• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

D. Kegunaan Penelitian

a. Dari segi teoritis atau aspek keilmuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi bagi pengembangan konsep keilmuan khususnya dalam bidang kajian yang berhubungan dengan pengembangan organisasi pemerintah Desa khususnya Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

b. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dan bahan masukan bagi peran Pemerintah Desa.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peran

Dalam pengertian umum, peranan dapat diartikan sebagai perbuatan seseorang atas sesuatu pekerjaan. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa.

Peranan merupakan suatu aspek yang dinamis dari suatu kedudukan (status).

Menurut Soekanto (2009: 243), peranan adalah aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Setiap orang memiliki macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidup. Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat dalam menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup tiga hal yaitu:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Menurut Sumarjono (2007: 105), peran (role) adalah aspek dinamis dari kehidupan (status) atau pola tingkah laku yang ada hubungannya dengan kehidupan sosial seseorang, antara status dan role sangat sukar dipisahkan. Tidak ada kedudukan tanpa peran, dan tidak ada peran tanpa kedudukan.

Melihat dari beberapa pengertian peranan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian peranan dalam hal ini peranan pemerintah desa dalam melaksanakan tugas dan wewenang yang dibebankan kepadanya yang sesuai dengan tanggung jawab organisasi tersebut, untuk dapat melaksanakan sesuai dengan target dan tujuan yang telah ditetapkan.

B. Pemerintah Desa

Secara umum di Indonesia, desa (atau yang disebut dengan nama lain sesuai bahasa daerah setempat) dapat dikatakan sebagai suatu wilayah terkecil yang dikelola secara formal dan mandiri oleh kelompok masyarakat yang berdiam di dalamnya dengan aturan-aturan yang disepakati bersama, dengan tujuan menciptakan keteraturan, kebahagiaan dan kesejahteraan bersama yang dianggap menjadi hak dan pemerintahannya Desa/Kelurahan langsung dibawah Camat.

Dalam sistem administrasi Negara yang berlaku sekarang di Indonesia, wilayah desa merupakan bagian dari wilayah kecamatan, sehingga kecamatan menjadi instrument koordinator dari penguasa supra desa ( Negara melalui Pemerintah dan pemerintah daerah).

Pemerintahan Desa yang semula merupakan unit Pemerintahan terendah di bawah Camat, berubah menjadi sebuah “self governing society” yang mempunyai kebebasan untuk mengurus kepentingan masyarakat setempat dan

mempertanggungjawabkannya pada masyarakat setempat pula. Setiawan, (2011:9).

Konteks desa, definisi umum tata pemerintahan desa adalah tradisi dan institusi yang menjalankan kekuasaan di dalam suatu pemerintahan desa (Pemerintah Desa dan BPD), Menurut Hanif Nicolis, (2001:120).

1. Proses pemerintahan desa dipilih, dipantau, dan digantikan.

2. Kapasitas pemerintahan desa untuk memformulasikan dan melaksanakan kebijakan secara efektif, dan

3. Pengakuan masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan terhadap institusi yang mengatur interaksi antara mereka. Unsur yang terakhir dapat dilakukan melalui tiga struktur komunikasi, yaitu kewenangan, legitimasi, dan representasi.

4. Kewenangan hak pemerintahan desa untuk membuat keputusan dalam bidang tertentu. Walaupun ini merupakan hak dari suatu pemerintahan desa, namun yang terpenting adalah bagaimana melibatkan persepsi rakyat tentang tindakan yang perlu dilakukan pemerintahan desa. Legitimasi diperoleh karena masyarakat mengakui bahwa pemerintahan desa telah menjalankan peranannya dengan baik, atau kinerja dalam menjalankan kewenangan itu tinggi.

Terlihat bahwa tata pemerintahan desa tidaklah terbatas pada bagaimana pemerintahan desa menjalankan wewenangnya dengan baik semata, tetapi lebih penting lagi adalah bagaimana masyarakat desa dapat berpartisipasi dan mengontrol pemerintahan desa untuk menjalankan wewenang tersebut dengan baik dan bertanggung jawab (accountable) Girsang, (2009:92).

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wiyalah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengertian desa dari sudut pandang sosial budaya dapat diartikan sebagai komunitas dalam kesatuan geografis tertentu dan antara mereka saling mengenal dengan baik dengan corak kehidupan yang relatif homogen dan banyak bergantung secara langsung dengan alam.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Otonomi Desa, Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berada dikabupaten/kota, dalam pasal 2 ayat (1) dikatakan bahwa desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat. Pada ayat (2) tertulis bahwa pembentukan desa harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Jumlah Penduduk.

b. Luas Wilayah.

c. Bagian Wilayah Kerja.

d. Perangkat, dan.

e. Sarana dan Prasarana Pemerintahan.

Di Desa terdapat masalah yang dihadapi masyarakat. Ada masalah, masalah pekerjaan, pendapatan, khususnya di bidang pertanian yakni jagung.

Masyarakat berharap dapat lepas dari masalah itu karena itu masalah-masalah warga masyarakat dalam kebutuhannya untuk meningkatkan taraf hidupnya antara lain kebutuhan pokok seperti makanan yang cukup dan sehat, rumah yang sehat, pakaian yang memadai, kebutuhan pengetahuan, keterampilan, penghasilan yang cukup, lingkungan yang apik dan sehat dan lain-lain.

Di Desa sebenarnya terdapat potensi sumber daya. Ada potensi sumber daya alam atau sumber daya lingkungan dan sumber daya manusia. Agar terpenuhi kebutuhannya maka mau tidak mau sumber daya itu harus dimanfaatkan dengan baik. Untuk itulah perlu adanya pembangunan sebab pembangunan Desa mencakup berbagai bidang kehidupan masyarakat baik itu lahir maupun batin.

Pembangunan mencakup pribadi warganya dan lingkungannya, pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan warganya. Semua elemen penting terhadap pada institusi desa diharapkan selalu mengetahui apa masalah warganya dan apa kebutuhannya. Bukankah pembangunan itu untuk penduduknya sendiri dan bukankah pemerintahan Desa diadakan untuk membangun Desa dan masyarakat.

Dalam hal ini seorang Kepala Desa harus menempatkan dirinya sebagai Pemimpin yang baik yang bisa mengayomi masyarakatnya, yang siap mendengar keluh kesah warganya dalam hal apapun, agar masyarakatnya benar-benar percaya

bahwa pemimpinnya selalu bersikap adil dan tidak berpihak pada yang satu atau yang lainnya.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 pasal 14 dan 15 disebutkan bahwa Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Urusan pemerintahan yang dimaksud adalah pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan desa seperti pembuatan peraturan desa, pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan badan usaha milik desa, dan kerja sama antar desa. Urusan pembangunan yang dimaksud adalah pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana dan prasarana fasilitas umum desa. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana diatas, Kepala Desa mempunyai wewenang:

1. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersaama BPD.

2. Mengajukan rancangan peraturan desa.

3. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.

4. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD.

5. Membina kehidupan masyarakat desa.

6. Membina perekonomian desa.

7. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.

8. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan;

9. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Melaksanakan tugas dan wewenangnya, kepala desa mempunyai kewajiban:

a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

c. Memelihara kententraman dan ketertiban masyarakat.

d. Melaksanakan kehidupan demokrasi.

e. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi, Nepotisme (KKN).

f. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintah desa.

g. Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan.

h. Menyelenggarakan adminsitrasi pemerintahan desa yang baik.

i. Melaksanakan dan mempertanggung jawabkan pengelolaan keuangan desa.

j. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa.

k. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa.

l. Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa.

m. Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat-istiadat.

n. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa. dan

o. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup.

Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa.

Pengangkatan Perangkat Desa sebagaimana dimaksud diatas ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa, dan usia perangkat desa tersebut paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun dan paling tinggi 60 (enam puluh) tahun. Mengenai Perangkat Desa Lainnya ini diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Di desa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan yang ditetapkan dengan peraturan desa dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Lembaga kemasyarakatan ini bertugas membantu pemerintah desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa. Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik desa berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban.

Hak dan kewajiban tersebut menimbulkan pendapatan, belanja, dan pengelolaan keuangan desa.

Untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pengembangan organisasi pemerintah yang telah diprogramkan perlu didukung oleh aparatur pelaksana yang mampu, dan untuk itu perlu dijalin hubungan serasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, dan antara pemerintah daerah dengan pemerintah di bawahnya sampai pada unit pemerintahan yang terendah yaitu pemerintah Desa.

Memperhatikan pentingnya peranan dan fungsi aparatur pemerintah desa yang merupakan barisan terdepan dalam mensukseskan program pemerintah, pembangunan dan pembinaan masyarakat maka lembaga musyawarah Desa sebagai lembaga pemerintah Desa yang merupakan perwujudan demokrasi Pancasila di tingkat Desa mempunyai peranan yang menentukan di dalam

keberhasilan seorang Kepala Desa untuk melaksanakan tugas-tugasnya di bidang pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyaraka

C. Pemberdayaan Masyarakat 1. Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan bersal dari bahasa Inggris “Empeworment”, yang dalam bahasa indonesia berarti pemberdayaan adalah sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan masyarakat. Konsep tersebut meluas, diterima dan dipergunakan dengan pengertian dan persepsi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Menurut Prijono dan Pranarka (1996: 72), pemberdayaan dalam konteks pendidikan adalah:

Proses belajar mengajar yang merupakan usaha terencana dan sistematis yang dilaksanakan secara berkesinambungan baik bagi individu maupun kolektif, guna mengembangkan daya (potensi) dan kemanpuan yang terdapat dalam diri individu dan kelompok masyarakat sehingga mampu melaksanakan transformasi sosial.

Menurut American Heritage Hictionary (Prijono dan Pranarka, 1996: 133), kata empowerment mengandung dua arti. Pengertian pertama berarti to give power or authority to, dan pengertian kedua berarti to give ability to or enable. Dalam

pengertian pertama diartikan sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan, atau mendelegasi otoritas ke pihak lain. Sedangkan dalam pengertian kedua diartikan sebagai upaya untuk memberi kemampuan atau keberdayaan.

Dari pengertian diatas dapat diperoleh gambaran bahwa pemberdayaan adalah proses pemberian atau pelimpahan kekuasaan, kekuatan, dan kemampuan

kepada individu, masyarakat ataupun kepada organisasi. selain itu, pemberdayaan juga merupakan pemberian stimulasi, dorongan dan motivasi kepada individu yang berada dalam organisasi sehingga pemberdayaan merupakan dukungan kepada organisasi itu sendiri maupun kepada manusianya.

Selain itu pengertian pemberdayaan yang dikemukakan oleh Cook dan Steve (1996: ix), mengatakan bahwa :

“Pelimpahan wewenang akan memberikan filosofis praktis serta sarana perubahan untuk membantu memperbaiki, baik terhadap kepuasan pelanggan maupun pegawai/ karyawan dan dengan demikian juga dapat membantu memperbaiki keefektifan organisasi”.

Bila dilihat secara lebih luas, pemberdayaan sering disamakan dengan perolehan kekuatan dan akses terhadap sumberdaya untuk mencari nafkah.

Mezirow (Ndraha:79), menyatakan bahwa pembangunan masyarakat adalah usaha berencana untuk memungkinkan partisipasi individual dalam memecahkan berbagai masalah masyarakat secara demokratis melalui latihan dan pendidikan pembangunan. Dengan demikian pembangunan mendorong terjadinya sesuatu proses perubahan sosial yang memungkinkan orang yang tidak berdaya untuk memberi pengaruh yang lebih besar dalam masyarakat.

Oleh karena itu pemberdayaan yang sifatnya individual sekaligus kolektif guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Dalam kaitan dengan hal ini, Payne (Adi, 2003: 54), mengemukakan bahwa suatu proses pemberdayaan (empeworment) pada intinya ditujukan guna:

Membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui penigkantan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunaakan daya yang ia miliki, anatara lain melalui transfer daya dari lingkungannya.

Jasmay (2004:41-42), menegaskan bahwa kerangka pikir dalam proses pemberdayaan setidaknya mengandung tiga tujuan penting yang terdiri dari:

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang;

2. Memperkuat potensi atau daya yang dimilik masyarakat atau kelompok yang akan diberdayakan;

3. Upaya melindungi (mencegah) terjadinya persaingan yang tidak seimbang, menciptakan keadilan, serta menciptakan kebersamaan dan kemitraan antara yang sudah maju dengan yang belum berkembang.

Pemberdayaan dengan menekankan kepada ketiga ketentuan di atas, jelas akan menjadi strategi unggulan dan akan berdampak positif kepada menurunnya angka kemiskinan. Dengan demikian, pemberdayaan bukan hanya sekedar pendekatan, melainkan menjadi faktor utama program pembangunan dalam kaitannya dengan pengentasan dan penanggulangan kemiskinan. Hakekat pemberdayaan terletak pada berlangsungnya proses yang utuh, proses yang mengutamakan aksi-refleksi, proses yang konkret dan bukan hanya sebagai cita-cita.

Korten dan Alfonso (Soetrisno, 2001: 152), menyatakan bahwa keberhasilan suatu program yang digulirkan kepada masyarakat, ditentukan oleh adanya kesesuaian antara tiga komponen, yaitu :

a. Kesesuaian antar kelompok sasaran dengan organisasi, artinya artikulasi kepentingan kelompok sasaran haruslah mendapat saluran di dalam proses pemngambilan keputusan organisasi:

b. Kesesuaian antara program dengan organisasi, dalam arti persyaratan tugas yang dituntut program harus sesuai dengan kompetensi personil organisasi;

c. Kesesuaian antara program dengan kelompok sasaran. Ini berarti bahwa output suatu program harus sesuai dengan kebutuhan kelompok sasaran.

Aspek penting dalam suatu program pemberdayaan masyarakat adalah program yang disusun sendiri oleh masyarakat, menjawab kebutuhan dasar masyarakat, mendukung keterlibatan kaum miskin, perempuan/laki-laki, buta huruf dan kelompok terabaikan lainnya, dibangun dari sumberdaya lokal, sensitiv terhadap nilai-nilai budaya setempat, memperhatikan dampak lingkungan, tidak mencipatakan ketergantungan berbagai pihak terkait, serta berkelanjutan.

Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat pada tingkat penentu kebijakan akan meningkatkan efektivitas and efesiensi penggunaan sumberdaya pembangunan yang tebatas. Hal ini akan meningkatkan kesesuaian program pembangunan dengan kenyataan setempat dan memperkuat keberlanjutan program karena masyarakat mempunyai rasa memiliki dan tanggung jawab.

Disamping itu hambatan finansial masih membatasi penentuan keputusan tingkat lokal. Lebih lanjut lagi penyusunan kebijakan rinci menghambat

timbulnya kreativitas lokal. Hambatan lain adalah kekurangan data monitoring dan evaluasi serta masih adanya struktur pemerintahan dan proses perencanaan yang bersifat membatasi.

Subejo (2004:31), mengemukakan bahwa, terminology pemberdayaan masyarakat kadang-kadang sangat sulit di bedakan dengan penguatan masyarakat serta pembangunan masyarakat, yaitu proses dimana usaha-usaha orang-orang itu sendiri disatukan dengan usaha-usaha pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi, sosial dan cultural masyarakat, menyatukan masyarakat-masyarakat itu kedalam kehidupan bangsa, dan memungkinkan masyarakat itu menyumbang secara penuh bagi kemajuan nasional.

Dalam praktiknya seringkali terminologi-terminologi tersebut saling tumpang tindih, saling menggantikan dan mengacu pada suatu pengertian yang serupa. Cook (2005:42), menggaris bawahi bahwa pembangunan atau secara spesifik pembangunan masyarakat adalah merupakan konsep yang berkaitan dengan upaya peningkatan atau pengembangan. Hal ini merupakan tipe tertentu tentang perubahan menuju kearah yang positif. Singkatnya Community development merupakan suatu tipe tertentu sebagai upaya yang disengaja untuk

memacu peningkatan atau pengembangan masyarakat. Sedangkan Giarci

|(2001:42), memandang community depelopment sebagai suatu hal yang memiliki pusat perhatian dalam membantu masyarakat pada berbagai tingkatan umur untuk tumbuh dan berkembang melalui berbagai fasilitas dan dukungan agar mereka mampu memutuskan merencanakan dan mengambil tindakan untuk mengelolah dan mengembangkan lingkukan fisiknya serta kesejahteraan sosialnya. Proses ini

mempasilitasi penguatan ekonomi lokal dan memungkinkan masyarakat untuk melakukan collectiveaction dan melakukan political pressure serta membawa usaha-usaha bersama untuk memulai perubahan-perubahan di tingkat lokal dimana networking menjadi salah satu kuncinya.

Bartle (2003: 43), mendefinisikan community development sebagai alat untuk menjadikan masyarakat semakin komplek dan kuat. Ini merupakan suatu perubahan sosial dimana masyarakat menjadi leboh komplek, institusi lokal tumbuh, collective powernya meningkat serta terjadi di perubahan secara kualitatif padda organisasinya.

Ada beberapa hal penting dalam tahap pemberdayaan masyarakat adalah:

1. Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat

Axin (2001: 159), mengartikan “Pendekatan” sebagai suatu “gaya” yang harus menetukan dan harus diikuti oleh semua pihak dalam sistem yang bersangkutan. Pendekatan” ibarat bunyi gendang yang harus diikuti penabuh gamelan dan penarinya. Terkait dengan kegiatan pemberdayaan, Negel (1997:159), mengemukakan bahwa, apapun pendekatan yang akan diterapkan, harus memperhatikan:

1) Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan pemberdayaan;

2) Sistem transfer teknologi yang dilakukan;

3) Pengembangan sumberdaya manusia/fasilitator yang akan melakukan pemberdayaan;

4) Alternatif organisasi pemberdayaan yang akan diterapkan, yang akan berhadapan dengan pilihan-pilihan antara:

a) Publikasi ataukah swasta;

b) Pemerintahan ataukah non-pemmerintah;

c) Dari atas (birokrasi) ataukah dari bawah (partisipatip);

d) Mencari keuntungan ataukah non-profit;

e) Karitatip ataukah mengembalikan biaya;

f) Umum ataukah sektoral;

g) Multi-tujuan ataukah tujuan tunggal;

h) Transfer teknologi ataukah berorientasi pada kebutuhan.

2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang memiliki tujuan yang jelas dan harus dicapai, oleh sebab itu, setiap pelaksanaan pemberdayaan masyarakat perlu dilandasi dengan strategi kerja tertentu demi keberhasilannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam pengertian sehari-hari, strategi sering diartikan sebagai langkah–langkah atau tindakan tertentu yang dilasanakan demi tercapainya suatu tujuan atau penerima manfaat yang dikehendaki,oleh karena itu, pengertian strategi sering rancu dengan :metoda,teknik,atau taktik.

Tentang hal ini, secara konseptual, strategi sering diartikan dengan beragam pendekatan, seperti :

a. Strategi sebagai suatu rencana

Sebagai suatu rencana, strategi merupakan pedoman atau acuan yang dijadikan landasan pelaksanaan kegiatan, demi tercapainya tujuan–tujuan yang ditetapkan. Dalam hubungan ini, rumusan strategi senantiasa memperhatikan

kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman eksternal yang

dilakukan oleh (para) pesaingnya.

b. Strategi sebagai kegiatan

Sebagai suatu kegiatan, strategi merupakan upaya-upaya yang dilakukan oleh setiap individu, organisasi, atau perusahaan, untuk memenangkan persaingan, demi tercapainya tujuan yang diharapkan atau telah ditetapkan.

c. Strategi sebagai suatu instrument

Sebagai suatu instrument, strategi merupakan alat yang digunakan oleh semua unsure pimpinan organisasi/perusahaan, terutama manajer puncak, sebagai pedoman sekaligus alat pengendali pelaksanaan kegiatan.

d. Strategi sebagai suatu sistem

Sebagai suatu sistem, strategi merupakan suatu kesatuan rencana dan tindakan-tindakan yang komprehensif dan terpadu, yang diarahkan untuk menghadapi tantangan-tantangan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

e. Strategi sebagai pola pikir

Sebagai pola pikir, strategi merupakan suatu tindakan yang dilandasi oleh wawasan yang luas tentang keadaan internal maupun eksternal untuk rentang waktu yang tidak pendek, serta kemampuan pengambilan keputusan untuk memilih alternatif-alternatif terbaik yang dapat dilakukan dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada, yang dibarengi dengan upaya–upaya untuk” menutup” kelemahan-kelemahan guna mengantisipasi atau meminimumkan ancaman-ancamannya.

2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Pada bagian terdahulu telah dikemukakan bahwa ”Pemberdayaan”

merupakan implikasi dari strategi pembangunan yang berbasis pada masyarakat ( people centered development). Terkait dengan hal ini,pembagunan,apapun

pengertian yang diberikan terhadapnya, selalu merujuk pada upaya perbaikan, terutama perbaikan pada mutu hidup manusia baik secara fisik, mental, ekonomi maupun sosial budayanya.

Dalam pengalaman pembangunan pertanian yang telah dilaksanakan di Indonesia selama tiga Dasawarsa terakhir, menunjukkan bahwa, untuk mencapai ke tiga bentuk perbaikan yang disebutkan diatas masih memerlukan perbaikan-perbaikan lain yang menyangkut.

a. Perbaikan kelembagaan pertanian (Better organization) demi terjalinnya kerjasama dan kemitraan antar stakeholders. Sebagai contoh, dapat disampaikan pengalaman pelaksanaan Intensifikasi Khusus (INSUS), dimana inovasi sosial yang dilakukan melalui usaha tani berkelompok mampu menembus kenaikan produktivitas (leveling off) yang dicapai inovasi teknis;

b. Perbaikan kehidupan masyarakat (Better community), yang tercermin dalam perbaikan pendapatan, stabilitas keamanan dan politik, yang merupakan sub-sistem pembangunan masyarakat (community development).

c. Perbaikan usaha dan lingkungan hidup (Better Environment), demi kelangsungan usaha taninya. Tentang hal ini, pengalaman menunjukkan bahwa penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan dan tidak seimbang berpengaruh negatif terhadap produktivitas dan pendapatan petani, secara

kerusakan lingkungan hidup yang lain,yang dikhwatirkan akan mengancam keberlanjutan (sustainability) pembangunan pertanian itu sendiri. Perlunya

kerusakan lingkungan hidup yang lain,yang dikhwatirkan akan mengancam keberlanjutan (sustainability) pembangunan pertanian itu sendiri. Perlunya

Dokumen terkait