokoh masyarakat Palajau, bahwa kata Palajau berasal dari kata Paja dan Lau. Paja berarti Pantat, sedangkan Lau berarti bonding atau tempat air yang terbuat dari buah tanaman bila. Palajau adalah bagian dari kerajaan Arungkeke, dalam sejarah Turatea disebutkan bahwa awalnya kerajaan Arungkeke bukanlah bagian dari kerajaan Binamu, melainkan

bagian dari kerajaan Gowa. Kemudian karena terjadi perkawinan antara keturunan raja-raja dari kerajaan Binamu dengan keturunan raja dari kerajaan Arungkeke.

Akhirnya Arungkeke ikut kepada kerajaan Binamu.

Sebelum berdiri sendiri sebagai suatu Desa, Pemerintahan di Palajau berbentuk jannang (setingkat dengan dusun). Jannang adalah bagian dari Bori Bulo-bulo. Setelah Undang-undang No 8 Tahun 1979 Tantang Pemerintahan Desa, istilah Bori dirubah namanya menjadi Desa dan jannang dirubah menjadi lingkungan.

b. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Desa Palajau berdasarkan sensus pada tahun 2014 sebanyak 3608 jiwa yang terdiri dari 1799 laki-laki dan 1809 orang perempuan.

Untuk jelasnya penyebaran penduduk di setiap dusun di desa Palajau menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Dimasing-Masing Dusun Wilayah Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto Tahun 2014

Sumber: Data Potensi Desa Palajau 2014

c. Penduduk Berdasarkan Umur

Umur seseorang merupakan faktor yang menentukan kedewasaan dan kemampuan fisik seseorang. Golongan umur umumnya digunakan untuk mengelompokkan tingkat produktifitas masyarakat berdasarkan undang-undang ketenaga kerjaan diketahui bahwa pengelompokan tingkat produktifitas 0-15 tahun dikategorikan sebagai kelompok umum belum produktif, 16-60 tahun dikategorikan kelompok umur produktif dan diatas 60 tahun termasuk kategori kelompok umur kurang produktif. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pengelompokan penduduk menurut kategori umur di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto Tahun 2014

No Umur

Sumber : Data Potensi Desa Palajau 2014

Berdasarkan tabel diatas, dapat dikatakan bahwa usia terbanyak adalah kelompok usia 25-60 tahun, yaitu 21,75%. Sedangkan umur paling sedikit adalah

umur 16-18 tahun 5,42%. Hal ini menunjukkan bahwa usia tua yang lebih banyak di banding usia muda.

d. Kepadatan Penduduk

Tingkat kepadatan penduduk Desa Palajau pada tahun 2014 sekitar 955 jiwa per km2, sedangkan tahun 2013 sekitar 936 jiwa per km2. Dilihat dari beberapa desa yang terdapat di Kecamatan Arungkeke, Desa Palajau memiliki kepadatan penduduk ke dua yaitu 955 jiwa per km2, sedangkan kepadatan pendunduk tertinggi Desa Arungkeke 1,397 jiwa per km2, dan kepadatan penduduk paling rendah adalah Desa Borong lamu sekitar 238 jiwa per km2.

e. Kesehatan

Jumlah sarana kesehatan tahun 2013 di Desa Palajau tercatat 1 poskesdes, dan 5 posyandu. Untuk tenaga medis tercatat 3 orang paramedic, sedangkan Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto Tahun 2014

No Jamkesmas Sangat

Sumber: Data Potensi Desa Palajau 2014

3. Kondisi Pendidikan

Penduduk Desa Palajau dilihat dari tingkat pendidikan bila dibandingkan pada masa-masa lalu, saat sekarang sudah mengalami kemajuan yang berarti penduduk yang mengetahui baca tulis sudah tinggi. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dan dengan dukungan sarana pendidikan yang sudah memadai dengan adanya sebuah Pendidikan Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Lebih jelasnya di tabel berikut ini:

Tabel 4. Tingkat Pendidikan Desa Palajau Tahun 2014

No Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan Jiwa

1 Tamat SD/Sederajat 477 441 918

2 Tamat SMP/Sederajat 230 253 483

3 Tamat SMA/Sederajat 261 225 486

4 Tamat Perguruan Tinggi 50 44 94

Jumlah 1018 963 1981

Sumber: Data Potensi Desa Palajau Tahun 2014

Dari tabel diatas terlihat bahwa Sekolah Dasar yang paling tinggi sebesar 39 persen menyusul sekolah menegah atas 26 persen kemudian disusul sekolah menengah pertama 25 persen, sedangkan yang lanjut ke perguruan tinggi yang paling rendah yaitu hanya 94 orang, jadi hanya 9 persen saja.

g. Sarana Dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Desa Palajau dapat dikatakan sudah memadai, dilihat dari kondisi jalan telah di aspal untuk memudahkan masyarakat dalam berkendara lancar. Untuk lebih jelasnya sarana dimiliki Desa Palajau dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5. Sarana Dan Prasarana Desa Palajau Tahun 2014

No Jenis sarana dan prasarana Jumlah/buah

1 Pendidikan: Sumber: Data Potensi Desa Palajau 2014

Dilihat dari tabel diatas bahwa sarana sosial yang ada di Desa Palajau dapat disimpulkan bahwa kesejahtaraan desa Palajau baik. Sarana pendidikan sekolah dasar 2 buah, sekolah menengah pertama 1 buah, dan sekolah menengah atas 1 buah. Dengan dilihat dari tabel diatas desa Palajau dapat dikatakan sudah sejahtera dari sarana pendidikan, sedangkan dari dari saran tempat ibadah dan alat transportasi, dan komunikasi terbilang sejahtera.

4. Pemerintahan Desa

Pemerintahan desa meliputi Kepala Desa sebagai lembaga eksekutif dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai mitra kerja dalam pembangunan desa. Kepala Desa bertugas sebagai pemimpin pembangunan desa pelindung

masyarakat dan berperang sebagai jaksa dan hakim di tingkat desa. Dalam menjalankan tugas pemerintahan dan pembangunan desa. Kepala Desa Palajau dibantu oleh seorang Sekretaris Desa dan tiga Kepala Urusan serta tiga Kepala Dusun.

5. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Badan Permusyawaratan Desa atau di singkat BPD merupakan mitra kerja Pemerintah Desa Palajau dalam menjalankan roda pemerintahan. Badan Permusyawaratan Desa terdiri dari Ketua, wakil ketua, sekretaris, dan Sembilan anggota.

6. Lembaga/Organisasi Desa

Lembaga atau organisasi desa yang terbentuk di Desa Palajau diharapkan dapat menunjang kegiatan pemerintah dan pembangunan. Organisasi LPD, BPD, dan PKK masiing terdapat 1 unit. Sedangkan organisasi keagamaan seperti remaja mesjid sekitar 6 kelompok dan pondok pengajian sekitar 6 kelompok.

7. Pembagian Lahan

Pembagian Lahan Desa Palajau terdiri dari lahan persawahan, tegalan, pekarangan, tambak, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 6. Pembagian Lahan Desa Palajau Tahun 3014

No. Jenis Luas %

Dapat terlihat dari tabel diatas bahwa dalam pembagian lahan di Desa Palajau, lahan sawah irigasi yang paling luas 126,15 Ha atau 29,68% ini menunjukkan bahwa di Desa Palajau sebagian besar masyarakatnya mata pencaharian sebagai pertani dan sebagian kecilnya pedagang, nelayan, PNS/TNI/POLRI, wirausaha, dan pekerja di bidang jasa.

8. Peternakan

Di Desa Palajau terdiri beberapa jenis ternak yang dimiliki oleh masyarakat yaitu kambing sebanyak 118 ekor, kerbau sebannyak 4 ekor, kuda sebanyak 84 ekor, ayam sebanyak 82 ekor, dan bebek/itik sebanyak 69 ekor.

9. Kondisi Sosial dan Budaya

Kehidupan masyarakat di Desa Palajau didasarkan pada prinsip rasa persaudaraan tinggi yang ditandai dengan ikatan kekeluargaan yang erat dan persatuan yang kuat. Masyarakat memiliki unsur gotong royong yang masih terjaga hingga saat ini. Hal ini dapat dimengerti karena penduduknya saling mengenal satu sama lain. Walaupun terdapat perbedaan dari ssegi agama, ekonomi dan pendidikan. Penduduk Desa Palajau seluruhnya memeluk agama islam. Selama ini di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto belum ada yang mencampuri agama lainselain agama islam, ini disebabkan karena adanya komitmen pemerintah dengan masyarakat untuk tidak memberikan izin orang yang beragama selaain agama islam.

GAMBAR STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA PALAJAU KECAMATAN ARUNGKEKE KABUPATEN JENEPONTO

Visi Desa Palajau adalah “Trewujudnya masyarakat Desa Palajau yang terdidik, berperilaku sehat, aman dan Sejahtera”

Misi Desa Palajau

1. Mewujudkan masyarakat yang beriman dan bertaqwa 2. Peningkatan kwalitas pelayanan masyarakat

3. Peningkatan sarana dan prasarana di segala bidang

4. Tumbuhnya kekuatan ekonomi yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan Masyarakat

5. Terciptanya rasa aman dan ketentraman dalam masyarakat

KEPALA DESA

B. PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI JAGUNG DI DESA PALAJAU KECAMATAN ARUNGKEKE KABUPATEN JENEPONTO

Sistem Kebijakan

Pembahasan dalam penelitian ini adalah tentang peran pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto. Dengan itu pemerintah desa khususnya pemerintah daerah harus memberikan sumbangsi dalam sistem kebijakan, membuat program-program dan memberikan peluang usaha terhadap petani jagung karena jagung merupakan komoditas dengan berorientasi pada pertanian di Desa Palajau, Oleh karena itu peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam membuat kebijakan dan membuat program-program di bidang petanian jagung sehingga masyarakat petani jagung dapat mengembangkan dan membudidayakan jagung dengan baik. Dalam strategi ini, kebijakan pertanian merupakan elemen penting dalam menentukan tingkat dan pola pertumbuhan ekonomi. Satu aset kebijakan investasi sarana pendidikan, kesehatan dan sanitasi, dan transportasi infrastruktur memiliki dampak yang luas pada produktivitas sektor pertanian.

Secara umum, ekonomi, pembuat kebijakan, dan institusi pembangunan tela mencapai consensus mengenai pentingnya investasi tersebut. Kedua kebijakan mempengaruhi komoditas pertanian tertentu atau teknik produksi. Kebijakan-kebijakan komoditas spesifik termasuk pajak, subsidi, dan control kuantitatif pada output dan input tertentu, dan kebijakan yang mempengaruhi marcoprices (suku bunga, tingkat upah, dan nilai tukar).

Kendala petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto dapat dikelompokkan yaitu:

1. Penyuluhan

Kendala penyuluhan adalah masyarakat petani jagung belum dapat melakukan pengembangan pengetahuan tata cara penanaman dan perawatan tanaman jagung dengan baik, sehingga ini akan berdampak kurangnya hasil produksi jagung bagi petani.

2. Bibit jagung

Kendala dalam pemilihan bibit jagung, petani masih kesulitan mendapatkan bibit jagung yang berkualitas sehingga itu perlu adanya bantuan dari pemerintah dalam pengadaan bibit yang berkualitas.

3. Pembangunan infrastruktur (irigasi)

Kendala pembangunan irigasi selama ini masih sangat minim sehingga petani jagung kesulitan dalam hal mendapatkan air irigasi untuk kebutuhan bertani.

4. Pemasaran

Kendala pemasaran pada pertanian jagung. pada sisi pemasaran petani jagung masih memasarkan produksi jagungnya ke tengkulak dengan harga rendah sehingga petani jagung merasa rugi yang tidak sebanding hasil keringatnya.

Permasalahan yang kompleks ini tentu tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak dan dalam waktu yang singkat. Hal ini membutuhkan rekayasa dari pemerintah desa dan pemerintah daerah maupun pusat sebagai regulator, sekaligus eksekutor yang memiliki kuasa dalam politik dan perekonomian nasional. Perlu

adanya sinergi antara lembaga pemerintah sendiri, misal Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Keuangan, Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa dan semua pihak yang terkait dengan pengambilan kebijakan serta eksekusi rantai produksi, distribusi, serta konsumsi jagung nasional. Sinergi ini akan menjadi solusi jangka panjang atas ketidakmampuan Indonesia memenuhi kebutuhan jagung nasional. Sudah selayaknya kita sebagai anak bangsa melihat jauh kedepan dalam penyelesaian masalah di lapangan saat ini dengan solusi satu atap. Sehingga diharapkan penyelesaian yang dilakukan tidak tambal sulam dan hanya menjadi solusi sesaat semata. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh pemilik lahan pertanian jagung mengenai kebijakan pemerintah menyatakan bahwa:

selama ini pemerintah sudah merealisasikan kebijakannya namun belum optimal, karena kurangnya pengawasan di lapangan sehingga terjadi kesalahan dalam pengalokasian dan pelaksanaan kebijakan. (Wawancara, MT, Desember, 2014).

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan pemerintah desa terkait peran pemerintah desa dalam memberdayakan petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto sudah mengarah kepada pemenuhan kebutuhan para petani jagung dalam pertanian jagung. Namun yang menjadi kendalanya adalah kurangnya pengawasan dari pemerintah sehingga terjadi kesalahan dalam pendistribusian bantuan.

Peran pemerintah desa dan khususnya pemerintah daerah sangat dibutuhkan dalam membuat kebijakan di bidang pertanian jagung untuk menutupi kekurangan yang dibutuhkan masyarakat petani jagung. Karena kebijakan

petanian suatu elemen penting dalam menentukan tingkat dan pola pertumbuhan ekonomi.

C. BENTUK PEMBERDAYAAN PETANI JAGUNG DI DESA PALAJAU KECAMATAN ARUNGKEKE KABUPATEN JENEPONTO

Suksesnya usaha dibidang pertanian jagung tidak lepas dari campur tangan pemerintah dalam hal peningkatkan hasil produksi demi tercapainya kesejahteraan masyarakat petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto. Oleh karena itu Pemerintah Desa maupun pemerintah daerah setidaknya harus mengusung program-program yang menguntungkan bagi petani jagung. Ada beberapa bentuk-bentuk pemberdayaan petani jagung yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan dibidang pertanian tanaman jagung antara lain:

a. Penyuluhan

Selama ini petani jagung di daerah penelitian belum pernah mendapatkan penyuluhan bagi petani jagung dari pemerintah setempat. Hal ini berimplikasi pada kurangnya pemahaman masyarakat petani yang relatif rendah terhadap konsep pengelolaan pertanian jagung yang baik. Cara berfikir petani rendah menyebabkan sistem pengelolaan pertanian jagung masih sangat sederhana dengan tingkat prodiktifitas yang rendah. Oleh karenanya hemat penulis pemerintah desa sebagai pasilitator dan dinas terkait melakukan kerja sama dalam hal memberikan penyuluhan atau bimbingan teknis kepada masyarakat petani jagung agar mereka memiliki ilmu dan pemahaman yang cakap, agar mereka

dapat meningkatkan produktifitasnya lebih optimal. Sebagaimana yang di kemukakan oleh Kepala Desa Palajau dalam wawancara penulis bahwa:

Terkait dengan bimbingan teknis, Dinas Pertanian bersama pemerintah Desa Palajau sudah melakukan penyeluhan tata cara pengelolaan jagung yang produktif ke para petani jagung.(Wawancara HT, Desember, 2014)

Berdasarkan wawancara diatas oleh Kepala Desa Palajau bahwa dalam peningkatan produktifitas jagung di butuhkan bimbingan teknis kepada para petani jagung di Desa Palajau sehingga petani jagung mampu bertani jagung dengan baik. Dalam hal ini pemerintah desa bersama dinas pertanian sudah melaksanakan kegiatan penyuluhan ke para petani jagung.

Namun berbeda dengan pengakuan para petani jagung di Desa Palajau sebagaimana yang dikemukakan oleh petani jagung dalam wawancara penulis bahwa:

Selama ini pemerintah belum pernah datang memberikan penyuluhan ataupun bimbingan teknis untuk pengembangan pengetahuan dan pemahaman tata cara meningkatkan produktifitas jagung kepada para petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto. (Wawancara, MJ, Desember, 2014)

Hal senada dengan pernyataan tersebut diatas diungkapkan oleh Petani jagung yang mengatakan bahwa:

Para petani jagung di Desa Palajau belum sama sekali tersentuh yang namanya bimbingan teknis dari pemerintah, petani jagung masih menggunakan cara pengelolaan sendiri-sendiri yang sudah turun temurun. (Wawancara, SR, Desember, 2014)

b. Pemberian Bantuan Bibit

Kendala utama yang dihadapi oleh para petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arunggkeke Kabupaten Jeneponto adalah keterbatasan bantuan bibit jagung bersubsidi dari pemerintah mengakibatkan petani jagung sulit mendapatkan bibit jagung yang berkualitas sehingga dapat menyebabkan tingkat produksi jagung rendah. Dalam wawancara penulis dengan pemilik lahan pertanian menyatakan bahwa:

Saat ini banyak para petani kesulitan mendapatkan bantuan bibit jagung dari pemerintah sehingga petani tidak dapat bertani jagung karena ketersediaan bibit jagung dari pemerintah terbatas.

(Wawancara, TT, Desember, 2014).

Itulah pernyataan petani jagung diatas, berbeda dengan pernyataan salah seorang staf Dinas Pertanian dalam wawancara penulis bahwa:

Pemberian bantuan bibit jagung sudah dilakukan, kerja sama dengan pemerintah desa dan dibagikan ke para petani jagung.

(Wawancara, SC, Desember, 2014).

Dari hasil wawancara diatas antara petani jagung dan staf dinas pertanian, pernyataan yang tidak senada terkait dengan pemberian bantuan bibit jagung di tempat penelitian lakukan.

Untuk mengatasi masalah tersebut dibutuhkan kerja sama antara pemerintah desa dengan pemerintah daerah dan para petani jagung sehingga tidak menyebabkan kesalahan dalam pengalokasian bantuan ke para petani jagung.

c. Pembangunan Infrastruktur (Irigasi)

Keberhasilan program peningkatan produktifitas petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto tidak terlepas dari keberadaan infrastruktur yang mendukung kegiatan operasional petani jagung.

Dalam hal ini pemerintah Desa Palajau harus mendukung program produktifitas dengan menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh masyarakat petani jagung. Dalam penelitian ini yang penulis lakukan, diperoleh fakta bahwa ketersediaan sarana dan prasarana penunjang masih minim. Oleh karena itu keterlibatan pemerintah desa dalam menyediakan pembangunan infrastruktur yang memadai akan memberikan dampak yang positif bagi kemudahan kegiatan operasional yang dilakukan oleh petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

Sebagimana yang dikemukakan oleh petani jagung dalam wawancara penulis bahwa:

Ketersediaan air irigasi bagi petani jagung masih terbatas dan ini mengakibatkan gagal panen, dikarenakan kurangnya air irigasi untuk kebutuhan bertani jagung. Dan belum lagi pembangunan saluran irigasi yang masih belum memadai. (Wawancara, DN, Desember, 2014).

Berdasarkan hasil wawancara oleh masyarakat terkait dengan sarana dan prsarana, keterlibatan pemerintah desa dalam menyediakan sarana dan prasarana untuk petani jagung masih sangat minim, perhatian pemerintah harus lebih fokus kepada kebutuhan sarana dan prasarana bagi petani jagung.

d. Pemasaran

1. Mengembangkan Jaringan Pemasaran

Pemasaran produk jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto saat ini masih menjadi kendala bagi petani jagung. Sejauh ini pemasaran masih dilakukan dalam skala lokal, di pasarkan ke pembeli-pembeli tertentu yang ada di daerah. Keterbatasan ini yang mengakibatkan masyarakat petani jagung sulit untuk memasarkan, dikarenakan kurangnya jaringan bagi petani jagung, minimnya tingkat pendidikan, dan lemahnya akses ke media, menjadi sistem promosi produk jagung. Berdasarkan permasalahan ini, pemerintah desa khususnya pemerintah daerah setidaknya harus berperan dan memberikan perhatian yang lebih ke para petani jagung, terutama memfasilitasi masyarakat petani jagung yang ada di Desa Palajau dalam pengembangan jaringan

Pemasaran produk jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto saat ini masih menjadi kendala bagi petani jagung. Sejauh ini pemasaran masih dilakukan dalam skala lokal, di pasarkan ke pembeli-pembeli tertentu yang ada di daerah. Keterbatasan ini yang mengakibatkan masyarakat petani jagung sulit untuk memasarkan, dikarenakan kurangnya jaringan bagi petani jagung, minimnya tingkat pendidikan, dan lemahnya akses ke media, menjadi sistem promosi produk jagung. Berdasarkan permasalahan ini, pemerintah desa khususnya pemerintah daerah setidaknya harus berperan dan memberikan perhatian yang lebih ke para petani jagung, terutama memfasilitasi masyarakat petani jagung yang ada di Desa Palajau dalam pengembangan jaringan

Dokumen terkait