• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

III. 4 INFORMASI YANG WAJIB DISEDIAKAN DAN

DIUMUMKAN

Pasal 9

(1) Setiap badan publik wajib mengumumkan informasi publik secara berkala. (2) Informasi sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi:

a. Informasi yang berkaitan dengan Badan Publik.

b. Informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan Publik terkait. c. Informasi mengenai laporan keuangan, dan/atau

d. Informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. (3) Kewajiban memberikan dan menyampaikan informasi publik

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling singkat 6 (enam) bulan sekali.

(4) Kewajiban menyebarluaskan informasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami.

(5) Cara-cara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditentukan lebih lanjut oleh Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi di Badan Publik Terkait. (6) Ketentuan tentang kewajiban Badan Publik memberikan dan

menyampaikan Informasi Publik secara berkala sebagaimana dimaksud ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Petunjuk Teknis Komisi Informasi.

Penjelasan

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “berkala” adalah secara rutin, teratur, dan dalam jangka waktu tertentu.

Ayat (2) Huruf a

Yang dimaksud dengan “Informasi yang berkaitan dengan Badan Publik” adalah informasi yang menyangkut keberadaan, kepengurusan, maksud dan tujuan, ruang lingkup kegiatan, dan informasi lainnya yang merupakan Informasi Publik yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Huruf b

Yang dimaksud kinerja Badan Publik adalah kondisi Badan Publik yang bersangkutan yang meliputi hasil dan prestasi yang dicapai serta kemampuan kerjanya. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas

Sejarah Pembahasan RUU di DPR

RUU Inisiatif DPR Usulan Pemerintah Rumusan yang disepakati

(1)Setiap Badan Publik wajib memberikan dan menyampaikan informasi publik secara berkala, sekalipun tidak ada permintaan. (1)Setiap Badan Publik wajib mengumumkan secara berkala informasi tertentu yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau ketentuan internal badan publik dimaksud.

(1)Setiap Badan Publik wajib mengumumkan informasi publik secara berkala.

Keputusan Raker tanggal 2 Oktober 2006

(2) Kewajiban memberikan dan menyampaikan informasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain meliputi:

(2) Badan publik wajib menyediakan informasi yang dapat diakses secara berkala yang meliputi:

(2) Informasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

Keputusan Raker tanggal 2 Oktober 2006

a. Informasi yang berkaitan dengan badan publik;

Tetap a. Informasi yang berkaitan dengan badan publik;

Keputusan Raker tanggal 2 Oktober 2006

b. Informasi mengenai kegiatan badan publik terkait; dan

Tetap b. Informasi mengenai kegiatan dan kinerja badan publik terkait;

Keputusan Raker tanggal 2 Oktober 2006

c. Informasi mengenai kinerja badan publik termasuk laporan keuangan;

c. Informasi mengenai kinerja badan publik.

c. Informasi mengenai laporan keuangan.

Keputusan Raker tanggal 2 Oktober 2006

-(Rumusan ini awalnya tidak terdapat dalam

RUU Inisiatif DPR)

-(Rumusan ini awalnya tidak terdapat dalam

Usulan Pemerintah)

Pasal 9 ayat (2) huruf d. Informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Keputusan Raker tanggal 2 Oktober 2006 (3) Kewajiban memberikan dan menyampaikan informasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling sedikit 6 (enam) bulan sekali. (3) Kewajiban mengumumkan informasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan dan/atau ketentuan internal badan publik dimaksud. (3) Kewajiban memberikan dan menyampaikan informasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling sedikit 6 (enam) bulan sekali.

Keputusan Raker tanggal 2 Oktober 2006

(4) Kewajiban menyebarluaskan informasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami. (4) Kewajiban mengumumkan informasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan dan/atau ketentuan internal badan publik dimaksud. (4) Kewajiban menyebarluaskan informasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami.

Keputusan Raker tanggal 2 Oktober 2006

(5) Cara-cara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditentukan lebih lanjut oleh Pejabat Dokumentasi dan Informasi di Badan Publik Terkait.

Tetap (5) Cara-cara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditentukan lebih lanjut oleh Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi di Badan Publik Terkait.

Keputusan Raker tanggal 2 Oktober 2006 - (6) Ketentuan tentang kewajiban Badan Publik memberikan dan menyampaikan Informasi Publik secara berkala sebagaimana dimaksud ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. (6) Ketentuan tentang kewajiban Badan Publik memberikan dan menyampaikan Informasi Publik secara berkala sebagaimana dimaksud ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Petujuk Teknis Komisi Informasi.

Keputusan Rapat Panja tanggal 3 September 2007

Dalam risalah Raker tanggal 2 Oktober 2006 ditemukan perdebatan mengenai klasifikasi informasi yang wajib diumumkan secara berkala. RUU inisiatif DPR merumuskan pasal ini, sebagai berikut: “Setiap Badan Publik wajib memberikan dan menyampaikan informasi publik secara berkala, sekalipun

tidak ada permintaan.” Sedangkan Pemerintah mengusulkan, “Setiap Badan Publik wajib mengumumkan secara berkala informasi tertentu yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau ketentuan internal badan publik dimaksud.” Perbedaan RUU inisiatif DPR dan usulan Pemerintah terletak pada perubahan kata “memberikan dan menyampaikan” yang oleh Pemerintah diganti dengan “mengumumkan.” Kemudian Pemerintah juga menambahkan klausul, “adanya penetapan oleh peraturan perundang-undangan dan ketentuan internal badan publik terhadap informasi yang diumumkan secara berkala.” Selain itu, dalam usulan Pemerintah bahwa ada informasi tertentu yang diumumkan secara berkala, sedangkan RUU versi DPR tidak menyatakan eksplisit informasi tertentu.

Pemerintah menyatakan bahwa usulan Pemerintah ini hanya mempertegas RUU inisiatif DPR. Secara substansi tidak ada perbedaan berarti dengan digantinya kata “memberikan dan menyampaikan” dengan kata “mengumumkan.” Hanya saja Pemerintah menambahkan bahwa pengumuman informasi yang berkala sifatnya harus ditentukan lebih lanjut oleh peraturan perundang-undangan atau apabila peraturan perundang-undangan tidak mengaturnya, maka badan publik dapat mengaturnya sendiri dengan peraturan internal badan publik.

Terhadap usulan dan argumentasi Pemerintah, DPR memberikan tanggapan bahwa DPR tetap ingin mempertahankan rumusan RUU dengan beberapa alasan: pertama, penambahan klausul “informasi secara berkala ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan dan peraturan ketentuan internal badan publik” akan menjadikan pasal ini multitafsir dalam merumuskan informasi yang harus diumumkan secara berkala. Kedua, penetapan informasi yang diumumkan secara berkala melalui peraturan perundang-undangan dan ketentuan internal badan publik secara tidak langsung mereduksi hak masyarakat untuk memperoleh informasi publik. Ketiga, dengan memberikan kewenangan kepada badan publik untuk mengatur melalui ketentuan internalnya terhadap informasi yang wajib diumumkan secara berkala, ini akan memunculkan banyak sekali peraturan internal badan publik untuk menentukan informasi mana saja yang wajib diumumkan secara berkala, sehingga akan memiliki kecenderungan banyak informasi yang wajib diumumkan secara berkala malah tidak diumumkan secara berkala karena adanya peraturan internal badan publik tersebut. Keempat,

usulan Pemerintah bahwa ada informasi tertentu yang diumumkan secara berkala berarti memberikan kualifikasi atau bahkan mereduksi informasi yang wajib diumumkan secara berkala.

Terhadap tanggapan DPR, Pemerintah memberikan klarifikasi bahwa klausul yang ditambahkan Pemerintah hanya ingin konsisten terhadap klasifikasi informasi sebagaimana diatur dalam UU KIP, yaitu informasi yang diumumkan secara serta merta, setiap saat, berkala, dan informasi yang dikecualikan. Dengan demikian, terhadap informasi yang wajib diumumkan secara berkala harus dirinci informasi-informasi mana saja yang termasuk dan wajib diumumkan secara berkala.

Terhadap klarifikasi Pemerintah, kemudian DPR menyepakati rumusan baru, yaitu: “setiap badan publik wajib mengumumkan informasi publik secara berkala.” Karena terkait dengan ayat (2) yang sebenarnya telah merinci informasi-informasi apa saja yang wajib diumumkan secara berkala, maka sebenarnya usulan Pemerintah yang ingin menentukan informasi mana saja yang termasuk dan wajib diumumkan secara berkala telah ter-cover dalam ayat (2) ini.. Secara substansi Pemerintah menyetujui RUU, sehingga DPR dan Pemerintah menyepakati RUU. Namun demikian, Pemerintah mengusulkan satu ketentuan baru, yaitu informasi yang termasuk dan wajib diumumkan secara berkala adalah termasuk informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Usulan ini didasarkan atas alasan bahwa terdapat kemungkinan peraturan perundang-undangan lain juga mengatur informasi yang wajib diumumkan secara berkala, sehingga untuk harmonisasi dengan peraturan perundang-undangan lain, usulan Pemerintah ini harus diakomodir.

Terhadap usulan Pemerintah ini, sebagian DPR menyatakan setuju dan sebagian lainnya menyatakan berkeberatan. DPR yang setuju mengungkapkan alasan sebagaimana alasan yang dinyatakan oleh Pemerintah. Sedangkan DPR yang berkeberatan menganggap bahwa huruf rumusan RUU telah luas mencakup informasi mana saja yang termasuk dan wajib diumumkan secara berkala, misalnya informasi terkait badan publik, kinerja badan publik, dan laporan keuangan, sehingga tidak perlu lagi ditambah klausul sebagaimana diusulkan Pemerintah. Namun demikian, pembahasan usulan Pemerintah ini sepakat untuk dilanjutkan dalam rapat Panja.

Terkait Ayat (4), dalam Raker tanggal 2 Oktober 2006, Pemerintah menyatakan setuju dengan RUU insiatif DPR, meski pada pasal 9 ayat (4) Pemerintah sempat mengusulkan rumusan baru, tetapi Pemerintah langsung menyatakan menerima dan menyepakati RUU inisiatif DPR.

Perdebatan tentang ketetuan lebih lanjut untuk melaksanakan Pasal ini ditemukan dalam risalah Panja 3 Juli 2007. Dalam usulannya, Pemerintah yang menyatakan bahwa ketentuan tentang kewajiban Badan Publik memberikan dan menyampaikan Informasi Publik secara berkala diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah (PP). Alasan Pemerintah adalah: pertama, perlu adanya peraturan implementing legislation yang memberikan kejelasan yang lebih akurat mengenai kewajiban badan publik dalam memberikan dan menyampaikan Informasi Publik secara berkala, sehingga apa yang diatur dalam pasal tersebut dapat diterjemahkan secara lebih rinci. Kedua, kenapa harus dituangkan dalam PP? Karena sesuai dengan tingkatan perundang-undangan, setelah Undang-undang adalah PP, sehingga hal ini akan dapat dihindarkan dari uji materiil kepada Mahkamah Konstitusi. Ketiga, dalam rapat Panja tanggal 3 September 2007, Pemerintah mengungkapkan bahwa UU KIP ini mengatur bahwa Komisi Informasi hanya akan membuat Petunjuk Teknis yang akan menjabarkan dan melaksanakan lebih lanjut PP.

Terhadap usulan Pemerintah ini, DPR memberikan tanggapan bahwa tidak diperlukan adanya PP untuk mengatur kewajiban badan publik dalam memberikan dan menyampaikan Informasi Publik secara berkala, karena biasanya masing-masing badan publik telah memiliki metode dan mekanisme tersendiri dalam penyampaian informasi secara berkala. Selain itu, dikhawatirkan apabila kewajiban ini diatur dengan PP, badan publik yang telah melakukan keterbukaan informasi secara berkala malah menjadi kesulitan untuk memberikan informasi secara berkala. Namun demikian, dalam Keputusan Raker tanggal 26 Maret 2007, DPR sepakat agar ketentuan mengenai kewajiban badan publik dalam memberikan dan menyampaikan Informasi Publik secara berkala diatur lebih lanjut oleh Komisi Informasi. Alasan DPR agar ketentuan ini diatur oleh Komisi Informasi adalah agar konsisten dengan usulan Pemerintah yang menambahkan tugas dan wewenang Komisi Informasi untuk juga menjalankan UU KIP dan peraturan pelaksanaannya, menetapkan pedoman teknis pelayanan informasi publik, selain tugas dan wewenang menyelesaikan sengketa informasi publik. Selain itu, dalam rapat Panja tanggal 3 September 2007, DPR menyatakan bahwa kewajiban sebagaimana pasal 9 ini, di dalamnya terdapat ketentuan teknis, sehingga tidak menjadi masalah apabila kewajiban ini diatur oleh Petunjuk Teknis Komisi Informasi.

Terhadap argumen DPR, Pemerintah memberikan jawaban bahwa usulan fungsi Komisi Informasi sebagaimana diungkapkan sebelumnya, yaitu menjalankan undang ini dan peraturan pelaksanaannya, apabila

undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya, maka itu harus dilaksanakan oleh komisi Informasi bukan dibuat oleh Komisi Informasi, sehingga yang menjadi kewenangan Komisi Informasi adalah menetapkan pedoman teknis yang merupakan kebijakan di bawah PP. Namun demikian, pada Rapat Panja tanggal 3 September 2007, Pemerintah akhirnya menyetujui usulan Pemerintah untuk memberikan kewenangan bagi Komisi Informasi untuk menyusun Petunjuk Teknis pelaksanaan kewajiban badan publik dalam menyampaikan informasi secara berkala.

Perbandingan dengan Negara Lain

UU RTI India mengatur berbagai informasi yang wajib dibuka untuk publik dalam Pasal 4 (1) (b), (c), (d), yaitu informasi mengenai berbagai organisasi yang ada, informasi mengenai berbagai fakta dan kebijakan yang memiliki dampak terhadap publik, informasi mengenai keputusan administratif atau quasi judisial yang memiliki dampak pada seseorang. Namun demikian, Undang-Undang ini tidak secara eksplisit mengatur klasifikasi informasi yang harus diumukan secara berkala.

Sedangkan UU ATI Kanada mengatur informasi yang harus disediakan secara berkala (pasal 5 ayat 1), yaitu informasi yang wajib diumumkan minimal satu kali dalam satu tahun. Informasi tersebut merupakan informasi yang dimiliki atau tentang institusi Pemerintahan, yaitu informasi-informasi yang meliputi:

1. Deskripsi tentang institusi Pemerintahan tersebut, termasuk tanggung jawab, fungsi, serta program-program atau berbagai kegiatan yang dilaksanakannya.

2. Deskripsi berbagai informasi yang dimiliki atau dibawah kewenangan institusi Pemerintah, baik yang dapat diakses publik maupun yang tidak dapat diakses oleh publik.

3. Deskripsi seluruh buku pedoman kerja yang dimiliki institusi Pemerintah. 4. Nama dan alamat bagian pelayanan informasi tiap-tiap institusi

Pemerintah.

Informasi mengenai institusi Pemerintah juga diumumkan secara berkala dengan menggunakan media buletin minimal dua kali dalam satu tahun. Buletin tersebut menginformasikan berbagai informasi “tambahan” terhadap informasi-informasi yang diatur dalam pasal 5 ayat 1 di atas secara up to date.

India mengatur kewajiban agar seluruh informasi yang dimiliki harus dikomputerisasi dan dihubungkan dalam jaringan (network) yang dapat diakses oleh seluruh negara di India atau agar dapat dengan mudah diakses oleh publik, penyebarluasan informasi dapat pula dilakukan dalam berbagai bentuk, misalnya papan pengumuman, surat kabar, media pengumuman publik, siaran radio atau televisi, internet dan media-media lain (penjelasam pasal 4 ayat 3 dan 4). Dalam penyebarluasan informasi, harus diperhatikan mengenai efektifitas penyebarluasan informasi sehingga sampai kepada publik, bahasa masing-masing daerah, dan metode komunikasi paling efektif dalam penyebarluasan informasi sehingga publik dapat dengan mudah mengakses informasi yang mereka butuhkan (pasal 4 ayat 4). Namun demikian, Undang-Undang ini tidak mengamanatkan pejabat tertentu untuk mengatur cara-cara penyebarluasan informasi.

Sedangkan UU ATI Kanada tidak secara eksplisit mengatur cara-cara penyebarluasan informasi. Hak memperoleh informasi bagi publik dijamin Undang-Undang ini dengan cara mengajukan permohonan informasi secara tertulis kepada institusi Pemerintah (pasal 6). Hal ini karena Undang-Undang ini mengatur permohonan informasi berupa dokumen, baik dokumen yang telah tercetak maupun dokumen dalam bentuk softcopy.

Tanggapan

Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan oleh badan publik

Setiap badan publik wajib mengumumkan informasi publik secara berkala. Dalam penjelasan, secara berkala artinya secara rutin, teratur, dan dalam jangka waktu tertentu.

Informasi yang harus diumumkan secara berkala adalah informasi terkait badan publik, sebagai berikut:

1. Informasi yang berkaitan dengan Badan Publik yang menyangkut: - keberadaan badan publik mencakup mengenai alamat jelas badan

publik tersebut, termasuk alamat kontak (nomor telepon dan faksimili), status hukum badan publik tersebut.

- kepengurusan badan publik mencakup struktur organisasi badan publik dan pejabat-pejabat strukturalnya.

- maksud dan tujuan badan publik mencakup visi dan misi, maksud dan tujuan dibentuknya badan publik tersebut.

- ruang lingkup kegiatan badan publik mencakup core issue/ core bussiness badan publik tersebut.

- informasi lainnya yang merupakan Informasi Publik yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

2. Informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan Publik terkait, yaitu informasi terkait dengan program kerja, manajemen program kerja, hasil program kerja, efektifitas hasil kerja disesuaikan dengan visi dan misi dibentuknya badan publik, evaluasi dari program kerja, dan rencana tindak lanjut dari program kerja tersebut.

3. Informasi mengenai laporan keuangan, dan/atau

4. Informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Waktu pemberian dan penyampaian informasi

Perihal pemberian atau penyampaian informasi secara berkala paling singkat 6 bulan sekali adalah beralasan. Dalam jangka waktu tersebut, badan publik dapat mendokumentasikan dan menyusun informasi sehingga memenuhi persyaratan untuk dipublikasikan. Jangka waktu tersebut juga memadai untuk melaporkan kegiatan/kinerja badan publik, pembiayaan, serta perubahan-perubahan yang menyangkut organisasi badan publik. Sesuai dengan mandat Pasal ini, maka informasi-informasi tersebut harus secara rutin disusun dan dipublikasikan paling sedikit 6 bulan sekali.

Cara penyampaian informasi

Secara implisit ayat ini mengamanatkan badan publik untuk menelaah berbagai informasi yang akan dipublikasikan (identifikasi dan klasifikasi), menelaah segmen masyarakat yang akan mengakses informasi tersebut, mulai dari tingkat pendidikan/ pengetahuan, tingkat pengenalan dengan media internet, tingkat akses masyarakat terhadap media massa, sehingga badan publik dapat menentukan media yang cocok untuk publikasi informasi tersebut.

Dengan demikian, badan publik semaksimal mungkin menyusun informasi dalam bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh semua kalangan masyarakat. Bahasa yang sederhana yang mudah dipahami dapat dilakukan dengan menerjemahkan suatu informasi kedalam bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat setempat atau tetap menggunakan bahasa Indonesia tetapi dengan menggunakan kata yang mudah dipahami dan tidak asing bagi masyarakat, sehingga masyarakat dapat memahami isi dan maksud, serta tujuan

dari informasi yang mereka peroleh.

Di samping itu, penyebarluasan informasi dapat menggunakan berbagai media yang tersedia, misalnya: internet, media cetak, papan pengumuman, atau bentuk media lain yang dianggap mudah untuk dijangkau dan dimengerti oleh masyarakat. Sehingga secara keseluruhan, informasi yang disusun dan dipublikasikan tidak hanya sekedar formalitas untuk melaksanakan UU KIP, tetapi memang dapat sebenar-benarnya diterima dan dimengerti oleh masyarakat, dan menjadikan masyarakat sebagai masyarakat yang informatif.

Oleh karena itu, untuk optimalisasi dalam penyebarluasan informasi, badan publik harus memiliki petunjuk teknis mekanisme penyusunan dan publikasi informasi, baik mengenai petunjuk dan sistematika penyusunan, maupun penempatan dalam media penyampai informasi. Petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan penyusunan dan penyebarluasan informasi yang disusun oleh pejabat pengelola informasi dan dokumentasi harus merujuk pada petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan yang disusun oleh Komisi Informasi.

Pasal 10

(1) Badan Publik wajib mengumumkan secara serta merta suatu informasi yang dapat mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum. (2) Kewajiban menyebarluaskan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami.

Penjelasan

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “serta merta” adalah spontan, pada saat itu juga. Ayat (2)

Sejarah Pembahasan RUU di DPR

RUU Inisiatif DPR Usulan Pemerintah Rumusan yang disepakati

(1) Badan Publik wajib mengumumkan secara serta merta tanpa penundaan mengenai suatu informasi yang jika tidak segera diumumkan dapat mengancam hajat hidup orang banyak.

-(Rumusan ini awalnya tidak terdapat dalam

Usulan Pemerintah)

(1) Badan Publik wajib mengumumkan secara serta merta suatu informasi yang dapat mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum.

Keputusan Raker tanggal 2 Oktober 2006

(2) Kewajiban menyebarluaskan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami. Tetap (2) Kewajiban menyebarluaskan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami.

Keputusan Raker tanggal 2 Oktober 2006

Perdebatan pasal ini ditemukan dalam risalah Raker tanggal 2 Oktober 2006. Secara substansi, RUU insiatif dan usulan Pemerintah tidak berbeda, hanya saja Pemerintah menambahkan satu kriteria lagi, yaitu “ketertiban umum” untuk menentukan informasi mana saja yang wajib diumumkan secara serta merta. Alasan Pemerintah adalah bahwa antara hajat hidup orang banyak dengan ketertiban umum itu berbeda. Hajat hidup itu menyangkut kebutuhan masyarakat, sedangkan ketertiban umum ini menyangkut kehidupan/nyawa seseorang. Terhadap usulan untuk menambahkan kriteria ketertiban umum ini, Pemerintah memberi contoh sebagai berikut: apabila ada segerombolan orang yang mengamuk, ini tentu saja mengganggu kehidupan seseorang, mengganggu ketertiban umum, sehingga harus diumumkan secara serta merta. Selain itu,

Pemerintah menghapus kata “tanpa penundaan” sebagaimana dalam RUU inisiatif DPR. Alasan penghapusan ini karena kata “serta merta” berarti secepat mungkin, tanpa ditunda, sehingga telah mencakup kata “tanpa penundaan,” sehingga tidak perlu lagi menggunakan kata “tanpa penundaan.”

Terhadap usulan Pemerintah ini, DPR memberikan tanggapan sebagai berikut: pertama, DPR menerima penjelasan Pemerintah untuk menghilangkan kata “tanpa penundaan,” meskipun sebenarnya kata “tanpa penundaan” ini lebih mempertegas bahwa informasi harus diumumkan pada saat yang pertama tanpa ditunda-tunda, tetapi DPR tetap dapat menerima usulan Pemerintah.

Kedua, terhadap usulan “ketertiban umum,” sebagian besar DPR menyatakan berkeberatan dengan alasan bahwa apa yang dicontohkan Pemerintah telah tercakup pula dalam klausul “hajat hidup orang banyak.” Sedangkan DPR yang menyatakan setuju berpendapat bahwa memang berbeda antara hajat hidup orang banyak dengan ketertiban umum. Jika hajat hidup orang banyak itu berkaitan dengan kesejahteraan dan ekonomi, sedangkan ketertiban umum berkaitan dengan undang-undang, misalnya kerawanan sosial. Dan atas alasan yang dikemukaan DPR yang menyatakan setuju untuk memasukkan klausul “ketertiban umum” ini, akhirnya disepakati usulan Pemerintah.

Kemudian untuk pasal 10 ayat (2), Pemerintah tidak mengusulkan rumusan baru dan menyatakan menyetujui RUU inisiatif DPR.

Keterkaitan dengan peraturan Perundang-Undangan Lain

Pasal 10 ayat (1) ini terkait dengan Undang-Undang Penanggulangan Bencana, khususnya padapengertian peringatan dini (pasal 1 angka 8), yaitu “serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh