• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

F. Infusa

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) program studi Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Penulis meyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini

tidak lepas dari bantuan dan campur tangan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan yang indah ini penulis hendak mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

2. Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji pada skripsi ini

dan telah memberikan saran kepada penulis.

3. Ibu Phebe Hendra, MSi., Ph.D., Apt. selaku Dosen Penguji pada skripsi ini,

atas saran dan dukungan kepada penulis.

4. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dosen Pembimbing dan Dosen

Penguji pada skripsi ini, atas segala bimbingan, bantuan, dukungan, semangat

viii

5. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas

Farmasi yang telah memberikan izin dalam penggunaan semua fasilitas

laboratorium untuk kepentingan skripsi ini.

6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., yang telah memberikan bantuan dalam

determinasi daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq.

7. Bapak Heru, Bapak Parjiman, Bapak Kayat, Bapak Kunto, Bapak Wagiran

selaku Laboran Laboratorium Fakultas Farmasi atas bantuan dan

dukungannya kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi.

8. Keluarga Bapak A. Slamet, SE., Ibu Siti Winarni, dan adik Zeluyvenca

Avista atas segala cinta, doa, nasihat, dukungan, dan batuan yang selalu

mengiringi.

9. Simbah kakung dan putri yang senantiasa memberikan semangat dan doa.

10.Rekan-rekan tim Swietenia mahagoni (L.) Jacq. : Evan Gunawan, Sherly Damima, dan Stefanus Indra Gamawan, atas kerjasama, dukungan dan

bantuannya selama ini.

11.Sahabat-sahabat Angelia Rosari, Yudhytha Anggarhani, Fransiskus Asisi

Dian Kristianto,Tomas Indra Waskita, Angga Zakharia, Hans Gani, dan

Daniel Pradipta atas persahabatan yang sudah terjalin selama ini.

12.Teman luar biasa Nurul Kusumawardani atas segala doa, dukungan, semangat

dan motivasinya.

13.Teman-teman FKK B 2010 dan teman-teman Fakultas Farmasi Universitas

ix

14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis yang telah

membantu selama proses penyusunan skripsi ini berlangsung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan

bermanfaat khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Semoga tulisan ini

dapat memberikan manfaat khususnya di bidang Farmasi, serta semua pihak baik

mahasiswa, lingkungan akademis, maupun masyarakat.

Yogyakarta, 30 Mei 2014 Penulis

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

INTISARI ... xx ABSTRACT ... xx BAB I. PENGANTAR ... 1 A. Latar Belakang ... 1 1. Rumusan masalah ... 4 2. Keaslian penelitian ... 4 3. Manfaat penelitian ... 5 B. Tujuan Penelitian ... 5

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 6

A. Anatomi dan Fisiologi Hati ... 6

xi

1. Perlemakan hati (steatosis) ... 8

2. Kematian sel (necrosis)... 8

3. Kolestasis ... 9

4. Sirosis ... 9

C. Karbon tetraklorida ... 10

D. Alanin Aminotransferasedan Aspartat Aminotransferase ... 12

E. Swietenia mahagoni (L.) Jacq. ... 12

1. Taksonomi... 12

2. Morfologi ... 13

3. Khasiat dan kegunaan ... 14

4. Kandungan kimia ... 14

F. Infusa ... 14

G. Landasan Teori ... 15

H. Hipotesis ... 16

BAB III. METODE PENELITIAN... 17

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 17

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 17

1. Variabel utama ... 17 2. Variabel pengacau ... 17 3. Definisi operasional ... 18 C. Bahan Penelitian ... 18 1. Bahan utama... 18 2. Bahan kimia ... 19

xii

D. Alat Penelitian ... 20

1. Alat pembuatan serbuk kering daun S. mahagoni ... 20

2. Pembuatan infusa daun S. mahagoni ... 21

3. Alat uji hepatoprotektif ... 21

E. Tata Cara Penelitian ... 21

1. Determinasi tanaman ... 21

2. Pengumpulan bahan uji ... 21

3. Pembuatan serbuk daun S. mahagoni ... 22

4. Penetapan kadar air serbuk kering daun S. mahagoni ... 22

5. Pembuatan infusa daun S. mahagoni ... 22

6. Penetapan kandungan flavonoid infusa daun S. mahagoni ... 23

7. Pembuatan larutan karbon tetraklorida konsentrasi 50% ... 23

8. Uji pendahuluan ... 23

9. Penetapan dosis infusa daun S. mahagoni ... 24

10. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji ... 25

11. Pembuatan serum ... 26

12. Pengukuran aktivitas ALT-AST ... 26

F. Tata Cara Analisis Hasil ... 27

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Penyiapan Bahan ... 28

1. Hasil determinasi tanaman ... 28

2. Penetapan kadar air serbuk kering daun S. mahagoni ... 29

xiii

B. Uji Pendahuluan... 29

1. Penentuan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida ... 29

2. Penentuan waktu pencuplikan darah hewan uji ... 30

3. Penetapan lama pemejanan infusa daun S. mahagoni ... 34

4. Penetapan dosis infusa daun S. mahagoni ... 35

C. Efek Hepatoprotektif Infusa Daun S. mahagoni Pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida... 36

1. Kontrol negatif (olive oil 2 ml/kgBB) ... 41

2. Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 m/kgBB ... 43

3. Kontrol perlakuan (infusa daun S. mahagoni dosis 5 g/kgBB) ... 44

4. Kontrol pelarut aquadest ... 44

5. Kelompok perlakuan infusa daun S. mahagoni dosis 5; 3,535 dan 2,5 g/kgBB pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB ... 45

D. Rangkuman Pembahasan ... 50

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN ... 57

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Komposisi dan konsentrasi reagen serum ALT... 20

Tabel II. Komposisi dan konsentrasi reagen serum AST... 20

Tabel III. Rata-rata aktivitas serum ALT tikus setelah induksi karbon

tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada selang waktu 0, 24, 48

dan 72 jam... 30

Tabel IV. Hasil uji Scheffe aktivitas ALT tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada pencuplikan darah jam 0,

24, 48 dan 72 jam... 31

Tabel V. Rata-rata aktivitas serum AST tikus setelah induksi karbon

tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada selang waktu 0, 24, 48

dan 72 jam... 32

Tabel VI. Hasil uji Mann-Whitney aktivitas AST tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada pencuplikan

darah jam 0, 24, 48 dan 72 jam... 34

Tabel VII. Purata ± SE aktivitas serum ALT dan AST, serta % efek

hepatoprotektif tikus perlakuan infusa daun S. mahagoni

terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB (n=5)... 37

Tabel VIII. Hasil uji Scheffe aktivitas serum ALT tikus perlakuan infusa daun S. mahagoni terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB (n=5)... 39

xv

.

Tabel IX. Hasil uji Scheffe aktivitas serum AST tikus perlakuan infusa daun S. mahagoni terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB (n=5)... 40

Tabel X. Rata-rata aktivitas serum ALT dan AST tikus setelah

pemberian olive oil dosis 2 mL/kgBB pada selang waktu 0, 24, 48 dan 72 jam (n=5)... 41

Tabel XI. Hasil uji Scheffe aktivitas serum ALT dan AST tikus setelah pemberian olive oil dosis 2 mL/kgBB pada selang waktu 0,

24, 48 dan 72 jam

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur mikroskopik hati... 7

Gambar 2. Struktur karbon tetraklorida... 10

Gambar 3. Mekanisme biotransformasi dan oksidasi karbon

tetraklorida... 11

Gambar 4. Diagram batang rata-rata aktivitas serum ALT tikus setelah

pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL.kgBB pada

selang waktu 0, 24, 48, 72 jam... 30

Gambar 5. Diagram batang rata-rata aktivitas serum AST tikus setelah

pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL.kgBB pada

selang waktu 0, 24, 48, 72 jam... 33

Gambar 6. Diagram batang rata-rata aktivitas serum ALT tikus

perlakuan pemberian infusa daun S. mahagoni selama enam hari sekali berturut-turut terinduksi karbon

tetraklorida... 38

Gambar 7. Diagram batang rata-rata aktivitas serum AST tikus

perlakuan pemberian infusa daun S. mahagoni selama enam hari sekali berturut-turut terinduksi karbon

tetraklorida... 38

Gambar 8. Diagram batang rata-rata aktivitas serum ALT tikus setelah

pemberian olive oil dosis 2 mL/kgBB pada selang waktu 0, 24, 48 dan 72 jam... 41

xvii

Gambar 9. Diagram batang rata-rata aktivitas serum AST tikus setelah

pemberian olive oil dosis 2 mL/kgBB pada selang waktu 0, 24, 48 dan 72 jam... 42

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto serbuk daun S. mahagoni...

58 Lampiran 2. Foto pembuatan infusa daun S. mahagoni...

58 Lampiran 3. Foto Infusa daun S. mahagoni...

58 Lampiran 4. Surat keterangan kadar air serbuk daun S. mahagoni...

59 Lampiran 5. Surat keterangan kandungan flavonoid infusa daun

S.mahagoni...

60 Lampiran 6. Surat pegesahan determinasi daun S. mahagoni...

61 Lampiran 7. Surat pengesahan ethical clearens...

62 Lampiran 8. Analisis statistik aktivits serum ALT pada uji

pendahuluan penentuan dosis hepatotoksin karbon

tetraklorida dosis 2 mL/kgBB...

63 Lampiran 9. Analisis statistik aktivits serum AST pada uji

pendahuluan penentuan dosis hepatotoksin karbon

tetraklorida dosis 2 mL/kgBB...

66 Lampiran 10. Analisis statistik aktivits serum ALT perlakuan infusa

daun S. mahogani setelah induksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB...

73 Lampiran 11. Analisis statistik aktivits serum AST perlakuan infusa

daun S. mahogani setelah induksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB...

xix

Lampiran 12. Analisis statistik aktivits serum ALT perlakuan kontrol

negatif olive oil dosis 2 mL/kgBB... 83 Lampiran 13. Analisis statistik aktivits serum AST perlakuan kontrol

negatif olive oil dosis 2 mL/kgBB...

86 Lampiran 14. Perhitungan penetapan peringkat dosis infusa daun S.

mahagoni pada kelompok perlakuan...

89 Lampiran 15. Perhitungan konversi dosis untuk manusia infusa daun

S. mahagoni...

90 Lampiran 16. Perhitungan efek hepatoprotektif infusa daun S.

mahagoni...

xx

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek hepatoprotektif infusa daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq. terhadap penurunan kadar ALT dan AST serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dan mengetahui dosis optimum pemberian infusanya.

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak pola searah. Penelitian ini digunakan 35 ekor tikus dibagi dalam 7 kelompok. Kelompok I (kontrol hepatotoksin) diberikan larutan karbon tetraklorida : olive oil

(1:1) dosis 2 mL/kgBB secara intraperitonial. Kelompok II (kontrol pelarut hepatotoksin) diberi olive oil dosis 2 mL/kgBB secara intraperitonial. Kelompok III (kontrol pelarut infusa) diberi aquadest 25mL/kgBB selama 6 hari berturut-turut secara peroral. Kelompok IV (kontrol infusa) diberi infusa daun S. mahagoni

dosis 5 g/kgBB selama 6 hari berturut-turut secara peroral. Kelompok V, VI dan VII (kelompok perlakuan) diberikan infusa daun S. mahagoni dosis berturut-turut 2,5; 3,535 dan 5 g/kgBB selama 6 hari berturut-turut secara peroral, kemudian dihari ke tujuh diberi larutan karbon tetraklorida : olive oil (1:1) dosis 2 mL/kgBB secara intraperitonial, 24 jam kemudian semua kelompok darahnya diambil dari

sinus orbitalis mata untuk diukur aktivitas serum ALT dan AST. Data serum ALT dan AST dianalisis menggunakan ANOVA satu arah, dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan, infusa daun S. mahagoni memberikan efek hepatoprotektif dengan menurunkan aktivitas serum ALT dan AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida. Dosis optimum pemberian infusa daun S. mahagoni yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 5 g/kgBB dengan persen hepatoprotektif sebesar 63,9%.

Kata kunci : Hepatoprotektif, Infusa daun Swietenia mahagoni (L.) Jacq., ALT dan AST, karbon tetraklorida

xxi

ABSTRACT

The aim of study research were to prove the hepatoprotective effect of

Swietenia mahagoni (L.) Jacq. leaves infusion to decrease serum level of ALT and AST in rats induced with carbon tetrachloride and to decide the optimum dose of the infusion.

This research is purely experimental research with randomized complete direct sampling design. A total of 35 male Wistar rats were divided randomly into 7 grups. Group I (hepatotoxin control) was given carbon tetrachloride dissolved in olive oil (1:1) at dose of 2mL/kgBW intraperitonially. Group II (hepatotoxin solvent control) was given a dose 2mL/kgBW olive oil in intraperitonial. Group III was infusion solvent control given 25mL/kgBW of aquadest p.o for six days. Group IV was control treatment given 5g/kgBW infusion of S. mahagoni p.o for six days. Group V, VI and VII were given 2.5; 3.535; and 5 g/kgBW dose infuse of S. mahagoni leaves for six days orally and then on the seventh day, all treatment and infusion solvent control groups were given the carbon tetrachloride 2 mL/kgBW intraperitonial. After 24 hours, the blood was collected from the orbital sinus eye to be measured ALT and AST serum activity. ALT and AST serum data were analyzed statistically by unidirectional ANOVA, with 95% confidence level.

The result of this study shown, that the infuse of S. mahagoni leaves, has hepatoprotective effect by decreasing the activities of ALT and AST serum in rats inducted tetrachloride carbon. The optimum dose of S. mahagoni leaves infusion was 5g/kgBW.

Keywords : Hepatoprotective, Swietenia mahagoni (L.) Jacq. leaves infuse, ALT and AST, carbon tetrachloride

1

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Hepar atau hati merupakan organ atau kelenjar terbesar dari tubuh yang mensekresi empedu dan dapat mengeluarkan hasil produksi dari makanan, organ

ini berfungsi sebagai pusat metabolisme (Wibowo dan Paryana, 2009). Adanya

kerusakan pada hati yang terjadi dapat di sebabkan karena induksi senyawa kimia

dan mikroorganisme (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2007).

Penyakit gangguan fungsi hati dengan golongan usia 15-44 tahun

menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di pedesaan dan

menempati urutan ketiga di daerah perkotaan (Badan Penelitian dan Pegembangan

Kesehatan RI, 2007). Gangguan fungsi hati salah satunya adalah perlemakan hati,

dimana gangguan tersebut terjadi karena adanya penumpukan zat lemak di dalam

sel hati. Menurut Sofia, Nurdjanah, dan Ratnasari (2009) angka prevalensi

terjadinya penyakit perlemakan hati di Indonesia menunjukkan prosentase sebesar

30,6 %.

Penyakit hati merupakan salah satu dari beberapa penyakit yang dapat di

sembuhkan dengan menggunakan obat herbal (Hian, 2009). Oleh karena itu,

penelitian ini bermaksud untuk mencari alternatif pengobatan dari sumber daya

alam hayati sebagai pengobatan penyakit hati. Di Indonesia sendiri memiliki

berbagai macam sumber daya alam hayati yang tumbuh, hal tersebut mendorong

pengobatan. Bangsa Indonesia sejak dahulu berdasar pengalaman empiris dan

keterampilan yang dimiliki secara turun temurun, diwariskan dari generasi ke

generasi telah mengenal dan menggunakan tanaman yang memiliki khasiat obat

sebagai salah satu penaganan untuk masalah kesehatan, sehingga penggunaan obat

herbal atau jamu di kalangan masyarakat hingga saat ini masih banyak menjadi

pilihan untuk digunakan sebagai pengobatan (Badan Penelitian dan Pegembangan

Kesehatan Republik Indonesia, 2010).

Tanaman Swietenia mahagoni (L.) Jacq. merupakan jenis tanaman yang tumbuh pada zona lembab, penanaman dilakukan secara extensive telah di

lakukan terutama di daerah Pasifik yaitu di Indonesia, Filipina, Malaysia dan Fiji

(Joker, 2001). Berbagai khasiat yang dimiliki tanaman ini antara lain menurut

Naveen, Rupini, Ahmed, dan Urooj (2014) tanaman S. mahagoni dapat digunakan sebagai penyembuhkan penyakit seperti malaria, diare, dan dapat juga sebagai

antipiretik. Daun tanaman S. mahagoni memiliki efek sebagai antidiabetik dan aktivitas antioksidan dan tanaman ini memiliki kandungan tanin, saponin,

flavonoid, dan terpenoid yang dapat terlarut dalam air (Matin, Haque dan Hossain,

2013). Tanaman S. mahagoni memiliki ketersediaan daun yang lebih melimpah dibandingkan bagian lain dari tanaman ini, sehingga dalam penelitian ini, bagian

daun dari tanaman S. mahagoni yang akan digunakan dalam penelitian.

Salah satu komponen dari daun S. mahagoni adalah flavonoid, dimana senyawa tersebut memiliki aktivitas perlindungan hati, flavonoid yang diisolasi

dari Laggera alata memiliki kemampuan untuk melindungi hati dari kerusakan yang ditimbulkan karbon tetraklorida (Kumar dan Pandey (2013). Penelitian

Udem, Nwaogu, dan Onyejekwe (2011) menyebutkan proses penyarian daun S. mahagoni menggunakan ektrak air dapat menyari senyawa yang memiliki efek hepatoprotektif pada tikus dengan induksi alkohol secara kronis. Oleh karena itu,

pada penelitian ini menggunakan infusa sebagai bentuk sediaan, dikarenakan

infusa ini menggunakan pelarut air, sehingga diharapkan dapat memiliki efek

yang sama, yaitu dapat menarik senyawa yang dapat menimbulkan efek

hepatoprotektif. Air merupakan salah satu pelarut yang memiliki sifat polar dan

flavonoid merupakan senyawa golongan fenolik yang memiliki sifat polar,

sehingga diharapkan kandungan flavonoid di dalam daun S. mahagoni dapat tersari. Bentuk sediaan infusa ini pada proses pembuatannya sama dengan cara

perebusan yang di gunakan dalam masyarakat sebagai salah satu cara untuk

mendapatkan khasiat dari suatu tanaman. Adanya kandungan flavonoid yang

dapat tersari tersebut diharapkan dapat memiliki aktivitas antioksidan sehingga

diduga dapat memiliki efek hepatoprotektif terhadap kerusakan hati yang

disebabkan oleh senyawa model seperti karbon tetraklorida.

Dalam penelitian ini digunakan karbon tetraklorida (CCl4) sebagai

senyawa model hepatotoksik yang dapat mengalami reduksi oleh enzim sitokrom

P-450 (CYP2E1) kemudian dapat terbentuk radikal bebas triklorometil (CCl3•) dan radikal bebas triklorometilperoksida (CCl3O2•) yang lebih reaktif (Timbrell, 2009). Radikal triklorometil (CCl3•) dapat menyebabkan terjadinya akumulasi lipid, terjadinya akumulasi lipid di hati disertai perubahan biokimia dalam darah,

hal tersebut dapat dilihat dengan adanya perubahan aktivitas serum alanin

Berdasar hal tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh pemberian

infusa daun S. mahagoni sebagai efek hepatoprotektif pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dengan melihat aktivitas serum ALT dan AST dan untuk megetahui

dosis optimum pemberian infusa daun S. mahagoni dalam memberikan efek hepatoprotektif.

1. Rumusan masalah

a. Apakah pemberian infusa daun S. mahagoni mempunyai efek hepatoprotektif pada tikus terinduksi karbon tetraklorida ?

b. Berapa besar dosis optimum efek hepatoprotektif infusa daun S. mahagoni pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida ?

2. Keaslian penelitian

Sejauh pengamatan penulis, penelitian menggunakan daun S. mahagoni

pernah dilakukan oleh Matin, et al.. (2013) yang menyatakan bahwa ekstrak daun

S. mahagoni mengandung tanin, saponin, flavonoid, dan terpenoid. Udem, et al.,

(2010) manyatakan bahwa esktrak air dari daun S. mahagoni memberikan efek hepatoprotektif pada tikus yang diinduksi dengan alkohol secara kronik.

Penelitian dari Laxmaiah, Srikanth, Shivaraj, Santhosh, Subal dan Chiranjib

(2011) menyebutkan bahwa ektrak metanol daun S. mahagoni memiliki aktivitas antibakterial Bacillus subtilis dan Escherichia coli.

Sejauh yang diketahui oleh peneliti melalui studi pustaka, penelitian

terkait dengan efek hepatoprotektif infusa daun S. mahagoni terhadap penurunan kadar serum ALT dan serum AST pada tikus yang diinduksi karbon tetraklorida

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

sumbangan dan tambahan ilmu pengetahuan khususnya bidang farmasi dalam

penggunaan tanaman S. mahagoni sebagai hepatoprotektor jangka panjang.

b. Manfaat praktis. Hasil penelitian ini diharapkan untuk mengetahui dosis

optimum infusa daun S. mahagoni sebagai hepatoprotektor.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pemberian infusa daun S. mahagoni memiliki efek hepatoprotektif

2. Tujuan khusus

a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian infusa daun S. mahagoni memberikan efek hepatoprotektif pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis optimum pemberian infusa

daun S. mahagoni dengan pemberian selama 6 hari pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida.

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Hati

Hati merupakan kelenjar terbesar yang terdapat pada tubuh, dimana hati

terletak dalam rongga abdomen, berat hati orang dewasa normal adalah 1400

sampai 1600 g atau sekitar 2,5% berat tubuh (Kumar, Abbas, Fausto dan Mitchell,

2007). Bentuk hati menyesuaikan dengan struktur di sekitarnya. Pada bagian atas

hati memiliki bentuk cembung dan terletak di bagian kanan bawah diafragma dan

sebagian terletak di sebelah kiri bawah. Bagian bawah hati memiliki bentuk

berupa cekung dan melindungi organ lain seperti ginjal kanan, lambung, usus, dan

pankreas (Price dan Wilson, 1984). Hati menerima sekitar 1500 mL darah per

menit melalui arteri hepatica dan vena portae (Ganong dan McPhee, 2011). Hati terbagi dalam dua belahan utama yaitu kanan dan kiri. Hati terletak

di bawah diafragma dengan permukaan atas berbentuk cembung, sedangkan

permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan, fasiura transversus

(Pearce, 2009).

Hati tersusun dari dua lobus yaitu lobus kanan dan lobus kiri. Belahan

kanan dan kiri dipermukaan bawah dipisahkan oleh fasiura longitudinal, sedangkan dipermukaan atas dipisahkan oleh ligamen falsiformis. Dari setiap lobus terdiri dari lobulus. Lobolus merupakan struktur-struktur pada setiap lobus

di hati, lobulus terdiri dari lempeng-lempeng sel hati yang berbentuk seperti kubus

hati dibatasi oleh ruang vaskular yaitu sinusoid. Sinusoid merupakan cabang vena portae dan arteri hepatica sehingga darah akan bercampur meuju ke vena-vena sentral (Ganong dan McPhee, 2011). Sinusoid tersebut dilekati oleh makarofag yang di namakan sel Kupffer (Gambar 1), sel ini memiliki fungsi utama untuk

menelan bakteri dan benda asing lain yang terdapat di dalam darah. Oleh sebab

itu, hati merupakan salah satu organ yang memiliki peranan utama untuk

pertahanan terhadap invasi bakteri dan agen toksik lainnya (Price and Wilson,

1984).

Gambar 1. Struktur mikroskopik hati (Ganong dan McPhee, 2011)

Hati memiliki fungsi utama sebagai metabolisme. Hati memiliki struktur

yang seragam dengan memiliki kelompok sel yang dipersatukan oleh sinusoid.

Semua darah vena akan dari systema digestorium akan mengalir menuju ke sinusoid tersebut. Sel-sel hepar akan memperoleh suplai darah dari vena portae

hepatis yang kaya akan makanan, tidak memiliki kandungan oksigen, namun terkadang dapat bersifat toksik, dan dari arteria hepatica yang memiliki kandungan oksigen. Oleh karena itu hati memiliki sistem peredaran darah yang

tidak biasa, karena sel hati mendapat darah yang relatif kurang oksigen. Sehingga

menyebabkan sel hati rentan akan terjadinya penyakit dan mengalami kerusakan

(Wibowo dan Prayana, 2009).

B. Kerusakan Sel-Sel Hati

Kerusan hati dapat dibagi menjadi beberapa jenis sebagai akibat dari efek

toksik yang disebabkan oleh toksikan, antara lain adalah :

1. Perlemakan hati (steatosis)

Perlemakan hati dapat ditandai dengan adanya timbunan lemak pada hati,

terjadi akumulasi lipid yang abnormal terutama dalam bentuk trigliserida pada

hepatosit yang merupakan akibat berlebihanya suplai asam lemak dari jaringan

adiposa. Gangguan ini dapat terjadi karena beberapa hal antara lain, gangguan

pada sintesis protein atau pada konjugasi trigliserida dan protein, penurunan

sintesis fosfolipid, gangguan pada trasfer VLDL melalui membran sel, dan

gangguan beta oksidasi lipid pada mitokondria (Hodgson, 2010).

2. Kematian sel (necrosis)

Nekrosis hati adalah kematian dari sel biasanya merupakan kerusakan

akut dari sel-sel hepatosit, kerusakan yang terjadi pada beberapa hepatosit yang

mengalami kerusakan (Hodgson dan Levi, 2004). Kegagalan organ hati dalam

hepatosit mengenai sebagian besar hati atau seluruh lobulus (Kumar, Abbas,

Fausto, dan Mitvhell, 2010). Pada daerah terjadinya kerusakan hati maka terdapat

peningkatan neutrofil dan eosinofil di sitoplasma (Hodgson, 2010).

3. Kolestasis

Kolestasis yaitu berkurangnya aktivitas sekresi dari empedu yang di

Dokumen terkait