• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

B. Peran Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat

ARUNGKEKE KABUPATEN JENEPONTO

Sistem Kebijakan

Pembahasan dalam penelitian ini adalah tentang peran pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto. Dengan itu pemerintah desa khususnya pemerintah daerah harus memberikan sumbangsi dalam sistem kebijakan, membuat program-program dan memberikan peluang usaha terhadap petani jagung karena jagung merupakan komoditas dengan berorientasi pada pertanian di Desa Palajau, Oleh karena itu peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam membuat kebijakan dan membuat program-program di bidang petanian jagung sehingga masyarakat petani jagung dapat mengembangkan dan membudidayakan jagung dengan baik. Dalam strategi ini, kebijakan pertanian merupakan elemen penting dalam menentukan tingkat dan pola pertumbuhan ekonomi. Satu aset kebijakan investasi sarana pendidikan, kesehatan dan sanitasi, dan transportasi infrastruktur memiliki dampak yang luas pada produktivitas sektor pertanian.

Secara umum, ekonomi, pembuat kebijakan, dan institusi pembangunan tela mencapai consensus mengenai pentingnya investasi tersebut. Kedua kebijakan mempengaruhi komoditas pertanian tertentu atau teknik produksi. Kebijakan-kebijakan komoditas spesifik termasuk pajak, subsidi, dan control kuantitatif pada output dan input tertentu, dan kebijakan yang mempengaruhi marcoprices (suku bunga, tingkat upah, dan nilai tukar).

Kendala petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto dapat dikelompokkan yaitu:

1. Penyuluhan

Kendala penyuluhan adalah masyarakat petani jagung belum dapat melakukan pengembangan pengetahuan tata cara penanaman dan perawatan tanaman jagung dengan baik, sehingga ini akan berdampak kurangnya hasil produksi jagung bagi petani.

2. Bibit jagung

Kendala dalam pemilihan bibit jagung, petani masih kesulitan mendapatkan bibit jagung yang berkualitas sehingga itu perlu adanya bantuan dari pemerintah dalam pengadaan bibit yang berkualitas.

3. Pembangunan infrastruktur (irigasi)

Kendala pembangunan irigasi selama ini masih sangat minim sehingga petani jagung kesulitan dalam hal mendapatkan air irigasi untuk kebutuhan bertani.

4. Pemasaran

Kendala pemasaran pada pertanian jagung. pada sisi pemasaran petani jagung masih memasarkan produksi jagungnya ke tengkulak dengan harga rendah sehingga petani jagung merasa rugi yang tidak sebanding hasil keringatnya.

Permasalahan yang kompleks ini tentu tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak dan dalam waktu yang singkat. Hal ini membutuhkan rekayasa dari pemerintah desa dan pemerintah daerah maupun pusat sebagai regulator, sekaligus eksekutor yang memiliki kuasa dalam politik dan perekonomian nasional. Perlu

adanya sinergi antara lembaga pemerintah sendiri, misal Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Keuangan, Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa dan semua pihak yang terkait dengan pengambilan kebijakan serta eksekusi rantai produksi, distribusi, serta konsumsi jagung nasional. Sinergi ini akan menjadi solusi jangka panjang atas ketidakmampuan Indonesia memenuhi kebutuhan jagung nasional. Sudah selayaknya kita sebagai anak bangsa melihat jauh kedepan dalam penyelesaian masalah di lapangan saat ini dengan solusi satu atap. Sehingga diharapkan penyelesaian yang dilakukan tidak tambal sulam dan hanya menjadi solusi sesaat semata. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh pemilik lahan pertanian jagung mengenai kebijakan pemerintah menyatakan bahwa:

selama ini pemerintah sudah merealisasikan kebijakannya namun belum optimal, karena kurangnya pengawasan di lapangan sehingga terjadi kesalahan dalam pengalokasian dan pelaksanaan kebijakan. (Wawancara, MT, Desember, 2014).

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan pemerintah desa terkait peran pemerintah desa dalam memberdayakan petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto sudah mengarah kepada pemenuhan kebutuhan para petani jagung dalam pertanian jagung. Namun yang menjadi kendalanya adalah kurangnya pengawasan dari pemerintah sehingga terjadi kesalahan dalam pendistribusian bantuan.

Peran pemerintah desa dan khususnya pemerintah daerah sangat dibutuhkan dalam membuat kebijakan di bidang pertanian jagung untuk menutupi kekurangan yang dibutuhkan masyarakat petani jagung. Karena kebijakan

petanian suatu elemen penting dalam menentukan tingkat dan pola pertumbuhan ekonomi.

C. BENTUK PEMBERDAYAAN PETANI JAGUNG DI DESA PALAJAU KECAMATAN ARUNGKEKE KABUPATEN JENEPONTO

Suksesnya usaha dibidang pertanian jagung tidak lepas dari campur tangan pemerintah dalam hal peningkatkan hasil produksi demi tercapainya kesejahteraan masyarakat petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto. Oleh karena itu Pemerintah Desa maupun pemerintah daerah setidaknya harus mengusung program-program yang menguntungkan bagi petani jagung. Ada beberapa bentuk-bentuk pemberdayaan petani jagung yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan dibidang pertanian tanaman jagung antara lain:

a. Penyuluhan

Selama ini petani jagung di daerah penelitian belum pernah mendapatkan penyuluhan bagi petani jagung dari pemerintah setempat. Hal ini berimplikasi pada kurangnya pemahaman masyarakat petani yang relatif rendah terhadap konsep pengelolaan pertanian jagung yang baik. Cara berfikir petani rendah menyebabkan sistem pengelolaan pertanian jagung masih sangat sederhana dengan tingkat prodiktifitas yang rendah. Oleh karenanya hemat penulis pemerintah desa sebagai pasilitator dan dinas terkait melakukan kerja sama dalam hal memberikan penyuluhan atau bimbingan teknis kepada masyarakat petani jagung agar mereka memiliki ilmu dan pemahaman yang cakap, agar mereka

dapat meningkatkan produktifitasnya lebih optimal. Sebagaimana yang di kemukakan oleh Kepala Desa Palajau dalam wawancara penulis bahwa:

Terkait dengan bimbingan teknis, Dinas Pertanian bersama pemerintah Desa Palajau sudah melakukan penyeluhan tata cara pengelolaan jagung yang produktif ke para petani jagung.(Wawancara HT, Desember, 2014)

Berdasarkan wawancara diatas oleh Kepala Desa Palajau bahwa dalam peningkatan produktifitas jagung di butuhkan bimbingan teknis kepada para petani jagung di Desa Palajau sehingga petani jagung mampu bertani jagung dengan baik. Dalam hal ini pemerintah desa bersama dinas pertanian sudah melaksanakan kegiatan penyuluhan ke para petani jagung.

Namun berbeda dengan pengakuan para petani jagung di Desa Palajau sebagaimana yang dikemukakan oleh petani jagung dalam wawancara penulis bahwa:

Selama ini pemerintah belum pernah datang memberikan penyuluhan ataupun bimbingan teknis untuk pengembangan pengetahuan dan pemahaman tata cara meningkatkan produktifitas jagung kepada para petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto. (Wawancara, MJ, Desember, 2014)

Hal senada dengan pernyataan tersebut diatas diungkapkan oleh Petani jagung yang mengatakan bahwa:

Para petani jagung di Desa Palajau belum sama sekali tersentuh yang namanya bimbingan teknis dari pemerintah, petani jagung masih menggunakan cara pengelolaan sendiri-sendiri yang sudah turun temurun. (Wawancara, SR, Desember, 2014)

b. Pemberian Bantuan Bibit

Kendala utama yang dihadapi oleh para petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arunggkeke Kabupaten Jeneponto adalah keterbatasan bantuan bibit jagung bersubsidi dari pemerintah mengakibatkan petani jagung sulit mendapatkan bibit jagung yang berkualitas sehingga dapat menyebabkan tingkat produksi jagung rendah. Dalam wawancara penulis dengan pemilik lahan pertanian menyatakan bahwa:

Saat ini banyak para petani kesulitan mendapatkan bantuan bibit jagung dari pemerintah sehingga petani tidak dapat bertani jagung karena ketersediaan bibit jagung dari pemerintah terbatas.

(Wawancara, TT, Desember, 2014).

Itulah pernyataan petani jagung diatas, berbeda dengan pernyataan salah seorang staf Dinas Pertanian dalam wawancara penulis bahwa:

Pemberian bantuan bibit jagung sudah dilakukan, kerja sama dengan pemerintah desa dan dibagikan ke para petani jagung.

(Wawancara, SC, Desember, 2014).

Dari hasil wawancara diatas antara petani jagung dan staf dinas pertanian, pernyataan yang tidak senada terkait dengan pemberian bantuan bibit jagung di tempat penelitian lakukan.

Untuk mengatasi masalah tersebut dibutuhkan kerja sama antara pemerintah desa dengan pemerintah daerah dan para petani jagung sehingga tidak menyebabkan kesalahan dalam pengalokasian bantuan ke para petani jagung.

c. Pembangunan Infrastruktur (Irigasi)

Keberhasilan program peningkatan produktifitas petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto tidak terlepas dari keberadaan infrastruktur yang mendukung kegiatan operasional petani jagung.

Dalam hal ini pemerintah Desa Palajau harus mendukung program produktifitas dengan menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh masyarakat petani jagung. Dalam penelitian ini yang penulis lakukan, diperoleh fakta bahwa ketersediaan sarana dan prasarana penunjang masih minim. Oleh karena itu keterlibatan pemerintah desa dalam menyediakan pembangunan infrastruktur yang memadai akan memberikan dampak yang positif bagi kemudahan kegiatan operasional yang dilakukan oleh petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

Sebagimana yang dikemukakan oleh petani jagung dalam wawancara penulis bahwa:

Ketersediaan air irigasi bagi petani jagung masih terbatas dan ini mengakibatkan gagal panen, dikarenakan kurangnya air irigasi untuk kebutuhan bertani jagung. Dan belum lagi pembangunan saluran irigasi yang masih belum memadai. (Wawancara, DN, Desember, 2014).

Berdasarkan hasil wawancara oleh masyarakat terkait dengan sarana dan prsarana, keterlibatan pemerintah desa dalam menyediakan sarana dan prasarana untuk petani jagung masih sangat minim, perhatian pemerintah harus lebih fokus kepada kebutuhan sarana dan prasarana bagi petani jagung.

d. Pemasaran

1. Mengembangkan Jaringan Pemasaran

Pemasaran produk jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto saat ini masih menjadi kendala bagi petani jagung. Sejauh ini pemasaran masih dilakukan dalam skala lokal, di pasarkan ke pembeli-pembeli tertentu yang ada di daerah. Keterbatasan ini yang mengakibatkan masyarakat petani jagung sulit untuk memasarkan, dikarenakan kurangnya jaringan bagi petani jagung, minimnya tingkat pendidikan, dan lemahnya akses ke media, menjadi sistem promosi produk jagung. Berdasarkan permasalahan ini, pemerintah desa khususnya pemerintah daerah setidaknya harus berperan dan memberikan perhatian yang lebih ke para petani jagung, terutama memfasilitasi masyarakat petani jagung yang ada di Desa Palajau dalam pengembangan jaringan pemasaran.

Peran pemerintah dianggap sangat penting dalam hal ini melakukan pendampingan ke para petani jagung yang ada di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto dengan mengarahkan petani jagung untuk memasarkan produk jagungya ke pembeli terntentu dan bukan sembarang pembeli.

Hal ini dikemukakan oleh salah seorang petani jagung dalam wawancara penulis bahwa:

Pemasaran produk jagung dilakukan masih melalui pendistribusian ke daerah-daerah , pemasaran keliling, penjualan kepasar induk oleh para pengepul dan tengkulak dengan harga tidak menentu (Wawancara, MJ, Desember, 2014).

Berdasarkan hasil wawancara diatas oleh masyarakat bahwa dalam pemasaran produk jagung, masyarakat petani jagung berharap pemerintah desa dapat mendapingi para petani jagung dalam pemasaran hasil produksi petani jagung, sehingga hasil dari penjualan jagung memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

2. Melakukan stabilitas harga produksi

Kesejahteraan adalah salah satu permasalahan yang masih membelenggu masyarakat petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto. Sama halnya dengan permasalahan pertanian pada umumnya, kegiatan pertanian jagung juga belum memberikan tingkat kesejahteraan yang layak bagi petaninya. Biaya operasional yang besar, tidak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh hasil produksi itu sendiri. Oleh karena itu diharapkan ada kebijakan-kebijakan Pemerintah Desa bersama Pemerintah Daerah bekerja sama untuk melindungi kepentingan masyarakat petani jagung terutama dalam hal pengendalian harga. Hal ini dikemukakan oleh salah seorang staf Kasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam wawancara penulis bahwa:

Masalah pengendalian harga jagung sejauh ini pemerintah sudah menerapkan pengawasan dalam menjaga stabilitas harga melalui pembentukan koperasi sebagai pusat penjualan jagung bagi petani jagung sehingga harga jagung tetap terjaga, (Wawancara, RH, Desember, 2014).

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan kabupaten Jeneponto, bahwa masalah pengendalian harga jagung di Kabupaten Jeneponto pemerintah selalu melakukan pengawasan untuk menjaga

kestabilan harga jagung, sehingga harga jagung dipasaran memberikan keuntungan terhadap petani jagung.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Peran Pemerintah Desa Terkait dengan pemberdayaan belum cukup optimal kepada para petani jagung, bukan hanya pemerintah desa yang menanggung semua ini tapi dibutuhkan juga perhatian serius dari pemerintah daerah dalam meningkatkan pengembangan budidaya tananam jagung dalam mengusung kebijakan atau program tepat sasaran dibidang pertanian jagung, terlihat jelas bahwa di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto masih jauh dari pencapaian kesejahteraan bagi petani jagung di sebabkan kurangnya perhatian pemerintah dalam hal pemenuhan kebutuhan petani jagung dalam melakukan pendampingan penyuluh pertanian, baik dari segi bantuan, pembangunan infrastruktur (irigasi), maupun dari segi pemasaran. Perluasan akses ke semua bidang dalam pembangunan selalu menjadi harapan mereka saat ini dan untuk kedepannya. Keinginan mereka begitu kuat untuk dapat keluar dari lilitan kemiskinan. Optimisme para petani jagung perlu mendapat apreseasi dari pemerintah, dalam konteks peningkatan kesejahteraan, seharusnya pemerintah desa tidak melihat mereka sebagai objek tetapi harus dipandang sebagai subjek atau pelaku yang dikelompokkan sebagai masyarakat petani jagung yang harusnya diberdayakan.

Pemberdayaan petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto selama ini sangat kurang mendapat perhatian oleh pemerintah desa. Padahal dilihat dari luas lahan pertanian jagung di Desa Palajau sangat berpotensi sebagai penghasil jagung terbesar di Jeneponto bahkan di Sulawesi selatan.

2. Kendala yang dihadapi oleh masyarakat petani jagung di desa palajau kecamatan arungkeke kabupaten jeneponto adalah:

a. Penyuluhan

Kendala penyuluhan adalah masyarakat petani jagung belum dapat melakukan pengembangan pengetahuan tata cara penanaman dan perawatan tanaman jagung dengan baik, sehingga ini akan berdampak kurangnya hasil produksi jagung bagi petani.

b. Bibit jagung

Kendala dalam pemilihan bibit jagung, petani jagung masih kesulitan mendapatkan bibit jagung yang berkualitas sehingga itu perlu adanya bantuan dari pemerintah desa palajau dalam pengadaan bibit yang berkualitas.

c. Pembangunan infrastruktur (irigasi)

Kendala pembangunan irigasi selama ini masih sangat minim sehingga petani jagung kesulitan dalam hal mendapatkan air irigasi untuk kebutuhan bertani.

d. Pemasaran

Kendala pemasaran pada pertanian jagung. pada sisi pemasaran petani jagung masih memasarkan produksi jagungnya ke tengkulak dengan harga rendah sehingga petani jagung merasa rugi yang tidak sebanding hasil keringatnya.

B. Saran

Berdasarkan temuan dalam penelitian ini mengenai peran pemerintah desa dalam pemberdayaan petani jagung di Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto. Maka disarankan sebagai berikut:

1. Kepada Pemerintah Desa Khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Jeneponto, kiranya dapat lebih memperhatikan petani jagung melalui bentuk pemberdayaan yang aktif agar kelangsungan hidup para petani jagung mencapai tingkat kesejahteraan.

2. Pemerintah Desa Palajau dan Pemerintah Daerah disarankan untuk lebih memperhatikan para petani, khususnya petani jagung. Misalnya mengadakan program, seperti penyuluhan baik tentang cara memproduksi jagung yang berkualitas maupun tentang pekerjaan sampingan ketika tidak memproduksi jagung dalam upaya meningkatkan pendapatan, karena bertani jagung itu adalah musiman.

Ekonomi Universitas Indonesia.

Atmosudirdjo, Prayudi, 1980. Administrasi Dan Management Umum, Jakarta:

Ghalia Indonesia.

Axin, G.H., 2001. Guide on Alternative Extension Aproaches, Rome: FAO.

(http://www.unhas.com.)

Bartle, P, 2003. Element of Community Strength ,Bm 038@scan.org.(http://www.scn.org.)

Budiardjo, Miriam, 2003. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Cook, 2005.Community Develpoment Theory, Columbia: University of Missourihttp://id.wikipedia.org/wiki/Arungkeke,_Jeneponto.

Cook and Steve, 1996. Empeworment Of Building, (diterjemahkan oleh gunawan), Jakarta: Rajawali Press.

Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama.

Giarci, 2001.Caught in nets: A critical Examination of the Use of the Concept of

“ Netrwork “ in community Development Studies, Development Journal:

Oxfordniversity ress).http://id.wikipedia.org/wiki/Arungkeke,_Jeneponto Girsang , 2009. Tata kelola Desa, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hanif Nicolis , 2001. Konsep desa dalam rangka peningkatan anggaran, Jakarta:

Erlangga.

Jasmay, Owin, 2004. Keadilan, Pemberdayaan, & Penanggulangan Kemiskinan, Jakarta: Blantika.

Ndraha, Taliziduhu, 1990. Pembangunan Masyarakat, Jakarta: Rineka Cipta.

Nagel, 1997. Pendekatan Pemberdayaan Masyrakat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Media.

Prijono dan Pranarka, 1996. Pemberdayaan, Konsep, Kebijakan Dan Implementasi, Jakarta: CSIS.

Aksara.

Sidik, Machfud, 2002. Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah, Bandung:

Makalah, disampaikan Acara Orasi Ilmiah.

Soetrisno, 2001. Pemberdayaan Masyarakat dan Upaya Pembebasan Kemiskinan, Yogyakarta: Philosophy Press.

Soekanto, Soerjono, 2009. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers.

Subejo, 2004.Customs of Mutual Help in Rural Java, Yogyakarta: Master Paper pada The University Tokyo .

Sumarjono, Selo. 1974. Peran Pemerintah Daerah,Yogyakarta: Aditya Media Young, dan Lisa Quinn., 2002.Writing Effective Public Policy Paper: Budapest:

Local Governtment.http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/3027

Dokumen-Dokumen :

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa.

Undang-Undang Republik Indonesia Indonesia Nomor 32 & 33 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah.

Dokumen terkait