• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah Singkat PT. Atlas Resources Tbk

Berdiri sejak 26 Januari 2007, PT Atlas Resources Tbk (Perseroan) adalah salah satu produsen batubara yang cukup dikenal di Indonesia. Dalam perjalanan usahanya selama sebelas tahun, Perseroan mengalami pertumbuhan bisnis yang pesat menyusul dilakukannya aksi akuisisi, eksplorasi dan pengembangan, dengan fokus awal pada wilayah pertambangan batubara regional berskala kecil.

Sejak mulai beroperasi, Perseroan telah terlibat dalam sejumlah pengembangan proyek, di antaranya proyek eksplorasi dan produksi di lokasi tambang PT Diva Kencana Borneo (DKB) di Hub Kubar yang memproduksi batubara dengan kandungan kalori tinggi dan batubara jenis metallurgical coal. Selain itu, Perseroan juga melakukan ekspansi aset pertambangan dengan mengakuisisi PT Hanson Energy di Hub Oku dan kemudian dilengkapi dengan aksi akuisisi atas Grup Gorby, yang kini dikenal dengan Proyek Mutara (dahulu Muba), serta atas PT Optima Persada Energi (OPE), yang memiliki 6 lahan konsesi pertambangan. Selain itu Perseroan juga memiliki beberapa anak usaha di bidang jasa logistik. Melalui berbagai langkah strategis tersebut, Perseroan mampu memperluas skala produksi batubara yang dimilikinya. Hingga kini, Perseroan telah memiliki banyak lahan konsesi yang secara keseluruhan mencapai luas lebih dari 200.000 Ha.

Kegiatan eksplorasi maupun produksi batubara Perseroan dikoordinasikan melalui 6 hub, yaitu:

a. Hub Mutara, terdiri dari 5 lahan konsesi dengan total luas lebih dari 41.000 Ha yang terletak di Kabupaten Musi Rawas dan Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Hub ini memproduksi jenis

thermal coal untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik generasi baru.

b. Hub Kukar, terdiri dari 2 konsesi tambang yang terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, dengan luas lahan mencapai hampir 2.500 Ha. Hub ini memproduksi batubara jenis thermal coal, metallurgical coal dan thermal coal berkalori tinggi.

c. Hub Berau, terdiri dari 3 konsesi tambang yang terletak di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, dengan luas lahan mencapai hampir 15.000 Ha. Hub ini memproduksi batubara jenis thermal coal untuk diekspor ke pasar Asia Utara.

d. Hub Kubar, terdiri dari 3 konsesi tambang yang terletak di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, dengan luas lahan mencapai kurang dari 15.000 Ha. Hub ini memproduksi jenis metallurgical coal dan thermal coal berkalori tinggi.

e. Hub Oku, terdiri dari 3 lahan konsesi yang terletak di Sumatera Selatan dengan total luas lahan mencapai 23.840 Ha. Hub ini memproduksi jenis steam coal berkalori rendah untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik serta pembangkit listrik dan fasilitas di India, Korea, China dan wilayah lainnya.

f. Hub Papua, terdiri dari 2 lahan konsesi dengan total luas lahan 100.000 Ha. Hub ini masih dalam tahap pengembangan.

Dalam rangka mendukung pengembangan usaha dan memperkuat permodalan, pada bulan November 2011 Perseroan melaksanakan Penawaran Umum Saham Perdana (Initial Public Offering) dan menerbitkan 650 juta saham dengan harga Rp1.500 per saham. Sejak saat itu, saham Perseroan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham ARII.

Melalui anak perusahaannya, PT Hanson Energy (HE), perseroan telah menjalin kontrak jangka panjang (20 tahun) dengan PT PLN

untuk memasok batubara ke beberapa PLTU milik PT PLN diantaranya PLTU Tarahan Baru (Lampung), PLTU 3 Banten (Teluk Naga), PLTU Teluk Sirih (Sumatera Barat), dan PLTU 2 Jawa Barat (Pelabuhan Ratu) dan beberapa zonasi PLTU seperti PLTU Bangka Baru, PLTU Labuhan dan PLTU Suralaya Baru. Hal ini membuktikan kepercayaan yang besar dari pasar domestik khususnya PLN terhadap kualitas produk perseroan.

1. Sejarah Singkat PT. Baramulti Suksessarana Tbk

PT Baramulti Suksessarana Tbk didirikan pada tanggal 31 Oktober 1990 untuk menjalankan kegiatan usaha di bidang perdagangan batubara. Pada awalnya, Perseroan menjadi bagian dari agen pemasaran dan perdagangan untuk PT Tambang Batubara Bukit Asam. Namun, seiring dengan perkembangan usaha yang baik, Perseroan mengakuisisi PT Antang Gunung Meratus pada tahun 1995 untuk memulai kegiatan eksplorasi batubara di tahun 1999. Sedangkan, Perseroan sendiri memulai produksi batubara secara komersial di tahun 2011.

Perkembangan bisnis yang semakin meluas sampai saat ini telah menjadikan Perseroan (bersama Entitas Anak) sebagai pemilik konsesi tambang batubara seluas 2.085 Ha di wilayah Kalimantan Timur dan 22.433 Ha di wilayah Kalimantan Selatan. Konsesi tambang batubara ini dikelola Perseroan untuk dipasarkan hasilnya di dalam maupun di luar negeri. Dalam menjalankan usaha, Perseroan terus memperluas kapasitas produksi batubara, termasuk membangun infrastruktur pengangkutan dan terminal/dermaga di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan. Hingga akhir tahun 2018, Perseroan telah memperoduksi batubara sebanyak 10,82 juta MT. Jumlah ini akan terus ditingkatkan seiring dengan perkembangan prospek permintaan batubara di dalam maupun di luar negeri.

2. Sejarah Singkat PT. Darma Henwa Tbk

PT Darma Henwa Tbk. (Darma Henwa, atau Perseroan atau Perusahaan) resmi berdiri sejak 8 Oktober 1991, sesuai akta no 54. Akta tersebut kemudian mengalami dua kali perubahan, dituangkan dalam Akta Perubahan No. 141 tanggal 12 Februari 1993 dan Akta Perubahan No. 29 tanggal 5 Juli 1993 seluruhnya di hadapan Notaris Siti Pertiwi Henny Shidki, SH. Akta-akta tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Keputusan No. C2-6334.HT.01.01. TH.93 tanggal 19 Juli 1993 dan didaftarkan di kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan di bawah No. 834/A.PT/HKM/1993/PN.JAK.SEL tanggal 15 September 1993, dan selanjutnya telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 13, tanggal 14 Februari 1995, Tambahan No. 1346. Pada bulan Juli 1996 Perseroan mengubah statusnya dari perusahaan PMDN menjadi perusahaan PMA dengan masuknya Henry Walker Group Limited sebagai pemegang saham dan sekaligus mengubah seluruh anggaran dasarnya guna menyesuaikan dengan UUPT. Pada bulan September 2005, Perseroan resmi mengubah namanya dari PT HWE Indonesia menjadi PT Darma Henwa. Peralihan tersebut telah mendapatkan persetujuan dari BKPM berdasarkan Surat Persetujuan BKPM No. 41/V/PMA/1996, tanggal 15 Mei 1996. Perseroan telah memperoleh Izin Usaha Tetap berdasarkan Keputusan Kepala BKPM No. 215/T/PERTAMBANGAN/2001, tanggal 17 Mei 2001. Selain itu, Perseroan memperoleh Surat Persetujuan Perluasan Penanaman Modal Asing No.138/II/PMA/2001.

Selanjutnya sesuai Akta No. 38, tanggal 17 Juli 2007, dibuat di hadapan Humberg Lie, SH, SE, M.Kn, dan telah didaftarkan dalam Daftar Perusahaan dengan No.TDP090314516764 di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Selatan dengan No. 658/RUB0903/VIII/2007 tanggal 13 Agustus 2007, Perseroan telah melakukan perubahan anggaran dasar yang terakhir sehubungan

dengan perubahan-perubahan yang diadakan dalam rangka pelaksanaan Penawaran Umum Saham Perdana Perseroan. Perubahan-perubahan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tanggal 19 Juli 2007. Akta perubahan terakhir dilakukan pada tanggal 16 April 2015, akta no 160 di hadapan Humberg Lie, SH, SE, M.Kn.,notaris di Jakarta.

Sesuai Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, maksud dan tujuan pendirian Darma Henwa adalah berusaha dalam bidang energi, pertambangan, pekerjaan umum, pemborongan, penggalian, pengupasan, pemindahan tanah, pembuatan jalan atau jembatan, perataan lapangan, pembuatan, pengairan, pemborongan penambangan serta pengolahan, dan pemasaran produk pertambangan.

3. Sejrah Singkat PT. Energi Mega Persada Tbk

EMP didirikan pada tahun 2001 dan dikenal sebagai perusahaan produsen, pengembang dan eksplorasi dalam sektor hulu minyak dan gas bumi. Tahun 2003, mengakuisisi RHI Corporation (RHI), pemilik Kondur Petroleum S.A. (Kondur), operator KKS Malacca Strait dan menguasai 34,46% working interest atas Malacca Strait. Dan pada tahun 2004 mengakuisisi PT Imbang Tata Alam (ITA) yang menguasai 26,03% working interest di KKS Malacca Strait. Kondur dan ITA bersama-sama memiliki 60,49% working interest di KKS Malacca Strait.

PT Imbang Tata Alam Mengakuisisi Kalila Energy Ltd. (KEL) dan Pan Asia Enterprise Ltd. (PAN), menjadi pemilik langsung 100% Lapindo Brantas Inc. ("Lapindo") pada tahun 2007. Lapindo memiliki 50% working interest dan merupakan operator KKS Brantas. Tercatat di Bursa Efek Jakarta (Sekarang Bursa Efek Indonesia)

dengan kode saham ENRG. Mengakuisisi 100% working interest KKS Kangean melalui EMP Exploration (Kangean) Limited dan EMP Kangean Ltd. EMP Kangean Ltd adalah operator KKS Kangean. Pelaksanaan Penawaran Umum Terbatas I menghasilkan dana sebesar

Rp 3,78 triliun untuk pembelian aset PT Tunas Harapan Perkasa ("THP") termasuk Rp.832 miliar untuk memenuhi persyaratan

modal kerja.

Mengakuisisi PT Tunas Harapan Perkasa ("THP") dengan total sebesar USD 308,6 juta, memiliki 5 Kontraktor Kerja Sama terpisah melalui 5 anak perusahaan pada tahun 2008. Total cadangan minyak dan gas 2P THP pada 31 Desember 2012 adalah sebesar 67,39 juta barel ekuivalen.

4. Sejarah Singkat PT. Harum Energy Tbk

Perseroan didirikan dengan nama PT Asia Antrasit pada tanggal 12 Oktober 1995, yang kemudian berubah nama menjadi PT Harum Energy pada tanggal 13 November 2007. Perseroan bergerak di bidang pertambangan, industri, perdagangan, dan jasa yang terkait dengan batubara. Kegiatan usaha tersebut dijalankan bersama dengan Entitas Anak dan Entitas Asosiasi. Sampai saat ini, Perseroan telah memiliki 4 wilayah pertambangan yang terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Kutai Timur di Provinsi Kalimantan Timur. Lokasi tambang tersebut dikelola oleh Entitas Anak, yakni MSJ, TBH, SBB dan KUP, yang telah mengantongi izin operasi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Dari total 4 lokasi tambang yang dimiliki, 3 diantaranya telah aktif berproduksi, sedangkan 1 lainnya diharapkan mulai berproduksi pada tahun 2019.

Jenis-jenis batubara yang dihasilkan Perseroan meliputi batubara non-aglomerasi dengan nilai kalori bruto lebih besar dari 5.700 kcal/kg secara GAD abu-bebas dan lebih besar dari 5.400 kcal/kg (GAR). Berdasarkan kegunaan akhirnya, batubara keras Perseroan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu batubara uap (batubara termal) dan batubara kokas (batubara metalurgi).

Batubara ini akan diangkut oleh LLJ, Entitas Anak yang bergerak di bidang logistik, untuk dipasarkan ke mancanegara, yaitu Korea Selatan, Taiwan, Tiongkok, serta Malaysia sebagai pasar terbesarnya.

Rantai produksi yang terintegrasi secara vertikal ini menjadi salah satu keunggulan Perseroan dalam mengelola jaringan usaha.

Hal ini juga menjadi salah satu strategi efisiensi operasional yang memampukan perseroan bertahan menghadapi siklus pertambangan batubara domestik dan mancanegara. Kedepan, Perseroan akan terus menyiapkan strategi optimalisasi produksi serta strategi efisiensi sumber daya dan beban sebagai salah satu upaya memperkokoh bisnis. Tidak ketinggalan, strategi-strategi keberlanjutan juga dibangun untuk menjaga kesinambungan usaha dalam jangka waktu yang lebih panjang lagi.

5. Sejarah Singkat PT. Indo Tambang Megah Tbk

Sejak didirikan pada tahun 1987, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITM) kini menjadi perusahanan pemasok batubara terintegrasi di Indonesia. Dalam rentang waktu 31 tahun beroperasi di Indonesia, ITM kini menjadi salah satu perusahaan pemasok batubara untuk pasar energi dunia. Pencapaian tersebut tak terlepas dari kebijakan strategis Perusahaan, termasuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) pada 18 Desember 2007. Sebanyak 225.985.000 saham Perusahaan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham: ITMG. Perusahaan memiliki wilayah kerja di Kalimantan dengan tambang batubara yang dioperasikan dan dikelola anak perusahaan. Selain itu ITM memiliki beberapa anak perusahaan lain yang memberikan dukungan operasional dan berpotensi dikembangkan bagi bisnis energi Perusahaan di masa depan. Perusahaan juga terus menambah cadangan batubara untuk mendukung kesinambungan usaha.

Seiring perkembangan teknologi dan tuntutan operasional yang semakin efisien, Perusahaan berkomitmen menerapkan praktik-praktik tata kelola perusahaan yang baik (GCG) dan praktik-praktik pertambangan yang baik. Perusahaan senantiasa mematuhi setiap ketentuan yang diberlakukan pemerintah dan pihak-pihak berwenang.

Pada bulan Agustus 2018 Perusahaan secara bertahap mulai melakukan transformasi digital pada setiap aspek operasi dan bisnis. Fase pertama telah dilaksanakan di area tambang Melak Cluster. Dalam jangka panjang, transformasi digital yang berlangsung akan membuat kegiatan operasi dan bisnis ITM lebih efisien dan lebih baik dalam pengelolaan lingkungan maupun dukungan pada pengembangan masyarakat.

6. Sejarah Singkat PT. Toba Bara Sejahtera Tbk

PT Toba Bara Sejahtra Tbk (Perseroan) awalnya didirikan dengan nama PT Buana Persada Gemilang berdasarkan Akta No. 1 tanggal 3 Agustus 2007 yang disahkan di hadapan Notaris Tintin Surtini, S.H., M.H, M.Kn, sebagai pengganti Surjadi SH, Notaris di Jakarta. PT Buana Persada Gemilang berubah nama menjadi PT Toba Bara Sejahtra berdasarkan Akta No. 173 tanggal 22 Juli 2010 di hadapan notaris Jimmy Tanal, S.H., yang menggantikan Hasbullah Abdul Rasyid, S.H., M. Kn, Notaris di Jakarta.

Pada 2012, Perseroan menyelenggarakan Penawaran Umum Perdana dengan jumlah saham sebesar 210.681.000 lembar, senilai Rp1.900 per saham. Pada 6 Juli 2012, Perseroan resmi dicatatkan di Bursa Efek Indonesia sebagai perusahaan terbuka dengan jumlah saham sebesar 2.012.491.000 lembar dengan kode saham TOBA. Saat ini, pemegang saham terbesar Perseroan adalah Highland Strategic Holdings Pte. Ltd (HSH) yang merupakan perusahaan investasi dari Singapura dengan fokus investasi antara lain di sektor energi.

Perseroan merupakan salah satu produsen batu bara termal utama di Indonesia dengan lokasi di Sangasanga, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur yang memiliki luas konsesi area sekitar 7.087 hektar terdiri dari 3 tambang. Total estimasi cadangan batu bara sebesar 147 juta ton dan sumber daya batu bara sebesar 236 juta ton berdasarkan laporan JORC per 2011 dan 2012. Ketiga konsesi tambang memiliki lokasi yang saling bersebelahan dan dioperasikan

oleh 3 anak perusahaan Perseroan yaitu PT Adimitra Baratama Nusantara (ABN), PT Indomining (IM), dan PT Trisensa Mineral Utama (TMU). IM dikembangkan sebagai aset greenfield pada tahun 2007, disusul dengan ABN pada tahun 2008, dan TMU yang mulai dikembangkan pada tahun 2011. Dengan lokasi ketiga konsesi tambang yang saling bersebelahan tersebut, Perseroan memanfaatkan keunggulan ini untuk mengintegrasikan sistem logistik dan infrastruktur sehingga dapat menggunakan infrastruktur secara kolektif untuk mengoptimalkan efisiensi biaya.

Pada tahun 2013, Perseroan menambah lini usaha dibidang pengolahan minyak kelapa sawit dengan mengakuisisi PT Perkebunan Kaltim Utama I (PKU) dalam rangka penyelesaian tumpang tindih lahan. Guna memaksimalkan perkebunan kelapa sawit tersebut, Perseroan membangun pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton per jam untuk memproses hasil perkebunan. Pabrik kelapa sawit telah beroperasi sejak pertengahan tahun 2016.

Dari tahun ke tahun, Perseroan mampu menciptakan pertumbuhan dalam hal sumber daya, skala bisnis dan sistem operasional. Pertumbuhan ini tampak dari peningkatan dan pemerataan jumlah ekspor ke beberapa negara di kawasan Asia selain Tiongkok, seperti Korea Selatan, Taiwan, Malaysia, India, Jepang dan kawasan ASEAN. Dari sisi segmen pelanggan, Perseroan melakukan penyeimbangan komposisi antara traders dan end-users di mana komposisi end-users bertambah, sehingga Perseroan tidak bergantung pada salah satu segmen pelanggan. Secara proaktif, Perseroan melakukan diversifikasi dalam aspek penjualan ke negara-negara yang potensial untuk memperkuat laju pertumbuhan finansial dan operasional.

Di tahun 2016, Perseroan memulai proses diversifikasi usaha ke sektor kelistrikan melalui anak perusahaan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP) untuk pengembangan proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) 2x50 megawatt (MW) di Provinsi Gorontalo. Pada awal

2017, anak perusahaan, PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) didirikan untuk proyek PLTU 2x50 MW di Provinsi Sulawesi Utara.

Pada tahun 2018, Perseroan mengakuisisi 100% saham PT Batu Hitam Perkasa (BHP) yang memegang 5% kepemilikan PT Paiton Energy (PE), IPP terbesar di Indonesia yang mengoperasikan tiga PLTU berkapasitas total 2.045 MW di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Dengan memiliki sebagian saham di PE, Perseroan memiliki sumber pendapatan baru yang stabil sekaligus mendapat kesempatan untuk meningkatkan kompetensi dalam mengelola PLTU skala besar. 7. Sejarah Singkat PT. Vale Indonesia Tbk

Perseroan didirikan berdasarkan Akta No. 49 tanggal 25 Juli 1968 yang dibuat dihadapan Notaris Eliza Pondaag, notaris publik di Jakarta. Anggaran Dasar Perseroan disetujui Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. J.A.5/59/18 tanggal 26 Juli 1968 dan diumumkan dalam Tambahan No. 93 Berita Negara Republik Indonesia No. 62 tanggal 2 Agustus 1968. Anggaran Dasar Perseroan telah beberapa kali mengalami perubahan dan terakhir diubah dengan Akta No.121 tanggal 29 Juni 2015, yang dibuat di hadapan Notaris Leolin Jayayanti S.H., notaris publik di Jakarta, tentang Perubahan Anggaran Dasar Perseroan yang telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (“RUPS Luar Biasa”) pada tanggal 29 Juni 2015. Perubahan ini telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. AHU-0938647.AH.01.02 Tahun 2015 tanggal 3 Juli 2015 dan telah memperoleh penerimaan pemberitahuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. AHU-AH.01.03-0948078 Tahun 2015 tanggal 3 Juli 2015.

PT Vale yang kala itu bernama PT International Nickel Indonesia (Inco), memulai kegiatan eksplorasi bijih nikel di bumi Celebes pada tanggal 25 Juli 1968. Sejak saat itu, Perseroan tumbuh menjadi salah

satu perusahaan tambang mineral terkemuka di Indonesia dan salah satu penghasil nikel terbesar di dunia.

Menengok kebelakang, keberadaan Perseroan tidak bisa dilepaskan dari sejarah eksplorasi bijih nikel di wilayah Sulawesi bagian timur sekitar dekade 1920-an pada era kolonial. Pasca kemerdekaan Indonesia, kegiatan eksplorasi, kajian dan pengembangan terus dilanjutkan. Inco Limited mendirikan PT Inco untuk melakukan eksplorasi, penambangan dan pengolahan bijih nikel berdasarkan KK dengan Pemerintah Indonesia. KK ditandatangani 27 Juli 1968 dan berlaku untuk masa tiga puluh tahun sejak dimulainya produksi komersial pada tahun 1978.

Tahun 1996, Pemerintah Indonesia melalui Perjanjian Perubahan memperpanjang masa KK PT Inco. KK yang semula berakhir 31 Maret 2008 diubah menjadi 28 Desember 2025. Sejak dicatatkan di BEI, Perseroan memperlihatkan fluktuasi kinerja mengikuti pergerakan harga nikel dunia. Namun demikian, kinerja Perseroan yang efisien serta komitmen pada bisnis berkelanjutan yang tercermin dari kebijakan dan strategi yang ada telah menunjukan bahwa saham Perseroan tetap diminati investor, baik lokal maupun asing. Saham Perseroan dengan kode INCO kini menjadi saham yang layak dijadikan investasi jangka panjang.

Pada tahun 2011, para Pemegang Saham menyetujui perubahan nama Perseroan menjadi PT Vale Indonesia Tbk. Putusan ini ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”) tanggal 27 September 2011, sejalan perubahan Inco Limited menjadi Vale Inco dan kemudian Vale Canada Limited (“VCL”), pasca-pengambilalihan saham oleh Vale S.A. pada tahun 2006.

Nama Perseroan resmi berubah menjadi PT Vale Indonesia Tbk pada 24 Januari 2012. Perubahan nama tersebut memberikan sinyal bahwa Perseroan telah menjadi bagian dari Vale S.A., korporasi multi-tambang berkelas dunia. Komitmen investasi dan visi Vale S.A.

menjadi perusahaan tambang nomor satu di dunia menuntut Perseroan melaksanakan praktik-praktik pertambangan terbaik.

8. Sejarah Singkat PT. Resources Alam Indonesia Tbk

Sejarah Perseroan dimulai pada tahun 1981 melalui pendirian sebuah perusahaan bernama PT Kurnia Kapuas Utama Glue yang bergerak di bidang produksi adhesif kayu. Sejalan dengan berkembangnya kegiatan usaha, Perseroan mulai mengambil langkah strategis dengan melakukan Penawaran Umum Perdana (IPO) dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham “KKGI” pada tanggal 1 Juli 1991. Dari aksi korporasi tersebut, Perseroan sukses memperoleh dana sebesar Rp25,65 miliar yang kemudian digunakan untuk berbagai pengembangan usaha.

Dalam kurun waktu lebih dari 10 tahun sejak IPO, Perseroan mulai terjun ke bidang pertambangan batu bara serta mengubah namanya menjadi PT Resource Alam Indonesia Tbk pada tahun 2003. Dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan sekaligus mendukung program Pemerintah guna memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat Indonesia, Perseroan mulai serius menekuni bidang pembangkit listrik yang ditandai dengan adanya pengambilalihan PT Khatulistiwa Hidro Energi pada tahun 2015 dan pendirian PT Bumi Hidro Energi pada tahun 2016.

Saat ini Perseroan mengelola wilayah konsesi seluas 24.477 hektar yang merupakan kawasan (PKP2B) yang terdiri dari Blok Purwajaya, Manunggal Jaya, Handil Bakti, Bayur, Simpang Pasir, Perangat dan Separi. Dalam hal ini, PT Insani Baraperkasa yang merupakan anak perusahaan Perseroan dipercaya untuk mengoperasikan ketiga lokasi pertambangan tersebut sejak tahun 2006 dengan total produksi rata-rata mencapai 4 juta MT per tahun dalam kurun waktu enam tahun terakhir. Produk-produk Perseroan dipasarkan baik untuk kebutuhan dalam negeri, maupun untuk ekspor. Sepanjang tahun 2018, Perseroan

telah memasarkan produk-produk batu baranya ke berbagai negara seperti Korea Selatan, India, China, dan Bangladesh.

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pengaruh Informasi Akuntansi

Dokumen terkait