BAB II TINJAUAN PUSTAKA
5. Informasi
Bagian yang terpenting dalam pembicaraan mengenai informed consent tentulah mengenai informasi. Menurut Depdiknas, 2005
informasi identik dengan pemberitahuan, kabar atau berita tentang sesuatu, identik dengan jalan masuk. informasi berasal dari kata informare yang sebenarnya berarti memberi bentuk. Informasi adalah
pemberitahuan tentang sesuatu agar orang dapat membentuk pendapat berdasarkan sesuatu yang diketahui.
Kata informasi diambil dari bahasa latin informationem yang berarti ”garis besar, konsep atau ide” informasi merupakan kata benda dari informare yang berarti aktivitas dalam ”pengetahuan yang dikomunikasikan”. Informasi adalah pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi. Namun demikian istilah ini memiliki banyak arti bergantung kontek, dan secara umum berhubungan erat dengan konsep seperti arti, pengetahuan, komunikasi, kebenaran, dan rangsangan mental. Dewasa ini setiap anggota masyarakat dan institusi membutuhkan informasi. Siapa yang lebih cepat menguasai informasi, dialah yang kemungkinan suksesnya akan lebih besar. Pendapat ini memang benar adanya, setiap orang berhak mendapatkan informasi yang jelas dan benar tentang berbagai aspek terutama berkaitan dengan masalah kesehatan (Andhi, 2008).
Seorang pasien membutuhkan informasi, informasi yang diberikan kepada pasien dapat meliputi arti yang sangat luas yaitu segala pengetahuan yang dapat diberikan kepada pasien sehingga dapat juga diartikan sebagai pemberian pengetahuan. Sedangakan yang dimaksud dengan bimbingan dan tuntutan kepada pasien merupakan suatu metode penerangan kepada pasien yang bermaksud untuk menolong pasien melalui komunikasi dalam menghadapi beban psikis yang mungkin timbul karena perawatan serta akibat-akibatnya agar pasien mampu menghadapi atau mengatasinya. Adapun yang dimaksud dengan pendidikan pasien adalah memberikan bantuan penerangan kepada pasien mengenai segala kemungkinan yang terjadi, sehingga pasien siap dalam menghadapi dan menyesuaikan dengan keadaan dirinya. Instruksi kepada pasien dapat tertulis dan dapat pula tidak, dan dapat gerakan tangan yang dilakukan pada pemeriksaan selama proses penyembuhan (Astuti, 2009).
Menurut, (Bloom yang dikutip oleh Notoatmodjo, 2003) proses dalam penyampaian informasi sampai dapat dipahami oleh seseorang tergantung pada kemahiran intelektualnya. Untuk menangkap rangsangan atau stimulus dari orang lain yang sangat dipengaruhi oleh karakteristik dari orang yang bersangkutan. Faktor karakteristik orang digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu mempunyai tingkat pemahaman yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang berbeda-beda.
b. Proses pemahaman informasi
Untuk dapat mengerti ataupun paham tentang informasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain haruslah melalui beberapa proses antara lain :
1) Sensasi
Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan paenguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indra. Fase ini yang paling berperan untuk dapat mencerna informasi adalah alat-alat indra.
2) Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Banyak hal yang mempengaruhi persepsi seseorang seperti pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang budaya.
3) Memori
Memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuan untuk membimbing perilaku.
4) Berfikir
Berfikir adalah proses untuk menarik kesimpulan untuk membuat keputusan. Dengan berfikir seseorang akan dapat menyimpulkan
arti dari rangsangan yang diterimanya melalui indera yang menangkap rangsangan tersebut (Arikunto, 2006).
c. Fungsi informasi
Fungsi utama dan pertama dari informasi adalah menyampaikan pesan atau menyebarluaskan informasi kepada orang lain yang bersifat mendidik. Artinya, dari penyebarluasan informasi itu diharapkan para penerima informasi akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang ingin dia ketahui (Liliweri, 2008).
Pada pasien praoperasi sangat perlu mendapatkan informasi yang sejelas-jelasnya dan selengkapnya yaitu informasi tentang perlunya tindakan medis yang bersangkutan dan resiko yang ditimbulkannya. Informasi yang harus diberikan adalah tentang keuntungan dan kerugian atau faktor resiko dari tindakan medis yang akan dilaksanakan. Namun jika dokter banyak memberikan informasi tentang resiko, terdapat kemungkinan akan mempengaruhi mental pasien yang sangat awam dan dalam keadaan sakit atau takut yang bisa mengarah pada kegagalan sebelum dilakukan tindakan medis (Astuti, 2009).
d. Informasi medis
Menurut Astuti (2009), isi informasi medis yang dikemukakan adalah 1) Diagnosa
2) Terapi dengan kemungkinan alternatif terapi 3) Tentang cara kerja dan pengalaman dokter
4) Resiko
5) Kemungkinan perasaan sakit ataupun perasaan lainnya (misalnya, gatal-gatal)
6) Keuntungan terapi 7) Prognosis
e. Hal-hal untuk mengurangi kecemasan
Beberapa hal yang perlu diketahui pasien praoperasi untuk mengurangi kecemasan adalah :
1) Pengenalan staf
2) Lama waktu perawatan di rumah sakit 3) Pengetahuan tentang operasi
4) Persiapan sebelum operasi 5) Pembiusan
6) Perawatan sesudah operasi 7) Pengobatan
8) Latihan-latihan
9) Kapan pasien boleh bangun dari tempat tidur setelah operasi (Roper, 2002).
f. Informasi yang harus disampaikan
Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 168 ayat 1 ‘’Untuk menyelenggarakan Upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan, ayat 2 ‘’ Informasi kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui sistem informasi dan melalui lintas sektor, ayat 3 ‘’ Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah. Dalam Pasal 169 Pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Sedangkan Informasi yang perlu disampaikan kepada pasien atau keluarga adalah informasi mengenai apa yang perlu disampaikan, kapan disampaikan, siapa yang harus menyampaikan dan informasi mana yang harus disampaikan, tentu segala sesuatu yang berkaitan dengan penyakit pasien. Tindakan apa yang akan dilakukan, tentunya prosedur tindakan yang akan dijalani pasien baik diagnostik maupun terapi dan lain-lain sehingga pasien atau keluarga dapat memahaminya. Hal ini mencakup bentuk, tujuan, risiko, manfaat dari terapi yang akan dilaksanakan dan alternatif terapi. Mengenai kapan disampaikan bergantung pada waktu yang tersedia setelah dokter memutuskan akan melakukan tindakan invasif.
Pasien atau keluarga harus diberi waktu yang cukup untuk menentukan keputusannya. Yang menyampaikan informasi, bergantung pada jenis tindakan yang akan dilakukan dalam tindakan bedah dan tindakan invasif lainnya harus diberikan oleh dokter yang akan melakukan tindakan. Penyampaian informasi ini memerlukan
kebijaksanaan dari dokter yang akan melakukan tindakan tersebut atau petugas yang ditunjuk. Mengenai informasi mana yang harus disampaikan haruslah selengkap-lengkapnya, kecuali dokter menilai informasi tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan informasi, bila perlu, informasi dapat diberikan kepada keluarga pasien (Hanafiah & Amir, 2008).