• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM GEREJA BETHEL INDONESIA (GBI)

3.3 Musik Pengiring Ibadah

3.3.1 Instrumen musik pengiring

Keyboard atau kibord adalah instrument musik dengan sistem digital atau dalam pemakaiannya membutuhkan listrik sebagai sumber daya. Instrumen ini memiliki bentuk seperti piano memiliki tuts dengan berbagai ukuran, mulai dari 5 oktaf sampai dengan 8 oktaf. Keyboard bisa memainkan beragam jenis suara intrumen musik lain seperti biola, saxophone, flute, gitar, dan perkusi, atau juga dapat dimainkan layaknya sebuah kelompok musik band. Keyboard juga dimainkan sama seperti piano yaitu penggunaan akord, dimana akord adalah

kumpulan dari tiga nada atau lebih yang apabila dimainkan secara bersamaan akan terdengar harmoni, akord dibutuhkan untuk mengiringi lagu.

Gambar 11. Keyboard 3.3.1.2 Gitar elektrik

Gitar elektrik atau biasa disebut gitar listrik adalah instrumen berdawai yang memiliki 6 senar dan termasuk dalam klasifikasi chordophone. Gitar elektrik membutuhkan pickup, dimana pickup berguna untuk mengubah bunyi atau getaran dari senar gitar menjadi sinyal arus listrik yang suaranya akan dikuatkan dan dikeluarkan melalui loudspeaker. Instrumen ini dimainkan dengan cara dipetik dan memainkan akord namun dapat juga memainkan melodi. Gitar memiliki urutan nada disetiap senar mulai dari senar 1 sampai 6 sebagai berikut : E – B – G – D – A – E.

Gambar 12. Gitar Elektrik 3.3.1.3 Gitar bass elektrik

Gitar bass elektrik adalah instrumen yang pada dasarnya mirip dengan gitar elektrik yaitu memiliki dawai atau senar sebanyak 4 hingga 6 dan membutuhkan listrik serta terdapat pick up untuk dapat dipakai, instrumen ini

juga termasuk dalam klasifikasi chordophone, gitar bass elektrik memiliki konstruksi yang umumnya lebih besar, leher yang lebih panjang, bobot yang lebih berat dan memiliki senar yang berukuran lebih besar daripada gitar elektrik dikarenakan untuk menjaga kerendahan nada atau bunyi yang dihasilkan. Gitar bass elektrik dimainkan dengan cara dipetik dan umumnya berfungsi sebagai pembawa ritme. Berikut urutan nada pada bass sesuai urutan senar 1 hingga 5 : G – D – A – E – B.

Gambar 13. Gitar Bass Elektrik 3.3.1.4 Drum

Drum atau drum set adalah sekelompok alat musik perkusi yang memiliki membran atau kulit dan dipukul dengan tangan atau stik kayu, selain kulit, membran drum juga terbuat dari bahan plastik. Ada banyak jenis drum seperti timpani, kendang, snare drum, bass drum, beduk, tapi drum yang dipakai dalam pertunjukan musik bergenre pop, jazz atau rock, atau didalam ibadah di gereja mengacu pada drumset atau drumkit yang terdiri dari, bass drum, snare, tom-tom, sambal dan hi-hat simbal. Drum atau drum set berfungsi sebagai pembawa ritem dalam memainkan lagu.

Gambar 14. Drum Set 3.4 Musik Batak Toba

Suku Batak Toba merupakan bagian dari salah satu suku bangsa Batak yang wilahnya meliputi Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Samosir, Kabupaten Humbang Hasundutan dan sebagian berada di Kabupaten Tapanuli Tengah dan Dairi. Musik Batak Toba sendiri disebut sebagai gondang. Gondang memiliki 3 pengertian, yang pertama adalah alat musik atau instrumen, kedua adalah repertoar atau komposisi musik yang ada pada musik Batak Toba contohnya gondang mula-mula, gondang marhusip, gondang sibungajambu, dsb. Pengertian ketiga adalah jenis musik Batak Toba itu sendiri. Pada musik Batak Toba terdapat dua ansambel musik gondang yaitu, gondang sabangunan dan gondang hasapi. Ansambel gondang sabangunan biasanya dimainkan sebagai bagian dari upacara atau ritual yang dilakukan di luar ruangan sedangkan ansambel gondang hasapi biasanya dimainkan untuk kebutuhan upacara atau ritual yang dilakukan di dalam ruangan.

Ansambel gondang sabangun terdiri dari beberapa instrumen, diantaranya adalah taganing, sarune bolon, empat buah gong atau ogung dan satu buah hesek. Taganing termasuk dalam klasifikasi membranophone (media bunyi lewat membran atau kulit) dan termasuk drum set melodis (drumchime)

terdiri dari lima buah gendang yang digantung pada rak yang ukurannya berbeda-beda mulai dari yang paling besar sebelah kanan hingga paling kecil disebelah kiri, demikian juga dengan nadanya semakin ke kiri semakin tinggi juga nadanya. Taganing dimainkan dengan cara dipukul menggunakan stick (alat pemukul terbuat dari kayu), kemudian ada gordang yang biasanya dimainkan secara bersamaan dengan taganing, gordang diletakkan disebelah kanan pemain taganing. Gordang taganing biasanya juga dianggap satu set dengan taganing dikarenakan bentuknya hampir sama, hanya berbeda dari sisi ukuran namun diletakkan dalam rak yang sama. Gordang sendiri merupakan gendang yang berukuran paling besar yang ada pada masyarakat Batak Toba.

Gambar 15. Taganing

Sarune bolon, yang termasuk dalam klasifikasi aerofone yaitu media bunyi melalui udara, memiliki lima lubang nada. Sarune merupakan woodwind dengan double reed (2 reed) sedangkan sarune etek mengunakan single reed (1 reed) yaitu menggunakan reed atau lidah sebagai bunyi yang digetarkan oleh udara sehingga menghasilkan bunyi. Pemain yang memainkan instrumen ini biasanya disebut Parsarune. Sarune dimainkan dengan cara meniup atau mangombus marsiulak hosa yang artinya meniup tanpa putus sembari mengatur

Gambar 16. Sarune Bolon dan Sarune Etek.

Gong atau ogung terdiri dari empat buah gong yang masing-masing punya nama dan peran yang berbeda dalam musik, ogung dimainkan secara bersamaan satu sama lain dalam satu ansambel, pemain ogung berjumlah empat orang sesuai dengan jumlah ogungnya. Gong yang pertama adalah ogung oloan, gong ini biasanya terbuat dari bahan perunggu namun gong ini sudah banyak dibuat dari bahan plat besi. Gong oloan memiliki garis tengah kurang lebih 32,5 cm, tinggi 7 cm, dan pencu di tengahnya dengan diameter kurang lebih 10 cm.

Oloan dipukul dengan stick yang terbuat dari kayu dan pangkal ujungnya dilapis dengan karet. Gong oloan selalu diikuti oleh gung ihutan dengan pola ritem yang sama, namun tidak akan pernah jatuh pada ritem yang sama. Gong kedua adalah ihutan, memiliki bentuk yang sama dengan oloan hanya saja berukuran lebih kecil dari oloan yaitu 31 cm, dengan tebal 8 cm, dan berdiameter pencu lebih kurang 11 cm, memiliki ritem yang konstan dan bersahut-sahutan dengan gong oloan. Gong ini juga dimainkan menggunakan stick yang terbuat dari kayu yang dilapisi dengan karet. Gong yang ketiga adalah gong panggora yang juga

memiliki bentuk yang sama dengan oloan namun memiliki ukuran paling besar diantara gong yang lainnya yakni berukuran 37 cm, dengan tebal 6 cm dan berdiameter pencu kurang lebih 13 cm. Bunyi yang dihasilkan dari gong ini adalah pok, yang mana bunyi ini dihasilkan dengan cara memukul pencunya dengan stick sambil berdiri dan sisi gong tersebut dimute atau dipegang dengan tangan. Gong yang keempat adalah doal, memiliki bentuk yang juga sama dengan oloan dan dimainkan secara bersahut-sahutan dengan gong panggora dengan bunyi yang dihasilkan secara onomatope akan kedengaran seperti pok–

kel-pok, pok–kel-pok dan seterusnya dengan ritem yang konstan sampai sebuah lagu atau gondang habis dimainkan.

Gambar 17. Ogung.

Hesek merupakan instrumen paling kecil diantara yang lainnya, hesek biasanya terbuat dari metal yang terdiri dari dua buah dengan bentuk sama, yaitu mirip seperti simbal namun dengan ukuran yang jauh lebih kecil berdiameter kurang lebih 10-15 cm, dan dua buah alat tersebut dihubungkan dengan tali, namun pada saat ini alat musik ini terkadang perannya digantikan oleh alat-alat berupa sebilah besi maupun botol kaca.

i

Gambar 18. Hesek.

Ansambel gondang hasapi selain biasanya dimainkan di dalam ruangan, ansambel gondang hasapi juga berukuran lebih kecil dari ansambel gondang sabangunan, selain itu sebagian repertoar dari gondang sabangunan dapat dimainkan dalam konteks gondang hasapi. Ansambel gondang hasapi terdiri dari hasapi, sarune etek, sulim, garantung, dan hesek. Tradisi gondang hasapi ini awalnya dimulai oleh pelopor Opera Batak yaitu Tilhang Gultom yang kemudian diwariskan ke generasi selanjutnya, beberapa orang yang terkenal diantaranya Marsius Sitohang dan Sarikawan Sitohang.

Hasapi merupakan instrumen berdawai atau memakai senar berjumlah dua buah dan masuk dalam klasifikasi chordophone serta dimainkan dengan cara dipetik. Hasapi memiliki 2 jenis yaitu hasapi doal dan hasapi ende dimana hasapi doal berperan sebagai pembawa ritem konstan serta berukuran lebih besar dari hasapi ende, sedangkan hasapi ende adalah instrumen yang memainkan melodi, hasapi ende juga dianggap sebagai instrumen paling utama didalam ansambel gondang hasapi.

Gambar 19. Hasapi.

Sulim merupakan alat musik tiup masuk dalam klasifikasi aerophone;

side blown flute, seperti seruling yang dimainkan dari samping dan meletakkan bibir secara horizontal pada pinggir lubang tiupnya, sulim terbuat dari bambu, sulim memiliki ukuran yang berbeda-beda tergantung nada dasarnya, memiliki 6 lubang dan 1 lubang tiupan. Suara yang dihasilkan dari sulim biasanya selalu memiliki vibrasi dikarenakan sulim memiliki lubang khusus diantara lubang nada dan lubang tiupan dan ditutup dengan plastik untuk menghasilkan suara vibrasi.

Gambar 20. Sulim.

Garantung atau garattung adalah alat musik berjenis xylophone yang memiliki bilah-bilah nada yang terbuat dari kayu berjumlah 7 hingga 11 buah yang dihubungkan dengan tali dan digantungkan pada sebuah kotak yang sekaligus menjadi resonatornya. Kotak resonatornya juga memiliki tangkai kayu diatasnya juga juga berguna untuk dipukul untuk memainkan ritem dasar.

Gambar 21. Garantung

Salah satu jenis ansambel diluar dari kedua ansambel musik Batak Toba diatas adalah uning-uningan yang dianggap lebih kecil lagi dari gondang hasapi, biasanya hanya instrument garantung saja sebagai pembawa melodi, atau hanya menggunakan instrumen taganing dengan instrumen suliim saja, tergantung dari situasi kondisi penggunaan.

Dalam ibadah Batak Bermazmur, musik Batak Toba yang dipakai pertama sekali adalah hasapi, taganing dan sulim namun pada saat penelitian ini berlangsung, penulis belum pernah melihat digunakannya instrumen hasapi dalam ibadah ini, tentunya penulis menanyakan hal ini dan mendapat jawaban bahwasanya dalam ibadah Batak Bermazmur gereja terkadang memiliki kendala kekurangan pemain musik tradisional sehingga beberapa instrumen tidak disertakan seperti hasapi, tentunya hal ini tidak berlangsung terus-menerus,

terkadang gereja memiliki pemain musik tradisi yang lengkap namun terkadang juga tidak lengkap.

Dalam hal ini tentunya ansambel gondang sabangunan maupun hasapi tidak cocok untuk kategori penyebutan penggunaan musik Batak Toba didalam ibadah Batak Bermazmur, tetapi bisa disebut sebagai maruning-uningan, hal ini diungkapkan oleh salah seorang pemusik di ibadah Batak Bermazmur yaitu Jecky Sidabutar yang mengatakan bahwa musik Batak Toba yang dimainkan diibadah Batak Bermazmur tidak dapat mewakili secara keseluruhan sebagai suatu bentuk ansambel musik Batak Toba yang komplit karena tidak masuk dalam klasifikasi gondang sabangunan maupun gondang hasapi, akan tetapi masih dapat dikatakan sebagai sebuah bentuk musik Batak Toba yang lebih sederhana lagi yaitu uning-uningan.

BAB IV

ANALISIS STRUKTUR MUSIK PADA DUA LAGU DALAM IBADAH BATAK BERMAZMUR

4.1 Transkripsi

Transkripsi menurut ilmu Etnomusikologi merupakan suatu proses penelitian bunyi-bunyian sebagai hasil dari pengamatan dan pendengaran suatu musik ke dalam bentuk simbol-simbol yang disebut dengan notasi. Dalam hal ini penulis ingin memvisualisasikan melodi lagu yang dibawakan pada ibadah Batak Bermazmur di GBI Bukit Zaitun. Untuk melakukan transkripsi, penulis akan memakai sistem notasi deskriptif yang dikemukakan oleh Charles Seeger. Notasi deskriptif ini ditujukan untuk menyampaikan kepada pembaca tentang ciri-ciri musik atau detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca.

Dalam bab ini, penulis memilih untuk melakukan transkripsi dan analisis terhadap lagu Ai Ho Do Tuhan dan Dibagasan GoarMi dengan menggunakan notasi Barat agar dapat menggambarkan pergerakan melodi lagu secara grafis atau tertulis sehingga dapat dilihat dan memudahkan para pembaca dalam memahami. Penulis memilih lagu Ai Ho Do Tuhan dan Dibagasan GoarMi untuk dijadikan bahan penelitian dikarenakan kedua lagu tersebut merupakan lagu penyembahan yang paling lama durasinya untuk dinyanyikan, kemudian, kedua lagu tersebut paling sering dipakai dalam setiap kali ibadah Batak Bermazmur sehingga lebih mudah untuk menyanyikannya.

4.1.1 Proses Transkripsi

Proses pentranskripsian pada tulisan ini terdapat dua sampel lagu yang

struktur musikal nyanyian, penulis menggunakan pendekatan dari Bruno Netll (1964:98) yang terdiri dari:

a. Proses pentranskripsian dapat dilakukan dengan cara menganalisis dan mendeskripsikan suatu musik dari apa yang didengar, dan

b. Proses pentranskripsian dapat dilakukan dengan cara menuliskan yang kita dengar di atas kertas lalu mendeskripsikan apa yang kita lihat.

Dalam pentranskripsian struktur musikal nyanyian, penulis menggunakan proses kedua dikarenakan cara ini mendukung proses transkripsi yang menghasilkan hasil yang lebih jelas dan detil. Sebelum mendeskripsikan struktur musik nyanyian, pertama-tama penulis melakukan pentranskripsian, yaitu menotasikan bunyi-bunyi musikal kedalam bentuk simbol yang bisa dilihat dan dipahami. Terdapat dua lagu yang ditranskripsi baik dari nyanyian dan instrumen yang mengiringi, yaitu lagu Ai Ho Do Tuhan dan Dibagasan GoarMi. Kedua lagu ini sebelumnya telah direkam penulis dan akan ditranskrip dengan metode sebagai berikut:

a. Mendengarkan secara berulang-ulang hasil rekaman lagu yang telah direkam dari lokasi penelitian.

b. Kemudian, setelah mendengar berulang-ulang, penulis menuliskannya kedalam notasi musik barat. Jika masih terdapat kesalahan ritem maupun nada maka penulis kembali mendengar berulang-ulang video musik tersebut sampai mendapat hasil yang sesuai dengan yang didengar. Penotasian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan dari program musik dalam komputer yaitu Sibelius.

4.2 Analisis Musikal

Dalam mendeskripsikan sampel lagu yakni, nyanyian Ai Ho Do Tuhan dan Dibagasan GoarMi, penulis mengacu pada metode weighted scale Malm.

Malm (1977:7-9) mengatakan ada delapan unsur yang dapat digunakan untuk menganalisis melodi yaitu seperti : (1) tangga nada ; (2) nada dasar ; (3) wilayah nada ; (4) jumlah nada-nada ; (5) jumlah interval ; (6) pola-pola kadensa ; (7) formula-formula melodik ; dan (8) kontur.

4.3 Transkripsi Dan Analisis Lagu Ai Ho Do Tuhan

Dalam menganalisis lagu Ai Ho Do Tuhan, penulis melampirkan secara keseluruhan hasil transkripsi sebagai sampel. Dalam transkripsi terdapat vokal, sulim, tagading, piano, drum dan bass. Hasil tranksripsi lagu Ai Ho Do dapat dilihat dihalaman berikutnya.

JUDUL KOMPOSISI : AI HO DO TUHAN

Sumber Transkripsi :

Reinhard Butarbutar dan Jecky Sidabutar

MM = 63 bpm

Dari hasil transkripsi di atas dapat dilihat bahwa lagu Ai Ho Do Tuhan tidak ada mengalami perubahan nada-nada dari lagu aslinya yaitu Kaulah Harapan, lagu ini hanya mengalami perubahan yaitu menggunakan bahasa Batak Toba dan diawali dengan instrumen sulim dan taganing dengan pola melodi dari kedua instrumen ini membawa pola melodi nyanyian yang disertai diimprovisasi.

4.3.1 Tangga nada

Tangga nada yang ada dalam nyanyian ini diurutkan dari yang terendah sampai tertinggi, yaitu D – E – Fis – G – A – B – Cis - D’

4.3.2 Nada dasar dan jumlah nada

Khusus untuk nada dasar, penulis tidak berpedoman terhadap pendapat Nettl melalui langkah-langkah penetapan nada dasar yang ditawarkannya, oleh karena lagu ini sangat terasa nada dasarnya melalui progresi melodinya. Dalam lagu Ai Ho Do Tuhan penulis telah menganalisa tiap-tiap nada dalam lagu tersebut dan mendapat nada dasar lagu ini ialah D.

Untuk mengaplikasikan nada-nada dari sampel nyanyian ini disusun kedalam sebuah tabel keseluruhan jumlah nadanya.

Tabel 4.1 Distribusi Nada Sulim

Nama Nada Jumlah

D 196

E 157

Fis 224

G 122

A 140

Total 839

Tabel 4.2 Distribusi Nada Vokal

Nama Nada Jumlah Nada paling banyak hingga yang paling sedikit jumlahnya yaitu sebagai berikut, nada Fis, A, D, E, G, B, Cis. Nada yang paling sering digunakan adalah nada Fis dan nada yang paling jarang dipakai adalah nada Cis.

Berikut adalah urutan nada paling rendah ke tinggi menurut kuantitasnya dalam garis paranada, dimana nada terbanyak disimbolkan dalam bentuk not penuh dan seterusnya.

Nada yang dipakai sebagai nada awal pada vokal adalah nada Fis, nada yang menduduki posisi paling rendah adalah nada Cis, nada yang menduduki posisi pertengahan adalah nada Fis dan G. Berdasarkan jumlah nada yang yang tertera penulis melihat lagu ini diperlukan ketenenangan dalam menyanyikannya serta relatif sederhana untuk dinyayikan dikarenakan nada Fis, D, E, dan A mendominasi sehingga nada-nada dalam lagu ini lebih banyak melangkah daripada melompat. Penggunaan nada fis atau mi yang lebih banyak membuat lagu ini juga lebih mudah untuk dinyanyikan.

4.3.3 Wilayah nada

Untuk mempermudah penulis dalam mendapatkan wilayah nada lagu Ai Ho Tuhan, maka melodi lagu Ai Ho Do Tuhan tersebut akan dimasukkan ke dalam garis paranada untuk dapat melihat dengan jelas susunan nada-nada yang ada pada lagu tersebut, dengan tujuan untuk mempermudah penulis dalam melihat nada terendah dan tertinggi dalam lagu tersebut. Wilayah nada lagu Ai Ho Do Tuhan dapat kita lihat pada gambar dibawah, berikut adalah wilayah nada dari yang terendah hingga tertinggi.

Sulim

Kwart Perfect

Vokal

Ninth Major

4.3.4 Jumlah interval (Prevalent Intervals)

Berikut ini adalah tabel interval dari keseleruhan nada-nada Tabel 4.3 Distribusi Interval Sulim

Nama Interval Posisi Interval Jumlah Interval

Prime Murni (1P) - 210

Sekunda Mayor (2M) 50

Sekunda Mayor (2M) 55

Sekunda Minor (2m) 15

Terts Mayor (3M) 5

Terts Minor (3m) 20

Terts Minor (3m) 5

Tabel 4.4 Distribusi Interval Vokal

Interval Posisi Interval Jumlah Interval

Prime Murni (1P) - 355

Sekunda Mayor (2M) 120

Sekunda Mayor (2M) 133

Sekunda Minor (2m) 36

Sekunda Minor (2m) 67

Terts Minor (3m) 33

Kwint Murni (5P) 22

Berdasarkan tabel vokal diatas, interval dengan jumlah paling dominan adalah prime murni (1P) sebanyak 355, kemudian kedua terbanyak adalah sekunda mayor (2M) secara keseluruhan sebanyak 253, lalu sekunda minor (2m)

secara keseluruhan sebanyak 103, lalu terts minor (3m) sebanyak 33 dan yang paling sedikit muncul adalah kwint murni (5P) dengan 22 jumlah interval, penulis menghitung dengan cara manual dengan menjumlahkan interval satu persatu.

4.3.5 Formula melodik (melodic formulas)

Formula melodi dalam pembahasan ini terdiri atas bentuk atau pola, frasa, dan motif. Bentuk adalah gabungan dari beberapa frasa yang terjalin menjadi satu pola melodi. Frasa adalah bagian-bagian kecil dari satu pola melodi. Sedangkan motif adalah ide melodi sebagai dasar pembentukan melodi.

Pada lagu Ai Ho Do memiliki bentuk yang cenderung repetitive (Malm, 1977) atau pengulangan, bila dirumuskan maka terdiri dari bait (A) dan reff (B), maka bentuk polanya adalah A – B –A – B – B – A – B – B dan bagian B menjadi penutup lagu. Berikut contoh frasa pada lagu ini yaitu pada bait awal dan reff.

Frasa A.

A1.

B.

C.

C1.

1. Frasa A terdapat pada bar 17-20, 45-48, 65-68.

2. Frasa A1 terdapat pada bar 21-24, 49-52, 69-72.

3. Frasa B terdapat pada bar 25-28, 53-56, 73-76.

4. Frasa C terdapat pada bar 28-32, 56-60, 76-80, 84-88, 92-96, 100-104, 108-112, 116-120, 124-128, 132-136, 140-144, 148-152.

5. Frasa C1 terdapat pada bar 32-36, 60-64, 80-84, 88-92, 96-100, 104-108, 112-116, 120-124, 128-132, 136-140, 144-148, 152-156.

Terdapat 2 motif didalam lagu Ai Ho Do Tuhan, yakni sebagai berikut : a.

b.

4.3.6 Pola kadensa (cadence patterns)

Kadensa adalah suatu rangkaian harmoni atau melodi penutup pada akhir lagu atau di tengah kalimat, memiliki dua bentuk yaitu gantung dan sempurna untuk menutup sebuah lagu. Dalam lagu Ai Ho Do Tuhan penulis mendapat 2 jenis kadensa yaitu gantung dan sempurna.

Kadensa gantung terdapat pada frasa A, B, dan C. Sedangkan kadensa sempurna terdapat pada frasa D.

4.3.7 Kontur (Contour)

Kontur adalah sebuah alur melodi yang biasanya ditandai dengan menarik garis. Dalam lagu Ai Ho Do Tuhan terdapat 2 alur, yaitu:

Pendulous

Statis

Pendulous adalah garis melodi yang sifatnya melengkung baik dari nada yang rendah ke nada yang tinggi kemudian kembali ke nada yang rendah atau sebaliknya, sedangkan statis adalah perjalanan garis melodinya cenderung bersifat rata.

4.3.8 Ritem

Pada analisa ritem penulis melihat hasil dari lagu yang telah penulis transkripsikan yaitu ada beberapa contoh ritem melodi pada lagu ini, yaitu sebagai berikut :

Durasi nyanyian : 6 menit 31 detik

Meter : 4/4

4.3.9 Peranan masing-masing instrumen pada lagu ai ho do tuhan

Dari hasil transkripsi, dapat dilihat bahwa ada kolaborasi antara musik band dan musik tradisional dalam membawakan lagu Ai Ho Do Tuhan. Pada transkripsi tersebut dapat dilihat sulim, taganing dan piano mengawali pada bagian intro lagu. Sulim menjadi satu-satunya instrumen yang membawakan melodi pada bagian intro dengan model improvisasi sedangkan tagading mengiringi sulim dan juga bermain sepanjang lagu dinyanyikan. Piano hanya memainkan chord sepanjang lagu dinyanyikan, bass mengikuti nada dari chord serta ritem atau ketukan mengikuti dari irama kick/beat drum. Drum memainkan peranannya sebagai pembawa ritem serta menjaga tempo agar lagu tetap dibawakan pada tempo yang stabil.

4.4 Transkripsi Dan Analisis Lagu Di Bagasan GoarMi

Dalam menganalisis lagu Dibagasan GoarMi, penulis melampirkan secara keseluruhan hasil transkripsi sebagai sampel. Dalam transkripsi ini terdapat juga vokal, sulim, taganing, piano, drum dan bass. Hasil tranksripsi lagu Dibagasan GoarMi dihalaman berikutnya.

JUDUL KOMPOSISI : DIBAGASAN GOARMI

Sumber Transkripsi :

Reinhard Butarbutar dan Jecky Sidabutar MM = 62 bpm

Dari hasil transkripsi di atas dapat dilihat bahwa lagu Dibagasan GoarMi juga diawali dengan instrumen sulim dan taganing dengan pola melodi dari kedua instrumen membawa melodi yang juga diimprovisasi. Permainan sulim dan taganing juga terlihat dalam sepanjang lagu dibawakan.

4.4.1 Tangga nada

Tangga nada yang ada dalam nyanyian ini diurutkan dari yang terendah sampai tertinggi, yaitu E - Fis - Gis - A - B - Cis – Dis – E’

4.4.2 Nada dasar dan jumlah nada

Khusus untuk nada dasar, penulis juga tidak berpedoman terhadap pendapat Nettl melalui langkah-langkah penetapan nada dasar yang ditawarkannya, oleh

Khusus untuk nada dasar, penulis juga tidak berpedoman terhadap pendapat Nettl melalui langkah-langkah penetapan nada dasar yang ditawarkannya, oleh

Dokumen terkait