• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inpari 30 Ciherang Sub 1 padi tahan rendaman mulai dikembangkan di NTB. Balitbangtan telah merespon perubahan iklim dengan merakit

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

1. Inpari 30 Ciherang Sub 1 padi tahan rendaman mulai dikembangkan di NTB. Balitbangtan telah merespon perubahan iklim dengan merakit

varietas padi yang dapat dikembangkan dalam cekaman lingkungan ekstrim. Telah dilepas tahun 2012 varietas unggul baru (VUB) dengan nama Inpari 30 Ciherang Sub 1 yang salah satu kelebihannya tahan terhadap rendaman, guna mengantisipasi resiko akibat banjir dan genangan. Inpari 30 Ciherang Sub 1 sesuai ditanam di sawah dataran rendah hingga ketinggian 400 m dpl, di daerah luapan sungai, cekungan dan rawan banjir lainnya dengan dengan rendaman keseluruhan fase vegetatif selama 15 hari. Umur tanaman Inpari 30 Ciherang Sub 1 hanya 111 hari setelah semai dengan potensi hasil 9,6 ton/ha. Tekstur nasi pulen yang disukai umumnya masyarakat. Varietas ini tergolong agak rentan wereng batang coklat biotipe 1 dan 2, agak rentan terhadap hawar daun bakteri patotipe III. Varietas Inpari 30 Ciherang Sub 1 mulai dikembangkan di Nusa Tenggara Barat. Panen perdana telah dilakukan di areal persawahan Gadjah Mada, Kelurahan Rabadompu, Kecamatan Raba, Kota Bima 24/07/2014 dengan produksi 9 ton/ha gabah kering. Selanjutnya akan dikembangkan di wilayah pesisir sungai di Bima. Panen padi varietas ini juga dilakukan di Kelurahan Pagutan, Kecamatan Mataram, Kota Mataram (09/08/2014), yang dibudidayakan melalui teknologi PTT.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 49 2.

Kedelai varietas Dering 2, Detam 1, Burangrang, dan Argomulyo telah

dikembangkan di Madagaskar

. Pertemuan ini diinisiasi oleh Dubes RI di Madagaskar (Artanto Salmoen Wargadinata) dengan Direktur Jenderal Teknik dari Ministere Del L’Agriculture et du Development Rural (Voahangy Arijona). Kementan RI melalui penelitian dan pengembangan oleh peneliti Balitbangtan mendapatkan apresiasi Menteri Pertanian Minagri bahkan oleh jajaran kepresidenan yang ditunjukkan dengan pencanangan penanaman kedelai oleh Presiden Madagaskar. Diharapkan ke depan, pengembangan dapat diperluas kepada komoditas lain yang berpeluang meningkatkan pendapatan petani dan masyarakat di Madagaskar. Saat ini dilakukan pengembangan kedelai di wilayah Antsirabe seluas 6 ha yang terdiri dari uji adaptasi varietas kedelai, demplot teknologi budi daya kedelai, dan dem-farm teknologi budi daya kedelai. Penanaman dimulai sejak akhir November hingga 10 Desember 2014. Lokasi pengembangan menggunakan lahan kering dengan elevasi sekitar 1.400 m diatas permukaan laut.

3.

Lisesnsi VUB Hortikultura.

Beberapa VUB hortikultura telah mendapat lisensi oleh pihak swasta, seperti : Kangkung Sutera (PT. Sang Hyang Seri), Buncis Tegak Balitsa 1, Buncis Tegak Balitsa 2, Cabai Kencana, mentimun Mars oleh Fajar Seed, Cabai Kencana dan Kangkung Sutera (PT. Agrindo H.M), Kentang Medians (PT. P&CF), Cabai Kencana (PT. PUSRI), Mentimun Litsa, Cabai Lingga, Cabai Kencana, Cabai Ciko oleh Koperasi Agro.M, Kentang GM-05 dan Cabai Kencana (PT. Pupuk Kujang), serta Cabai Ciko (CV. Agrofarmaka). Sertifikat hak perlindungan varietas tanaman untuk tanaman sayuran, yaitu buncis varietas Balitsa 1 dengan nomor 00256/PPVT/S/2014, Buncis varietas Balitsa 2 dengan nomor 00257/PPVT/S/2014 dan Cabai Keriting Varietas Kencana dengan nomor 00257/PPVT/S/2014.

Kemudian varietas bawang merah Bima Brebes Balitbangtan diadopsi cukup luas di Kabupaten Brebes dan diperkirakan luas sebaran adopsinya sekitar 25.593 ha. Pada tahun 2013, adopsi varietas Bima Brebes di Kabupaten Brebes dapat meningkatkan pendapatan bersih adopter sebesar total Rp.825,7 milyar. Tingkat pengembalian investasi (ROI) biaya penelitian dan diseminasi varietas bawang merah Bima Brebes untuk tahun 2013 di Kabupaten Brebes adalah ROI = 170.207,3 % atau 1.702 x lipat. Sedangkan varietas bawang putih Lumbu Hijau Balitbangtan diadopsi cukup luas di Kabupaten Tegal dan diperkirakan luas sebaran adopsinya sekitar 185 ha. Pada tahun 2013, adopsi bawang putih varietas Lumbu Hijau di Kabupaten Tegal memberikan profit sebesar Rp.2,6

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 50 juta/ha atau total Rp.483.775.000,00 untuk semua adopter. Tahun 2012, varietas cabai merah Tanjung 2 dari Balitsa telah diadopsi petani di 10 kecamatan di kabupaten Ciamis. Luas tanam Tanjung 2, angka sementara, adalah 35 ha. Diperkirakan total luas tanam Tanjung 2 adalah 140 ha. Dampak langsung dari adopsi varietas cabai Tanjung 2 di Ciamis saja, pada tahun 2012, adalah terjadi peningkatan profit petani adopter sebesar 7,4 milyar rupiah dan terjadi peningkatan ROI = 131%. Dampak tak langsung dari adopsi Tanjung-2 adalah berkurangnya hari kerja bagi tenaga kerja petani senilai 1,5 Milyar, diperolehnya profit bagi produsen benih sebesar Rp.205 juta dan tersedianya 1.272 ton cabai merah berkualitas untuk bahan baku sambal tradisional bagi konsumen rumah tangga/warung. Tingkat pengembalian biaya penelitian dan diseminasi varietas Tanjung-2 adalah ROI sebesar 2.558%. Artinya setiap 100 rupiah yang dialokasikan untuk biaya penelitian dan biaya diseminasi varietas Tanjung-2 akan memberikan peningkatan profit sebesar Rp.2.558 rupiah bagi petani adopternya.

4. Penyebaran Ayam KUB. Selama periode 2011-2014 telah dilakukan penyebaran Parent Stock (PS) dan Final Stock (FS) Ayam KUB ke 25 provinsi sebanyak 76.844 ekor, yaitu Provinsi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, Riau, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Papua. Kegiatan penyebaran bertujuan untuk membentuk pembibitan/breeding centre ayam KUB 1 sebagai penyedia sumber DOC bagi kebutuhan ayam potong lokal.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 51 Gambar 15. Peta penyebaran ayam KUB tahun 2011-2014 5.

Penyebaran Kambing Boerka

. Salah satu upaya pengembangan kambing

Boerka telah terbentuk Kampung Boerka di desa Suka Dame, kecamatan Pulo Bandring, kabupaten Asahan Sumatera Utara. Selama periode 2009-2014 telah tersebar 65 ekor kambing Boerka di 7 propinsi meliputi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Aceh, Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan Jawa Timur.

Untuk mencapai

sasaran kedua

, diukur dengan 8 (delapan) indikator kinerja. Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja dapat digambarkan sebagai berikut :

Indikator Kinerja Target Realisasi %

1. Jumlah teknologi pengelolaan sumber daya lahan dan lingkungan pertanian secara berkelanjutan, serta formula pupuk

36 tekn. 40 tekn. 111,11

Sasaran 2 :

Terciptanya inovasi teknologi produksi dan pengelolaan sumberdaya pertanian mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 52

Indikator Kinerja Target Realisasi %

2. Jumlah prototipe alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi sistem produksi pertanian, kualitas, nilai tambah dan daya saing produk dan limbah pertanian

11 teknologi

11 teknologi 100,0

3. Jumlah teknologi vaksin ternak isolat lokal, diagnostik dan formula obat biofarmaka untuk hewan.

8 tekn. 8 tekn. 100,0

4. Jumlah teknologi budidaya, dan panen 127 tekn. 141 tekn. 111,02 5. Jumlah teknologi dan manajemen antisipasi,

adaptasi, dan mitigasi perubahan iklim

5 tekn. 5 tekn. 100,0

6. Jumlah teknologi spesifik lokasi 250 tekn. 250 tekn. 100,0 7. Jumlah inovasi telnologi berbasis bioteknologi 4 tekn. 4 tekn. 100,0 8. Jumlah peta tematik sumberdaya lahan tingkat

tinjau dan semi detail.

20 peta 28 peta 140,0

Berdasarkan indikator kinerja sasaran kedua yang telah ditargetkan pada tahun 2014, tiga indikator telah melebihi target, dengan kategori keberhasilan di atas 100% (sangat berhasil), untuk lima indikator tercapai dengan realisasi 100% (berhasil).

Pencapaian

indikator pertama

sebanyak 40 teknologi (111,11%) dari target 36 teknologi baru pengelolaan sumber daya lahan dan lingkungan pertanian secara berkelanjutan, serta formula pupuk dan pembenah tanah. Secara rinci 40 teknologi tersebut terdiri dari 8 Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Lahan (Teknologi Pengelolaan Pemulihan Produktivitas tanah terdegradasi, Teknologi Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang Batu Bara, Teknologi Lahan Kering Iklim Basah untuk Karbon Budget, Teknologi pemulihan Kualitas Lahan Sawah Terdegradasi Akibat Intrusi Air Laut, Teknologi enkapsulasi pupuk hayati Teknologi enkapsulasi pupuk hayati Teknologi enkapsulasi pupuk hayati, Teknologi perbanyakan Cyanobacter, Teknologi Percepatan Pengomposan Limbah Ternak Sapi, Teknologi adaptasi Rhizobium terhadap varietas kedelai dan jenis tanah), 7 Formula Pupuk dan Pembenah Tanah, 7 Teknologi

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 53 Pengelolaan Lahan Sawah dan Kering, 3 Prototipe Test Kit, 3 perangkat lunak sistem informasi pengelolaan tanah, 10 Teknologi Pengelolaan Pertanian Lahan Rawa, dan 2 Teknologi Remediasi Lahan Tercemar.

Pencapaian

indikator kedua

menghasilkan 11 teknologi unggulan baik berupa prototipe alat dan mesin pertanian maupun model mekanisasi untuk meningkatkan efisiensi sistem produksi pertanian, kualitas, nilai tambah dan daya saing produk atau limbah pertanian. Kelima teknologi tersebut adalah : teknologi mektan mendukung swasembada pangan berkelanjutan; teknologi mektan mendukung program strategis Kementan; dan teknologi mektan spesifik lokasi. Adapun 11 teknologi mesin pertanian tersebut adalah : 1) Rekayasa Alat Ukur Hara Tanah Lahan Sawah Secara Kuantitatif, 2) Mesin Tanam Pindah Bibit Padi (Indo Jarwo Transplanter Prototipe, 3) Mesin Panen Padi Tipe Mini Combine Kapasitas 14 Jam/Ha (Indo Combine Havester Prototipe, 4) Pengembangan Paket Alsin Panen Tebu Siap Giling Mendukung Swasembada Gula, 5) Pengembangan Energi dari LimbahBiomasaPerkebunan, 6) Penerapan Teknologi Pengolahan Buah untuk Mendukung Konsorsium Pengembangan Pertanian Berbasis Tanaman Buah di DAS, 7) Kajian Pemanfaatan Mesin Rawat Ratoon Tebu Mendukung Swasembada Gula, 8) Kajian Penerapan Alat Pencetak Beras Buatan Tipe Twin Roll Mendukung Program Diversifikasi Pangan, 9) Kajian Pemanfaatan Mesin Tanam Pindah Bibit Padi Sawah Sistem Jajar Legowo (Jarwo Transplanter) di Prov. Jateng, 10) Kajian Pemanfaatan Mesin Tanam Pindah Bibit Padi Sawah Sistem Jajar Legowo (Jarwo Transplanter) di Prop. Bengkulu, dan 11) Kajian Pengembangan Mekanisasi integrasi Tanaman Jagung-Sapi di Kalsel.

Gambar 16. Mesin Tanam Pindah Bibit Padi (Indo Jarwo Transplanter Prototipe 2)

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 54

Gambar 17. Mesin tanam pindah Indo Jarwo Transplanter

Pencapaian

indikator ketiga

yaitu telah dihasilkan 8 teknologi veteriner dengan rincian sebagai berikut: 5 teknologi diagnosa penyakit hewan yaitu: 1) teknik ELISA untuk deteksi antibodi penyakit IBD, 2) teknik PCR untuk deteksi Brucella pada semen sapi, 3) metode Lateral Flow Test (LFT) untuk deteksi bakteri M. paratubercullosis dalam feses yang tervalidasi, 4) protein rekombinan LipL32 yang digunakan untuk diagnosa Leptospirosis, dan 5) teknik Felisavet untuk deteksi penyakit IBR yang tervalidasi; 1 teknologi vaksin ND generasi baru (GVII); dan 2 teknologi obat biofarmaka untuk hewan yaitu : 1) obat herbal tanaman Artemesia annua sebagai antikoksidia (Eimeria tenella) pada ayam broiler, dan 2) formula obat herbal sebagai anti E. coli pada ayam broiler.

Vaksin ND generasi baru yang telah dihasilkan adalah merupakan prototipe vaksin yang mengandung seed vaksin ND GVII yang dapat memberikan perlindungan 100% terhadap ayam yang ditantang dengan virus ND.

Pencapaian

indikator keempat

, yaitu 140 teknologi budidaya dan panen tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan, dengan rincian 22 teknologi budidaya dan panen tanaman pangan, 24 teknologi budidaya dan panen tanaman hortikultura, 53 teknologi budidaya dan panen tanaman perkebunan dan 41 teknologi budidaya dan panen peternakan.

Telah dirakit 22 teknologi budidaya dan panen tanaman pangan, yang terdiri dari budi daya padi, jagung, kedelai dan tanaman pangan lainnya. Rincian dari teknologi budidaya dan panen yang dihasilkan yaitu padi 7 sebanyak teknologi (Susut Hasil, Pemberian Amelioran, Penanganan HDB, dll), jagung 6 teknologi (penanganan OPT, pemupukan, dll), kedelai sebanyak 5 teknologi (perkaitan di berbagai ekosistem lahan), serta aneka kacang dan umbi sebanyak 4 teknologi (pengendalian hama).

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 55 Telah dirakit 24 teknologi budidaya dan panen tanaman hortikultura yang diperoleh melalui kegiatan litbang sayuran, buah, dan tanaman hias, yaitu : 1) Teknologi Budidaya Kentang Toleran Suhu Tinggi di Dataran Medium; 2) Teknologi Penggunaan Pupuk Hayati pada Budidaya Bawang Merah; 3) Teknologi Aplikasi Pupuk Majemuk Hayati Biotrico terhadap Pengendalian Penyakit dan Peningkatan Produksi Cabai Merah; 4) Teknologi Produksi Bulblet Bawang Merah Melalui Teknik Embrio Somatik; 5) Perbaikan Teknologi Budidaya Pisang Ketan; 6); Teknologi Peningkatan Produktivitas dan Kualitas Manggis; 7) Teknologi Pemberian Pupuk Organik pada Tanaman Buah Naga; 8) Teknologi Pengendalian Pathogen Utama Buah Naga Skala In-Vitro; 9) Teknologi Perbanyakan Benih Manggis Melalui Kultur Jaringan; 10) Teknologi Optimasi Kultur Meristem untuk Perbanyakan Masal pada Anggrek Phalaenopsis; 11) Teknologi Perbanyakan Anggrek Vanda Secara In Vitro; 12) Teknologi Budidaya Krisan Hemat Sumber Daya; 13) Teknologi Budidaya Leather Leaf; 14) Teknologi Respon Varietas Krisan terhadap Pemberian Pupuk P; 15) Teknologi Perbanyakan Masal; 16) Gerbera Teknologi Pengendalian Bakteri Busuk Lunak pada Anggrek Phalaenopsis; 17) Teknologi Pengendalian Cymv pada Anggrek Dendrobium; 18) Teknologi Pengendalian Penyakit Karat Putih dengan Cendawan Antagonis pada Tanaman Krisan; 19) Teknologi Pengendalian Hama Pengorok Daun dengan Insektisida Nabati pada Tanaman Krisan; 20) Teknologi Pengendalian Penyakit Karat Putih dengan Inducer untuk Ketahanan Tanaman Krisan; 21) Teknik Deteksi Cepat Penyakit Huang Long Bing (HLB) Tanaman Jeruk; 22) Paket Teknologi Perbaikan Mutu Buah Jeruk Keprok; 23) Teknologi Perbanyakan Anggur Melalui Kultur Meristem; dan 24) Teknologi Perbanyakan Apel Melalui Kultur Meristem.

Telah dihasilkan 53 teknologi budidaya dan panen tanaman perkebunan yang mencakup tanaman tebu, kapas, tembakau, nilam, tanaman obat, jambu mete, karet, kakao, kelapa sawit, kopi dan coklat. Teknologi tersebut antara lain Teknologi epicotyl grafting tanaman pala jantan dan betina, teknologi Kompatibilitas Insektisida Nabati dan Agensia Hayati untuk mengendalikan

Helopeltis antonii

SIGN pada jambu mete, Teknologi pengendalian beberapa jenis OPT utama jahe (bakteri, jamur dan nematoda parasit jahe) melalui integrasi sistim tumpang sari jahe, perlakuan benih dan perlakuan tanah , Teknologi biodiesel sistem kontinyu dengan kapasitas produksi 800 liter/hari, dengan konsumsi daya listrik minimal (350 watt), Teknologi Gasifikasi tandan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 56 kosong kelapa sawit untuk pemanasan atau pengeringan dan pengolahan agroindustri dan bahan bakar motor mesin pertanian, Teknik perbanyakan bibit tebu secara kuljar, Teknologi penanganan pasca panen kopi Arabika rakyat yang tepat untuk beberapa ketinggian penanaman, Teknologi kemandirian energi pengolahan white tea berbasis bioenergi, melalui konversi biomassa limbah pada hanca petik teh menjadi energi termal dan listrik. Kapasitas sumber listrik mampu memenuhi kebutuhan energi untuk mengolah white tea sebesar 2.000 kg/tahun, Disain prototipe pengering sederhana untuk proses pengeringan biji kakao pasca fermentasi skala petani individu.

Telah dihasilkan 41 teknologi budidaya dan panen peternakan yang meliputi 24 teknologi veteriner (Prototipe ELISA Kit, Teknik PCR, Teknik Felisavet, dll), 5 teknologi pakan (Teknologi formulasi pakan berbasis limbah pertanian dan perkebunan ramah lingkungan mendukung PBBH > 0.70 Kg; Teknologi Karakteristik fermentasi pakan berbasis sisa hasil pertanian / perkebunan rendah emisi metan; Teknologi fermentasi daun dan pelepah kelapa sawit dengan Trichoderma viridae dan ragi tempe; Pakan imbuhan menggunakan Saccharomyces sarevisiae dan Asetoanaerobium, 3 teknologi reproduksi (Teknologi perbaikan performans reproduksi pejantan sapi potong melalui exercise dan pengaturan penampungan semen; Teknologi Rasio sapi pejantan dan betina pada kandang kelompok "model Litbangtan" terhadap fertilitas induk sapi potong dan Teknologi Peningkatan masa pubertas calon pejantan sapi PO dengan menggunakan kandang komunal) dan 9 teknologi budidaya ternak (Penentuan gen, Pakan Aditif, dll).

Pencapaian

indikator kelima

sebanyak 5 teknologi dan manajemen antisipasi, adaptasi dan mitigasi perubahan iklim (100%). Teknologi beserta manfaat/kegunaannya adalah sebagai berikut.

1) Sistem informasi kalender tanam terpadu tanaman padi dan palawija (jagung dan kedelai): Untuk mengidentifikasi secara spasial dan tabular awal tanam, pola tanam, luas tanam potensial, wilayah rawan banjir dan kekeringan, potensi serangan OPT, rekomendasi dosis dan kebutuhan pupuk, rekomendasi varietas padi, jagung, dan kedelai pada level kecamatan seluruh Indonesia. 2) Teknologi monitoring katam terpadu dan CCTV : Untuk validasi dan pemantauan pelaksanaan tanam di lapang secara on line.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 57 Gambar 18. Tampilan Web Katam Terpadu

Gambar 19. Desain Sistem CCTV

3) Teknologi pengelolaan air di lahan kering iklim kering melalui model Food Smart Village (FSV): Untuk mendesain (menyusun rancang bangun) teknik pemanfaatan potensi sumberdaya air (jaringan irigasi dengan pipa tertutup) dari sumber ke lahan berdasarkan jenis dan potensi sumberdaya air, bentang

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 58 lahan, panjang jalur distribusi saluran, dan pilihan komoditas. 4) Teknologi pemanfaatan sumber energi alamiah untuk pengelolaan sumber daya air (pompa air tenaga surya) : Pompa air ini tidak memerlukan biaya energi penggerak, tidak direpotkan oleh ketersediaan bahan bakar atau listrik sehingga sangat cocok untuk daerah yang belum terjangkau listrik PLN atau daerah yang sulit diakses. 5) Teknologi nano hydrogel untuk efisiensi irigasi : Hydrogel berbasis teknologi nano menghasilkan smart hydrogel yang mudah, murah dan ramah lingkungan yang meringankan petani dalam aplikasi irigasi karena hydrogel mampu menyerap air sehingga meningkatkan

water holding

capacity

sehingga irigasi yang diberikan lebih hemat.

Gambar 20. Nano Hydrogel untuk efisiensi irigasi

Pencapaian

indikator keenam

, jumlah teknologi spesifik lokasi telah tercapai sebesar 100%, dari target 250 teknologi. Adapun

output

yang dihasilkan berupa: 55 paket teknologi budidaya tanaman pangan, 15 paket teknologi budidaya perkebunan, 15 paket teknologi budidaya hortikultura, 8 paket teknologi pascapanen, 30 paket teknologi Peternakan, 5 paket kelembagaan, 7 paket teknologi sumberdaya lahan dan AEZ, 33 paket teknologi AEZ, 33 paket plasma nutfah dan sumberdaya genetik, 4 paket teknologi mekanisasi, 33 paket model akselerasi pembangunan pertanian ramah lingkungan lestari, dan 12 paket laboratorium lapang.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 59 Pencapaian

indikator ketujuh

, telah tercapai 100% dari target yang berupa 4 inovasi teknologi berbasis bioteknologi, dengan rincian sebagai berikut: 1) 1 teknologi peta genetik marka SNP kedelai (Tanggamus, Anjasmoro, Tambora, Grobogan, Malabar dan Wilis) untuk karakter agronomis dan komponen hasil, 2) 1 teknologi kloning gen menghasilkan 6 klon gen yang teridiri dari satu klon gen terkait produktivitas (gen OsEUI), dua klon gen terkait umur pembungaan (Osld1 dan AtELF3) dan tiga klon gen terkait toleransi terhadap cekaman kekeringan (AtCOR15A, AtCBF3 dan AtNFYA5), 3) 1 teknologi analisis sidik jari DNA plasma nutfah pertanian terhadap 288 aksesi plasma nutfah padi menggunakan analisis GGT-384 SNP), dan 4) 1 teknologi bioprospeksi SDG serangga berupa formulasi feromon untuk pengendalian ulat grayak

Helicoverpa armigera

(Fero-Armi).

Analisis genotyping dan whole genome untuk membuat peta genetik telah dilakukan terhadap padi lokal, kelapa sawit, sapi, jarak pagar, kakao, pisang, kentang dan cabe. Data hasil analisis berikut peta genetiknya sudah tersedia dalam web IAARD Genome Center yang dapat digunakan pemulia dalam perakitan galur dan varietas unggul menggunakan marka spesifik untuk seleksinya. Capaian ini merupakan keberhasilan Balitbangtan dalam melakukan jump strat program pemuliaan komoditas pertanian melalui analisis genome dengan invesntasi alat high throughput genotyping platforms dan next generation sequencing (NGS). Investasi kedua alat ini ditujukan untuk mengantisipasi paradigma program pemuliaan dan pemanfaatan sumber daya genetik sudah berubah dari upaya mencari fenotipe menjadi mencari gen. Pembuatan peta genetik Tanggamus, Anjasmoro, Tambora, Grobogan, Malabar dan Wilis dilakukan dengan merujuk pada data genome refference kedelai varietas Williams 82. Hasil analisis sekuen tersebut diketehui bahwa rata-rata pada setiap 308 pasang basa ditemukan I variasi basa di genom varuetas kedelai Indonesia yang dapat dikembangkan menjadi marka polimorfik untuk sidik jari maupun karakter unggul tertentu. Hasil pemetaan menunjukkan bahwa dari keseluruhan variasi genom dalam 20 kromosom kedelai dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu (1) sebanyak 2.692.193 SNP (single nucleotide polymorphism/1 basa berubah menjadi basa lain), 49.926 missense mutation (mutasi DNA yang mengubah asam amino) dan 1.535 nonsense mutation (mutasi DNA yang menghasilkan stop codon); (2) sebanyak 257.625 insertion (tambahan basa dibanding dengan rujukan); dan (3) sebanyak

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 60 201.051 deletion (jumlah basa berkurang dibanding dengan rujukan).

Pada pemetaan ini juga ditemukan adanya SNP umum terdapat pada semua genotipe dan SNP unik yang hanya ada di satu genotipe saja. Dari pengambilan sampel 337 SNP yang ada di exon, Grobogan, Malabar, dan Tambora memiliki genotipe yang sama di 59 lokus SNP, yang berbeda dengan Williams82. SNP unik yang berpotensi dijadikan sidik jari pada masing-masing genotipe kedelai sebanyak 18 SNP spesifik untuk Grobogan, 12 SNP spesifik untuk Malabar, 10 SNP spesifik untuk Tambora, 17 SNP spesifik untuk Wilis, 11 SNP untuk Tanggamus dan 15 SNP spesifik untuk Anjasmoro.

Gambar 21. Database genome untuk peta genetik komoditas penting pertanian

Pencapaian

indikator kedelapan

sebanyak 28 peta tematik sumberdaya lahan tingkat tinjau dan semi detil dari target 20 peta (140%). Sebagai contoh peta yang dihasilkan adalah Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit dan Tanaman Tebu skala 1:50.000 kabupaten Tapin - Kalimantan Selatan.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 61 Gambar 22. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit dan Tanaman Tebu skala 1:50.000 kabupaten Tapin- Kalimantan Selatan

Peta-peta yang dihasilkan selanjutnya akan diserahkan kepada daerah sesuai lokasi pemetaan untuk digunakan sebagaimana peruntukannya. Salah satu contoh yakni Peta Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit dan Tebu di 7 Kabupaten P. Kalimantan, merupakan permintaan dari Dirjen Perkebunan dan akan dijadikan sebagai data dasar untuk pengembangan areal perkebunan Kelapa sawit dan Tebu.

Pencapaian target Renstra dan Penetapan Kinerja sararan kedua Balitbangtan (2010-2014) dapat dilihat pada tabel berikut :

Indikator Kinerja Target Renstra (2010-2014) Penetapan Kinerja (2010-2014) Target Realisasi (%) 1. Jumlah teknologi pengelolaan

sumber daya lahan dan lingkungan pertanian secara berkelanjutan, serta formula pupuk

46 tekn 77 tekn 100 tekn 130,87

2. Jumlah teknologi/prototipe alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi sistem produksi pertanian, kualitas, nilai tambah dan daya saing produk dan limbah pertanian

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 62 Indikator Kinerja Target Renstra (2010-2014) Penetapan Kinerja (2010-2014) Target Realisasi (%) 3. Jumlah teknologi vaksin ternak

isolat lokal, diagnostik dan formula obat biofarmaka untuk hewan.

25 tekn 23 tekn 26 tekn 113,04

4. Jumlah teknologi budidaya, dan panen

322 tekn 347 tekn

571 tekn 164,55

5. Jumlah teknologi dan manajemen antisipasi, adaptasi, dan mitigasi perubahan iklim

29 tekn 29 tekn 39 tekn 134,48

6. Jumlah teknologi spesifik lokasi 566 tekn 654 tekn

889 tekn 135,93

7. Jumlah inovasi teknologi berbasis bioteknologi

8 tekn 8 tekn 8 tekn 100,0

8. Jumlah peta tematik sumberdaya lahan tingkat tinjau dan semi detil

28 peta 48 peta 72 peta 150,0

Dari pencapaian delapan indikator kinerja dalam mendukung sasaran kedua Badan Litbang Litbang Pertanian 1010-2014, terlihat semua indikator telah mencapai target yang telah ditetapkan.

Dokumen terkait