• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA

B. Perlindungan Anak Pelaku Tindak Pidana Dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak

1. Tahap Pemeriksaan Penyidikan dan Penyelidikan

Pada hakekatnya ketentuan KUHAP tentang penyidikan didefenisikan bahwa Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang ini (KUHAP) untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.44

44

Pasal 1 butir 2 KUHAP

Tindakan itu dapat meliputi pemanggilan dan pemeriksaan saksi-saksi, penyitaan alat-alat bukti, pengeledahan, pemanggilan, dan pemeriksaan tersangka, melakukan penangkapan, melakukan penahanan, dan lain sebagainya. Sementara penyidik sesuai dengan Pasal 1 angka 1 KUHAP, adalah Pejabat Polisi RI atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan. Penyidikan yang dilakukan oleh pejabat kepolisian negara RI bertujuan untuk menggumpulkan bukti guna menemukan apakah suatu

peristiwa yang terjadi merupakan peristiwa pidana, dengan penyidikan juga ditujukan untuk menemukan pelakunya. Setelah adanya penyidikan tahapan selanjutnya dilakukan penyelididkan. Penyelidikan kasus pidana dilakukan oleh kepolisian sesuai dengan KUHAP dan Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Polisi dalam melakukan penyelidikan terhadap anak pelaku tindak pidana harus memperhatikan berbagai ketentuan mengenai upaya penanganan anak mulai dari penangkapan sampai proses penempatan.45

Sebelum melakukan penyelidikan tentu harus diketahui terlebih dahulu apakah telah terjadi suatu tindak pidana. Jalur untuk mengetahuinya adalah melalui pengaduan,46 laporan,47 atau tertangkap tangan.48

Secara umum berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 bahwa penyidikan terhadap pelaku tindak pidana anak hanya dapat dilakukan apabila pelaku tindak pidana telah berusia 8 (delapan) tahun tetapi

Berdasarkan Pasal 1 butir 5 KUHAP penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang..

45

Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice. Bandung: Refika Aditama, 2009. Hlm. 85.

46

Pengaduan adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum seorang yang telah melakukan tindak pidana adauan yang merugikannya. Pasal 1 butir 25 KUHAP

47

Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang karena hak atau kewajiban berdasarkan Undang-Undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana. Pidana 1 butir 24 KUHAP

48

Tertangkap tangan adalah tertangkapnya seorang pada waktu sedang melakukan tindak pidana, atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya, atau apabila sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu. Pasal 1 butir 19 KUHAP

belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun, terhadap anak dibawah umur delapan tahun yang melakukan tindak pidana akan mendapat pembinaan dan dikembalikan pada orang tua/wali.

Penyidikan terhadap anak dalam hal anak nakal dilakukan oleh Penyidik Anak, yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kepolisian RI atau Pejabat yang ditunjuk olehnya. Dengan demikian Penyidikan Umum tidak dapat melakukan penyidikan atas Perkara Anak Nakal, kecuali dalam hal tertentu, seperti belum ada Penyidik Anak di tempat tersebut. Penyidikan terhadap anak nakal berlangsung dalam suasana kekeluargaan, dan untuk itu penyidik wajib meminta pertimbangan atau saran dari Pembimbing Kemasyarakatan sesuai dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 1997. Diperiksa dalam suasana kekeluargaan, berarti pada waktu memeriksa tersangka anak, penyidik tidak memakai pakaian seragam/dinas, dan melakukan pendekatan secara efektif, aktif, dan simpatik.

Suasana kekeluargaan itu juga berarti tidak ada pemaksaan, intimidasi atau sejenisnya selama penyidikan. Salah satu jaminan terlaksananya suasana kekeluargaan ketika penyidikan dilakukan, adalah hadirnya Penasehat Hukum, disamping itu, karena yang disidik adalah anak, maka juga sebenarnya sangat penting kehadiran orang tua/wali/orang tua asuhnya, agar tidak timbul ketakutan atau trauma pada diri si anak. Apabila dipandang perlu, penyidik juga dapat meminta pertimbangan atau saran dari ahli pendidikan, ahli kesehatan jiwa, ahli agama, atau petugas kemasyarakatan lainnya. Sementara untuk kepentingan si anak sendiri, maka proses penyidikan wajib dirahasiakan.

Tindakan yang dapat dilakukan penyidik oleh seorang penyidik adalah penangkapan, penahanan, mengadakan pemeriksaan di tempat kejadian, melaksanakan penggeledahan, pemeriksaan tersangka dan interogasi, membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP), penyitaan, penyimpanan perkara dan melimpahkan perkara.49

a. Penangkapan

Berikut penjelasan prosedur yang dilakukan untuk anak pelaku tindak pidana :

Penangkapan adalah suatu tindakan Penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang.50

1. Syarat Formal :

Adapun syarat-syarat untuk melakukan penangkapan adalah sebagai berikut:

a. Dilakukan oleh Penyidik POLRI atau oleh penyelidik atas perintah penyidik;

b. Dilengkapi dengan Surat Perintah Penangkapan dari penyidik;

c. Menyerahkan Surat Perintah Penangkapan kepada tersangka dan tembusannya kepada keluarganya.

Surat Perintah Penangkapan itu sendiri harus memenuhi formalitas, yakni diberi tanggal, nomor surat, dan tanda tangan serta capinstasi yang menugaskan penangkapan itu. Kemudian juga memuat identitas dari pejabat yang

49

Paramita dan Tamba BIT, perlindungan hak anak dalam proses peradilan pidana pada tahap penyidikan, Jurnal Hukum no 1 Januari 2003, hlm.29.

50

memerintahkan penangkapan itu. Surat Perintah Penangkapan itu juga memuat identitas dari orang yang diperintahkan untuk ditangkap, sangkaan tindak pidana yang dilakukannya dan tempat di mana ia akan dibawa untuk diperiksa. Uraian tentang tindak pidana yang disangkakan dilakukan itu harus dibuat secara ringkas, tegas, dan jelas. Akan tetapi dalam hal tertangkap tangan, maka penangkapan dapat dilakukan oleh setiap orang tanpa membutuhkan surat perintah penangkapan. Untuk itu secepatnya tersangka harus diserahkan kepada penyidik terdekat.

b. Syarat Materil:

1) Ada bukti permulaan yang cukup (Pasal 17 KUHAP)

Bukti permulaan ini harus mengacu pada ketentuan Pasal 184 KUHAP, yaitu berupa keterangan saksi, Keterangan Ahli, Surat, Petunjuk atau Keterangan Terdakwa. Sementara hal-hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan lagi.

2) Penagkapan paling lama untuk satu kali 24 jam.

Penangkapan hanya bisa dilakukan untuk paling lama satu kali 24 jam, oleh karena itu apabila tenggang waktu itu sudah terlewati maka penangkapan itu berubah menjadi penahanan.

Agar tenggang waktu itu dapat ditaati, maka sesuai ketentuan Pasal 122 KUHAP dalam waktu satu kali 24 jam sejak ditangkap, tersangka wajib diperiksa oleh penyidik untuk menentukan apakah ada alasan untuk melakukan penahanan atas diri tersangka atau tidak ?

Penangkapan yang tidak memenuhi syarat formil maupun syarat materil adalah tidak sah dan karenanya dapat diajukan ke praperadilan untuk menyatakan ketidaksahannya dan sekaligus memintakan ganti kerugian atas penangkapan itu51

semata-mata harus memperhatikan ketentuan pasal 16, .

Wewenang penagkapan dan penahanan terhadap anak menurut ketentuan pasal 43 UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak menentukan bahwa kegiatan yang berhubungan dengan penangkapan dan penahanan mengikuti ketentuan Hukum Acara Pidana, (UU No. 8/1981 tentang KUHAP). Wewenang penagkapan, harus memperhatikan asas hukum pidana, yaitu asas praduga tak bersalah, untuk dihormati dan dijunjung tinggi sesuai dengan harkat dan martabat anak sebagai kelompok yang tidak mampu atau belum mengetahui tentang masalah hukum yang terjadi pada diri anak tersebut. Persoalan hukum yang timbul dari proses penagkapan yang dilakukan Kepolisian sebagai penyidik dan Kejasaan sebagai Penuntut Umum dalam penggunaan upaya paksa dilakukan dan

52

17,53 18,54 dan 19 KUHAP55

51

Darwan Prints. Hukum Anak Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1997. Hlm. 39.

52

(1).Untuk kepentingan penyelidikan, penyelidik atas perintah penyidik berwenang melakukan penagkapan

(2). Untuk kepentingan penyidikan, penyidik dan penyidik pembantu berwenang melakukan penangkapan

53

Perintah penangkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup

54

(1) Pelaksanaan tugas penangkapan dilakukan oleh petugas kepolisian negra Republik Indonesia dengan memperlihatkan surat tugas serta memberikan kepada tersangka surat perintah penangkapan yang menvantumkan identitas tersangka dan meyebutkan alasan penangkapan serta uraian singkat perkara kejahatan yang dipesangkakan serta tempat ia diperiksa

(2)dalam hal tertangkap tangan penangkapan dilakukan tanpa surat perintah, dengan ketentuan bahwa penagkapan harus segera menyerahkan tertangkap beserta barang bukti yang ada kepada penyidik atau penyidik pembantu yang terdekat.

(1) Wewenang penagkapan

a. Untuk dapat menagkap seorang yang diduga telah melakukan tindak pidana dipersyaratkan harus ada bukti permulaan (pendahuluan) yang cukup untuk menduga orang tersebut sebagai pelaku kejahatan.

b. Jangka waktu hanya terbatas satu hari. (2) Perintah penagkapan

a. Perintah penagkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup.

b. Jangka waktunya terbatas satu hari.

Bentuk dasar penahanan KUHAP yang demikian ini, diperuntukan bagi semua subjek hukum yang dipandang telah mampu untuk mempertanggungjawabkan perbuatan hukum. Persoalan baru akan muncul, yaitu bentuk penangkapan terhadap seorang anak atau seorang yang belum dewasa. Jika perilaku penagkapan dilakukan pada seorang anak maka akan timbul hak-hak anak yang dilindungi oleh hukum sebagai akibat dari belum dewasa, akan menjadi faktor pertimbangan yang prinsip bagi seorang penyidik dan penuntut umum sebagai upaya untuk membatasi tindakan upaya paksa. Ditentukan sebagi faktor pertimbanagan dikarenakan, pernyataan hukum telah melindungi status anak atau orang yang belum dewasa sebagai unsur ex-officio dari penyidik dan penuntut umum. Ketentuan pasal 5 UU No. 3 Tahun 1997 menentukan sebagai berikut.

55

(1)penangkapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dapat dilakukan untuk paling lama satu hari

(2) terhadap tersangka pelaku pelanggaran tidak diadakan penagkapan kecuali dalam hal ia telah dipanggil secara sah dua kali berturut-turut tidak memenuhi panggilan itu tanpa alasan yang sah.

(1) Dalam hal anak belum mencapai umur 8 (delapan) tahun melakukan atau diduga melakukan tindak pidana, maka terhadap anak tersebut dapat dilakukan pemeriksaan oleh penyidik.

(2) Apabila menurut hasil pemeriksaan, penyidik berpendapat bahwa anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) masih dapat dibina oleh orang tua, wali, atau orng tua asuhnya penyidik menyerahkan kembali anak tersebut kepada orang tua, wali atau orang tua asuhnya.

(3) Apabila menurut hasil pemeriksaan, penyidik berpendapat bahwa anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dapat dibina lagi oleh orang tua, wali, atau orang tua asuhnya, penyidik menyerahkan anak tersebut kepada Departemen Sosial setelah mendengar pertimbangan dari Pembimbing Kemasyarakatan.56

b. Penahanan

Pada dasarnya semua orang yang menjadi tersangka dapat dilakukan penahanan untuk kepentingan pemeriksaan, dengan maksud agar tersangka tidak melarikan diri, menghilangkan barang bukti atau mengulangi lagi perbuatannya. Dan penahanannya dapat dilakukan apabila perbuatan tersangka diancam pidana penjara lima tahun ke atas.

Meskipun yang melakukan penahanan harus memperhatikan kepentingan yang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan anak baik fisik, mental

56

maupun sosial anak. Selain itu juga mempertimbangkan kepentingan masyarakat misalnya dengan ditahannya tersangka anak akan membuat masyarakat.57

Penahanan terhadap anak yang melakukan tindak pidana, juga berkenaan dengan batas waktu penahanan, ketentuan KUHAP telah merumuskan batas waktu penahanan yang sangat efektif untuk masa penahanan dalam pemeriksaan, penyidik, yaitu 20 hari dan diperpanjang lagi 20 hari. Hal ini berarti penahanan Penahanan terhadap tersangka yang digolongkan oleh KUHAP dengan Tahanan Rumah Negara, Tahanan Rumah (Keluarga), dan Tahanan Kota mendapat dispensasi dari ketentuan-ketentuan yang dirumuskan oleh pasal 44 Undang-Undang No. 3/1997 tentang Pengadilan Anak, yaitu penahanan anak yang melakukan tindak pidana harus diletakkan di tempat khusus di lingkungan Rumah Tahanan Negara, atau Cabang Rutan dan diperbolehkan di tempat tertentu yang disediakan untuk itu. Perbedaan status tahanan anak yang melakukan tindak pidana dengan orang dewasa yang melakukan tindak pidana, dapat juga pada skala waktu penahanan anak di rumah tahanan pada waktu pemeriksaan. Penahanan terhadap seorang anak ditentukan dalam batas waktu 20 hari dengan massa perpanjangan penahanan 10 hari; dalam jangka waktu 30 hari penyidik sudah harus melimpahkan perkara anak tersebut ke Penuntut Umum. Berbagai persoalan yang dihadapi hukum tentang masalah penahanan pada umumnya, memberikan arti kepada petugas penegak hukum untuk merumuskan secara transparan tentang masalah-masalah penahanan anak.

57

anak yang ditentukan oleh UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, hanya mengemukakan agar demi kepentingan hak-hak asasi anak dan perkermbangan pendidikan anak maka pemeriksaan perkara tindak pidana anak ditetapkan untuk secepatnya dan diprioritaskan terlebih dahulu dari pemeriksaan lain dengan batas waktu penahanan paling lama 30 hari 1 bulan. Ini berarti bahwa sidang pemeriksaan kasus tindak pidana anak masuk menjadi klasifikasi perkara SUMIR. Dalam batas penalaran KUHAP tidak dapat menolak status untuk lebih diutamakan pemeriksaan anak, baik dari anak nakal, anak terlantar, dan lain-lain, terutama yang selalu menimbulkan masalah, yaitu anak-anak yang terkategori sebagai berikut:

(a) anak nakal; (b) anak terlantar;

(c) anak yang menjelang usia dewasa (pancaroba); (d) gerombolan anak-anak nakal.

Anak yang melakukan tindak pidana dan perbuatan yang dilarang oleh hukum, harus ditafsirkan sebagai ketidakmampuan akal (pikiran), fisik (badan) atau moral dan mentalitas yang ada pada diri anak yang ditentukan oleh nilai kodrat. Penahanan penyidik harus lebih mengklasifikasikan kedudukan anak yang terlibat tindak pidana. Bukan ditetapkan pada anak nakal yang tidak melakukan tindak pidana. Untuk itu, diperlukan penafsiran untuk mengkelompokkan perbuatan-perbuatan anak yang lebih transparan dalam pengertian hukum.

Kenyataan dimaksud untuk menghindari kesalahan penagkapan dan atau penahanan terhadap hak-hak anak.58

a. Penuntutan Umum Anak 2. Tahap Pemeriksaan Penuntutan

Tahapan setelah penyidikan yaitu tahapan penuntutan, yang dijalankan oleh penuntut umum. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana memuat wewenang penuntut umum untuk menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik atau penyidik pembantu. Setelah menerima dan memeriksa berkas perkara, penuntut berkewajiban mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan oleh pihak penyidik, dengan memberi petunjuk dan arahan apa saja yang mesti mendapat penyempurnaan berkas penyidikan dari penyidik. Apabila diperlukan untuk proses penyidikan penuntut dapat melakukan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik.59

Pengertian tentang penuntutan dijelaskan dalam KUHAP pasal 1 butir 7 sebagai berikut: “Penuntutan adalah menuntut seorang terdakwa di muka hakim pidana dengan jalan menyerahkan perkara seorang terdakwa dengan berkas perkaranya kepada hakim, dengan permohonan, supaya hakim memeriksa dan kemudian memutuskan perkara pidana itu terhadap terdakwa”.60

58

Maulana Hassan Wadong. Op.Cit. hlm. 67 59

Marlina. Op.Cit. hlm. 103 60

Penuntut umum deberi wewenang untuk menahan (penahanan lanjutan) guna kepentingan penuntutan paling lama 10 hari (Pasal 46 ayat (2) Undang-undang Pengadilan Anak). Dalam menahan tersangka di tingkat penuntutan, penuntut umum anak wajib mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh bahwa penahanan tersebut dilakukan kepentingan anak dan kepentingan masyarakat. Dan pertimbangan tersebut harus dinyatakan secara tegas dalam surat perintah penahanan (Pasal 45 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Pengadilan Anak)

Apabila dalam masa penahanan tersebut (10 hari) penuntut umum belum dapat menyelesaikan tugasnya, maka atas permintaan penuntut umum penahanan dapat doperpanjang oleh Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang untuk paling lama 15 hari. Dengan total waktu 25 hari penuntut umum harus dapat melimpahkan berkas perkara anak kepada pengadilan negeri. Jika waktu tersebut terlampaui dan berkas perkara juga belum dilimpahkan oleh penuntut umum akibatnya tersangka harus dikeluarkan dari tahanan demi hukum.

Penuntutan dikaitkan dengan prapenuntutan terlihat adanya hubungan yang erat antara Jaksa Penuntut Umum dengan pihak Penyidik dalam penanganan kasus pidana. Jaksa Penuntut Umum berwenang mengembalikan berkas perkara kepada penyidik dengan tujuan penyempurnaan penyidikan yang disebut dengan prapenuntutan. Tugas penyidik selesai apabila berkas perkara dinyatakan sudah lengkap (telah diterbitkan P-21), berakhirlah masa prapenuntutan beralih menjadi penuntutan.

Berkas yang diterima dari penyidik telah sempurna selanjutnya penuntut harus membuat surat dakwaan sesuai dengan Pasal 140 ayat (1) KUHAP. Dalam

membuat suarat dakwaan yang harus dipedomani oleh penuntut umum adalah Pasal 143 KUHAP terutama ayat (2) dan ayat (3)-nya. Bahwa surat dakwaan harus memenuhi syarat formil dan syarat materil. Yang dimaksud dengan syarat formil adalah:61

a. Diberi tanggal dan ditandatangani.

b. Memuat mengenai identitas terdakwa secara lengkap, seperti: 1) Nama lengkap;

2) Tempat lahir;

3) Umur atau tanggal lahir; 4) Jenis kelamin;

5) Kebangsaan; 6) Tempat tinggal

7) Agama dan pekerjaan terdakwa

Kemudian mengenai syarat materil surat dakwaan adalah sebagaimana ditentukan dalam Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHP, bahwa dalam surat dakwaan penuntut umum memuat:62

a. Cermat

b. Cermat berarti, bahwa surat dakwaan itu dipersiapkan sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku bagi terdakwa, tidak terdapat kekurangan atau kekeliruan, misalnya:63

1) Apakah ada pengaduan dalam hal delik aduan?

2) Apakah penerapan hukum/ketentuan pidananya sudah tepat;

61

Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP

62

Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP

63

3) Apakah terdakwa dapat dipertanggungjawabkan? Perhatikan ketentuan Pasal 44, 48, 49, 50 dan 51 KUHAP.

4) Apakah belum daluwarsa? 5) Apakah tidak nebis un idem ?

Dalam hal ini perlu juga diperhatikan, apakah terjadi pelanggaran Hukum Acara Pidana (KUHAP) ketika memperoses pembuatan Berita Acara Pemeriksaan atau tidak? Apakah tersangka/terdakwa ketika disidik didampingi oleh penasehat hukum atau tidak? Ini terutama sekali dalam hal-hal yang diwajibkan oleh Pasal 56 KUHAP.

c. Jelas

Jelas berarti, bahwa surat dakwaan harus mampu merumuskan semua unsur-unsur delik yang didakwakan dan uraian perbuatan materil yang dilakukan oleh terdakwa.

d. Lengkap

Lengkap berarti, bahwa surat dakwaan harus mencakup semua unsur-unsur yang ditentukan KUHAP, seperti:

1) Locus delicti (tempat kejadian tindak pidana), dan 2) Tempus delicti (waktu terjadinya tindak pidana).

Apabila tidak memenuhi syarat tersebut maka surat dakwaan itu akan batal demi hukum sesuai dengan Pasal 143 ayat (3) KUHAP yaitu “surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b

batal demi hukum”. Setelah itu surat dakwaan tersebut harus ditanda tangani oleh penuntut umum.64

Penuntut umum anak yang diberi tugas untuk melakukan penuntutan terhadap perkara anak nakal, selanjutnya melimpahkan berkas perkara ke pengadilan negeri disertai dengan surat dakwaan. Pelimpahan berkas perkara pidana dilakukan penuntut umum dengan Surat Pelimpahan Perkara dengan permintaan agar pengadilan negeri segera mengadili perkara tersebut. Dalam pelimpahan itu penuntut umum juga menyerahkan barang bukti ke pengadilan. Setelah perkara dilimpahkan penuntut umum menunggu penetapan hakim tentang hari sidang perkara tersebut yang segera akan dikirim oleh pengadilan.

Surat dakwaan yang sudah dilimpahkan ke pengadilan, dapat dirubah oleh penuntut umum sebelum pengadilan menetapkan hari sidang. Perubahan itu dimaksud untuk menyempurnakan surat dakwaan maupun untuk tidak melanjutkan penuntutannya. Perubahan surat dakwaan yang diperbolehkan KUHAP hanya satu saja.

65

Tindakan untuk memberikan perlindungan terhadap anak sebagai terdakwa, dilakukan oleh jaksa berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh hukum, yaitu surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 tahun 1959 tentang bagaimana meperlakukan sistem peradilan pidana anak yang sebenarnya. Dalam hal jaksa melakukan tugas penuntutan yang sesuai dengan ketentuan Pasal 1 ayat (7), Pasal 14, Pasal 110 ayat (3), Pasal 138 KUHAP sebagai pedoman pelakanaan penuntutan dan prapenuntutan; juga harus memperhatikan ketentuan-ketentun

64

Pasal 143 ayat (3) KUHAP 65

penuntutan yang diatur dalam surat edaran Mahkamah Agung, No. 3 Tahun 1959; khususnya yang mengatur tentang sikap jaksa dan cara jaksa dalam melakukan tugas penuntutan terhadap seorang anak yang menjadi terdakwa. Dalam tugas-tugas, Penuntut Umum diwajibkan untuk mengikuti anjuran yang ditentukan sebagai berikut:66

1. J

aksa dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, pembacaan dakwaaan dalam persidangan tidak diperbolehkan menggunakan toga atau pakaian-pakaian dinas masing-masing.

2. K

ejaksaan harus menunjuk seorang jaksa khusus sebagai Penuntut Umum untuk perkara anak.

3. S

urat dakwaan harus dibuat sesederhana mungkin, agar tidak menyulitkan anak untuk memahami dan mengikuti tujuan persidangan.

b. Penghentian Penuntutan

Dalam sidang anak, ada kemungkinan penyimpangan perkara. Terdapat dua alasan penyimpangan perkara, yaitu: penyimpangan perkara berdasarkan asas oportunitas karena alasan demi kepentingan umum; dan penyimpangan perkara karena alasan demi kepentingan hukum. Terhadap proses penyimpangan perkara yang ditutup demi hukum, tidak sama dengan perkara yang ditutup demi kepentingan umum, karena :

66

1) “demi hukum” tidak sama pentingnya “demi kepentingan umum” sebab hukum juga mengatur kepentingan individual selain kepentingan umu;

2) Perkara yang ditutup “demi hukum” tidak dideponir secara defenitif, tetapi msih dapat dituntut bilamana ada alasan baru, sedangkan perkara yang ditutup defenitive demi kepentingan umum, tidak boleh dituntut kembali walaupun cukup alat buktinya.67

Terdapat tiga alasan tidak melakukan penuntutan, yaitu : 1. Demi kepentingan Negara

Katagori kepentinagan Negara, dapat terjadi apabila dari suatu perkara akan memperoleh tekanan yang tidak seimbang, sehingga kecurigaan masyarakat dalam keadaan tersebut menyebabkan kerugian besar Negara, maka terhadap perkara tersebut tidak dilakukan penuntutan.

2. Demi kepentingan masyarakat

Kategori-kategori kepentingan masyarakat, dilakukan atas pemikiran-pemikiran yang telah atau sedang berubah dalam masyarakat, umpamanya pendapat-pendapat yang dapat berubah atau sedang berubah tentang pantas atau tidaknya dihukum beberapa perbuatan delik susila. Seperti diketahui