• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecemasan

Dalam dokumen SAFITRI NIM. P.12110 (Halaman 54-62)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. Kecemasan

Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai kenyataan,

kepribadian masih tetap utuh atau tidak mengalami keretakan kepribaadian normal (Hawari, 2008).

Kecemasan adalah perasaan yang menetap berupa ketakutan atau kecemasan yang merupakan respon terhadap kecemasan yang akan datang. Hal tersebut dapat merupakan perasaan yang ditekan kedalam bawah alam sadar bila terjadi peningkatan akan adanya bahaya dari dalam. Kecemasan bukanlah suatu panyakit melainkan suatu gejala. Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu panjang dan sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa-perstiwa atau situasi-situasi khusus dapat menpercepat munculnya kecemasan tetapi setelah terbentuk pola dasar yang menunjukan reaksi rasa cemas pada pengalaman hidup seseorang (Ibrahim, 2007).

Kecemasan adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami perasaan gelisah dan aktivasi sistem saraf autonom dalam merespon ancaman yang tidak jelas. Kecemasan akibat terpejan pada peristiwa traumatik yang dialami individu yang mengalami, menyaksikan atau menghadapi satu atau beberapa peristiwa yang melibatkan kematian aktual atau ancaman kematian atau cidera serius atau ancaman fisik diri sendiri (Doenges, 2006).

Kecemasan merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan (Asmadi, 2009).

Kecemasan pada masa preoperasi merupakan hal yang wajar. Beberapa pernyataan yang biasanya terungkap misalnya, ketakutan munculnya rasa nyeri setelah pembedahan, ketakutan terjadi perubahan fisik (menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi secara normal), takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti), takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai penyakit yang sama, takut memasuki ruang operasi, menghadapi peralatan bedah dan petugas, takut mati saat dilakukan anestesi, serta ketakutan apabila operasi akan mengalami kegagalan (Effendy, 2005) b. Faktor penyebab kecemasan

1) Faktor Biologis

Kecemasan terjadi akibat dari reaksi saraf otonomi yang berlebihan dengan naiknya sistem tonus saraf simpatis.

2) Psikologis

Ditinjau dari aspek psikoanalisa, kecemasan dapat muncul akibat implus-implus bawah sadar (misalnya : sex, ancaman) yang masuk kealam sadar. Mekanisme pembelaan ego yang tidak sepenuhnya berhasil juga dapat menimbulkan kecemasan yang mengambang, Reaksi pergeseran yang dapat mengakibatkan reaksi fobia. Kecemasan merupakan peringatan yang bersifat subyektif atas adanya bahaya yang tidak dikenali sumbernya.

3) Sosial

Kecemasan yang timbul akibat hubungan interpersonal dimana individu menerima suatu keadan yang menurutnya tidak disukai oleh orang lain yang berusaha memberikan penilaian atas opininya (Ibrahim, 2007)

c. Gejala kecemasan

Menurut Dadang Hawari (2006), menyebutkan gejala klinis dari cemas antara lain :

1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan fikirannya sendiri, mudah tersinggung.

2) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut. 3) Takut sendiri, takut pada keramaian, dan banyak orang. 4) Gangguan pola tidur, mimpi yang menegangkan. 5) Gangguan konsentrasi dan daya ingat.

6) Keluhan somatik misalnya rasa sakit pada otot tulang, pendengaran berdenging (tinnitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya.

d. Kriteria diagnosis kecemasan

Menurut, (Ibrahim, 2007) kriteria diagnosis untuk gangguan kecemasan karena kondisi medis meliputi :

1) Kecemasan yang menonjol, serangan panik, obsesi, atau kompulsi yang menguasai gejala klinis.

2) Terdapat bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau temuan laboratorium bahwa gangguan adalah akibat langsung dari kondisi medis umum.

3) Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya gangguan penyesuaian dengan kecemasan, dimana stresor adalah suatu kondisi medis umum yang serius).

4) Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, perjalanan atau fungsi penting lain.

e. Respon kecemasan

Respon kecemasan menurut (Stuart & Sundeen, 2004), dapat terjadi berbagai perubahan yang meliputi :

1) Respon fisiologis yang meliputi :

Sistem kardiovaskuler, sistem respiratori, sistem neuromuskuler, sistem gastrointestinal, sistem urinaria, sistem integumen.

2) Respon perilaku

Kelelahan, ketegangan fisik, tremor, reaksi tiba-tiba, bicara cepat, koordinasi kurang, sering terjadi kecelakaan.

3) Respon kognitif

Gangguan perhatian, konsentrasi berkurang, pelupa, selalu salah dalam mengambil keputusan, penurunan lapang pandang, penurunan produktifitas, penurunan kreatifitas, menarik diri, kebingungan, objektifitas kurang, takut mati.

4) Respon afektif

Gelisah, tidak sabar, tegang, mudah terganggu, ketakutan, mudah tersinggung.

f. Tingkat kecemasan

Tingkatan kecemasan adalah sebagai berikut :

1) Kecemasan ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan persepsi.

2) Kecemasan sedang, memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

3) Kecemasan berat, sangat mengurangi persepsi seseorang yang cenderung memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain.

4) Tingkat panik dari kecemasan, berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.

g. Cara Mengukur Kecemasan

Menurut Hawari (2008), untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali digunakan alat ukur yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale

For Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala

yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4, yang artinya nilai 0 berarti tidak ada gejala, nilai 1 gejala ringan, nilai 2 gejala sedang, nilai 3 gejala berat, dan nilai 4 gejala berat sekali. Masing-masing nilai angka (score) dari ke-14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang yaitu Total nilai (score) < 14 tidak ada kecemasan, nilai 14-20 kecemasan ringan, nilai 21-27 kecemasan sedang, nilai 28-41 kecemasan berat dan nilai 42-56 kecemasan berat.

Tabel 2.1. Alat Ukur HRS-A (Hamilton Rating Scale For Anxiety)

No Gejala Kecemasan Nilai Angka (Skor) 1 Perasaan cemas

a. Cemas b. Firasat buruk

c. Takut akan pikiran sendiri d. Mudah tersinggung

0 1 2 3 4

2 Ketegangan a. Merasa tegang b. Lesu

c. Tidak bisa istirahat tenang d. Mudah terkejut e. Mudah menangis f. Gemetar g. Gelisah 0 1 2 3 4 3 Ketakutan a. Pada gelap b. Pada orang asing c. Ditinggal sendiri

0 1 2 3 4

4 Gangguan tidur a. Sukar tidur

b. Terbangun malam hari c. Tidur tidak nyenyak d. Bangun dengan lesu

e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk)

0 1 2 3 4

5 Gangguan kecerdasan a. Sukar konsentrasi

b. Daya ingat menurun c. Daya ingat buruk 6 Perasaan depresi (murung)

a. Hilangnya minat b. Sedih

c. Bangun dini hari d. Perasaan berubah-rubah

0 1 2 3 4

7 Gejala somatik/fisik (otot) a. Sakit dan nyeri di otot-otot b. Kaku

c. Kedutan otot d. Gigi gemerutuk e. Suara tidak stabil

0 1 2 3 4

8 Gejala somatik/fisik (sensorik) a. Tinitus (telinga berdenging) b. Penglihatan kabur

c. Muka merah atau pucat d. Merasa lemas

0 1 2 3 4

9 Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)

a. Takikardia (denyut jantung cepat) b. Berdebar-debar

c. Nyeri di dada

d. Denyut nadi mengeras

e. Rasa lesu/lemas seperti mau pingsan

0 1 2 3 4

10 Gejala respiratori (pernafasan) a. Rasa tertekan atau sempit didada b. Rasa tercekik

c. Sering menarik nafas d. Nafas pendek/sesak

0 1 2 3 4

11 Gejala gastrointestinal (pencernaan) a. Sulit menelan

b. Perut melilit

c. Gangguan pencernaan

d. Nyeri sebelum atau sesudah makan e. Rasa penuh dan kembung

f. Mual atau muntah

g. Buang air besar lembek atau konstipasi

0 1 2 3 4

12 Gejala urogenital (perkemihan) a. Sering buang air kecil b. Tidak dapat menahan air seni

0 1 2 3 4

13 Gejala autonom a. Mulut kering b. Muka merah c. Mudah berkeringat d. Kepala terasa berat

0 1 2 3 4 14 Tingkah laku a. Gelisah b. Tidak tenang c. Jari gemetar d. Kerut kening e. Muka tegang f. Otot tegang/mengeras 0 1 2 3 4

5. Informasi

Dalam dokumen SAFITRI NIM. P.12110 (Halaman 54-62)

Dokumen terkait