• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.3 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan peneliti untuk memperoleh data dalam penelitian ini yaitu kuesioner. Penggunaan instrumen penelitian yaitu untuk mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah, fenomena alam maupun sosial. Hal ini jawaban yang diperoleh dari kuesioner tersebut dapat dikonversikan ke bentuk angka, tabel analisis statistik dan uraian serta kesimpulan penelitian.

Tabel 3.2 Instrumen Penelitian

Variabel Indikator No. Butir Jumlah

kuesioner pertanyaan Pengetahuan a. Tahu atau tidak 1

remaja b. definisi 2

terhadap c. Dampak abortus 3 6

abortus d. Penyebab abortus 4

e. Hukuman abortus illegal 5 f.Komplikasi abortus 6

Sikap remaja 1-6 6

terhadap aborsi

Tindakan 1-9 9

remaja dengan lawan jenis yang berkaitan dengan perilaku seksual

3.3. Definisi Operasional

responden saat mengisi kuesioner dalam tahun

Wawancara dengan menggunakan kuesioner

14-19 tahun Ordinal

Jenis Kelamin Karakteristik biologis responden yang dilihat dari penampilan luar responden yang telah ditamatkan

Pendidikan Ibu Pernyataan responden tentang pendidikan formal terakhir dari ibu responden yang telah ditamatkan tentang 6 pertanyaan yang diajukan yang terkait dengan abortus yaitu : tahu atau tidak tentang abortus, definisi abortus, dampak abortus, penyebab abortus,hukum dan sanksi abortus illegal, dan komplikasi abortus. Pengetahuan yang diajukan di dalam angket penilaian dari setiap jawaban benar adalah 1, jawaban salah

30 situasi atau tindakan yang berkaitan dengan abortus

Pernah atau tidaknya tindakan yang mengarah ke perilaku seksual dengan lawan jenis yang terdiri dari : Berisiko rendah apabila responden melakukan kegiatan seperti ngobrol, nonton, jalan berduaan, pegangan tangan, berciuman pipi Berisiko tinggi apabila responden melakukan kegiatan seperti berpelukan, berciuman mulut, berciuman leher, meraba buah dada/alat kelamin dan hubungan seksual

3.4.5 Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Untuk menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Untuk mendapatkan data yang lebih akurat peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas internal yaitu menguji validitas setiap butir pertanyaan.

Untuk menguji validitas digunakan pendekatan koefisien korelasi yaitu dengan cara mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan dengan skor totalnya. Bila koefisien korelasi (r) masing-masing pertanyaan sama dengan 0,3 atau lebih (Paling kecil 0,3) maka butir instrumen dinyatakan valid. Butir pertanyaan yang tidak valid diperbaiki dan dilakukan proses validitas ulang. Uji validitas menggunakan korelasi Pearson Product Moment (Sugiyono, 2010).

2. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas data dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu pengukuran dapat menunjukkan akurasi dan konsistensi butir pertanyaan. Untuk menguji reliabilitas data digunakan pengukur Cronbach Alpha. Menurut Sugiyono (2010), bahwa “ Cronbach Alpha merupakan salah satu koefisien reliabilitas yang paling sering digunakan”. Skala pengukuran yang reliabel sebaiknya memiliki nilai Cronbach Alpha minimal 0,70. Pengujian validitas dan reliabilitas data dilakukan dengan menggunakan komputerisasi dengan cara one shot method artinya pengujian validitas dan reliabilitas data hanya dilakukan sekali saja.

3.4.6 Metode Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan dua tahapan sebagai berikut, Editing yaitu penyuntingan data dilakukan untuk menghindari kesalahan atau kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi. Coding yaitu memudahkan proses entri data tiap jawaban diberi kode dan skor. Entri, setelah kode data dimasukkan ke komputer dengan program SPSS. Cleaning, sebelum dilakukan analisis data maka dilakukan pengecekan dan perbaikan. Selanjutnya dilakukan analisis univariat untuk mendapatkan gambaran tentang distribusi frekuensi responden. Analisa ini dilakukan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel independen.

Data yang telah dikumpulkan melalui angket dianalisis dengan metode deskriptif sehingga dapat diperoleh gambaran yang sebenernya mengenai variabel penelitian berdasarkan data.

32 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di SMA Swasta Eria Medan Tahun 2019. Besar sampel yang dikumpulkan sebanyak 85 responden. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pegetahuan, sikap, dan tindakan remaja tentang abortus dengan menggunakan alat ukur kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah divalidasi.

4.1. Distribusi Karakteristik responden:

Distribusi karakteristik responden berdasarkan usia, tingkat pendidikan ayah, dan tingkat pendidikan ibu dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden SMA Swasta ERIA Kota Medan Tahun 2019

No Karakteristik Responden Jumlah (n). Persentase (%) Usia Responden (Tahun)

1 14 15 17,6

2 15 18 21,3

3 16 5 5,9

4 17 31 36,4

5 18 5 5,9

6 19 11 12.9

Jumlah 85 100

Jenis Kelamin

1 Laki-laki 31 36,5

2 Perempuan 54 63,5

Jumlah 85 100

Tingkat Pendidikan Ayah

1 Rendah (SD) 22 25,9

2 Sedang (SLTP-SLTA) 39 45,9

3 Timggi (Perguruan Tinggi) 24 28,2

Jumlah 85 100 Tingkat Pendidikan Ibu

1 Rendah (SD) 22 25,9

2 Sedang (SLTP-SLTA) 39 45,9

3 Timggi (Perguruan Tinggi 24 28,2

Jumlah 85 100

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa mayoritas responden ada pada usia 17 tahun yaitu sebanyak 31 orang (36,4%), diikuti yang berusia 15 tahun sebanyak 18 orang (21,3%), dan yang paling sedikit berusia 15 tahun yaitu masing-masing sebanyak lima orang. Hal ini berarti bahwa semua responden tergolong usia remaja. Salah satu komponen generasi muda yang mempunyai peranan yang sangat besar dan penting dalam menentukan kebaikan masa depan bangsa adalah remaja. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat dalam proses pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial serta hormonal. Kemudahan remaja sekarang ini untuk mengakses berbagai informasi tanpa melakukan penyaringan terlebih dahulu mana informasi yang benar atau salah dapat merubah sikap remaja terhadap suatu objek. Kondisi ini bisa mengubah pandangan seksual remaja ketika mengakses hal-hal yang berbau seksual sehingga remaja dapat melakukan penyimpangan-penyimpangan terhadap norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Salah satunya adalah seks bebas yang mengakibatkan kehamilan diluar nikah (Rejeki, 2010 dalam Suci dan Kurniawati (2016) ).

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin responden sebanyak 54 orang (63,5%) adalah perempuan, selebihnya 31 orang (36,5%) adalah laki-laki. Mayoritas responden dalam penelitian ini adalah perempuan. Perempuan mempunyai resiko melakukan abortus jika tidak memiliki pengetahuan agama, pendidikan seksual dan hukum, yang dapat diperoleh baik dari keluarga, sekolah maupun media sosial. Di dalam teori Green dalam Notoadmojo (2010), jenis kelamin merupakan faktor predispoding terhadap perilaku kesehatan. Beberapa penelitian tentang hubungan jenis kelamin dengan perilaku berisiko menyatakan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku seksual remaja seperti

34

hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati (2002) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku seksual remaja (53,6% laki-laki berperilaku seksual dan perempuan sebesar 25,1%). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nursal (2007) juga menyatakan bahwa laki-laki berpeluang 4,41 kali untuk berperilaku seksual berisiko dibandingkan perempuan.

Pada tingkat pendidikan, mayoritas tingkat pendidikan ayah maupun ibu responden adalah sedang (SLTP-SLTA) sebanyak 39 orang (45,5%) diikuti pendidikan yang tinggi (Perguruan Tinggi) 24 orang (28,2%) dan rendah (Tidak tamat SD dan SD) 22 orang (25,5%). Hal ini menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil orangtua responden yang berpendidikan rendah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan kualitas diri individu.

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama bagi anak. Pada keluarga inilah anak mendapat asuhan dari orang tua menuju ke arah perkembangannya.

Bagaimana cara mendidik yang berlaku dalam keluarga itu, demikianlah cara anak itu mereaksi terhadap lingkungannya. Ayah dan ibu dalam konteks kehidupan keluarga yang ideal, merupakan sosok yang paling dekat dengan anak.

Ayah dan ibu mengambil peran utama sebagai orang tua untuk mengasuh anak-anaknya. Keluarga bagi seorang anak merupakan lembaga pendidikan non formal pertama, di mana mereka hidup, berkembang, dan matang. Di dalam sebuah keluarga, seorang anak pertama kali diajarkan pada pendidikan. Oleh karena itu diharapkan orang tua yang memiliki pendidikan formal yang lebih tinggi akan lebih memiliki pengetahuan dan memberikan perhatian dan pendidikan yang baik kepada anaknya (Aulia, 2017).

4.2 Distribusi Pengetahuan Siswa SMA Swasta ERIA Kota Medan terhadap BahayaAbortus

Perilaku siswa sekolah berdasarkan pengetahuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2. Distribusi Jawaban Mengenai Pengetahuan Siswa SMA Swasta ERIA Kota Medan Terhadap Bahaya Abortus

No. Pertanyaan Jumlah (%)

1. Apakah anda mengetahui tentang abortus?

a.Tahu, jika tahu lanjutkan ke pertanyaan nomor 2 85 100

b. Tidak tahu 0 0 2. Menurut anda apa yang dimaksud dengan abortus?

a. Pengeluaran janin sebelum usia kandungan 28 minggu 60 70,6 dengan berat kurang dari 1000 gram

b. Keluarnya darah selama 7 hari disertai nyeri 19 22,3 c. Penghentian kehamilan selama 8 bulan 6 7,1 3. Apa dampak kesehatan bagi orang yang melakukan abortus?

a. Muntah-muntah 19 22,4

b. Perdarahan dan traumatik 55 64,7

c.HIV/AIDS 11 12,9

4. Apakah yang menyebabkan orang melakukan abortus?

a. Kehamilan diluar nikah 15 17,6 b. Tingkat ekonomi keluarga 16 18,9 c. Kelainan yang mengancam nyawa ibu atau janin 54 63,5 5. Orang yang melakukan abortus tanpa rekomendasi medis

secara hukum dapat :

a. Dipenjara dan denda 61 71,8

b. Sanksi sosial dari masyarakat 12 14,1 c. Rehabilitasi sosial 12 14,1 6. Yang merupakan komplikasi abortus adalah

a. Infeksi atau sepsis 69 81,2 b. Infeksi saluran pernafasan 6 7,0

c. Gatal-gatal 10 11,8

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa semua responden mengetahui tentang abortus.(100%), namun pada beberapa pertanyaan seperti alasan melakukan abortus responden yang menjawab benar hanya 54 orang (63,5%), dampak abortus bagi kesehatan 55 orang (64,7%) dan hukuman yang ditetapkan pemerintah apabila melakukan abortus yang illegal yang menjawab benar ada 61 orang (71,8%). Hal ini berarti masih ada siswa yang tidak mengetahui tentang abortus. Masih adanya responden yang menjawab salah kemungkinan disebabkan kurangnya informasi tentang pendidikan seksual di sekolah, keluarga, maupun rasa sungkan/ tabu untuk mendapatkan informasi tentang abortus.

Berdasarkan jawaban responden pada tabel 4.2 diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan responden di SMA Swasta ERIA Medan dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:

36

Tabel 4.3. Distribusi Pengetahuan Siswa SMA Swasta ERIA Kota Medan Tahun 2019

Perilaku Siswa Jumlah Persentase

Pengetahuan

Baik 54 63,5

Sedang 25 29,4

Buruk 6 7,1

Total 85 100

Berdasarkan tabel 4.3 diatas bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 54 orang (63,5%), yang berpengetahuan sedang ada 25 orang (29,4%) dan berpengetahuan buruk hanya 6 orang (7,1%).Hal ini berbeda dengan hasil SDKI 2012 KRR yang menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang reproduksi belum memadai yang dapat dilihat dengan hanya 35,3% remaja perempuan dan 31,2% remaja laki-laki usia 15-19 tahun mengetahui bahwa perempuan dapat hamil dengan satu kali berhubungan seksual.

Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap aborsi. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan merupakan kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil pengguna panca inderanya. Pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku dan tindakan seseorang. Perubahan perilaku dapat terjadi melalui proses belajar. Belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu. Perilaku di mulai dari domain kognitif( Pengetahuan), dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau subjek sehingga menimbulkan pengetahuan baru dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang diketahuinya.

Akhirnya rangsangan yakni objek yang sudah diketahui dan didasari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon yang lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan terhadap stimulus, namun kenyataan stimulus yang diterima oleh subjek

dapat langsung menimbulkan tindakan, artinya seseorang dapat berperilaku baru tanpa terlebih dahulu mengetahui makna dari stimulus yang diterimanya, dengan kata lain tindakan seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan dan sikap (Notoatmojo, 2010).

4.3 Distribusi Sikap Siswa SMA Swasta ERIA Kota Medan terhadap BahayaAbortus

Sikap siswa terhadap bahaya abortus dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Mengenai Sikap Siswa SMA Swasta ERIA Kota Medan terhadap Bahaya Abortus Tahun 2019

No. Pernyataan Setuju

N %

Tidak Setuju N % 1. Melakukan aborsi itu adalah hal yang

tidak baik

60 70,6 25 29,4 2. Seks bebas dan aborsi merupakan bagian

gaya hidup remaja masa kini

18 21,2 67 78,8 3. Meningkatkan keimanan serta memberikan

Pendidikan seks merupakan salah satu pencegahan abortus

75 88,2 10 11,8

4. Penolong dan Pelaku abortus tanpa indikasi medis harus dihukum / sanksi sesuai hukuman yang berlaku

74 87,1 11 12,9

5. Melakukan abortus tidak merusak kesehatan terutama kesehatan reproduksi

17 20,0 68 80,0 6. Seks bebas yang dilakukan remaja merupakan

awal pemicu terjadinya aborsi

65 76,4 20 23,6

Berdasarkan tabel diatas, sikap responden tentang melakukan aborsi itu adalah hal yang tidak baik yang menjawab setuju sebanyak 60 orang (70,6%). Tanggapan responden tentang seks bebas dan aborsi merupakan bagian gaya hidup remaja masa kini yang menjawab tidak setuju ada 67 orang (78,8%), sedangkan yang setuju bahwa meningkatkan keimanan serta pendidikan seks salah satu pencegahan abortus sebanyak 75 orang (88,2%). Untuk pernyataan penolong dan pelaku abortus tanpa indikasi medis harus dihukum/ sanksi sesuai hukuman yang berlaku yang memilih setuju ada 74 orang (87,1%). Untuk pernyataan yang paling tidak disetujui dari sebagian besar responden yaitu melakukan abortus tidak merusak kesehatan terutama kesehatan reproduksi ada 68orang (80%) orang yang

38

tidak setuju. Dan 65 orang(76,4%) setuju bahwa seks bebas yang dilakukan remaja merupakan awal pemicu terjadinya abortus.

Sikap adalah reaksi atau respon terhadap suatu objek. Sikap dapat bersifat positif maupun negatif (Andriana, 2014 dalam Suci dan Kurniawati (2016) ) Berdasarkan jawaban responden pada Tabel 4.4 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap responden di SMA Swasta ERIA Medan dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5 Distribusi Sikap Siswa SMA Swasta ERIA Kota Medan Tahun 2019

Perilaku Siswa Jumlah Persentase

Sikap

Baik 51 60

Sedang 30 35,3

Buruk 4 4,7

Total 85 100

Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa mayoritas responden memiliki sikap baik yaitu sebanyak 51 orang (60%) dan yang terendah pada siswa SMA Swasta ERIA memiliki sikap buruk terhadap bahaya abortus hanya 4 orang (4,7%). Hal ini menyatakan bahwa sikap responden yang baik terhadap bahaya abortus mungkin dipengaruhi oleh banyak informasi yang didapat dari teman, keluarga, pendidikan seksual di sekolah atau media sosial yang memberikan dampak yang baik terhadap sikap responden. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambah informasi tentang objek.

4.4. Distribusi Tindakan dengan lawan jenis Siswa SMA Swasta ERIA Kota Medan terhadap BahayaAbortus

Perilaku siswa berdasarkan tindakan dengan lawan jenis. Hasil penelitian dapat dilihat berikut ini:

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Mengenai Tindakan dengan lawan jenis Siswa SMA Swasta ERIA Kota Medan tentang

Bahaya Abortus Tahun 2019

No. Tindakan Pernah % Tidak Pernah %

1. Ngobrol 84 98,8 1 1,2

2. Nonton berdua 80 94,1 5 5,9

3. Jalan berdua 81 95,2 4 4,8

4. Berpegangan tangan 50 58,8 35 41,2

5. Mencium pipi 16 18,8 69 81,2

6. Berpelukan 3 3,5 82 96,5

7. Berciuman mulut 3 3,5 82 96,5

8. Meraba daerah kemaluan

0 0 85 100

9. Berhubungan Seks 0 0 85 100

Dari tabel diatas, diketahui bahwa mayoritas siswa pernah ngobrol dengan lawan jenis sebanyak 84 orang (98,8%) nonton berdua 80 orang (94,1%) dan 81 orang (95,2%) pernah jalan berdua dengan lawan jenis. Sebanyak 50 orang (58,8%) pernah berpegangan tangan dengan lawan jenis dan 16 orang (18,8%) pernah mencium pipi lawan jenis. Hanya 3 orang (3,5%) yang pernah berpelukan atau berciuman mulut dengan lawan jenis. Hal ini berarti mayoritas siswa di SMA Swasta ERIA tidak memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal yang dapat mengarah ke perbuatan seksual yang berisiko. Menurut Komnas Perlindungan Anak (KomnasPA) dalam forum diskusi anak remaja pada tahun 2011, disebutkan bahwa di 12 kota besar di Indonesia, antara lain Jakarta, Bandung, Makassar, Lampung,Yogyakarta, Palembang, Medan, dan Kota-kota di Sumatera Barat hampir 93,7% remaja pernah melakukan hubungan seks, 83% remaja pernah menonton video porno, dan 21,2% remaja pernah melakukan abortus.

Berdasarkan jawaban responden pada Tabel 4.6, Maka dapat disimpulkan bahwa tindakan responden dengan lawan jenis di SMA Swasta ERIA Kota Medan Tahun 2019 dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini:

40

Tabel 4.7 Distribusi Tindakan Siswa SMA Swasta ERIA Kota Medan Tahun 2019

Perilaku Siswa Jumlah Persentase

Tindakan

Risiko tinggi 3 3,5

Risiko rendah 82 96,5

Total 85 100

Tindakan siswa SMA Swasta ERIA Kota Medan yang berisiko rendah sebanyak 82 orang (96,5%) dan yang berisiko tinggi sebanyak 3 orang (3,5%).

Hal ini berarti responden melakukan tindakan yang berisiko rendah dikarenakan pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki untuk menjaga agar terhindar dari kebiasaan-kebiasaan buruk.

Tindakan merupakan aturan yang mengadakan adanya hubungan erat antara sikap. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata, maka diperlukan faktor pendukung lain. Menurut Rahmawati dan Proverawati (2012) perilaku hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktifitas dalam kehidupan sehari-sehari yang mencerminkan upaya hidup sehat dalam memelihara kesehatan keluarga yang sehat dan menghindari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Peran orangtua sangat berpengaruh dalam perilaku anak. Perilaku positif seperti menghindari hubungan seks diluar nikah dan menghindari hubungan dengan lawan jenis yang berisiko tinggi dapat membuat anak menjadi kuat dan sehat. Sebaliknya perilaku negatif dapat menyebabkan terjadinya kejadian-kejadian yang tidak baik terhadap kondisi anak.

41 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 85 responden di SMA Swasta ERIA Kota Medan tentang pengetahuan, sikap , dan tindakan terhadap bahaya abortus maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Umur semua responden tergolong usia remaja. (14-19 tahun) dengan mayoritas berusia 17 tahun yaitu 31 orang (36,4%), diikuti yang berusia 15 tahun sebanyak 18 orang (21,3%)

2. Mayoritas Tingkat pendidikan orangtua (Ayah dan Ibu) responden tergolong sedang (SLTP -SLTA) yaitu masing-masing sebanyak 39 orang ( 45,9%), yang berpendidikan tinggi (Mengikuti perguruan tinggi) sebanyak 24 orang (28,2%) dan berpendidikan rendah (SD) sebanyak 22 orang (25,9%).

3. Tingkat pengetahuan responden tentang bahaya abortus tergolong tinggi, Mayoritas siswa memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 54 orang (63,5%), yang berpengetahuan sedang sebanyak 25 orang (29,4%) dan hanya sedikit yang memiliki pengetahuan buruk yaitu 6 orang (7,1%).

4. Sikap responden terhadap bahaya abortus tergolong sangat baik, Mayoritas siswa memiliki sikap yang baik yaitu sebanyak 51 orang (60%), yang memiliki sikap sedang berjumlah 30 orang (35,3%) dan hanya sedikit yang memiliki sikap buruk yaitu 4 orang (4,7%).

5. Tindakan yang pernah dilakukan responden masih tergolong tindakan berisiko rendah yang mengarah ke perilaku seksual. Yang berisiko tinggi hanya 3 orang (3,5%) dan berisiko rendah 82 orang (96,5%).

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh, maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut :

1. Bagi siswa di SMA SWASTA ERIA Kota Medan tahun 2019 diharapkan lebih menjaga diri dan lebih memperhatikan bahaya dari abortus.

42

2. Bagi sekolah diharapkan lebih sering mengadakan kegiatan yang membuat siswa lebih aktif dan memberi pelajaran tentang kesehatan reproduksi secara berkala.

3. Bagi peneliti selanjutnya bahwa diharapkan mampu dapat mengembangkan penelitian ini dengan menambah variabel atau faktor lainnya yang terkait.

DAFTAR PUSTAKA

American College of Obsetrician and Gynecologist. 2014, Abortion access and training.

Arisandi. 2012. Sikap terhadap Aborsi pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul. Jurnal psikologi.

Arikunto. 2016. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Yogyakarta: Rineka Cipta.

Aulia, N. 2017. Pengaruh Jenjang Pendidikan Orangtua terhadap Perkembangan Anak. MEDIABKI. Jakarta

Ayu, I. 2010. Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi dr. Ida Ayu Sp.OG Azwar, S. 2012. Sikap Manusia Edisi II. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan. 2017 , Luas Wilayah, Jumlah

Penduduk, dan Kepadatan Penduduk menurut Kabupaten/Kota 2017. Accessed 22 May 2018, available at : https://sumut.bps.go.id/subject/12/kependudukan.html

Blohm F. 2013, Expectant management of first-trimester miscarriage in clinical practice.

Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi dr.Ida Ayu Chandranita Sp.OG.

2010, Manifestasi Klinik Abortus Spontan.

Cunningham F Gary. 2010, William Obsetric, 22th Ed, New York,Mc Graw-hill

Darshi Thoradeniya, Colombo Branch, South Asia Institute, University of Heidelberg, Germany. 2016, Abortion in Asia: Local dilemmas and global politics.

Elizabeth E Puscheck, MD. 2018 , Early Pregnancy Loss Diagnosis and Management. Accessed 23 May 2018 , available at:

https://reference.medscape.com/article/266317

Guttmacher Institute. 2008 , Kejadian Aborsi di Indonesia dan Metode-metode aborsi yang digunakan di Indonesia

.

Hanafiah Jusuf, 2014. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 4.

44

Husin, 2013. Asuhan Kehamilan Berbasih Bukti. Bandung

Ihda Silvia. 2011 , Gambaran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Siswa Mengenai Abortus Provocatus di Man Model Ciwaringin Cirebon pada tahun 2011.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010.

Jakarta

Kriyantono, Rachmat. 2013. Teknik Praktis Kesehatan. Malang: Prenada Media Group.

KUHP dan UU Kesehatan RI No. 36 Thn 2009 , Hukum aborsi di Indonesia dan Indikasi dibolehkannya Abortus Provocatus.

Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:

EGC.

Mochtar, R. 2011. Sinopsis Obsetri: Obsetri fisiologi, Obsetri Patologi:

Jilid 1.

Niskala, S. 2011. Agar Seks Tidak Salah Jalan. Jakarta. Progessio Publishing.

Nurhayati, S. 2002 . Hubungan Keterpaparan Media Massa, Orangtua dan Teman Sebaya dengan Perilaku Seksual Remaja Siswa Kelas 3 di SLTP “X” Depok.

Nursal, D. 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Murid SMUN di Kota Padang, Jurnal Kesehatan Masyarakat, vol. II.

Notoadmojo, S. 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan

Rahmawati dan Proverawati, 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Yogyakarta. Nuha Medika

Suci M. Ayu dan Tri Kurniawati. 2016, Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Aborsi dengan Sikap terhadap Aborsi di MAN 2 Kediri Jawa Timur. Unnes Journal of Public Health. Solo Sudarwan. 2014. Hukum aborsi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta

Sullivan AE. 2012 , Recurrent Fetal aneuplody and recurrent miscarriage.

Tika Fatihkah. 2014 , Gambaran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Siswa Mengenai Abortus Provocatus di SMA Negeri 1 Sliyeg Kabupaten Indramayu pada tahun 2014.

Udin. 2010. Kasus Aborsi di Indonesia 2,5 jutaan setahun.

Walsh. 2008. International Journal of Nursing Practice.

WHO. 2012. Safe Abortions: Technical and Policy Guidance for Health System

WHO. 2015. Medical management of abortions.

Wijono, D. 2015. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Airlangga University Press, Surabaya.

46

LAMPIRAN Lampiran

A. Biodata Penulis

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Muhammad Owen Zduhri Nst

Nim : 160100052

Tempat/ Tanggal lahir : Medan/ 1 Juli 1998

Agama : Islam

Nama ayah : Ahmad Lukita Nasution Nama Ibu : Nurlela Lubis

Alamat : Jalan Seksama Gang Rahayu No.28 Medan Riwayat Pendidikan :

1. Madrasah Ibtidaiyah Swasta Islamiyah Guppi Medan (2004-2010) 2. SMP Negeri 3 Medan (2010-2013)

3. SMA Negeri 5 Medan (2013-2016)

4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2016- Sekarang)

48

Lampiran C.

LEMBAR PENJELASAN UNTUK RESPONDEN Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Perkenalkan nama saya Muhammad Owen Zduhri Nst, NIM: 160100052 adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Program Studi Pendidikan Kedokteran Universitas Sumatera Utara, sedang melakukan penelitian skripsi dalam rangka menyelesaikan pendidikan Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan judul

“Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa terhadap Bahaya Abortus di SMA SWASTA ERIA MEDAN TAHUN 2019”.

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan pengetahuan tentang

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan pengetahuan tentang

Dokumen terkait