• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA

A. Perlindungan Anak Dalam Berbagai Instrumen Hukum Internasional Dan Hukum Nasional

2. Instrumen Hukum Nasional

Perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan sebagai upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak (fundamental right and freedom of children) serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejaheraan anak. Jadi masalah perlindungan hukum bagi anak mencakup lingkup yang sangat luas.

36

Perlindungan terhadap hak asasi anak; dan (3) Perlindungan hukum terhadap semua kepentingan anak yang berkaitan dengan kesejahteraan.37

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 34 tentang “Fakir Miskin dan Anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”.

Prinsip-prinsip perlindungan terhadap anak dalam sistem peradilan pidana anak diatur oleh peraturan perundang-undangan secara nasional. Perlindungan terhadap anak ini berhadapan dengan hukum diatur dalam perundang-undangan Republik Indonesia yaitu:

38

2. Undang-Undang RI No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, menentukan :39

a. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asyhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang, baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar mendapatkan perlindungan dari lingkungan hidup yang membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar

b. Untuk kesejahteraan anak dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat. 3. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 Tentang Pengadilan

Anak:40

a. Hak untuk diperiksa dalam suasana kekeluargaan pada Sidang Anak (Pasal 6);

b. Hak untuk diadili secara khusus berbeda dengan orang dewasa (Pasal 7);

37

Wuluyadi, Op. Cit., hlm. 1 38

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34

39

Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak

40

c. Hak untuk diperiksa dalam sidang tertutup untuk umum (Pasal 8 ayat (1)); d. Hak untuk dipisahkan dari tempat tahanan orang dewasa, dan selama masa

tahanan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial anak harus tetap dipenuhi (Pasal 45);

e. Hak untuk dikeluarkan dari tahanan demi hukum apabila jangka waktu penahanan telah habis (Pasal 46 ayat (5), Pasal 47 ayat (4), Pasal 48 ayat (4), Pasal 49 ayat (4), Pasal 50 ayat (5));

f. Hak untuk mendapatkan bantuan hukum dari seorang atau lebih Penasehat Hukum sejak ditangkap atau ditahan dan pada setiap tingkat pemeriksaan (Pasal 51 ayat (1));

g. Hak untuk berhubungan langsung dengan Penasehat Hukum dengan diawasi tanpa didengar oleh pejabat yang berwenang pada saat ditangkap atau ditahan (Pasal 51 ayat (3));

h. Hak untuk didampingi oleh orang tua, wali, atau orang tua asuh, penasehat hukum dan Pembimbing Kemasyarakatan selama proses pemeriksaan (Pasal 57 ayat (2));

i. Hak untuk menjalani pidana atau di didik di Lembaga Pemasyarakatan Anak yang harus terpisah dari orang dewasa, serta memperoleh pendidikan dan latihan sesuai bakat dan kemampuannya (Pasal 60).

4. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak:

a. Hak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi (Pasal 16 ayat (1));

b. Hak memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum (Pasal 16 ayat (2)); c. Penangkapan, penahanan atau tindak pidana penjara sesuai dengan hukum

yag berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir (Passal 16 ayat (3));

d. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk mendapat perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa, memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya dalam setiap tahapan upaya hukum, membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum (Pasal 17 ayat (1)).

5. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun1999 Tentang Hak Asasi Manusia:41

a. Hak perlindungan hukum (Pasal 58 ayat (1));

b. Hak untuk tidak dijadikan sasaran penganiayan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi dimana hukuman mati atau hukuman seumur hidup tidak dapat dijatuhkan kepada anak (Pasal 66 ayat (1),(2));

c. Hak untuk dirampas kemerdekaanya secara melawan hukum (Pasal 66 ayat (3));

d. Hak penagkapan, penahanan, atau pidana penjara hanya sebagai upaya terakhir (Pasal 66 ayat (4));

41

e. Hak perlakuan yang manusiawi bagi anak yang dirampas kemerdekaanya dan dipisahkan dari orang dewasa (Pasal 66 ayat (5));

f. Hak bantuan hukum dan bantuan lainnya secra efektif bagi anak yang dirampas kebebasaanya (Pasal 66));

g. Hak membela diri dan memperoleh keadilan bagi anak yang dirampas kebebasannya di depan pengadilan yang objektif, tidak memihak dan sidang tertutup untuk umum.

6. Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP):

Dalam masalah menyangkut hak-hak anak yang menjadi tersangka/terdakwa atau anak yang berkonflik dengan hukum, ketentuan KUHAP masi tetap diperlukan karena Undang-Undang Pengadilaan Anak sendiri tidak ada mencabut hak-hak tersangka/terdakwa didalam KUHAP, namun justru ketentuan yang terdapat dalam KUHAP tersebut dapat melengkapi apa yang diatur dalam Undang-Undang Pengadilan Anak.42

a. Hak untuk segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik dan selanjutnya dapat diajukan kepada Penuntut Umum (Pasal 50 ayat (1));

Hak-hak tersebut diatur dalam BAB VI Pasal 50 sampai Pasal 68, kecuali Pasal 64 karena pasal tersebut menentukan hak terdakwa untuk diadili dalam persidangan yang terbuka untuk umum. Hal ini bertentangan dengan prinsip persidangan anak yang harus dilakukan secara tertutup.

Adapun hak-hak tersangka/terdakwa anak atau yang berkonflik dengan hukum menurut KUHAP dapat diperinci sebagai berikut:

42

b. Hak agar perkaranya segera diajukan ke pengadilan oleh Penuntut Umum (Pasal 50 ayat (2));

c. Hak untuk segera diadili oleh pengadilan (Pasal 50 ayat (3));

d. Hak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakakan kepadnya pada waktu pemeriksaan dimulai dan tentang apa yang didakwakan kepadanya (Pasal 51);

e. Hak untuk memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik atau hakim (Pasal 52);

f. Hak untuk setiap waktu mendapat bantuan juru bahasa dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan (Pasal 53 ayat (1)); g. Hak mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih Penasehat

Hukum selama dalam waktu pada setiap tingkat pemeriksaan (Pasal 54); h. Hak memilih sendiri Penasehat Hukumnya (Pasal 55);

i. Dalam hal tersangka/terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai Penasehat Hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk Penasehat Hukum bagi mereka yang memberikan bantuannya dengan cuma-cuma (Pasal 56 ayat (1),(2));

k. Tersangka atau terdakwa yang berkebangsaan asing yang dikenakan penahanan berhak menghubungi dan berbicara dengan perwakilan negaranya (Pasal 57 ayat (2));

l. Tersangka atau terdakwa yang ditahan berhak menghubungi dan menerima kunjungan dokter pribadinya untuk kepentingan kesehatan baik yang ada hubungannya dengan proses perkara maupun tidak (Pasal 58);

m. Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak diberitahukan tentang penahanan atas dirinya, kepada keluarganya atau orang lain yang serumah dengan tersangka atau terdakwa ataupun orang lain yang bantuaanya dibutuhkan oleh tersangka atau terdakwa untuk mendapat bantuan hukum atau jaminan bagi penaggulangan (Pasal 59); n. Hak menghubungi dan menerima kunjungan dari pihak yang

mempunyai hubungan kekeluargaan atau lainnya dengan tersangka atau terdakwa guna mendapat jaminan bagi penangguhan penahanan ataupun untuk usaha mendapatkan bantuan hukum (Pasal 60);

o. Hak secara langsung atau dengan perantaraan penasehat hukumnya menghubungi atau menerima kunjungan sanak keluarganya dalam hal yang tidak ada hubungannya dengan perkara (Pasal 61);

p. Hak untuk mengirim surat kepada penasehat hukumnya, dan menerima surat dari penasehat hukumnya dan sanak keluarganya (Pasal 62 ayat (1));

q. Hak menghubungi dan menerima kunjungan dari rohaniawan (Pasal 63);

r. Hak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi atau seseorang yang memiliki keahlian khusus guna memberikan keterangan yang menguntungkan bagi dirinya (Pasal 65);

s. Hak untuk tidak dibebani kewajiban pembuktian (Pasal 6)

t. Hak untuk meminta banding terhadap putusan pengadilan tingkat pertama (Pasal 67);

u. Hak untuk menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi (Pasal 68).

Apabila disinkronisasikan hukum nasional dan standar internasional terhadap perlindungan terhadap anak dimana Negara dalam melakukan upaya perlindungan anak yang standarnya diakui secara internasioanl dapat melakukan ratifikasi terhadap konvensi-konvensi internasional tersebut, dengan menyesuaikan pada kondisi sosial yang ada di suatu negara tentunya. Indonesia sendiri telah mengeluarkan dua undang-undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak dan undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Melihat substansinya dan jika dikaitkan dengan standar internasional perlindungan anak, maka sebagaian besar hal-hal yang diatur di dalam konvensi-konvensi tersebut di atur dalam kedua regulasi tersebut. Walaupun demikian masih ada beberapa hal yang sebenarnya sangat urgen yang belum diatur dalam regulasi indonesia, hal tersebut adalah upaya pencegahan kenakalan anak. Pencegahan merupakan suatu usaha yang dilakukan sebelum terjadinya tindak

pidana atau antisipasi mulai sejak dini (Preventif). Langkah pencegahan kriminalitas yang dilakukan oleh anak haruslah bertitik tolak dari penyebab terjadinya kriminalitas tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa langkah pencegahan tersebut adalah:43

1 Menciptkan kondisi lingkungan masyarakat yang kondusif;

Adalah tanggung jawab suatu pemerintah dalam upaya menciptakan lingkungan masyarakat yang kondusif, menciptakan masyarakat yang kondusif tidak akan terlepas dari pembangunan ekonomi pun akan dapat berjalan dengan baik jika dikawal oleh sistem hukum yang benar-benar baik.

Sementara dalam mencegah terjadinya Anomie, maka negara perlu mengakomodir kultur dalam masyarakat menjadi sebuah hukum yang mesti dipertahankan dalam rangka menjaga norma-norma tersebut tetap utuh. Organisasi masyarakat juga sudah selayaknya menghentikan pengotak-kotakan masyarakat, khususnya dalam memberikan kesan buruk terhadap sebuah komunitas tertentu.

2 Menciptakan lingkungan keluarga dan rumah tangga yag harmonis;

Keluarga merupakan pilar utama dalam memonitor perkembangan anak, keluarga harus menjaga kedisiplinan anak namun pula haru dengan mengubah cara pendekatan otoriter menjadi pendekatan yang persuasif kekeluargaan. Namun demikian hal tersebut baru akan dapat tercapai apabila terjadi di lingkungan keluarga yang harmonis.

3 Memberikan pendidikan moralitas, etika dan agama bagi anak.

43

Worpress.com/2010/10/17/sinkronisasi-hukum-nasional-terhadap-standar-internasional-perlindungan-anak/ Diakses tanggal 2 Mei 2012. Jam. 15.00

Pendidikan moralitas, etika dan agama selayaknya didapatkan oleh anak sejak di linkungan keluarganya sebagai lingkungan yang paling bertanggung jawab atas perkembangan etika anak. Selain pendidikan moral, etika dan agama harusnya mendapatkan porsi lebih institusi pendidikan formal, sebagai harapan agar pembelajaran atas etika betul-betul menjadi perhatian anak, jadi tidak semata-mata hanya menjadi pelajaran sampingan yang disepelekan oleh anak.

B.Perlindungan Anak Pelaku Tindak Pidana Dalam Undang-Undang No. 3