• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PETANI JAGUNG) DI DESA PALAJAU KECAMATAN ARUNGKEKE KABUPATEN JENEPONTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PETANI JAGUNG) DI DESA PALAJAU KECAMATAN ARUNGKEKE KABUPATEN JENEPONTO"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PETANI JAGUNG)

DI DESA PALAJAU KECAMATAN ARUNGKEKE KABUPATEN JENEPONTO

IRSAL ISKANDAR Nomor Stambuk : 10564 262 08

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(2)

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PETANI JAGUNG) DI DESA PALAJAU KECAMATAN ARUNGKEKE

KABUPATEN JENEPONTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh IRSAL ISKANDAR Nomor Stambuk : 10564 262 08

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(3)

PERSETUJUAN

Judul : Peran Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Petani Jagung) di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

Nama Mahasiswa : Irsal Iskandar Stambuk : 10564 262 08 Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Lukman Hakim, M.Si Adnan Ma’ruf, S.Sos, M.Si

Mengetahui :

Dekan Ketua Jurusan

Fisipol Unismuh Makassar Ilmu Pemerintahan

Dr. H. Muhlis Madani, M.Si A.Luhur Prianto, S.IP, M.Si

(4)

PENERIMAAN TIM

Telah diterima oleh TIM Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan Surat Keputusan/undangan menguji ujian skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar, Nomor : ……… sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S.1) dalam Program Studi Ilmu Pemerintahan Di Makassar pada hari kamis Tanggal 26 Februari 2015.

TIM PENILAI

Ketua, Sekertaris,

DR. H. Muhlis Madani, M.Si Drs. Muhammad Idris, M.Si

Penguji :

1. Drs. H. Parakkasi Tjaijja, M.Si (………... ) 2. Dra. Hj. Juliati Saleh, M.Si (………... ) 3. Drs. H. Muhammad Idris, M.Si (………... )

4. Adnan Ma’ruf, S.Sos, M.Si (………... )

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : Irsal iskandar Nomor Stambuk : 10564 262 08 Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 15 Januari 2015 Yang Menyatakan,

Irsal Iskandar

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul”Peran Pemerintah Desa dalam Pembedayaan Masyarakat (Petani Jagung) di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Lukman Hakim, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Adnan Ma’ruf, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Dr. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak A. Luhur Prianto, S.IP, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

(7)

4. Terkhusus kepada kedua orang tua, Ayah Almarhum H.Iskandar Sila Ibunda tercinta Hadasia Iskandar yang senantiasa memberikan semangat dan bantuan, baik moril maupun materi.

5. Teman-teman seperjuangan yang telah banyak memberi saran, dukungan, dan motivasi kepada penulis.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sengat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 01 Januari 2015

Irsal Iskandar

(8)

ABSTRAK

IRSAL ISKANDAR (2015). Peran Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat (petani jagung) di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto (dibimbing oleh Lukman Hakim dan Adnan Ma’ruf).

Peran pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat petani jagung merupakan salah satu bentuk pencapaian kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, peneliti terdorong untuk mencoba menggambarkan dan menjelaskan peran pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif dengan menjelaskan peran pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto. Data yang dikumpul dengan menggunakan instrument berupa; dokumentasi dan melakukan wawancara mendalam terhadap informan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto belum dilaksanakan secara optimal. Terdapat beberapa peran telah dilaksanakan dengan baik tetapi aspek lain belum terlaksana sesuai yang diharapkan. Berdasarkan simpulan diatas maka peneliti memberikan peran dalam pelayanan masyarakat terutama dalam pemberdayaan masyarakat petani jagung yang merupakan sumber daya utama di desa. Di sarankan pula agar dapat bekerja sama dengan dinas pertanian dalam hal melakukan kegiatan penyuluhan petanian dan pembangunan infrastruktur pertanian dapat ditingkatkan demi kesejahteraan masyarakat petani jagung.

Key Word: Peran Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Petani Jagung

(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengajuan Skripsi……….. i

Halaman Penerimaan Tim……… ii

Halaman Persetujuan………... ... iii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Tulis Ilmiah……….. iv

Abstrak………. ... v

Kata Pengantar……… vi

Daftar Isi………... vii

Daftar Tabel……… ... viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peran ... 7

B. Pemerintah Desa ... 8

C. Pemberdayaan Masyarakat……….. ... 15

D. Konsep Kebijakan…… ... 28

E. Pengertian Pengembangan Organisasi ... 31

F. Kerangka Pikir... 34

G. Fokus Penelitian ... 35

H. Deskripsi Fokus Penelitian……….. . 36

BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan lokasi penelitian ... 38

B. Jenis dan Tipe penelitian ... 38

C. Sumber Data ... 38

D. Informan Penelitian ... 38

E. Teknik Pengumpulan data ... 39

F. Teknik Analisis Data ... 39

G. Pengabsahan Data……….. 40

H. Jadwal Penelitian……… 41

BAB IV. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi atau Karakteristik Obyek Penelitian………. 42

B. Peran Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Petani Jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto ... 52

C. Bentuk Bentuk Pemberdayaan Petani Jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto………... 55

(10)

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan………. 62

2. Saran………... 64

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel.1………44

Tabel.2………45

Tabel.3………46

Tabel.4………47

Tabel.5………48

Tabel.6………59

Gambar Peta Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto………...43

Gambar Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto……….51

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris, dimana sebagian besar penduduknya hidup dan masih tergantung pada sektor pertanian. Pembangunan Nasional dewasa ini diprioritaskan pada bidang perekonomian dan pemerintah harus berusaha untuk menerapkan kebijakan dalam rangka peningkatan hasil produksi pertanian. Pembangunan di bidang pertanian mutlak dilakukan, mengingat sebagian besar penduduk tinggal di pedesaan dengan pekerjaan utamanya bertani. Karena itu wajarlah jika pembangunan lebih banyak diarahkan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di daerah pedesaan karena petani merupakan golongan berpendapatan rendah.

Maka dari itu pemerintah dengan segala perangkatnya merupakan pilar utama dalam penyelenggaraan negara. Semakin baik peran pemerintah dalam penyelenggaraan negara, semakin baik pula peningkatan pembangunan negara dan pada akhirnya berpengaruh pula pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan masyarakat diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk peningkatan pembangunan di segala bidang kepada masyarakat secara merata.

Salah satu peran pemerintah untuk meningkatkan kesejahetraan masyarakat adalah pemberdayaan masyarakat melalui perhatian terhadap berbagai usaha yang merupakan mata pencaharian masyarakat. Kegiatan pemberdayaan ini

(13)

diharapkan dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi usaha masyarakat serta sumber daya alam di lingkungan tersebut.

Pentingnya peran aparat pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat, berkenaan pula dengan tugas dan wewenang aparatur negara yang harus diemban sebagai pelayan masyarakat. Aparat pemerintah desa sebagai penyelenggara pemerintah di wilayah desa diharapkan dapat meningkatkan pelayanan dalam bentuk implementasi perannya dengan optimal untuk kesejahteraan masyarakat desa.

Peran pemerintah desa berkenaan pula serangkaian upaya dalam peningkatan pembangunan. Oleh karena itu pemerintah desa diharapkan dapat mengimplementasikan pembangunan melalui serangkaian yang dapat memajukan desa dari berbagai segi sumber daya yang dapat digali di desa di antaranya melalui pemberdayaan masyarakat petani jagung. Peran ini dapat dilakukan dengan cara memberikan pengetahuan kepada masyarakat petani jagung sejak pemilihan lahan jagung, cara penanaman dan perawatan jagung itu sendiri serta cara pemasaran jagung sesuai dengan harga yang berlaku di wilayah daerah.

Persoalan yang dihadapi di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto adalah peran pemerintah desa dan pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat belum dilaksanakan secara maksimal. Hal ini tampak dalam masyarakat petani jagung. Padahal di desa ini jagung merupakan salah satu komoditi utama petani yang layak ditingkatkan karena wilayah tofografi desa yang sangat cocok dengan jenis tanaman jagung.

(14)

Peran pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat petani jagung sangat perlu mendapat perhatian sebagai salah satu program agropolitan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama karena belum tampak.

Pemerintah belum maksimal mengupayakan pemberdayaan baik dalam penyuluhan tata cara penanaman jagung yang baik, penyediaan bibit pupuk dan pestisida maupun mengatur pemasaran jagung, dan pembangunan sarana/prasarana yang dapat memberdayakan petani jagung.

Peran pemerintah desa dalam kegiatan penyuluhan tata cara penanaman dan perawatan tanaman jagung diharapkan dapat dilakukan oleh Kepala Desa bersama aparat pemerintah desa lainnya dengan cara berkoordinasi dengan penyuluh pertanian atau mendatangkan nara sumber pertanian yang ahli dalam penanaman jagung.

Selanjutnya, peran pemerintah desa dalam penyediaan bibit tanaman jagung dan pestisida diharapkan dapat dilakukan dengan cara mengakomodir bibit tanaman dan pestisida yang sesuai dengan kebutuhan petani. Cara ini dapat memudahkan petani dalam memilih dan menetapkan bibit jagung yang baik untuk ditanam. Di samping itu masyarakat petani jagung diberikan pula materi tata cara pemeilihan bibit, pemupukan dan penggunaan pestisida.

Pada aspek pemasaran hasil panen jagung dapat dilakukan pemerintah dengan cara membantu petani tentang tata cara pemasaran hasil panen sesuai dengan harga yang normal sehingga terhindar dari permainan harga para tengkulak dan petani tidak akan mengalami kerugian terhadap hasil panen yang telah dihasilkan.

(15)

Di bidang pembagunan infrastruktur (irigasi) pemerintah dapat melakukan pembangunan saluran irigasi bagi petani jagung, karena selama ini pembangunan masih sangat minim sehingga petani jagung kesulitan dalam hal mendapatkan air irigasi untuk kebutuhan bertani .

Peran pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto, sangat penting untuk mendukung kondisi desa ini karena sebagian besar masyarakat di desa tersebut memiliki mata pencaharian sebagai petani jagung sehingga memungkinkan dalam kegiatan pemberdayaan tanaman jagung.

Kurangnya perhatian pemerintah ini berakibat pada masyarakat petani jagung tidak berkembang sesuai yang diharapkan. Petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto belum dapat melaksanakan tata cara penanaman jagung secara optimal. Penanaman jagung hanya dilaksanakan secara alami tanpa pemelihan bibit yang baik.

Perawatan tanaman jagung dilakukan masyarakat secara alami dan tidak menggunakan pupuk dan pestisida yang optimal. Hal ini karena sulitnya mendapatkan pupuk dan pestisida. Sebagian pupuk dan pestisida dijual pula di toko-toko terdekat tetapi dengan harga yang terlampau mahal. Hal ini berdampak pada hasil panen jagung tidak sesuai dengan harapan.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, diperlukan upaya pemerintah desa dalam memberikan peran yang optimal dalam pemberdayaan masyarakat petani jagung yang dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan

(16)

kesejahteraan masyarakat desa sebagai indikator pembangunan kesejahteraan masyarakat Indonesia sesuai yang diharapkan.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis merasa tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul: “Peran Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Petani Jagung) Di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pemikiran diatas maka dalam penelitian ini penulis mengangkat beberapa permasalahan yaitu:

1. Bagaimana peran Pemerintah Desa dalam pemberdayaan masyarakat petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto?

2. Bagaimana bentuk-bentuk pemberdayaan petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto?

C. Tujuan

Untuk mengetahui dan menganalisis peran Pemerintah Desa dalam pemberdayaan masyarakat (petani jagung) di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

D. Kegunaan Penelitian

a. Dari segi teoritis atau aspek keilmuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi bagi pengembangan konsep keilmuan khususnya dalam bidang kajian yang berhubungan dengan pengembangan organisasi pemerintah Desa khususnya Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

(17)

b. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dan bahan masukan bagi peran Pemerintah Desa.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peran

Dalam pengertian umum, peranan dapat diartikan sebagai perbuatan seseorang atas sesuatu pekerjaan. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa.

Peranan merupakan suatu aspek yang dinamis dari suatu kedudukan (status).

Menurut Soekanto (2009: 243), peranan adalah aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Setiap orang memiliki macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidup. Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat dalam menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup tiga hal yaitu:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

(19)

Menurut Sumarjono (2007: 105), peran (role) adalah aspek dinamis dari kehidupan (status) atau pola tingkah laku yang ada hubungannya dengan kehidupan sosial seseorang, antara status dan role sangat sukar dipisahkan. Tidak ada kedudukan tanpa peran, dan tidak ada peran tanpa kedudukan.

Melihat dari beberapa pengertian peranan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian peranan dalam hal ini peranan pemerintah desa dalam melaksanakan tugas dan wewenang yang dibebankan kepadanya yang sesuai dengan tanggung jawab organisasi tersebut, untuk dapat melaksanakan sesuai dengan target dan tujuan yang telah ditetapkan.

B. Pemerintah Desa

Secara umum di Indonesia, desa (atau yang disebut dengan nama lain sesuai bahasa daerah setempat) dapat dikatakan sebagai suatu wilayah terkecil yang dikelola secara formal dan mandiri oleh kelompok masyarakat yang berdiam di dalamnya dengan aturan-aturan yang disepakati bersama, dengan tujuan menciptakan keteraturan, kebahagiaan dan kesejahteraan bersama yang dianggap menjadi hak dan pemerintahannya Desa/Kelurahan langsung dibawah Camat.

Dalam sistem administrasi Negara yang berlaku sekarang di Indonesia, wilayah desa merupakan bagian dari wilayah kecamatan, sehingga kecamatan menjadi instrument koordinator dari penguasa supra desa ( Negara melalui Pemerintah dan pemerintah daerah).

Pemerintahan Desa yang semula merupakan unit Pemerintahan terendah di bawah Camat, berubah menjadi sebuah “self governing society” yang mempunyai kebebasan untuk mengurus kepentingan masyarakat setempat dan

(20)

mempertanggungjawabkannya pada masyarakat setempat pula. Setiawan, (2011:9).

Konteks desa, definisi umum tata pemerintahan desa adalah tradisi dan institusi yang menjalankan kekuasaan di dalam suatu pemerintahan desa (Pemerintah Desa dan BPD), Menurut Hanif Nicolis, (2001:120).

1. Proses pemerintahan desa dipilih, dipantau, dan digantikan.

2. Kapasitas pemerintahan desa untuk memformulasikan dan melaksanakan kebijakan secara efektif, dan

3. Pengakuan masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan terhadap institusi yang mengatur interaksi antara mereka. Unsur yang terakhir dapat dilakukan melalui tiga struktur komunikasi, yaitu kewenangan, legitimasi, dan representasi.

4. Kewenangan hak pemerintahan desa untuk membuat keputusan dalam bidang tertentu. Walaupun ini merupakan hak dari suatu pemerintahan desa, namun yang terpenting adalah bagaimana melibatkan persepsi rakyat tentang tindakan yang perlu dilakukan pemerintahan desa. Legitimasi diperoleh karena masyarakat mengakui bahwa pemerintahan desa telah menjalankan peranannya dengan baik, atau kinerja dalam menjalankan kewenangan itu tinggi.

Terlihat bahwa tata pemerintahan desa tidaklah terbatas pada bagaimana pemerintahan desa menjalankan wewenangnya dengan baik semata, tetapi lebih penting lagi adalah bagaimana masyarakat desa dapat berpartisipasi dan mengontrol pemerintahan desa untuk menjalankan wewenang tersebut dengan baik dan bertanggung jawab (accountable) Girsang, (2009:92).

(21)

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wiyalah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengertian desa dari sudut pandang sosial budaya dapat diartikan sebagai komunitas dalam kesatuan geografis tertentu dan antara mereka saling mengenal dengan baik dengan corak kehidupan yang relatif homogen dan banyak bergantung secara langsung dengan alam.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Otonomi Desa, Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berada dikabupaten/kota, dalam pasal 2 ayat (1) dikatakan bahwa desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat. Pada ayat (2) tertulis bahwa pembentukan desa harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Jumlah Penduduk.

b. Luas Wilayah.

c. Bagian Wilayah Kerja.

(22)

d. Perangkat, dan.

e. Sarana dan Prasarana Pemerintahan.

Di Desa terdapat masalah yang dihadapi masyarakat. Ada masalah, masalah pekerjaan, pendapatan, khususnya di bidang pertanian yakni jagung.

Masyarakat berharap dapat lepas dari masalah-masalah itu karena itu masalah- masalah warga masyarakat dalam kebutuhannya untuk meningkatkan taraf hidupnya antara lain kebutuhan pokok seperti makanan yang cukup dan sehat, rumah yang sehat, pakaian yang memadai, kebutuhan pengetahuan, keterampilan, penghasilan yang cukup, lingkungan yang apik dan sehat dan lain-lain.

Di Desa sebenarnya terdapat potensi sumber daya. Ada potensi sumber daya alam atau sumber daya lingkungan dan sumber daya manusia. Agar terpenuhi kebutuhannya maka mau tidak mau sumber daya itu harus dimanfaatkan dengan baik. Untuk itulah perlu adanya pembangunan sebab pembangunan Desa mencakup berbagai bidang kehidupan masyarakat baik itu lahir maupun batin.

Pembangunan mencakup pribadi warganya dan lingkungannya, pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan warganya. Semua elemen penting terhadap pada institusi desa diharapkan selalu mengetahui apa masalah warganya dan apa kebutuhannya. Bukankah pembangunan itu untuk penduduknya sendiri dan bukankah pemerintahan Desa diadakan untuk membangun Desa dan masyarakat.

Dalam hal ini seorang Kepala Desa harus menempatkan dirinya sebagai Pemimpin yang baik yang bisa mengayomi masyarakatnya, yang siap mendengar keluh kesah warganya dalam hal apapun, agar masyarakatnya benar-benar percaya

(23)

bahwa pemimpinnya selalu bersikap adil dan tidak berpihak pada yang satu atau yang lainnya.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 pasal 14 dan 15 disebutkan bahwa Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Urusan pemerintahan yang dimaksud adalah pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan desa seperti pembuatan peraturan desa, pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan badan usaha milik desa, dan kerja sama antar desa. Urusan pembangunan yang dimaksud adalah pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana dan prasarana fasilitas umum desa. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana diatas, Kepala Desa mempunyai wewenang:

1. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersaama BPD.

2. Mengajukan rancangan peraturan desa.

3. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.

4. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD.

5. Membina kehidupan masyarakat desa.

6. Membina perekonomian desa.

7. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.

8. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan;

(24)

9. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Melaksanakan tugas dan wewenangnya, kepala desa mempunyai kewajiban:

a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

c. Memelihara kententraman dan ketertiban masyarakat.

d. Melaksanakan kehidupan demokrasi.

e. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi, Nepotisme (KKN).

f. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintah desa.

g. Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan.

h. Menyelenggarakan adminsitrasi pemerintahan desa yang baik.

i. Melaksanakan dan mempertanggung jawabkan pengelolaan keuangan desa.

j. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa.

k. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa.

l. Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa.

m. Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat- istiadat.

n. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa. dan

o. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup.

(25)

Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa.

Pengangkatan Perangkat Desa sebagaimana dimaksud diatas ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa, dan usia perangkat desa tersebut paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun dan paling tinggi 60 (enam puluh) tahun. Mengenai Perangkat Desa Lainnya ini diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Di desa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan yang ditetapkan dengan peraturan desa dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Lembaga kemasyarakatan ini bertugas membantu pemerintah desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa. Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik desa berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban.

Hak dan kewajiban tersebut menimbulkan pendapatan, belanja, dan pengelolaan keuangan desa.

Untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pengembangan organisasi pemerintah yang telah diprogramkan perlu didukung oleh aparatur pelaksana yang mampu, dan untuk itu perlu dijalin hubungan serasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, dan antara pemerintah daerah dengan pemerintah di bawahnya sampai pada unit pemerintahan yang terendah yaitu pemerintah Desa.

Memperhatikan pentingnya peranan dan fungsi aparatur pemerintah desa yang merupakan barisan terdepan dalam mensukseskan program pemerintah, pembangunan dan pembinaan masyarakat maka lembaga musyawarah Desa sebagai lembaga pemerintah Desa yang merupakan perwujudan demokrasi Pancasila di tingkat Desa mempunyai peranan yang menentukan di dalam

(26)

keberhasilan seorang Kepala Desa untuk melaksanakan tugas-tugasnya di bidang pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyaraka

C. Pemberdayaan Masyarakat 1. Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan bersal dari bahasa Inggris “Empeworment”, yang dalam bahasa indonesia berarti pemberdayaan adalah sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan masyarakat. Konsep tersebut meluas, diterima dan dipergunakan dengan pengertian dan persepsi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Menurut Prijono dan Pranarka (1996: 72), pemberdayaan dalam konteks pendidikan adalah:

Proses belajar mengajar yang merupakan usaha terencana dan sistematis yang dilaksanakan secara berkesinambungan baik bagi individu maupun kolektif, guna mengembangkan daya (potensi) dan kemanpuan yang terdapat dalam diri individu dan kelompok masyarakat sehingga mampu melaksanakan transformasi sosial.

Menurut American Heritage Hictionary (Prijono dan Pranarka, 1996: 133), kata empowerment mengandung dua arti. Pengertian pertama berarti to give power or authority to, dan pengertian kedua berarti to give ability to or enable. Dalam

pengertian pertama diartikan sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan, atau mendelegasi otoritas ke pihak lain. Sedangkan dalam pengertian kedua diartikan sebagai upaya untuk memberi kemampuan atau keberdayaan.

Dari pengertian diatas dapat diperoleh gambaran bahwa pemberdayaan adalah proses pemberian atau pelimpahan kekuasaan, kekuatan, dan kemampuan

(27)

kepada individu, masyarakat ataupun kepada organisasi. selain itu, pemberdayaan juga merupakan pemberian stimulasi, dorongan dan motivasi kepada individu yang berada dalam organisasi sehingga pemberdayaan merupakan dukungan kepada organisasi itu sendiri maupun kepada manusianya.

Selain itu pengertian pemberdayaan yang dikemukakan oleh Cook dan Steve (1996: ix), mengatakan bahwa :

“Pelimpahan wewenang akan memberikan filosofis praktis serta sarana perubahan untuk membantu memperbaiki, baik terhadap kepuasan pelanggan maupun pegawai/ karyawan dan dengan demikian juga dapat membantu memperbaiki keefektifan organisasi”.

Bila dilihat secara lebih luas, pemberdayaan sering disamakan dengan perolehan kekuatan dan akses terhadap sumberdaya untuk mencari nafkah.

Mezirow (Ndraha:79), menyatakan bahwa pembangunan masyarakat adalah usaha berencana untuk memungkinkan partisipasi individual dalam memecahkan berbagai masalah masyarakat secara demokratis melalui latihan dan pendidikan pembangunan. Dengan demikian pembangunan mendorong terjadinya sesuatu proses perubahan sosial yang memungkinkan orang yang tidak berdaya untuk memberi pengaruh yang lebih besar dalam masyarakat.

Oleh karena itu pemberdayaan yang sifatnya individual sekaligus kolektif guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Dalam kaitan dengan hal ini, Payne (Adi, 2003: 54), mengemukakan bahwa suatu proses pemberdayaan (empeworment) pada intinya ditujukan guna:

(28)

Membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui penigkantan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunaakan daya yang ia miliki, anatara lain melalui transfer daya dari lingkungannya.

Jasmay (2004:41-42), menegaskan bahwa kerangka pikir dalam proses pemberdayaan setidaknya mengandung tiga tujuan penting yang terdiri dari:

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang;

2. Memperkuat potensi atau daya yang dimilik masyarakat atau kelompok yang akan diberdayakan;

3. Upaya melindungi (mencegah) terjadinya persaingan yang tidak seimbang, menciptakan keadilan, serta menciptakan kebersamaan dan kemitraan antara yang sudah maju dengan yang belum berkembang.

Pemberdayaan dengan menekankan kepada ketiga ketentuan di atas, jelas akan menjadi strategi unggulan dan akan berdampak positif kepada menurunnya angka kemiskinan. Dengan demikian, pemberdayaan bukan hanya sekedar pendekatan, melainkan menjadi faktor utama program pembangunan dalam kaitannya dengan pengentasan dan penanggulangan kemiskinan. Hakekat pemberdayaan terletak pada berlangsungnya proses yang utuh, proses yang mengutamakan aksi-refleksi, proses yang konkret dan bukan hanya sebagai cita- cita.

(29)

Korten dan Alfonso (Soetrisno, 2001: 152), menyatakan bahwa keberhasilan suatu program yang digulirkan kepada masyarakat, ditentukan oleh adanya kesesuaian antara tiga komponen, yaitu :

a. Kesesuaian antar kelompok sasaran dengan organisasi, artinya artikulasi kepentingan kelompok sasaran haruslah mendapat saluran di dalam proses pemngambilan keputusan organisasi:

b. Kesesuaian antara program dengan organisasi, dalam arti persyaratan tugas yang dituntut program harus sesuai dengan kompetensi personil organisasi;

c. Kesesuaian antara program dengan kelompok sasaran. Ini berarti bahwa output suatu program harus sesuai dengan kebutuhan kelompok sasaran.

Aspek penting dalam suatu program pemberdayaan masyarakat adalah program yang disusun sendiri oleh masyarakat, menjawab kebutuhan dasar masyarakat, mendukung keterlibatan kaum miskin, perempuan/laki-laki, buta huruf dan kelompok terabaikan lainnya, dibangun dari sumberdaya lokal, sensitiv terhadap nilai-nilai budaya setempat, memperhatikan dampak lingkungan, tidak mencipatakan ketergantungan berbagai pihak terkait, serta berkelanjutan.

Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat pada tingkat penentu kebijakan akan meningkatkan efektivitas and efesiensi penggunaan sumberdaya pembangunan yang tebatas. Hal ini akan meningkatkan kesesuaian program pembangunan dengan kenyataan setempat dan memperkuat keberlanjutan program karena masyarakat mempunyai rasa memiliki dan tanggung jawab.

Disamping itu hambatan finansial masih membatasi penentuan keputusan tingkat lokal. Lebih lanjut lagi penyusunan kebijakan rinci menghambat

(30)

timbulnya kreativitas lokal. Hambatan lain adalah kekurangan data monitoring dan evaluasi serta masih adanya struktur pemerintahan dan proses perencanaan yang bersifat membatasi.

Subejo (2004:31), mengemukakan bahwa, terminology pemberdayaan masyarakat kadang-kadang sangat sulit di bedakan dengan penguatan masyarakat serta pembangunan masyarakat, yaitu proses dimana usaha-usaha orang-orang itu sendiri disatukan dengan usaha-usaha pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi, sosial dan cultural masyarakat, menyatukan masyarakat-masyarakat itu kedalam kehidupan bangsa, dan memungkinkan masyarakat itu menyumbang secara penuh bagi kemajuan nasional.

Dalam praktiknya seringkali terminologi-terminologi tersebut saling tumpang tindih, saling menggantikan dan mengacu pada suatu pengertian yang serupa. Cook (2005:42), menggaris bawahi bahwa pembangunan atau secara spesifik pembangunan masyarakat adalah merupakan konsep yang berkaitan dengan upaya peningkatan atau pengembangan. Hal ini merupakan tipe tertentu tentang perubahan menuju kearah yang positif. Singkatnya Community development merupakan suatu tipe tertentu sebagai upaya yang disengaja untuk

memacu peningkatan atau pengembangan masyarakat. Sedangkan Giarci

|(2001:42), memandang community depelopment sebagai suatu hal yang memiliki pusat perhatian dalam membantu masyarakat pada berbagai tingkatan umur untuk tumbuh dan berkembang melalui berbagai fasilitas dan dukungan agar mereka mampu memutuskan merencanakan dan mengambil tindakan untuk mengelolah dan mengembangkan lingkukan fisiknya serta kesejahteraan sosialnya. Proses ini

(31)

mempasilitasi penguatan ekonomi lokal dan memungkinkan masyarakat untuk melakukan collectiveaction dan melakukan political pressure serta membawa usaha-usaha bersama untuk memulai perubahan-perubahan di tingkat lokal dimana networking menjadi salah satu kuncinya.

Bartle (2003: 43), mendefinisikan community development sebagai alat untuk menjadikan masyarakat semakin komplek dan kuat. Ini merupakan suatu perubahan sosial dimana masyarakat menjadi leboh komplek, institusi lokal tumbuh, collective powernya meningkat serta terjadi di perubahan secara kualitatif padda organisasinya.

Ada beberapa hal penting dalam tahap pemberdayaan masyarakat adalah:

1. Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat

Axin (2001: 159), mengartikan “Pendekatan” sebagai suatu “gaya” yang harus menetukan dan harus diikuti oleh semua pihak dalam sistem yang bersangkutan. Pendekatan” ibarat bunyi gendang yang harus diikuti penabuh gamelan dan penarinya. Terkait dengan kegiatan pemberdayaan, Negel (1997:159), mengemukakan bahwa, apapun pendekatan yang akan diterapkan, harus memperhatikan:

1) Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan pemberdayaan;

2) Sistem transfer teknologi yang dilakukan;

3) Pengembangan sumberdaya manusia/fasilitator yang akan melakukan pemberdayaan;

4) Alternatif organisasi pemberdayaan yang akan diterapkan, yang akan berhadapan dengan pilihan-pilihan antara:

(32)

a) Publikasi ataukah swasta;

b) Pemerintahan ataukah non-pemmerintah;

c) Dari atas (birokrasi) ataukah dari bawah (partisipatip);

d) Mencari keuntungan ataukah non-profit;

e) Karitatip ataukah mengembalikan biaya;

f) Umum ataukah sektoral;

g) Multi-tujuan ataukah tujuan tunggal;

h) Transfer teknologi ataukah berorientasi pada kebutuhan.

2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang memiliki tujuan yang jelas dan harus dicapai, oleh sebab itu, setiap pelaksanaan pemberdayaan masyarakat perlu dilandasi dengan strategi kerja tertentu demi keberhasilannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam pengertian sehari-hari, strategi sering diartikan sebagai langkah–langkah atau tindakan tertentu yang dilasanakan demi tercapainya suatu tujuan atau penerima manfaat yang dikehendaki,oleh karena itu, pengertian strategi sering rancu dengan :metoda,teknik,atau taktik.

Tentang hal ini, secara konseptual, strategi sering diartikan dengan beragam pendekatan, seperti :

a. Strategi sebagai suatu rencana

Sebagai suatu rencana, strategi merupakan pedoman atau acuan yang dijadikan landasan pelaksanaan kegiatan, demi tercapainya tujuan–tujuan yang ditetapkan. Dalam hubungan ini, rumusan strategi senantiasa memperhatikan

(33)

kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman eksternal yang

dilakukan oleh (para) pesaingnya.

b. Strategi sebagai kegiatan

Sebagai suatu kegiatan, strategi merupakan upaya-upaya yang dilakukan oleh setiap individu, organisasi, atau perusahaan, untuk memenangkan persaingan, demi tercapainya tujuan yang diharapkan atau telah ditetapkan.

c. Strategi sebagai suatu instrument

Sebagai suatu instrument, strategi merupakan alat yang digunakan oleh semua unsure pimpinan organisasi/perusahaan, terutama manajer puncak, sebagai pedoman sekaligus alat pengendali pelaksanaan kegiatan.

d. Strategi sebagai suatu sistem

Sebagai suatu sistem, strategi merupakan suatu kesatuan rencana dan tindakan-tindakan yang komprehensif dan terpadu, yang diarahkan untuk menghadapi tantangan-tantangan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

e. Strategi sebagai pola pikir

Sebagai pola pikir, strategi merupakan suatu tindakan yang dilandasi oleh wawasan yang luas tentang keadaan internal maupun eksternal untuk rentang waktu yang tidak pendek, serta kemampuan pengambilan keputusan untuk memilih alternatif-alternatif terbaik yang dapat dilakukan dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada, yang dibarengi dengan upaya–upaya untuk” menutup” kelemahan-kelemahan guna mengantisipasi atau meminimumkan ancaman-ancamannya.

(34)

2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Pada bagian terdahulu telah dikemukakan bahwa ”Pemberdayaan”

merupakan implikasi dari strategi pembangunan yang berbasis pada masyarakat ( people centered development). Terkait dengan hal ini,pembagunan,apapun

pengertian yang diberikan terhadapnya, selalu merujuk pada upaya perbaikan, terutama perbaikan pada mutu hidup manusia baik secara fisik, mental, ekonomi maupun sosial budayanya.

Dalam pengalaman pembangunan pertanian yang telah dilaksanakan di Indonesia selama tiga Dasawarsa terakhir, menunjukkan bahwa, untuk mencapai ke tiga bentuk perbaikan yang disebutkan diatas masih memerlukan perbaikan- perbaikan lain yang menyangkut.

a. Perbaikan kelembagaan pertanian (Better organization) demi terjalinnya kerjasama dan kemitraan antar stakeholders. Sebagai contoh, dapat disampaikan pengalaman pelaksanaan Intensifikasi Khusus (INSUS), dimana inovasi sosial yang dilakukan melalui usaha tani berkelompok mampu menembus kenaikan produktivitas (leveling off) yang dicapai inovasi teknis;

b. Perbaikan kehidupan masyarakat (Better community), yang tercermin dalam perbaikan pendapatan, stabilitas keamanan dan politik, yang merupakan sub- sistem pembangunan masyarakat (community development).

c. Perbaikan usaha dan lingkungan hidup (Better Environment), demi kelangsungan usaha taninya. Tentang hal ini, pengalaman menunjukkan bahwa penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan dan tidak seimbang berpengaruh negatif terhadap produktivitas dan pendapatan petani, secara

(35)

kerusakan lingkungan hidup yang lain,yang dikhwatirkan akan mengancam keberlanjutan (sustainability) pembangunan pertanian itu sendiri. Perlunya perbaikan usaha dan lingkungan akan membantu masyarakat dalam peningkatan produktivitas dan pendapatan para masyarakat petani sehingga pencapaian kesejahteraan akan lebih baik dan meningkat.

Usman (Jasmay, 2004:58) berpendapat bahwa setidaknya ada tiga aspek yang lazim dikenal dalam proses pemberdayaan, yakni: asistensi, fasilitas, dan promosi. Apabila kemampuan sudah dimiliki kelompok yang dibina, maka bentuk lazim dilakukan adalah dengan assistance (misalnya dalam bentuk pelatihan, konsultasi, atau asistensi teknis, dana dan sejenisnya). Apabila masyarakat binaan masih dikategorikan ke dalam bentuk masyarakat yang berkemampuan rendah, maka alternatif yang perlu di kembangkan adalah model promotion (bantuan pada bidang-bidang tertentu yang sangat dibutuhkan).

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pembangunan berarti pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana dan prasarana fasilitas umum desa, seperti jalan desa, jembatan desa, irigasi desa, pasar desa. Pendekatan pembangunan yang mengutamakan yang peningkatan keberdayaan manusia/masyarakat yang disebut pembangunan yang berpusat pada masyarakat.

Maka harus diakui bahwa masyarakat sendirilah yang menentukan apa yang sebenarnya yang mereka anggap perbaikan dalam kualitas hidup mereka.

(36)

Menurut Ndraha (1990: 16) Pembangunan ialah upaya untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk mempengaruhi masa depannya. Ada lima implikasi utama defenisi tersebut yaitu:

1. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan optimal manusia, baik manusia maupun kelompok.

2. Pembangunan berarti mendorong tumbuhnya kebersamaan dan kemerataan nilai dan kesejahteraan.

3. Pembangunan berarti menaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan yang ada padanya.

Kepercayaan ini dinyatakan dalam bentuk kesempatan yang sama, kebebasan memilih, dan kekuasaan untuk memutuskan.

4. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan untuk membangun secara mandiri.

5. Pembangunan berarti mengurangi ketergantungan Negara yang satu dengan Negara yang lain dan menciptakan hubungan saling menguntungkan dan saling menghormati.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pasal (1), disebutkan bahwa Pembangunan kawasan pedesaan yang dilakukan oleh kabupaten/kota dan atau pihak ketiga wajib mengikutsertakan pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa, dan dalam ayat (2) disebutkan bahwa dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan, pemanfaatan dan pemberdayaan kawasan pedesaan wajib mengikutsertakan masyarakat sebagai upaya pemberdayaan masyarakat.

(37)

Pelaksanaan pembangunan kawasan pedesaan diatur dengan Perda, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Kepentingan masyarakat desa.

b. Kewenangan desa.

c. Kelancaran pelaksana investasi.

d. Kelestarian lingkungan hidup.

e. Keserasian kepentingan antar kawasan dan kepentingan umum.

Pengaturan lebih lanjut mengenai desa ditetapkan dalam Perda dengan berpedoman pada peraturan pemerintah . Perda sebagaimana dimaksud wajib mengakui dan menghormati hak, asal-usul, dan adat-istiadat desa.

Pembangunan sebagai peningkatan kemampuan untuk mengendalikan masa depan, mengandung beberapa implikasi. Pertama, kemampuan (capacity), tanpa kemanpuan seseorang tidak akan dapat mempengaruhi masa depannya.

Kemampuan disini meliputi, fisik, mental, dan spiritual. Segi-segi tersebut haruslah mengalami perubahan. Kedua, kebersamaan (equity) atau keadilan sosial. Pembangunan berarti juga pemerataan, bagaimanapun tingginya laju

pertumbuhan suatu Negara, jika kemajuan tidak merata, hal itu sia-sia belaka.

Ketiga, kekuasaan (empowerment), hal ini berarti memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk secara bebas memilih berbagai alternative sesuai dengan tingkat kesadaran, kemampuan, dan keinginan mereka, dan memberi mereka kesempatan untuk belajar, baik dari keberhasilan maupun darii kegagalan mereka dalam member respon terhadap perubahan. Keempat, ketahanan dan kemandirian (sustainability), implikasi ini mengandung arti yang luas karena faktor-faktor

(38)

pembangunan terbatas adanya, sementara tuntutan kebutuhan semakin meningkat, maka sumber-sumber yang ada harus dapat dikelola sedemikian rupa sehingga pada suatu saat masyarakat yang bersangkutan mampu berkembang secara mandiri.

Menurut Ndraha (1990: 96), ada 5 (lima) masalah-masalah yang dihadapi oleh pembangunan masyarakat di dalam praktek antara lain:

1. Terdapat kecenderungan hanya kaum elite komunitas saja yang mampu dan berkesempatan untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan.

2. Sampai sejuh ini, pembangunan masyarakat belum berhasil sepenuhnya dalam usahanya mendorong perubahan sosial. Memang terdapat perubahan, tetapi jarang sekali terjadi perubahan yang mendasar.

3. Dewasa ini pembangunan masyarakat lebih berbau politik, artinya pembangunan masyarakat dijadikan alat komunikasi politik atau simbol politik.

4. Semakin besar komunitas, semakin bervariasi kepentingannya, sehingga terdapat kepentingan yang saling bersaingan atau kompetetif.

5. Oleh karena itu, pembangunan masyarakat cenderung hanya kepentingan yang sangat umum sifatnya yang di perhatikan sementara kepentingan lapisan dan kelompok masyarakat di dalam komuniitas terabaikan atau disisihkan.

(39)

Karena itu strategi pembangunan yang paling akomodatif adalah pemberdayaan yaitu yang berpihak kepada rakyat, dan yang pada intinya pembangunan yang berbasis rakyat.

D. Konsep Kebijakan

Konsep kebijakan atau dalam bahasa inggris sering kita dengar dengan istilah policy. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dsb); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip dan garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.

Dye (dalam Young dan Quinn,2002: 5) memberikan definisi “kebijakan publik” merupakan pilihan apapun oleh pemerintah,baik untuk melaksanakan sesuatu maupun untuk tidak melaksanakan sesuatu. Pengertian ini menyamakan kebijakan pemerintah dengan tindakan-tindakan pemerintah, dan memandang setiap pilihan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah sudah tentu memiliki tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.

Para ahli yang mewakili kutub yang memandang kebijakan publik dalam tiga aspek, yakni perumusan kebijakan, implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Bagi kedua orang ahli ini sesuatu yang disebut kebijakan publik pasti mencakup ketiga aspek bahwa kebijakan publik adalah serentetan intruksi/perintah dari para pembuat kebijakan yang ditujukan kepada para pelaksana kebijakan yang menjelaskan tujuan-tujuan serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.

(40)

Dalam kebijakan terdiri dari komponen-komponen:

1. Goal atau tujuan yang diinginkan

2. Plans atau proposal, pengertian yang spesifik untuk mencapai tujuan 3. Programs, yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan

4. Decision, atau keputusan, yaitu tindakan-tindakan untuk menentukan tujuan, membuat rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program.

5. Efek, yaitu akibat-akibat dari program (baik disengaja atau tidak, primer atau sekunder)

Berdasarkan uraian dan definisi diatas, maka dapat ditemukan beberapa unsur yang terkandung dalam kebijakan publik sebaggai berikut:

1. Kebijakan selalu mempunyai tujuan attau berorientasi pada tujuan tertentu, 2. Kebijakan berisi tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat pemmerintah, 3. Kebijakan adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, dan

bukan apa yang dimaksud akan dilakukan,

4. Kebijakan publik bersifat positif (merupakan tindakan pemerintah mengenai sesuatu masalah terntetu),

5. Kebijakan publik (positif) selalu berdasarkan pada peraturan perundangan tertentu yang bersifat memaksa (otoritatif).

Proses kebijakan publik adalah serangkaian “aktivitas intelektual yang dilakukan dalam proses kegiatan yang pada dasarnya bersifat politis”. Aktivitas politis tersebut dijelaskan sebagai proses pembuatan kebijakan, dan divisualisasikan sebagai rangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur

(41)

menurut urutan waktu yang meliputi: penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan dan penilaian kebijakan.

Implementasi kebijakan(implementation)terkait dengan siapa yang terlibat dalam implementasi kebijakan,apa yang mereka kerjakan dan apa dampak dari isi kebijakan.

Pada tahapan implementasi berkenaan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan pada proses untuk melaksanakan kebijakan telah dibuat agar tujuan dapat tercapai. Pada tahun ini di perlukan dukungan sumber daya dan penyusunan organisasi pelaksana kebijakan. Dalam proses implementasi kebijakan sering ada mekanisme insentif dan sanksi agar implementasi suatu kebijakan dengan baik.

Kebijakan publik dapat dipahami sebagai akomodasi kepentingan masyarakat dalam kebijakan serta adanya partisipasi masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan publik. Pengusungan nilai-nilai demokrasi seperti keadilan dan pemerataan seringkali berbenturan dengan nilai-nilai birokrasi seperti keadilan dan pemerataan seringkali berbenturan dengan nilai-nilai birokrasi seperti nilai efektifitas dengan pertanggungjawaban kepada lembaga. Partisipasi dan akomodasi kepentingan publik juga seringkali terbentur dengan nilai-nilai prosedural hirarkis birokratis formal yang menyebabkan proses kebijakan seakan- akan berada dalam ruang terbuka akan tetapi syarat dengan muatan birokrasi yang memunculkan nilai demokratis.

a. Kebijakan secara umum dapat di bedakan dalam tiga tingkatan: kebijakan umum,yaitu kebijakan yang menjadi pedoman atau petunjuk pelaksanaan baik

(42)

yang bersifat positif ataupun yang bersifat negatif yang meliputi keseluruhan wilayah atau instansi yang bersangkutan.

b. Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan kebijakan umum untuk tingkat pusat, peraturan pemerintah tentang pelaksanaan suatu undang- undang.

c. Kebijakan teknis, kebijakan operasional yang berada di bawah kebijakan pelaksanaan.

E. Pengertian Pengembangan Organisasi

Organisasi berasal dari kata to organization dalam bahasa Inggris yang berarti mengatur atau menyusun bagian-bagian yang terpisah-pisah sehingga menjadi satu kesatuan yang dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan. Dalam kegiatan sehari-hari organisasi dapat diartikan sebagai wadah atau tempat dimana kegiatan administrasi dilakukan.

Arti organisasi yang diungkapkan oleh Sondang P. Siagian menyatakan bahwa organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerjasama secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan dimana terdapat seorang atau beberapa orang yang disebut atasan dan sekelompok orang yang disebut bawahan.

Pengertian tujuan organisasi adalah harus disebarluaskan supaya diketahui oleh semua pihak baik pihak dalam maupun pihak luar organisasi, gunanya sebagai pedoman segala tindakan dalam organisasi. Sangat disadari bahwa persoalan-persoalan organisasi semakin kompleks, demikian juga persoalan

(43)

manusia yang berada di dalam organisasi semakin rumit pula, sehingga merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh setiap pemimpin dewasa ini.

Manusia adalah pendukung utama setiap organisasi apapun bentuknya.

Oleh karena persoalan manusia senantiasa berkembang dan ruwet, maka persoalan organisasi (khususnya perilaku oeganisasi) semakin hari semakin berkembang.

Pada hakikatnya pusat perhatian organisasi adalah pada tingkah laku manusia dalam suatu organisasi berdasarkan perilaku yang didukung paling sedikit dua komponen yaitu individu yang berperilaku dalam organisasi formal sebagai wadah dari perilaku tersebut. Manusia dan organisasi sudah menyatu, dan bila dua komponen perilaku organisasi berinteraksi maka akan menimbulkan perilaku organisasi yang merupakan titik perhatian dari ilmu perilaku organisasi.

Melaksanakan suatu organisasi dengan baik maka seorang pemerintah selaku Pemimpin harus memberikan semangat kepada aparat-aparatnya baik itu masalah administrasi yang akan dikerjakan dalam organisasi tersebut.

Keberhasilan suatu organisasi terutama dalam pemerintahan Desa berada pada seorang Kepala Desanya sendiri bagaimana mengayomi masyarakatnya dalam mengembangkan organisasi pemerintahan.

Organisasi dapat pula didefenisikan sebagai suatu himpunan interaksi manusia yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang terikat dalam suatu ketentuan yang telah disetujui. Apabila dilihat dari sudut administrasi dan manajemen maka dari setiap organisasi selalu ada seorang atau beberapa orang bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan sejumlah orang yang bekerjasama itu dengan segala aktivitas dan fasilitasnya.

(44)

Meningkatkan dan mengembangkan organisasi pemerintahan Desa maka seorang Kepala Desa harus bertindak yang positif dalam organisasinya agar organisasi yang ada tidak vakum tapi sebaliknya berjalan sesuai apa yang kita harapkan dan mencapai tujuan bersama. Kebijakan pemberlakuan otonomi membuat setiap daerah memiliki kewenangan yang cukup besar dalam mengambil keputusan yang dianggap sesuai. Terlebih dengan pemelihan kepala desa (pilkades) secara langsung yang diselenggarakan sejak tahun 2005, membuat kepala desa yang terpilih mendapat legitimasi lebih kuat dari rakyat untuk membangun wilayahnya.

Tentunya kepala desa hasil pilkades ini membuahkan harapan yang cukup besar bagi masyarakatnya, yaitu peningkatan pembangunan dan kesejahteraan yang akan makin meningkat. Tetapi harapan tersebut ternyata tidak mudah untuk diwujudkan. Kekuatan visi & kompetisi kepala desa terpilih menjadi salah satu penentu, di samping faktor-faktor lain. Tantangan terberat bagi kepala desa terpilih adalah melaksanakan visi, misi, dan janji-janji semasa kampanye, yang hampir semuanya pasti baik.

Masyarakat berharap kesejahteraannya makin meningkat dan lapangan kerja makin terbuka. Lingkungan perlu diperhatikan agar tetap terjaga kelestariannya. Jangan sampai terlalu bersemangat, akhirnya secara jangka panjang terjadi pengrusakan lingkungan. Oleh karena itu dibutuhkan kebijakan dan model investasi yang dapat menyeimbangkan berbagai kepentingan tersebut.

(45)

F. Kerangka Pikir

Untuk lebih mempermudah uraian tersebut diatas maka dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar: 1 Bagan Kerangka Pikir

PEMERINTAH DESA

PERAN PEMERINTAH DESA:

Sistem Kebijakan

PEMBERDAYAAN PETANI JAGUNG:

1. Penyuluhan

2. Pembangunan Irigasi 3. Pemberian Bantuan Bibit 4. Aspek Pemasaran

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PETANI JAGUNG

(46)

G. Fokus Penelitian

Fokus penelitian digunakan sebagai dasar dalam pemerintahan sehingga tidak terjadi kekeliruan terhadap data yang diambil. Untuk menyamakan pemahaman dan cara pandang terhadap karya ilmiah ini, maka penulis akan memberikan penjelasan mengenai maksud dan fokus penelitian terhadap penulisan karya ilmiah ini. Fokus penelitian merupakan penjelasan dari kerangka konsep.

Dalam penelitian karya ilmiah ini, penulis menggunakan pendekatan tujuan (goal approach) dalam mengukur keberhasilan pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat (petani jagung) di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto. Pendekatan proses itu sendiri bertujuan untuk melihat sejauh mana efektifitas pelaksanaan program pemberdayaan terhadap masyarakat petani jagung. Berikut fokus penelitian :

a. Pemerintah Desa

Pemerintah desa merupakan pembuat berbagai kebijakan-kebijakan yang diselenggarakan untuk mencapai tujuan masyarakat petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto

b. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses dimana masyarakat khususnya petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto yang kurang memiliki sumber daya dalam hal pembangunan, dapat di dorong meningkatkan kemandiriannya dalam mengembangkan perikehidupannya.

(47)

c. Peran Pemerintah Desa

Peran pemerintah desa adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan di desa terkait pengembangan dan mendorong kemandirian masyarakat petani jagung melalui pemberdayaan petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

H. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Peran Pemerintah Desa adalah segala tindakan pemerintah yang dilakukan dalam proses pemberdayaan masyarakat petani jagung dalam penyediaan sarana dan prasarana desa.

2. Pemberdayaan Masyarakat adalah kegiatan yang dilakukan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat petani jagung dalam hal melakukan penyuluhan ke petani jagung, memberikan bantuan bibit , pendampingan aspek pemasaran dan pembangunan irigasi.

3. Sistem Kebijakan adalah suatu program-program untuk pemberdayaan masyarakat petani jagung.

4. Pemerintah Desa adalah penyelenggara urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

(48)

5. Penyuluhan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah desa bersama dinas pertanian dalam memberikan pengetahuan teknis cara bertani jagung dengan baik.

6. Pembangunan Irigasi adalah suatu pembangunan yang sangat dibutuhkan bagi masyarakat petani jagung untuk menunjang kegiatan operasional dalam bertani jagung.

7. Pemberian Bantuan Bibit adalah suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah desa agar masyarakat petani jagung mudah mendapatkan bibit jagung yang berkualitas.

8. Aspek Pemasaran adalah dimana pemerintah dapat melakukan pendampingan kepada masyarakat petani jagung dalam memasarkan hasil produksi jagung ke pembeli tertentu sehingga petani jagung mendapatkan nilai jual yang sesuai dengan kerja kerasnya.

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu pealaksanaan penelitian yang dibutuhkan adalah kurang lebih dua bulan. Lokasi penelitian dilaksanakan Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jenponto.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan mendeskripsikan makna data-data empirik yang berkaitan dengan peranan pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

C. Sumber Data

1. Data primer, data primer adalah data yang menyangkut keterlibatan peranan pemerintah dan masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat petani jagung yang penulis dapatkan dari informan.

2. Data Sekunder, data sekunder merupakan data yang diambil atau bersumber dari dokumen laporan, peraturan-peraturan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, tulisan serta hasil dari penelitian yang dilakukan.

D. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini dilakukan dengan purposif sampling yaitu teknik penarikan informan dengan tujuan tertentu. Informan yang dipilih merupakan orang yang dianggap mampu memberikan data atau informasi tentang apa yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu kepala desa, sekretaris desa,

(50)

kepala dusun, dan tokoh masyarakat. Adapun informan dalam penelitian ini sebanyak 10 orang, yaitu:

1. Pemerintah Desa Palajau (1 orang)

2. Dinas Pertanian Kabupaten Jeneponto (1 orang) 3. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (1 orang) 4. Petani Jagung di desa Palajau (4 orang)

5. Pemilik Lahan (3 orang) E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi, yaitu peneliti akan melakukan pengamatan langsung berkaitan dengan peranan pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

2. Wawancara, yaitu peneliti akan melakukan wawancara secara mendalam terhadap pemerintah desa dan masyarakat petani jagung terkait peran pemerintah desa di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

3. Studi Dokumentasi yakni peneliti akan melakukan kajian terhadap bahan- bahan tertulis yang menjadi dokumen dan yang tersimpan dalam sistem kearsipan pada pemerintah desa di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan melakukan interprestasi data yang telah dikumpulkan baik melalui pengamatan, wawancara, studi pustaka dan arsip yang kemudian dilakukan trigulasi sumber yaitu data dari hasil

(51)

wawancara maupun hasil observasi dilakukan pengecekan kepada orang-orang tertentu yang memahami secara mendalam permasalahan peran pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

G. Keabsahan data

Triangulasi bermakna silang yaitu mengadakan pencecekan akan kebenaran data yang dikumpulkan dari berbagai sumber data, dengan menggunakan tekhnik pengumpulan data yang lain, serta pengecekan pada waktu yang berbeda.

1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek pada sumber lain keabsahan data yang telah diperoleh sebelumnya

2. Triangulasi metode

Triangulasi metode bermakna data yang diperoleh dari suatu sumber dengan menggunakan metode atau teknik tetentu, diuji keakuratan dan ketidak akuratannya

3. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu berkenang dengan waktu pengambilan data.

Jadwal penelitian ini mencakup:

a. Persiapan : mengurus perisinan, menyusun instrument penelitian selama 1 (satu) minggu.

b. Pelaksanaan : pengumpulan data, pengolaan data, penarikan kesimpulan sebanyak 4 (empat).

(52)

c. Penyelesaian : penulisan laporan penelitian, diskusi perbaikan pengadaan skripsi selama 2 (dua) minggu.

H. Jadwal Penelitian

Adapun pelaksanaan penelitian yang di rencanakan ada tiga tahap, yaitu:

1. Persiapan

Pada tahap ini peneliti mengurus surat izin dari dekan fakultas, penyusunan instrument peneliti selama 1 (satu) minggu sebagai bukti untuk melakukan penelitian di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

2. Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data , mengelola data, menganalisis data yang diperoleh kemudian melakukan uji hipotesis dan penarikan kesimpulan selama dua bulan.

3. Penyelesaian

Pada tahap ini peneliti menulis laporan penelitian, diskusi perbaikan, penggandaan laporan (skripsi) selama 2 (dua) minggu.

(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI ATAU KARAKTERISTIK OBYEK PENELITIAN 1. Letak Geografis Dan Keadaan Alam.

Desa Palajau adalah salah satu Desa yang berada di Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto dimana Desa Palajau termasuk dalam wilayahnya.

Secara geografis Desa Palajau mempunyai batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bulo-Bulo b. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Camba-camba c. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Arungkeke d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kalumpangloe

Luas wilayah Desa Palajau adalah 4,25 km2 atau 425 Ha yang terdapat beberapa dusun:

a. Dusun Palajau b. Dusun Bontoloe c. Dusun Bontopaleng d. Dusun Pandang-pandang e. Dusun Sambone-bone

Pusat pemerintahan berada di dusun Palajau, yang jaraknya dari ibu Kota Kabupaten 7 km arah Barat.

Untuk mencapai daerah ini cukup menggunakan alat transportasi darat yaitu mobil atau kendaraan bermotor yang dapat ditempuh dalam waktu dua jam

(54)

sampai tiga jam dari Kota Makassar dan kurang lebih 16 menit dari Pemerintahan Kabupaten Jeneponto.

Seperti halnya di Desa-Desa lain di Kabupaten Jeneponto, Desa Palajau termasuk di dalam dataran rendah berada pada ketinggian kurang lebih dari 3 meter diatas permukaan air laut.

Gambar 1 Peta wilayah Desa Palajau

Sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/Palajau,_Arungkeke,_Jeneponto 2. Keadaan Penduduk

a. Sejarah Singkat Desa Palajau

Menurut keterangan seorang tokoh masyarakat Palajau, bahwa kata Palajau berasal dari kata Paja dan Lau. Paja berarti Pantat, sedangkan Lau berarti bonding atau tempat air yang terbuat dari buah tanaman bila. Palajau adalah bagian dari kerajaan Arungkeke, dalam sejarah Turatea disebutkan bahwa awalnya kerajaan Arungkeke bukanlah bagian dari kerajaan Binamu, melainkan

Referensi

Dokumen terkait

Kejang pasca stroke dan epilepsi pasca stroke merupakan penyebab Kejang pasca stroke dan epilepsi pasca stroke merupakan penyebab tersering dari sebagian besar

Hal yang sama juga terjadi pada perusahaan Sekar Bumi Tbk (SKBM) yaitu terjadi penurunan laba bersih di tahun 2015 & 2017 dimana pada tahun 2015 diikuti dengan turunnya modal

Together (NHT). Hasil tes ini nantinya akan peneliti gunakan sebagai acuan peningkatan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa.. Dalam siklus 1 ini peneliti melakukan

Ombudsman Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Ombudsman adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang

Karena satu-satunya penyebab gagalnya menambahkan sebuah busur adalah karena simpul tersebut bebas, pada fase II tidak terjadi kehilangan busur dari model yang sesungguhnya,

Setiap kenaikan berikutnya dalam jumlah nilai yang dapat diperoleh kembali dari goodwill, atau aktiva tidak berwujud lain yang tidak diperdagangkan (lihat definisi pasar aktif

Dalam bank smapah terdapat petugas yang bekerja menimbang sampah, petugas yang mencatat berat sampah yang disetorkan anggota, pengelola tabungan yang mencatat hasil setoran,

525 Kepala Bidang Pengelolaan Sumber Daya Perikanan 11 1 526 Kepala Seksi Penataan Kawasan Budidaya 8 1 527 Kepala Seksi Pengolahan, Pemasaran dan promosi 8 1 528 Kepala