• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

III. 5 INFORMASI YANG DIKECUALIKAN

Pasal 17 huruf a

Setiap Badan Publik wajib membuka akses bagi setiap Pemohon Informasi Publik untuk mendapatkan Informasi Publik, kecuali:

a. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat menghambat proses penegakan hukum, yaitu informasi yang dapat:

1. menghambat proses penyelidikan dan penyidikan suatu tindak pidana;

2. mengungkapkan identitas informan, pelapor, saksi, dan/atau korban yang mengetahui adanya tindak pidana;

3. mengungkapkan data intelijen kriminal dan rencana-rencana yang berhubungan dengan pencegahan dan penanganan segala bentuk kejahatan transnasional;

4. membahayakan keselamatan dan kehidupan penegak hukum dan/ atau keluarganya; dan/atau

5. membahayakan keamanan peralatan, sarana, dan/atau prasarana penegak hukum.

Penjelasan

Cukup jelas.

Sejarah Pembahasan RUU di DPR

RUU Inisiatif DPR Usulan Pemerintah Rumusan yang disepakati

Setiap badan publik wajib membuka akses bagi setiap orang untuk mendapatkan informasi publik, kecuali:

Setiap badan publik wajib membuka akses bagi setiap pengguna informasi publik untuk mendapatkan informasi, kecuali:

Ditetapkan Rumusan Baru Setiap badan publik wajib membuka akses bagi setiap pemohon untuk mendapatkan informasi publik, kecuali:

Keputusan Rapat Timus tanggal 14 September 2007

a. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada orang dapat menghambat proses penegakan hukum, yaitu informasi publik yang dapat:

a. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pengguna informasi publik dapat menghambat proses penegakan hukum, yaitu informasi yang dapat:

Ditetapkan Rumusan Baru a. Informasi Publik

yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat menghambat proses penegakan hukum, yaitu informasi yang dapat:

Keputusan Rapat Timus tanggal 14 September 2007 menghambat proses 1. penyelidikan dan penyidikan suatu tindak pidana; Tetap 1. 1. menghambat proses penyelidikan dan penyidikan suatu tindak pidana;

Keputusan Raker tanggal 29 Nopember 2006

mengungkapkan 2.

identitas informan, pelapor, saksi, dan/ atau korban yang mengetahui adanya tindak pidana;

Tetap

2. 2. mengungkapkan

identitas informan, pelapor, saksi, dan/ atau korban yang mengetahui adanya tindak pidana;

Keputusan Raker tanggal 29 Nopember 2006 mengungkapkan 3. data intelijen kriminal dan rencana-rencana yang berhubungan dengan pencegahan dan penanganan segala bentuk kejahatan transnasional; Tetap 3. 3. mengungkapkan data intelijen kriminal dan rencana-rencana yang berhubungan dengan pencegahan dan penanganan segala bentuk kejahatan transnasional;

Keputusan Raker tanggal 29 Nopember 2006

membahayakan 4. keselamatan dan kehidupan penegak hukum dan/atau keluarganya; Rumusan Perlu Disempurnakan membahayakan 4. keselamatan dan kehidupan penegak hukum dan/atau keluarganya; dan/ atau Ditetapkan Rumusan Pemerintah membahayakan 4. keselamatan dan kehidupan penegak hukum dan/atau keluarganya; dan/ atau

Keputusan Raker tanggal 29 Nopember 2006 membahayakan 5. keamanan peralatan, sarana, dan/ atau prasarana penegak hukum. Tetap 5. 5. membahayakan keamanan peralatan, sarana, dan/atau prasarana penegak hukum.

Keputusan Raker tanggal 29 Nopember 2006

Dalam Raker tanggal 29 Nopember 2006, Pemerintah menyetujui substansi dari RUU Inisiatif DPR, Pemerintah hanya memperbaiki rumusan pasalnya saja. Dengan demikian, pembahasan pasal ini langsung diarahkan pada rumusan pasal untuk langsung disetujui menjadi pasal sebagaimana dalam table di atas.

Keterkaitan dengan Peraturan Perundang-Undangan Lain

Beberapa ketentuan yang melindungi sanksi dan korban serta informan

Pasal 30 ayat (2) huruf d Undang-Undang No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban (UU PSK) menyatakan kewajiban saksi dan/atau korban untuk tidak memberitahukan kepada siapa pun mengenai keberadaannya di bawah perlindungan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).

Kemudian Pasal 41 UU PSK yang menyatakan bahwa: “Setiap orang yang memberitahukan keberadaan saksi dan/atau korban yang tengah dilindungi dalam suatu tempat khusus yang dirahasiakan oleh LPSK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf j, dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.80.000.000,00 (delapan puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).”

Pasal 38 ayat (3) Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat menyatakan bahwa Komisi Pengawas Persaingan Usaha harus merahasiakan identitas pelapor yang melaporkan tentang adanya tindak pidana pelanggaran Undang-Undang ini.

Perbandingan dengan Negara Lain

UU RTI India mengatur mengenai kerahasiaan informasi. Kerahasiaan tersebut berhubungan dengan informasi yang apabila dibuka kepada publik dapat membahayakan jiwa atau keselamatan fisik seseorang dalam hubungannya dengan proses penegakan hukum yang sedang berjalan (Pasal 8 Ayat (1) huruf g). Selain itu, UU RTI India juga mengatur mengenai kerahasiaan informasi yang akan menghambat proses investigasi, penahanan atau penuntutan para pelanggar hukum (Pasal 8 Ayat (1) huruf h).

UU ATI Kanada mengatur mengenai kerahasiaan informasi yang terkait dengan proses penegakan hukum dan keamanan nasional. Informasi yang harus dirahasiakan terkait dengan proses penegakan hukum adalah informasi yang meliputi:

a. informasi yang diperoleh atau disediakan oleh institusi pemerintah, atau bagian dari institusi pemerintah, yang bersifat investigatif/penyelidikan dan spesifik dalam peraturan tersebut di mana dalam rangkaian penyelidikan hukum berhubungan dengan: (i) penemuan, pencegahan, dan penindakan terhadap kejahatan (ii) penegakan hukum di Kanada atau provinsi, atau (iii) kegiatan yang dicurigai merupakan ancaman bagi keamanan Kanada, dalam pengertian Canadian Security Intelligence Service Act, jika dokumen belum lebih dari 20 tahun pada saat permintaan dilakukan;

b. informasi yang berhubungan dengan teknik investigasi atau rencana investigasi hukum.

c. informasi apabila dibuka dapat membahayakan proses penegakan hukum di Kanada, provinsi, atau tata cara investigasi hukum, tidak terbatas pada: (i) informasi yang berhubungan dengan keberadaan atau kealamiahan investigasi tertentu; (ii) informasi yang akan mengungkapkan identitas dari sumber informasi rahasia; atau (iii) informasi yang diperoleh atau

disediakan dalam rangkaian sebuah investigasi; atau

d. informasi pengungkapannya dapat diduga berbahaya bagi keamanan institusi pidana (Pasal 16 ayat (1)).

Sedangkan informasi yang harus dirahasiakan terkait dengan keamanan adalah informasi yang dapat memfasilitasi pelanggaran, termasuk tapi tidak terbatas pada:

a. metode dan teknik tindak kejahatan

b. informasi teknis mengenai senjata atau sesuatu benda yang memiliki potensi untuk digunakan sebagai senjata. (Pasal 16 ayat (2).

Tanggapan

Konsekuensi terhadap terganggunya proses penegakan hukum merupakan salah satu alasan penting mengapa suatu informasi perlu dikecualikan. Pasal ini bertujuan melindungi kepentingan penegakan hukum dan kepentingan lain terkait dengan proses penegakan hukum, misalnya keselamatan penegak hukum.

Rumusan pasal ini mengharuskan badan publik mempertimbangkan apakah informasi yang akan dibuka dapat membahayakan kepentingan penegakan hukum atau tidak. Pertimbangan inilah yang dinamakan uji konsekuensi bahaya (consequential harm test). Jika membahayakan kepentingan penegakan hukum sebagaimana tercantum dalam pasal ini, maka informasi tersebut wajib untuk dirahasikan, dan sebaliknya. (Lihat juga Anotasi Pasal 2 Ayat (2) dan Ayat (4) UU KIP)

Namun demikian, rumusan pasal ini juga memberikan keleluasaan bagi badan publik untuk membuka informasi yang dikecualikan diatas apabila kepentingan umum yang lebih besar menghendakinya. Inilah yang dinamakan uji kepentingan publik (balancing public interest test). Badan publik tidak harus merahasiakan informasi yang dikecualikan apabila terdapat kepentingan yang lebih besar dapat dilindungi dengan merahasiakan informasi tersebut, dan sebaliknya (Lihat juga Anotasi Pasal 2 Ayat (2) dan Ayat (4) UU KIP). Adakalanya memang informasi rahasia justru perlu dibuka untuk kepentingan publik dan untuk kepentingan penegakan hukum itu sendiri. Tidak selamanya membuka informasi rahasia berakibat buruk meskipun ada konsekuensinya. Jadi kepentingan mana yang lebih besar dapat dilindungi antara membuka dan menutup itulah yang harus dipertimbangkan dengan seksama. Biasanya

pembukaan informasi rahasia untuk kebutuhan ini dilakukan dengan terbatas pula, misalnya untuk keperluan penyidikan maupun pemeriksaan di pengadilan yang dilakukan secara tertutup.

Badan publik perlu menafsirkan rumusan pasal ini dengan tepat dan tidak kaku. Titik tekan rumusan ini adalah akibat/konskuensi bahaya sebagaimana tercantum. Sebagai contoh, informasi tentang identitas saksi. Proses penegakan hukum tidak serta merta terganggu apabila identitas saksi diketahui oleh publik. Namun demikian, dalam kasus-kasus tertentu dan atas permintaan saksi/korban agar mendapatkan perlindungan sesuai dengan UU Perlindungan Saksi dan Korban, maka badan publik juga harus memberikan perlindungan termasuk kerahasiaan identitasnya. UU Perlindungan Saksi dan Korban menyatakan bahwa yang dimaksud dengan ”kasus-kasus tertentu”, antara lain: tindak pidana korupsi, tindak pidana narkotika/psikotropika, tindak pidana terorisme, dan tindak pidana lain yang mengakibatkan posisi Saksi dan Korban dihadapkan pada situasi yang sangat membahayakan jiwanya (Pasal 5 Ayat 2). Lebih lanjut ketentuan ini diatur oleh Keputusan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban.

Selain kepentingan penegakan hukum, pengecualian dalam dokumen terkait penegakan hukum juga dapat dikecualikan atas dasar perlindungan rahasia pribadi (terkait dengan ketentuan Pasal 17 huruf h). Misalnya pengaturan untuk menjaga kerahasiaan identitas saksi dan korban dalam putusan perkara-perkara tertentu yang akan diumumkan ke publik, antara lain: perkara-perkara tindak pidana kesusilaan, perkara tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga, perkara tindak pidana lain yang persidangannya dilakukan tertutup, perkara perdata perkawinan, perkara perdata pengangkatan anak, dan seterusnya. Di sinilah urgensi agar setiap badan publik menderifasi ketentuan ini melalui uji konsekuensi dan kepentingan publik dalam aturan internalnya dan diumumkan ke publik sehingga pasal-pasal pengecualian ini dan selanjutnya kontekstual dengan tugas dan fungsi masing-masing badan publik yang bersangkutan.

Tentang bagaimana menerapkan prinsip pengecualian informasi dalam UU KIP pada rumusan ini perlu dilihat pula Anotasi Pasal 2 ayat (2) dan (4); Pasal 19; Pasal 20; Pasal 22 ayat (7) huruf e UU KIP.

Pasal 17 huruf b

Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat;

Penjelasan

Cukup jelas.

Sejarah Pembahasan RUU di DPR

RUU Inisiatif DPR Usulan Pemerintah Rumusan yang disepakati

Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada orang dapat mengganggu kepentingan

perlindungan hak atas kekayaan intelektual, rahasia dagang, dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat;

Rumusan Perlu Disempurnakan informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pengguna informasi publik dapat

mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual, dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat;

Ditetapkan Rumusan Pemerintah

Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan

intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat;

Keputusan Raker tanggal 29 Nopember 2006

Dalam Raker tanggal 29 Nopember 2006, Pemerintah menyetujui substansi dari RUU Inisiatif DPR, Pemerintah hanya memperbaiki rumusan pasalnya saja. Selain itu, Pemerintah menghilangkan pengaturan mengenai rahasia dagang. Alasan Pemerintah menghilangkan rahasia dagang karena rahasia dagang sudah tercakup dalam perlindungan hak atas kekayaan. Terhadap usulan dan argumen Pemerintah tersebut, DPR menyatakan menerima dan menyetujui rumusan Pemerintah untuk menjadi pasal.

Keterkaitan dengan Peraturan Perundang-Undangan Lain

Pasal 323 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) menyatakan, “barang siapa dengan sengaja memberitahukan hal-hal khusus tentang suatu perusahaan dagang, kerajinan atau pertanian, di mana ia bekerja atau dahulu bekerja, yang olehnya supaya dirahasiakan, diancam dengan pidana

penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak enam ratus rupiah.” Kemudian pasal 323 ayat (2) menegaskan bahwa kejahatan sebagaimana Pasal 323 ayat (1) hanya dituntut berdasarkan pengaduan pengurus perusahaan tersebut.

Pasal 23 Undang-Undang tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat menyatakan: “Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mendapatkan informasi kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.”

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang menyatakan bahwa, “Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.” Kemudian Pasal 2 menjelaskan ruang lingkup rahasia dagang, yaitu: metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis. Informasi-informasi tersebut untuk dapat dikategorikan sebagai rahasia dagang harus memenuhi syarat: (1) informasi tersebut bersifat rahasia, mempunyai nilai ekonomi, dan dijaga kerahasiaannya melalui upaya sebagaimana mestinya; (2) informasi tersebut hanya diketahui oleh pihak tertentu atau tidak diketahui secara umum oleh masyarakat; (3) Informasi dianggap memiliki nilai ekonomi apabila sifat kerahasiaan informasi tersebut dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan atau usaha yang bersifat komersial atau dapat meningkatkan keuntungan secara ekonomi.

Kemudian Pasal 13 Undang-Undang Rahasia Dagang merumuskan tentang pelanggaran rahasia dagang yaitu apabila seseorang dengan sengaja mengungkapkan rahasia dagang, mengingkari kesepakatan atau mengingkari kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga rahasia dagang yang bersangkutan. Dalam Pasal 15 disebutkan pula bahwa pengungkapan rahasia dagang tidak dianggap sebagai pelanggaran apabila: (1) pengungkapan rahasia dagang atau penggunaan rahasia dagang tersebut didasarkan pada kepentingan pertahanan keamanan, kesehatan, atau keselamatan masyarakat; (2) tindakan rekayasa ulang atas produk yang dihasilkan dari penggunaan rahasia dagang milik orang lain yang dilakukan semata-mata untuk kepentingan pengembangan lebih lanjut produk yang bersangkutan. Terhadap pelanggaran rahasia dagang dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) (pasal 17 ayat (1)). Kemudian pasal 17 ayat (2) menyatakan bahwa pelanggaran rahasia dagang merupakan delik aduan.

Perbandingan dengan Negara Lain

UU RTI India mengatur pula mengenai kerahasiaan informasi terkait dengan rahasia dagang atau hak kekayaan intelektual, yang pengungkapannya akan membahayakan posisi kompetitif pihak ketiga, kecuali otoritas yang berwenang yakin bahwa kepentingan publik yang lebih besar menjamin pengungkapan informasi tersebut (Pasal 8 ayat (1) huruf d)).

UU ATI Kanada mengatur pula mengenai kerahasiaan informasi terkait dengan kepentingan ekonomi Kanada yang meliputi informasi (Pasal 18):

1. rahasia dagang, informasi ilmiah atau informasi teknis milik Pemerintah Kanada atau institusi Pemerintahan yang memiliki nilai-nilai penting atau cenderung memiliki nilai-nilai yang penting.

2. informasi yang pengungkapannya dapat diduga membahayakan posisi persaingan lembaga Pemerintah yang terkait dengan suatu perjanjian atau kesepakatan dari institusi Pemerintah.

3. informasi ilmiah dan informasi teknis yang diperoleh melalui penelitian yang dilakukan oleh para petugas dan pegawai institusi Pemerintah, di mana pengungkapannya dapat diduga membahayakan para petugas dan pegawai institusi Pemerintah.

4. informasi yang pengungkapannya dapat diduga membahayakan kepentingan ekonomi institusi Pemerintah atau kemampuan Pemerintah Kanada untuk mengatur ekonomi Kanada atau cukup dapat diduga dapat menghasilkan keuntungan yang tidak wajar untuk seseorang, termasuk informasi yang berkaitan dengan: (i) mata uang, sistem mata uang atau penawaran yang sah bagi Kanada (ii) perubahan pada rata-rata bunga bank atau pada pinjaman Pemerintah (iii) perubahan pada tarif rata-rata, pajak, bea cukai, dan sumber pendapatan lainnya (iv) perubahan pada kondisi operasi institusi keuangan (v) penjualan dan pembelian keamanan untuk mata uang asing atau pun Kanada, atau (vi) penjualan atau pendapatan dari lahan atau properti.

5. kepentingan ekonomi lembaga Pemerintah tertentu. Pasal Pasal 18 Ayat (1) angka (1):

ini yang berisi rahasia perdagangan atau keuangan, komersial, informasi ilmiah atau teknis yang menjadi milik, atau secara konsisten telah diperlakukan secara rahasia oleh Pembangunan Ekspor Kanada, Dewan Investasi Publik, dan VIA Rail Canada Inc.

Tanggapan

Hak atas kekayaan intelektual dan persaingan usaha secara sehat merupakan kepentingan sah yang dilindungi oleh hukum. Untuk melindungi kepentingan tersebut, maka UU KIP mewajibkan badan publik untuk merahasiakan informasi yang dapat mengancam kepentingan tersebut. Namun, sebagaimana juga di beberapa negara lain pengungkapan informasi rahasia untuk melindungi kepentingan ini dapat dilakukan oleh badan publik apabila untuk kepentingan umum yang lebih besar.

Tentang bagaimana menerapkan prinsip pengecualian informasi dalam UU KIP pada rumusan ini perlu dilihat pula Anotasi Pasal 2 ayat (2) dan (4); Pasal 19; Pasal 20; Pasal 22 ayat (7) huruf e UU KIP.

Pasal 17 huruf c

Informasi yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat membahayakan pertahanan dan keamanan negara, yaitu:

1. informasi tentang strategi, intelijen, operasi, taktik dan teknik yang berkaitan dengan penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan negara, meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengakhiran atau evaluasi dalam kaitan dengan ancaman dari dalam dan luar negeri; 2. dokumen yang memuat tentang strategi, intelejen, operasi, teknik dan

taktik yang berkaitan dengan penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan negara yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengakhiran atau evaluasi;

3. jumlah, komposisi, disposisi, atau dislokasi kekuatan dan kemampuan dalam penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan negara serta rencana pengembangannya;

4. gambar dan data tentang situasi dan keadaan pangkalan dan/atau instalasi militer;

5. data perkiraan kemampuan militer dan pertahanan negara lain terbatas pada segala tindakan dan/atau indikasi negara tersebut yang dapat membahayakan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan/ atau data terkait kerjasama militer dengan negara lain yang disepakati dalam perjanjian tersebut sebagai rahasia atau sangat rahasia;

Penjelasan

Huruf c Angka 1

Yang dimaksud dengan “informasi yang terkait dengan sistem pertahanan dan keamanan negara” adalah informasi tentang:

1. infrastruktur pertahanan pada kerawanan: system komunikasi startegis pertahanan, system pendukung startegis pertahanan, pusat pemandu, dan pengendali operasi militer;

2. gelar operasi militer pada perencanaan operasi militer, komando dan kendali operasi militer, kemampuan operasi satuan militer yang digelar, misi taktis operasi militer, gelar taktis operasi militer, tahapan dan waktu gelar taktis operasi militer, titik-titik kerawanan gelar militer, dan kemampuan, kerawanan, lokasi, serta analisis kondisi fisik dan moral musuh;

3. sistem persenjataan pada spesifikasi teknis operasional alat persenjataan militer, kinerja dan kapabilitas teknis operasional alat persenjataan militer, kerawanan system persenjataan militer, serta rancang bangun dan purwarupa persenjataan militer.

Angka 2 Cukup jelas. Angka 3 Cukup jelas. Angka 4 Cukup jelas. Angka 5 Cukup jelas. Angka 6

Yang dimaksud dengan “sistem persandian negara” adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pengamanan informasi rahasia negara yang meliputi data dan informasi tentang material sandi dan jarring yang digunakan, metode dan teknik aplikasi persandian, aktivitas penggunaannya, serta kegiatan pencarian dan pengupasan informasi bersandi pihak lain yang meliputi data dan informasi material sandi yang digunakan, aktivitas pencarian dan analisis, sumber informasi bersandi, serta hasil analisis dan personil sandi yang melaksanakan.

6. sistem persandian negara; dan/atau 7. sistem intelijen negara.

Angka 7

Yang dimaksud dengan “sistem intelijen negara” adalah suatu system yang mengatur aktivitas intelijen yang disesuaikan dengan strata masing-masing agar lebih terarah dan terkoordinasi secara efektif, efisien, sinergis, dan professional dalam mengantisipasi berbagai bentuk dan sifat potensi ancaman ataupun peluang yang ada sehingga hasil analisisnya secara akurat, cepat, objektif, dan relevan yang dapat mendukung dan menyukseskan kebijkasanaan dan strategi nasional.

Sejarah Pembahasan RUU di DPR

RUU Inisiatif DPR Usulan Pemerintah Rumusan yang disepakati

Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada orang dapat merugikan strategi pertahanan dan keamanan nasional, yaitu:

Informasi yang apabila dibuka dan diberikan kepada pengguna

informasi publik dapat merugikan sistem

penyelenggaraan pertahanan negara dan keamanan nasional,

termasuk tetapi tidak terbatas pada:

Ditetapkan Rumusan Pemerintah Informasi yang apabila

dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat membahayakan pertahanan dan keamanan negara, yaitu:

Keputusan Rapat Panja tanggal 16 Juli 2007 informasi 1. tentang intelijen, taktik, strategi pertahanan, dan keamanan negara dalam kaitan dengan ancaman dari dalam dan luar negeri; Rumusan Perlu Disempurnakan informasi tentang 1. operasi, intelejen, taktik, strategi yang berkaitan dengan sistem penyelenggaraan pertahanan negara dan keamanan nasional;

Ditetapkan Rumusan Baru

1. informasi tentang strategi,

intelijen, operasi, taktik dan teknik yang berkaitan dengan penyelenggaraan

sistem pertahanan dan keamanan negara,

meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengakhiran atau evaluasi dalam kaitan dengan ancaman dari dalam dan luar negeri;

Keputusan Rapat Panja tanggal 3 September 2007

dokumen 2. yang memuat rencana strategi pelaksanaan peperangan;

dokumen yang memuat 2.

tentang operasi, intelejen, taktik, strategi yang berkaitan dengan sistem penyelenggaraan pertahanan negara dan keamanan nasional;

Ditetapkan Rumusan Baru dokumen yang 1.

memuat tentang strategi, intelejen, operasi, teknik dan taktik yang berkaitan dengan penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan negara yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengakhiran atau evaluasi;

Keputusan Rapat Panja tanggal 3 September 2007 jumlah dan 3. komposisi kekuatan militer dan rencana pengembangannya; jumlah, komposisi, 3. kekuatan, dan kemampuan dalam sistem penyelenggaraan pertahanan negara dan keamanan nasional serta rencana pengembangannya;

Ditetapkan Rumusan Baru jumlah, komposisi, 2. disposisi, atau dislokasi kekuatan dan kemampuan dalam penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan negara serta rencana pengembangannya;

Keputusan Rapat Panja tanggal 3 September 2007

keadaan 4.

pangkalan militer; 4. gambar dan data tentang situasi dan keadaan pangkalan-pangkalan militer;

Ditetapkan Rumusan Baru gambar dan data 3.

tentang situasi dan keadaan pangkalan dan/atau instalasi militer;

Keputusan Rapat Panja tanggal 3 September 2007

data perkiraan 5. kemampuan militer negara lain. data perkiraan 5. kemampuan militer negara lain;

Ditetapkan Rumusan Baru data perkiraan 4.

kemampuan militer dan pertahanan negara lain terbatas pada segala tindakan dan/atau indikasi negara tersebut yang dapat membahayakan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan/ atau data terkait kerjasama militer dengan negara lain yang disepakati dalam perjanjian tersebut sebagai rahasia atau sangat rahasia;

Keputusan Rapat Panja tanggal 3 September 2007

-(Rumusan angka ini tidak termuat

dalam RUU Inisiatif DPR)

sistem persandian 6.

negara; dan

Ditetapkan Rumusan Baru sistem persandian 5.

negara; dan/atau

Keputusan Rapat Panja tanggal 3 September 2007

-(Rumusan angka ini tidak termuat dalam RUU Inisiatif DPR)