• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Metode Penelitian

1.5.5 Observasi

Pengumpulan data dengan cara observasi adalah metode pengumpulan

penginderaan. Metode observasi menggunakan kerja pancaindera mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit (Burhan Bungin, 2003:115).

Untuk itulah penulis langsung mendatangi lokasi penelitian di gereja GBI Bukit Zaitun Mandala Medan dan melakukan interaksi kepada narasumber yang ada disana.

1.5.6 Kerja laboratorium

Seluruh data dan informasi yang didapat selama penelitian diolah dan saring dalam kerja laboratorium sehingga menghasilkan data yang sesuai objek penelitian untuk penulisan skripsi. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data yang sesuai dengan disiplin ilmu Etnomusikologi. Setelah data dikumpulkan maka langkah selanjutnya adalah proses analisis data.

1.6 Pemilihan Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian sangat berhubungan dalam memperoleh data.

Untuk itu lokasi penelitian harus sesuai dengan tujuan penelitian dan juga dapat mewakili keseluruhan wilayah dari objek penelitian. Lokasi Penelitian akan dilakukan di gereja GBI Bukit Zaitun, Mandala, kota Medan. Penulis memilih lokasi penelitian tersebut dikarenakan informan dan sumber informasi penting ada di lokasi tersebut dan akan memudahkan penulis dalam penelitian.

BAB II

GAMBARAN UMUM GEREJA BETHEL INDONESIA (GBI) 2.1 Sejarah Gereja Bethel Indonesia (GBI)

GBI atau Gereja Bethel Indonesia merupakan salah satu sinode gereja di Indonesia yang beraliran kharismatik dan berada dibawah naungan PGI (Persekutuan Gereja Indonesia) dan juga merupakan anggota PGPI (Persekutuan Gereja-Gereja Pentakosta Indonesia). Gereja GBI ada berawal sebagai hasil pengutusan dua orang misionaris yang berasal dari Bethel Pentacostal Tempel Inc, Seattle, Amerika Serikat pada tahun 1922 yaitu Rev. Van Klaveren dan Rev.

Groesbeek ke Indonesia oleh seorang Pendeta bernama W.H Offiler. Groesbeek dan Van Klaveren yang pada awalnya bermisi di Bali namun pindah ke Cepu dan bertemu dengan Van Gessel yaitu seorang Kristen dan bekerja perusahaan pada perusahaan minyak Belanda BPM atau Bataafsche Petroleum Maatschappij, sementara pada saat itu Van Klaveren pindah ke kota Lawang di Jawa Timur.

Pada tahun 1923, Van Gessel dan istrinya menerima baptisan Roh Kudus, ditahun yang sama pada perayaan hari Jumat Agung, Grosbeek mengundang Pdt.

J. Thiessen dari Bandung dalam rangka pelayanan baptisan air untuk pertama sekali di jemaat Cepu. Dalam ibadah-ibadah berikutnya semakin bertambah banyaklah anggota jemaat yang menerima baptisan dan mengalami muzijat kesembuhan. Inilah permulaan awal gerakan Pentakosta di Indonesia, dari keempat orang ini yaitu Groesbeek, Van Klaveren, Van Gessel, dan Pdt. J.

Thiessen yang menjadi pionir dari gerakan Pentakosta di Indonesia dan

Pinksterkerk in Indonesia atau sekarang dikenal dengan gereja GPdI (Gereja Pentakosta di Indonesia). Pada tahun 1932 juga didirikanlah satu gereja di Surabaya beserta Sekolah Alkitab pada tahun 1935. Sesudah selesai perang agresi militer Belanda di Indonesia, jemaat gereja pada saat itu mengambil sikap untuk menjaga jarak dari warga Belanda atas situasi atau keadaan politik yang terpecah serta memiliki rasa nasionalisme yang membara pada saat menghadapi penjajahan Belanda, maka atas situasi yang demikian, pimpinan gereja harus diserahkan kepada orang Indonesia yang kemudian H.N Rungkat terpilih sebagai pimpinan GPdI menggantikan Van Gessel.

Gereja GPdI pada saat itu tidak lepas dari kondisi yang tidak kondusif serta terjadi konflik terhadap pengurus pusat gereja dan menyebabkan ketidakpuasan dikalangan para pendeta-pendeta organisasi gereja GPdI sehingga beberapa orang pendeta yang berjumlah 22 orang memilih untuk keluar dari sinode GPdI dan memisahkan diri dari organisasi gereja Pentakosta, salah satu diantaranya adalah H.L Senduk yang kemudian juga membentuk satu organisasi gereja atau sinode baru yang dinamakan GBIS atau Gereja Bethel Injil Sepenuh dimana Van Gessel menjadi pimpinan rohani dan H.L Senduk sendiri sebagai pimpinan organisasi gereja.

Dalam perjalanan gereja GBIS, Van Gessel pada tahun 1954 pergi dan pindah ke Hollandia (saat ini Jayapura) dan membentuk organisasi gereja baru disana yang bernama Bethel Pinkesterkerk atau Gereja Bethel Pentakosta, kemudian pada tahun 1957 Van Gessel meninggal, sedangkan GBIS terus berkembang pesat dibawah kepemimpinan H.L. Senduk, namun seiring

berjalannya waktu, GBIS juga mengalami banyak tantangan maupun kesulitan dikarenakan semakin besarnya sinode, sehingga semakin banyak juga kepentingan-kepentingan yang harus diakomodir.

Pada tahun 1968, H.L. Senduk harus meninggalkan kepemimpinannya dan diambil alih oleh pihak yang mendapat dukungan dari keputusan Menteri Agama pada saat itu, hingga H.L. Senduk beserta pendukung-pendukungnya harus memisahkan diri lagi dari sinode GBIS.

Pada tanggal 6 Oktober tahun 1970, H.L. Senduk dan rekan-rekannya membentuk sebuah organisasi gereja baru yang dinamakan GBI atau Gereja Bethel Indonesia di kota Sukabumi, Jawa Barat. Sinode gereja ini diakui secara resmi oleh pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 41 tanggal 9 Desember tahun 1972.

H.L. Senduk saat ini melayani di GBI Jemaat Petamburan yang dibantu oleh istrinya Helen Theska Senduk, Pdt. Harun Sutanto dan Pdt. Thio Tjong Koan. Pada tahun 1972, H.L. Senduk memanggil anak rohaninya Pdt. S.J Mesach dan Pdt. Olly Mesach untuk membantu pelayanan di gereja GBI Jemaat Petamburan.

Pada awal berdirinya GBI pada saat itu hanya memiliki jemaat dengan jumlah sekitar 20 orang jemaat yang kemudian berkembang pesat hingga saat ini berjumlah mencapai ratusan ribu jemaat yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia maupun luar negeri.

2.2 Gereja Bethel Indonesia (GBI) Bukit Zaitun Mandala

GBI Bukit Zaitun Mandala, Medan adalah sebuah gereja yang berada dibawah naungan sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI), yang merupakan anggota dari Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Dewan Pentakosta Indonesia (DPI), dan Persekutuan Injili Indonesia (PII).

Gereja Bethel Indonesia (GBI) Bukit Zaitun merupakan salah satu organisasi gereja yang ada di kota Medan. GBI Bukit Zaitun berlokasi di Jl.

Tangguk Bongkar V, Mandala, Medan. GBI Bukit Zaitun didirikan oleh Bpk.

Pdt. Djaman Sinaga dan beliau juga sebagai pimpinan dari GBI Bukit Zaitun.

Gereja ini berdiri pada tanggal 31 Juli tahun 1983 sampai dengan saat tulisan ini dibuat.

Gereja GBI Bukit Zaitun ini diakui keberadaannya oleh Departemen Agama Indonesia. Ibadah raya di gereja ini dilaksanakan sebanyak tiga sesi, sesi pertama pukul 07.00 WIB, ibadah sesi kedua pada pukul 10.00 WIB, dan ibadah sesi ketiga pukul 17.00 WIB. Selain ibadah raya terdapat ibadah lainnya, yaitu ibadah tengah minggu yang diadakan pada hari rabu pukul 19.30 WIB. Ibadah WBI diadakan hari jumat minggu ke 2 dan ke 4 pukul 18.00 wib dan ibadah pemuda yang diadakan pada hari sabtu pukul 19.00 wib.

Gambar 1. GBI Bukit Zaitun

2.3 Pendukung Peribadatan

Adapun penelitian yang penulis lakukan guna mendapat semua informasi yang penulis butuhkan dilakukan pada hari Minggu, tanggal 29 April 2018 bertepatan pada minggu kelima bulan April dan pada sesi ibadah yang pertama pukul 07.00 WIB. Perlu diketahui juga, bahwa gereja GBI diseluruh Indonesia tidak memiliki pola liturgi yang sama setiap hari Minggu, berbeda dengan gereja-gereja Protestan pada umumnya seperti HKBP, GKPI dan lainnya yang memiliki liturgi ibadah yang sama satu dengan gereja lainnya, sehingga setiap pola liturgi dan tema khotbah setiap hari Minggu di gereja-gereja GBI pasti memiliki perbedaan. Berikut pendukung peribadatan dalam setiap ibadah minggu di GBI Bukit Zaitun, terdiri atas : 1. Pendeta (Gembala Sidang), 2.

Pempin Pujian dan Singers, 3. Tim Pemusik, 4. Tim Kolektan, 5. Tim Multimedia dan Soundman, 6. Tim Usher. Berikut uraian tugas dari semua masing-masing pendukung peribadatan.

2.3.1 Pendeta

Pendeta atau disebut juga Gembala Sidang adalah pemimpin tertinggi secara struktural didalam suatu gereja. Pada saat ibadah, tugas utama Pendeta adalah sebagai seorang pengkotbah atau orang yang menyampaikan firman Tuhan, namun Pendeta juga bertugas untuk berdoa untuk membuka ibadah, doa syafaat serta berdoa berkat untuk menutup ibadah.

2.3.2 Pemimpin pujian dan singers

Pemimpin pujian atau WL (Worship Leader) bertugas memimpin pujian dan penyembahan pada saat ibadah dan memimpin jalannya tata ibadah. Seorang pemimpin pujian juga menjadi pimpinan atas singers dan tim pemusik pada saat ibadah berlangsung, dikarenakan semua jenis arahan pada saat bernyayi diibadah akan dipimpin langsung oleh pemimpin pujian dan kemudian juga akan diikuti oleh jemaat. Instruksi atau arahan kepada jemaat dapat berupa ajakan saling bersalaman, ajakan untuk berdiri atau duduk dan banyak lainnya. Singers merupakan sebutan yang digunakan oleh gereja untuk menyebutkan sekelompok penyanyi pendukung berjumlah 4 orang terdiri atas dua orang pria dan dua orang wanita. Singers berada disebelah kanan belakang seorang pemimpin pujian, singers bertugas ikut bernyanyi pada saat ibadah dan menerima arahan dari pemimpin pujian, singers berfungi sebagai penyanyi pendukung pemimpin pujian yang kemudian diikuti oleh jemaat.

2.3.3 Tim pemusik

Tim pemusik adalah bagian dari pendukung peribadatan yang bertugas untuk bermain musik pada saat ibadah berlangsung. Tim pemusik biasanya

terdiri dari 4-5 orang dengan posisi 1 orang pemain drum, 1 orang pemain gitar, 1 orang pemain gitar bass, 1 atau 2 orang pemain keyboard (piano elektrik), jumlah ini tidak termasuk dari total keseleruhan pemain musik diibadah Batak Bermazmur. Jika ditambah dengan tim pemusik ibadah Batak Bermazmur maka keseleruhan total pemain musik berjumlah 6-7 orang, yaitu 1 orang pemain taganing dan 1 orang pemain sulim.

2.3.4 Tim kolektan

Tim kolektan adalah penyebutan untuk sekelompok orang yang bertugas menjalankan kantong-kantong persembahan, tim kolektan biasanya terdiri 3-4 orang yang akan jalan untuk mebawa kantong persembahan untuk dibagikan kepada jemaat yang akan diisi oleh jemaat.

2.3.5 Tim multimedia dan soundman

Pada dasarnya tim multimedia dan soundman memiliki tugas yang berbeda, namun pada saat ibadah berlangung keduanya dijadikan satu karena posisinya di dalam gereja yang berdekatan, tetapi bukan berarti tugas soundman dapat digantikan oleh tim multimedia. Tim multimedia bertugas untuk mengoperasikan komputer dan menampilkan slide atau tayangan gambar berupa animasi yang berisi lirik lagu pada saat bernyanyi serta isi dari teks Alkitab pada saat pendeta berkhotbah. Soundman hanya terdiri dari 1 orang yang bertugas untuk mengoperasikan soundsystem atau perangkat sound dan berbagai kebutuhan pendukungnya seperti speaker dan microphone di gereja baik itu menyalakan, mengatur besar kecil suara pada saat ibadah dan mematikan soundsystem kembali.

2.3.6 Tim usher

Tim usher adalah sekelompok orang yang bertugas menyambut dan menyalam jemaat yang hadir, tim ini terdiri 2-3 orang dan berdiri di pintu masuk serta mengarahkan jemaat yang hadir untuk masuk.

2.4 Jalannya Tata Peribadatan

Jalannya tata peribatan merupakan sistematika jalannya acara pada ibadah raya. Adapun sistem tata ibadah secara umum didalam GBI Bukit Zaitun, adalah sebagai berikut : 1. Pra Ibadah, 2. Sambutan dan ajakan untuk persiapan ibadah, 3. Bersalam-salaman atu fellowship, 4. Ibadah, 5. Doa pembuka, 6.

Bernyanyi, 7. Firman/Khotbah, 8. Kolekte/persembahan dan warta jemaat, 9.

Doa syafaat, 10. Doa penutup untuk seluruh jemaat.

2.4.1 Pra ibadah

Proses pra ibadah dapat dilihat dari kesiapan para pelayan ibadah seperti Pendeta, pemimpin pujian, singers, tim pemusik, multimedia dan soundman, tim usher dan tim kolektan datang lebih awal sekitar 30-40 menit sebelum ibadah dimulai dan berkumpul di dalam gereja untuk berdoa mempersiapkan pelayanan diibadah. Kemudian dilanjutkan dengan hadirnya jemaat yang telah disambut tim usher, biasanya jemaat akan memilih sendiri tempat mereka untuk duduk, dikarenakan menurut bapak Pdt. Merlin tidak ada peraturan baku untuk posisi tempat duduk jemaat, jemaat boleh memilih tempat duduk dimana saja, namun biasanya tim usher akan mengarahkan jemaat untuk mengisi kursi yang berada paling depan terlebih dahulu. Selain itu para jemaat yang hadir sebelum jam

ibadah dimulai biasanya akan berdoa saat teduh tanpa ada arahan maupun instruksi.

2.4.1.1 Sambutan dan ajakan untuk persiapan ibadah.

Saat jemaat belum hadir, tim pemusik, pemimpin pujian, singers sudah hadir didalam ruangan gereja, seluruh tim pelayanan akan mengambil kesempatan waktu sebelum jam ibadah dimulai untuk berkumpul dan berdoa untuk mempersiapkan diri. Pada saat waktu ibadah akan dimulai maka pemimpin pujian akan naik ke altar atau mimbar terlebih dahulu dan kemudian diikuti oleh singers dan pemusik dan kemudian menyambut setiap jemaat yang telah hadir dengan ucapan selamat datang dan mengajak jemaat untuk menyiapkan hati dan pikiran untuk beribadah.

Gambar 2. Altar 2.4.1.2 Bersalam-salaman atau fellowship.

Hal berikutnya yang dilakukan pemimpin pujian adalah mengajak semua jemaat untuk saling berfellowship dan juga bersalaman dengan sesama jemaat yang ada didekatnya, fellowship diambil dari kata bahasa Inggris yang berarti

persahabatan, namun pengertian fellowship pada ibadah ini berarti saling sapa atau berkenalan dalam waktu yang singkat bagi jemaat yang belum saling mengenal, hal ini dilakukan untuk mengakrabkan jemaat yang satu dengan jemaat yang lainnya.

2.4.2 Ibadah

2.4.2.1 Doa Pembuka

Setelah bersalam-salaman maka pemimpin pujian atau bisa juga oleh Pendeta akan memulai dengan doa pembuka atau doa untuk mengawali ibadah.

Adapun isi doa pembuka ibadah sebagi berikut :

Bapa kami sungguh bersyukur karena Engkau begitu ajaib dalam kehidupan kami, kami sadar satu minggu ini kami ada karena anugerah Tuhan, dan hari ini ditempat ini kami rindu untuk memuji dan memuliakan namaMu, kami ingin menyembah dan mengagungkan namaMu ditengah-tengah kami.

Bapa, kami serahkan ibadah pada hari ini dalam tanganMu yang kudus, biar Engkau yang memberkati mulai dari awal ibadah, pertengahan hingga akhirnya, sehingga semua jemaat Tuhan mengalami perjumpaan dengan Engkau dan hidup kami diubahkan, yang sakit disembuhkan oleh bilur-bilur Yesus, yang berbeban berat Engkau memberikan kelegaan, kami percaya kuasaMu akan nyata dalam kehidupan kami dipagi hari ini, dan kami berdoa untuk hambaMu yang akan menyampaikan firman Tuhan, kami percaya ada pesan Tuhan yang luarbiasa yang Tuhan ingin sampaikan bagi kami, dan kami juga berdoa buat anak-anakMu yang dalam perjalanan menuju tempat ini, Tuhan sertai mereka lindungi dari halangan apapun. Terpujilah namaMu

Tuhan, Roh Kudus bekerja ditengah-tengah kami, lawatlah setiap kami para pelayan diibadah ini, Engkau telah persiapkan hamba-hambaMu ini dalam pengurapan yang khsusus. Terpujilah namaMu Tuhan, didalam nama Yesus yang yang hidup, kami siap memuji dan memuliakan namaMu. Mari jemaat yang dikasihi Tuhan yang siap untuk memuji Tuhan Bersama-sama katakan, Amin.

2.4.2.2 Bernyanyi

Bernyanyi adalah salah satu kegiatan yang wajib dilakukan pada saat ibadah, bernyanyi dalam ibadah merupakan perwujudan dari rasa bersyukur kepada Tuhan dan memuji Tuhan itu sendiri, dalam gereja GBI secara umum bernyanyi pada saat ibadah dibagi menjadi 2 bagian nyanyian.

Pertama, nyanyian dengan tempo adagietto atau sedikit lambat sekitar 66 sampai 70 bpm (beat per minute) yang biasa disebut dengan nyanyian penyembahan dimana nyanyian penyembahan ini merupakan respon yang berhubungan dengan hati manusia kepada karya penebusan Tuhan terhadap umatNya. Nyanyian peyembahan bersifat batiniah yang melibatkan perasaan dan emosi, nyanyian penyembahan bertujuan untuk jemaat menyembah Tuhan lebih fokus dan intim dengan Tuhan.

contoh lagu :

Terimakasih Tuhan untuk kasih setiaMu, yang kualami dalam hidupku Terimakasih Yesus untuk kebaikanMu, sepanjang hidupku.

Reff:

Terimakasih Yesusku buat anug’rah yang Kau b’ri

S’bab hari ini Tuhan adakan, syukur bagiMu. (partitur dapat dilihat pada lampiran).

Kedua, nyanyian dengan tempo cepat berkisar 120 sampai 160 bpm, nyanyian ini biasanya disebut dengan nyanyian pujian. Nyanyian pujian selalu bersifat gembira dan girang dimana dalam nyanyian pujian biasanya lagu-lagu yang berisikan lirik dengan ucapan bersyukur atau juga menceritakan tentang kebaikan Tuhan sehingga sepatutnya manusia mengucap syukur dan memberi pujian kepada Tuhan. Dalam bernyanyi ada beberapa kebiasaan ibadah yang berhubungan dengan gerakan tubuh seperti sikap posisi berdiri, melompat, bertepuk tangan, mengangkat tangan, menari dan menyanyi secara ekspresif seperti bersorak-sorak, dan sebagainya. Ciri utama dari nyanyian pujian adalah adanya sikap ekspresi seperti bertepuk tangan, bersorak dan sukacita yang meluap-luap. Pujian yang keluar dari dalam hati mengandung rasa sukacita yang meluap-luap untuk mencintai Tuhan, sukacita yang meluap-luap yang dimaksud disini bukan berarti bersikap huru-hara atau sembarangan layaknya menonton pertunjukan musik konser atau musik regular tetapi ada aturan normatif sehingga tidak menimbulkan keributan atau kekacauan pada saat berlangsungnya ibadah.

Salah satu contoh lagu pujian:

Kumasuki gerbangNya dengan hati bersyukur, halamanNya dengan pujian. Kataku hari harinya Tuhan, kubersuka s’bab Dia girangkanku.

Reff:

Dia girangkanku o Dia girangkanku, kubersuka s’bab Dia girangkanku

Dia girangkanku o Dia girangkanku, kubersuka s’bab Dia girangkanku (lagu dapat dilihat pada lembar lampiran).

2.4.2.3 Penyampaian firman/khotbah

Pada sesi ibadah ini, Pendeta akan naik menuju altar dan berdoa untuk memulai khotbah kepada semua jemaat yang hadir. Pendeta yang berkhotbah pada saat penulis penelitian adalah Pdt Djaman Sinaga. Khotbah yang disampaikan oleh Pendeta bersifat pewartaan akan kebenaran Tuhan serta bersifat pengajaran juga untuk membangun dan menguatkan iman seluruh jemaat, sehingga diharapkan jemaat mengetahui kebenaran Injil serta meyakininya dan merasa mendapat kekuatan serta pencerahan dari Tuhan.

Durasi waktu untuk mendengarkan khotbah adalah bervariatif antara 45 sampai 60 menit. Pada saat sesi khotbah seluruh petugas ibadah seperti pemimpin pujian, penyanyi altar, pemain musik dan penari biasanya akan beristirahat dan duduk di barisan paling belakang serta tetap dalam posisi mendengarkan khotbah. Adapun peyampaian firman atau khotbah pada saat penelitian tanggal 29 April 2018 berlangsung diambil dari kitab Matius 24:14 dengan topik,

“Dampak Pemberitaan Injil” dengan subtopik ciri-ciri Injil yang asli, dengan poin-poinnya sebagai berikut, Injil yang asli akan membawa hidup manusia serupa dengan Kristus, pemberitaan Injil harus berpusat pada Kristus bukan pada dunia, pemberitaan hidup yang fokus pada kekekalan surga, dan selalu mengajarkan kita untuk mencari perkenanan dengan Tuhan.

2.4.2.4 Kolekte/persembahan dan warta jemaat.

Kolekte atau persembahan akan dijalankan ketika Pendeta telah selesai berkhotbah, biasanya persembahan kolekte berupa bentuk uang yang dikumpulkan ke dalam kantong persembahan. Ketika pengumpulan kolekte para petugas pengumpul kolekte akan berjalan dari depan menuju belakang sambal menjalankan kantong persembahan, pada saat kolekte satu buah lagu pujian biasanya akan dinyanyikan. Dalam kantong persembahan terdapat 4 buah kantong dengan warna yang berbeda-beda, namun ketika penulis menanyakan hal tersebut kepada salah satu majelis gereja yaitu bapak Budiman Sihombing, bahwasanya tidak ada perbedaan dalam kantong persembahan berdasarkan warna, jadi jemaat bebas mau memberikan dikantong persembahan yang mana saja, karena biasanya persembahan dalam jumlah yang lebih besar akan dimasukkan kedalam sebuah amplop. Setelah pengumpulan kolekte dan lagu masih dinyanyikan, Pendeta dan beberapa majelis serta pengumpul kolekte akan maju dari barisan belakang sambil manortor. Seusai manortor, seorang petugas yang telah ditunjuk maju ke altar dan membacakan warta jemaat atau pengumuman tentang kegiatan gereja sepekan yang sudah dilakukan serta mengumumkan apa saja kegiatan yang akan dilaksanakan gereja dalam sepekan juga. Persembahan atau kolekte akan digunakan untuk kepentingan pelayanan gereja seperti penginjilan dan pelayanan sosial serta keperluan administrasi gereja.

Gambar 3. Kantong Kolekte

2.4.2.5 Doa syafaat

Diakhir sesi ibadah, Pendeta akan kembali naik ke altar untuk doa syafaat dan doa penutup, pendeta akan berdoa syafaat bagi seluruh jemaat untuk sepanjang satu minggu kedepan agar senatiasa diberkati dan dilindungi oleh Tuhan agar dapat kembali berkumpul ibadah dihari minggu depan, pendeta juga akan berdoa bagi banyak hal, mulai dari lingkungan gereja, pembangunan gereja, jemaat yang butuh didoakan seperti jemaat yang sedang sakit atau jemaat yang sedang mengalami pergumulan, pertumbuhan jemaat, pemerintahan mulai kepala pemerintahan baik dari yang terendah sampai yang tertinggi, serta situasi atau kondisi yang dihadapi negara. Isi dari doa syafaat akan selalu berubah dari minggu ke minggu tergantung topik doa yang dibawakan, kemudian Pendeta akan menutup dengan doa berkat agar jemaat pulang dengan membawa berkat dari Tuhan.

2.4.2.6 Doa penutup atau doa berkat

Doa penutup atau lebih dikenal dengan doa berkat akan dilanjut ketika doa syafaat selesai dipanjatkan, doa penutup akan berfokus pada pengucapan

syukur atas jalannya sepanjang ibadah dan doa berkat kepada jemaat. Adapun isi dari doa penutup sebagai berikut :

Segala pujian syukur dan terimakasih kami ucapkan kepadaMu Bapa atas penyertaan Tuhan sepanjang ibadah, Tuhan begitu baik buat kami, saat ini kami hendak mengakhiri ibadah kami ya Tuhan, hambaMu bisa berhenti berbicara dan berkata-kata buat umatMu tetapi firmanMu yang telah hamba sampaikan akan terus berbicara didalam hati umatMu. Terimakasih Tuhan, mari Tuhan berkati seluruh kami yang hadir diibadah ini. Saudara, mari angkat kedua tangan kita, dan pulanglah terima berkat dari Tuhan, Tuhan meberkati dan melindungimu, Tuhan menyinari engkau dengan wajahNya dan memberikan engkau kasih karunia serta damai sejahtera, kasih Allah Bapa, cinta kasih dari Tuhan Yesus Kristus dan persekutuan didalam Roh Kudus menyertai kita semua mulai hari ini sampai selama-lamanya, sampai

Segala pujian syukur dan terimakasih kami ucapkan kepadaMu Bapa atas penyertaan Tuhan sepanjang ibadah, Tuhan begitu baik buat kami, saat ini kami hendak mengakhiri ibadah kami ya Tuhan, hambaMu bisa berhenti berbicara dan berkata-kata buat umatMu tetapi firmanMu yang telah hamba sampaikan akan terus berbicara didalam hati umatMu. Terimakasih Tuhan, mari Tuhan berkati seluruh kami yang hadir diibadah ini. Saudara, mari angkat kedua tangan kita, dan pulanglah terima berkat dari Tuhan, Tuhan meberkati dan melindungimu, Tuhan menyinari engkau dengan wajahNya dan memberikan engkau kasih karunia serta damai sejahtera, kasih Allah Bapa, cinta kasih dari Tuhan Yesus Kristus dan persekutuan didalam Roh Kudus menyertai kita semua mulai hari ini sampai selama-lamanya, sampai

Dokumen terkait