• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

3. Informasi Akuntasi

Informasi berarti hasil suatu proses yang terorganisasi, memiliki arti dan berguna bagi orang yang menerimanya. Ada kalanya dibedakan antara data dan informasi. Data berarti fakta acak yang diterima sebagai masukan atau input pada suatu sistem informasi yang disimpan.

Menurut McLeod dalam bukunya berjudul Management

Information Systems ”Information is processed data, or meaningful data” Informasi adalah data yang telah diproses, atau

data yang sudah memiliki arti tertentu bagi kebutuhan penggunanya. Sedangkan menurut Mukhtar informasi berarti suatu

proses yang terorganiasi, memiliki arti dan berguna bagi orang yang menerimanya. Adapun menurut James Hall “informasi menyebabkan pemakai melakukan suatu tindakan yang dapat ia lakukan atau tidak dilakukan. Informasi ditentukan oleh efeknya pada pemakai, bukan oleh bentuk fisiknya.”

Dari defenisi diatas , dapat diambil kesimpulan bahwa informas adalah data yang sudah diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti (bermanfaat) bagi penerimanya, menggambarkan suatu kejadian dan keputusan nyata yang dapat dipahami dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan, sekarang maupu masa depan. Sumber dari informasi adalah data. Data merupakan bentuk jamk dari bentuk tunggal datum atau data-item. Data sebagai input perlu diolah suatu sistem pengolahan data agar dapat menjadi output, yaitu informasi yang lebih berguna bagi pemakainya (user).

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa :

a. Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna, lebih bermanfaat dan lebih bearti bagi yang menerimanya.

b. Data menggambarkan suatu kejadian-kejadian (evett) dan kesatuan nyata (fact dan entity). Dalam presentasinya, data ini dinyatakan dengan simbol-simbol, gambar-gambar, kata-kata, angka-angka,atau huruf-hruf yang menunjukkan suatu ide, obyek, kondisi, atau sitasi tertentu.

c. Informasi digunakan untuk penggambilan keputusan. Bagi manajemen suatu organisasi, iformasi berguna untuk membantu untuk pengambilan keputusan yang menentukan keberhasilan atau kesuksesan rganisasi di masa yang akan datang.

Informasi akuntansi adalah informasi yang dihasilkan dari proses akuntansi yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Melalui laporan keuanagan ini investor dapat mengetahui variabel secara fundamental diperkirakan akan mempengaruhi keputusan yang lebih rasional untuk melakukan investasi dalam bentuk saham. Informasi dari laporan keuangan bagi investor dalam aktivitas pasar modal angat penting, karena informasi tersebut mewakili perusahan penerbi (emiten) sehingga dapat dijadikan pertimbangan bagi investor untuk menjual atau membeli saham-saham perusahaan.

Informasi akuntansi/keuangan berhubungan dengan suatu fungsi yang bertannggungjawab terhadap arus dana kedalam perusahanan. Dana diperlukan untuk mendukung kegiatan pemasarn, manufakur dan kegiatan lainnya maka dari itu sangat perlu memngontrol semua arus dana agar penggunaannya bisa efektif.

Semua manajer mempunyai tanggung jawab keuangan, hal ini terlihat dengan adanya anggaran kegiatan dan prediksi biaya dalam batasan tertentu. Iformasi yang menerangkan arus dana, aggaran dana adalah cermin tanggung jawab manajer terhadap keuangan perusahaan. Semua informasi ini disediakan oleh sistem informasi akuntansi atau keuangan yang dimiliki perusahaan.

Banyak pihak berkepentingan terhadap informasi keuangan suatu perusahaan. Jika dikategorikan ada dua kelompok besar yang sangat berkepentingan yaitu pihak eksternal dan pihak inetrnal. Keduanya mempunyai peranan yang kuat dalam menentukan pertumbuhan perusahaan, terutama pihak internal tang terlibat langsung dengan masalah pengelolaan keuangan. Informasi yang dihasilkan oleh pihak iternal perusahaan digunakan sebagai pendukung dalam kegiatan perusahaan sehari-hari dan pendukung dalam proses pengambilan.

Informasi akuntansi dapat diketahui melalui analisis fundamental yang digunakan sebagai untuk mengukur kewajaran harga saham. Metode analisis fundamental yang cukup efektif digunakan digunakan oleh investor adalah sebagai berikut:

a. Price Book Value

Price Book Value (PBV) merupakan nilai yang dapat

digunakan untuk membandingkan apakah sebuah saham lebih mahal atau lebih murah dibandingkan dengan saham lainnya. Rasio pasar merupakan indikator untuk menunjukkan informasi penting perusahaan dalam mengukur kinerja harga pasar saham.

Nilai Buku atau Book Value memberikan perkiraan nilai suatu perusahaan apabila diharuskan untuk dilikuidasi. Nilai Buku ini adalah nilai aset perusahaan yang tercantum dalam laporan keuangan atau Balance Sheet dan dihitung dengan cara mengurangkan kewajiban perusahaan dari asetnya (Nilai Buku = Aktiva – Kewajiban). Dengan kata lain, Rasio Price to Book

Value ini dapat menunjukan apa yang akan didapatkan oleh

pemegang saham setelah perusahaan terjual dengan semua hutangnya telah dilunasi. Rasio PBV yang rendah merupakan tanda yang baik bagi perusahaan.

Price to Book Value merupakan perbandingan antara nilai

perusahaan di pasar (bursa saham) berdasarkan penilaian atau valuasi dari para pelaku pasar (market) yakni para investor atau trader berbanding dengan nilai perusahaan berdasarkan dari bukunya, yakni maksudnya berdasarkan atas laporan keuangan dari perusahaan tersebut ( diambil dari selisih antara asset dan liabilitas pada neraca). Perbedaan tersebutlah yang akan memberikan gambaran kepada investor tentang kondisi harga saham yang sedang di transaksikan. Yakni mengenai seberapa murah, mahal atau wajarkah harga saham tersebut.

Rasio pasar yang digunakan adalah Price to Book Value yangdigunakan untuk mengukur kinerja harga saham terhadap nilai bukunya. Untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Price to Book Value dirumuskan sebagai berikut (Gitmant, 2015: 132):

b. Earning Per Share

Earning Per Share merupakan rasio untuk mengukur

tingkat pengembalian kepada pemegang saham per harga saham yang berlaku. Tingkat laba, laba terhadap harga saham atau disingkat dengan laba, semakin tinggi laba maka semakin bagus. Laba diperoleh dengan membagi laba per lembar saham dengan harga pasar per lembar saham (Muhardi, 2015: 64).

Earning Per Share (EPS) adalah jumlahpendapatan yang

diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar. Earning Per Share (EPS) merupakan komponen penting pertama yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan untuk semua pemegang saham perusahaan. EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham.

Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik pada Earning

Per Share (EPS), karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah

yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa dan menggambarkan prospek erarning perusahaan. di masa depan.

Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per

share yang besar, karena hal ini merupakan salah satu

indikator keberhasilan suatu perusahaan. Secara singkat dapat peneliti simpulkan bahwa semakin tinggi nilai EPS tentu saja akan menyenangkan pemegang saham, karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Besarnya

Earning Per Share (EPS) suatu perusahaan. bisa diketahui dari

informasi laporan keuangan perusahaan langsung atau dapat dihitung berdasarkan laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan. Earning per share atau laba per lembar saham adalah suatu analisis yang penting di dalam laporan keuangan perusahaan. Earning per share memberikan informasi kepada para pihak luar (ekstern) seberapa jauh kemampuan perusahaam menghasilkan laba untuk tiap lembar yang beredar.

Sebagai indikator keberhasilan di masa yang lalu dan harapan di masa yang akan datang, earning per share memberikan gambaran yang penting dari keberhasilan itu. Namun demikian earning per share bukan satu-satunya alat penilai keberhasilan perusahaan. Alat ini masih harur dikombinasikan dengan alat yang lain dan diinterpretasikan lebih jauh.

Pada umumnya dalam menanamkan modalnya investor mengharapkan manfaat yang akan dihasilkan dalam bentuk laba per lembar saham (EPS). Sedangkan jumlah laba per lembar saham (EPS) yang didistribusikan kepada para investor tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran deviden. Laba per lembar saham (EPS) dapat menunjukan tingkat kesejahteraan perusahaan, jadi apabila laba per lembar saham (EPS) yang dibagikan kepada para investor tinggi maka menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan

tingkat kesejahteraan yang baik kepada pemegang saham, sedangkan laba per lembar saham (EPS) yang dibagikan rendah maka menandakan bahwa perusahaan tersebut gagal memberikan kemanfaatan sebagaimana diharapkan oleh pemegang saham.

c. Debt to Equity Ratio

Dalam mengukur resiko, fokus perhatian kreditur jangka panjang terutama ditunjukan pada prospek laba dandan perkiraan arus kas. Meskipun demikian, mereka tidak dapat mengabaikan pentingnya mempartahankan keseimbangan antara proposi aktiva yang didanai oleh kreditor dan didanai oleh pemilik perusahaan. Keseimbangan propsi antara aktiva yang didanai oleh kreditor dan didanai oleh perusahaan di ukur degan rasio Debt to Equity Ratio (Praswoto, 2010: 89).

Debt to Equity Ratio adalah rasio yang menunjukkan

perbandingan antara total utang dan total modal sendiri. Total utang merupakan penjumlahan dari total kewjiban dan utang jangka panjang (Kariyoto, 2017: 61). Rasio ini juga menggambarkan perbandingan antara utang dan equitas perusahaan. Rasio ini juga menunjukkan sejauh mana modal sendiri menjamin kewajiban (Murhadi, 2015: 61).

Untuk mengukur sudah baik atau tidaknya rasio ini, maka harus dibandingkan dengan standar umum rasio solvabilitas yang ada. Dengan merujuk pada standar industri rasio Debt to

Equity Ratio adalah 90%. Debt to Equity Ratio adalah suatu

rasio untuk menilai utang dengan ekuitas untuk mengetahui berapa jumlah dana yang disediakan peminjam dengan pemilik

perusahaan. Semakin besar Debt to Equity Ratio menunjukkan bahwa struktur modal lebih banyak menmanfaatkan hutang daripada ekuitas, hal ini mencerminkan solvabilitas perusahaan semakin tinggi. Risiko tinggi menyebabkan investasi kurang menarik (Kasmir, 2015: 61).

Debt to Equity Ratio juga dijadikan sebagai ukuran dalam

menganalisis laporan keuangan untuk memperhatikan jaminan yang tersedia untuk kreditor. Debt to Equity Ratio dirumuskan sebagai berikut (Hidayat, 2018: 47):

Dokumen terkait