• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN SISWA TERHADAP BAHAYA ABORTUS DI SMA SWASTA ERIA KOTA MEDAN TAHUN 2019 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN SISWA TERHADAP BAHAYA ABORTUS DI SMA SWASTA ERIA KOTA MEDAN TAHUN 2019 SKRIPSI"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

MUHAMMAD OWEN ZDUHRI NASUTION 160100052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN SISWA TERHADAP BAHAYA ABORTUS DI SMA SWASTA

ERIA KOTA MEDAN TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

MUHAMMAD OWEN ZDUHRI NASUTION 160100052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(3)

i

(4)

ii

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karuniaNya, sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul : “Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa terhadap Bahaya Abortus di SMA Swasta ERIA Kota Medan Tahun 2019”. Skripsi ini dibuat sebagai tugas akhir dan persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini banyak bantuan, bimbingan, dukungan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin berterimakasih sebanyak-banyaknya kepada :

1. Kedua orangtua penulis, Ayahanda Ahmad Lukita Nasution dan Ibunda Nurlela Lubis yang selalu memberikan do’a, dukungan moril dan material serta motivasi yang paling besar sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

2. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Univesitas Sumatera Utara

3. dr.Indra Gunasti Munthe, M.Ked(OG), Sp.OG(K) selaku dosen

pembimbing yang telah bersabar dalam membimbing, memberi arahan, masukan, dan dukungan bagi penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

4. dr. Muhammad Rusda, M.Ked(OG), Sp.OG(K) selaku Ketua Penguji yang telah memberikan petunjuk, saran, dan nasihat dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. dr. Tina Christina L. Tobing, M.Ked(Ped), Sp.A(K) selaku Anggota Penguji yang telah memberikan petunjuk, saran, dan nasihat dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. dr. Bastian Lubis, Sp.An selaku dosen Penasehat Akademik selama menjalani pendidikan di fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 7. Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah SMA Swasta Eria Kota Medan

yang telah memberikan saya izin untuk melakukan penelitian di Sekolah SMA Swasta Eria Kota Medan.

(5)

iii

8. Sahabat-Sahabat, Sonia Annisa Harahap, Aldo putra Rambe, Ewin Sadana Hutapea, Marwin Siahaan, Aulia Azizah, Annisa Sartika, Erra Dian, Harisa Mardiah, Nurhari Prasetyo, dan Vilnu Safareno, yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis.

9. Semua pihak yang mendukung, membantu, dan mendoakan penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari Bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, baik dari segi materi yang disampaikan maupun tata cara penulisannya.

Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menerima saran dan kritikan yang membangun demi perbaikan hasil penelitian skripsi ini.

Medan, Desember 2019

Penulis

(6)

iv DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi... iv

Daftar Gambar ... vi

Daftar Tabel ... vii

Daftar Singkatan... viii

Abstrak ... ix

Absract ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Bagi Ilmu pengetahuan ... 5

1.4.2 Bagi Instansi Pemerintahan yang terkait... 5

1.4.3 Bagi Masyarakat... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Definisi Pengetahuan ... 6

2.2 Definisi Sikap... 7

2.3 Definisi Tindakan ... 8

2.4 Definisi Abortus ... 9

2.5 Etiologi Abortus ... 10

2.6 Klasifikasi Abortus ... 10

2.7 Manifestasi Klinis Abortus ... 11

2.7.1 Abortus Iminens ... 12

2.7.2 Abortus Insipiens ... 12

2.7.3 Abortus Inkomplit dan Komplit ... 12

2.7.4 Abortus Tertunda ... 13

2.7.5 Abortus Habitualis ... 13

2.7.6 Abortus Septik ... 13

2.8 Abortus Provocatus ... 14

2.8.1 Abortus Provocatus Medicinalis ... 14

2.8.2 Abortus Provocatus Criminalis ... 15

2.9 Jenis-Jenis Tindakan Abortus Provocatus Criminalis 15 2.10 Diagnosis Abortus ... 15

2.11 Penatalaksanaan Abortus ... 16

2.11.1 Stabilisasi ... 17

2.11.2 Berobat Jalan (Expectant Management) ... 17

2.11.3 Medikamentosa ... 17

2.11.4 Pembedahan ... 18

2.12 Komplikasi Abortus... 21

2.13 Aspek Hukum Medikolegal ... 21

(7)

v

2.13.1 Abortus Provocatus Medicinalis ... 21

2.13.2 Abortus Provocatus Criminalis ... 22

2.14 Kerangka Teori ... . 23

2.15 Kerangka Konsep ... 24

BAB III. METODE PENELITIAN ... 25

3.1 Jenis Penelitian ... 25

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 26

3.3.1 Populasi Penelitian ... 26

3.3.2 Sampel Penelitian ... 26

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 28

3.4.1 Jenis Data Penelitian ... 27

3.4.2 Pengumpulan Data ... 27

3.4.3 Instrumen Penelitian ... 28

3.4.4 Definisi Operasional ... 29

3.4.5 Uji Validitas dan Reliabilitas... 30

3.4.6 Metode Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Distribusi Karakteristik Responden ... 32

4.2 Distribusi Pengetahuan Siswa ... 34

4.3 Distribusi Sikap Siswa ... 37

4.4 Distribusi Tindakan Siswa dengan Lawan Jenis ... 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1 Kesimpulan... 41

5.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42 LAMPIRAN

(8)

vi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Tatalaksana Abortus Spontan………. 19

2.2 Tatalaksana Abortus Septik ... 20

2.3 Kerangka Teori ... 23

2.4 Kerangka Konsep ... 24

(9)

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Gambaran Manifestasi Klinik Abortus Spontan ... 14

2.2 Diagnosis Abortus Spontan ... 16

3.1 Waktu Penelitian ……… 25

3.2 Instrumen Penelitian ... 28

3.3 Definisi Operasional ... 29

4.1 Distribusi Karakteristik Responden ... ... 32

4.2 Distribusi Jawaban Mengenai Pengetahuan Siswa .... 35

4.3 Distribusi Pengetahuan Siswa ... 36

4.4 Distribusi Jawaban Mengenai Sikap Siswa ... 37

4.5 Distribusi Sikap Siswa ... 38

4.6 Distribusi Jawaban Mengenai Tindakan Siswa ... 39

4.7 Distribusi Tindakan Siswa ... 40

(10)

viii

DAFTAR SINGKATAN

BKKBN = Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional KUHP = Kitab Undang-undang Hukum Pidana

WHO = World Health Organization

(11)

ix ABSTRAK

Latar Belakang. Abortus merupakan suatu kejadian keguguran yang dapat terjadi secara sengaja ataupun tidak sengaja.Pengetahuan terhadap abortus dapat meningkatkan sikap dan tindakan untuk menjaga kesehatan alat reproduksi dan meminimalisir kejadian abortus. Kasus abortus sangat banyak terjadi di Indonesia khususnya di kota-kota besar. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan sikap dan tindakan yang baik terhadap masalah abortus untuk menurunkan angka kejadian abortus di Indonesia.

Tujuan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan siswa SMA Swasta ERIA Kota Medan mengenai bahaya abortus.

Metode. Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel penelitian adalah siswa SMA Swasta ERIA Kota Medan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan diambil berdasarkan metode simple random sampling. Data pnelitian merupakan data primer yang langsung diambil dari subjek dengan menggunakan kuesioner. Variabel yang diteliti adalah pengetahuan tentang aborsi, sikap tentang aborsi, tindakan tentang aborsi serta variabel karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan ayah, pendidikan ibu, komunikasi dengan lingkungan (keluarga, guru dan teman sebaya), penggunaan media sosial dan cara bergaul dengan lawan jenis.

Kata kunci : Pengetahuan tentang Abortus, Sikap tentang Abortus, Tindakan tentang Abortus

(12)

x

ABSTRACT

Background. Abortion is a miscarriage event that can occur intentionally or unintentionally. Knowledge of abortion can improve attitudes and actions to maintain the health of reproductive organs and minimize the incidence of abortus.

Abortus cases are very common in Indonesia, especially in big cities. Therefore we need knowledge of good attitudes and behaviors towards abortion problems to reduce the number of abortion events in Indonesia.

Objective. This research was conducted to see a description of the knowledge, attitudes and actions of SMA Swasta Eria students regarding the dangers of Abortion.

Method. Research conducted is descriptive with cross sectional design.

The sample of the study was SMA Swasta Eria students who had met the inclusion and exclusion criteria and were taken based on the simple random sampling method. Research data is primary data directly taken from subjects using a questionnaire. The variables studied were knowledge of abortion, attitudes about abortion, actions about abortion as well as respondents' characteristic variables including age, gender, father's education, mother's education, communication with the environment (family, teachers and peers), the use of social media and ways to get along with the opposite sex.

Keywords: Knowledge about Abortion, Attitudes about Abortion, Actions about Abortion

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hampir setiap saat kita selalu mendengar berita mengenai bayi meninggal dibunuh karena kelahirannya tidak diinginkan oleh orangtuanya, bahkan banyak janin yang sudah digugurkan sebelum terlahir ke dunia. Hal ini terjadi karena setiap tahunnya di dunia berjuta-juta perempuan mengalami kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancy) dan sebagian besar dari perempuan tersebut memilih untuk mengakhiri kehamilan mereka. Walaupun abortus provocatus atau biasa dikenal dengan aborsi secara umum adalah illegal (Mochtar, 2011).

Kejadian abortus juga dapat terjadi secara alami atau tidak dipengaruhi oleh perlakuan untuk menghentikan kehamilan ibu, yang lebih sering disebut keguguran. Menurut data WHO tahun 2015, 25% kasus abortus terjadi pada seluruh kehamilan. Di Indonesia persentase keguguran terjadi sebesar 4% pad`a kelompok perempuan pernah menikah usia 10-59 tahun, dan besarnya kemungkinan kasus keguguran pada wanita usia subur adalah 10% - 25%

(Kemenkes, 2010). Di setiap tahun diperkirakan terdapat 25 juta kasus abortus yang tidak aman terjadi di seluruh dunia, dan sangat banyak terjadi di negara berkembang. Lebih dari 50% kasus abortus yang tidak aman terjadi di Benua Asia. Setiap tahunnya berkisar antara 4.7%-13.2% dari kematian ibu disebabkan oleh abortus yang tidak aman (WHO, 2015). Frekuensi abortus tidak dapat diketahui secara pasti karena kebanyakan pasien datang ke rumah sakit apabila terjadi komplikasi (Mochtar, 2011).

Persentase Abortus yang terjadi diperkirakan sebanyak 15-20% pada seluruh kehamilan dengan 80% diantaranya terjadi pada trimester pertama (< 13minggu) dan sangat jarang terjadi pada trimester kedua (Husin, 2013). Di Indonesia kejadian abortus disebabkan oleh faktor janin, faktor maternal dan faktor eksternal (Kemenkes, 2010). Faktor ibu seperti usia, gaya hidup, punya riwayat keguguran sebelumnya, serta penyakit kronis yang dialami ibu seperti hipertensi dan diabetes

(14)

2

yang tidak terkontrol merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kejadian abortus pada ibu hamil (Cunningham dkk., 2010).

Dampak buruk yang dapat diakibatkan dari abortus pada kehamilan diantaranya adalah perdarahan dan infeksi yang dapat menyebabkan kematian pada ibu dengan persentase sekitar 15%. Data tersebut sering tersembunyi karena kematian ibu akibat sepsis. (Husin, 2013). Kejadian abortus memiliki efek pada kehamilan berikutnya, baik pada timbulnya penyulit kehamilan maupun pada hasil kehamilan.Risiko yang lebih tinggi antara lain seperti persalinan prematur, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dan abortus berulang akan terjadi pada ibu hamil yang memiliki riwayat abortus sebelumnya. (Cunningham dkk., 2010).

Abortus provocatus atau abortus yang diinduksi, ada yang boleh dilakukan dengan syarat mengikuti hukum yang berlaku dan dengan indikasi medis yang tepat disebut abortus provocatus medicinalis, dan yang dilakukan secara illegal dan melawan hukum dan indikasi medis disebut abortus provocatus criminalis.

Abortus yang illegal seringnya terjadi karena ingin mengakhiri kehamilan yang tidak dikehendakinya dengan berbagai alasan seperti faktor usia ataupun pasangan yang tidak mau bertanggung jawab. Kehamilan yang tidak diinginkan dapat terjadi karena dorongan seksual yang tinggi yang bisa disebabkan oleh faktor internal dan eksternal (Niskala, 2011).

Kegiatan seksual yang tidak bertanggung jawab dapat mengakibatkan remaja berisiko dan menimbulkan berbagai masalah kesehatan reproduksi. Dorongan seksual yang menyebabkan terjadinya kegiatan seksual di kalangan remaja terdiri dari faktor internal karena pengaruh hormonal seiring tumbuh dan berkembangnya remaja dan faktor eksternal seperti kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi, pergaulan yang terlalu bebas, dan mendapat stimulus yang memicu remaja untuk melakukan kegiatan seksual (Mochtar, 2011).

Akses internet dan media informasi memiliki pengaruh yang cukup signifikan khususnya media pornografi yang akan merangsang perilaku seksual pranikah yang dapat menyebabkan kehamilan yang tidak di inginkan (Hanafiah, 2014).

Banyak remaja yang menganggap bahwa mereka tidak akan hamil jika hanya pertama kali berhubungan seksual dan tidak klimaks (Arisandi, 2012).

(15)

Berdasarkan penelitian WHO di Indonesia diperkirakan ada sekitar 20-60%

kasus aborsi yang disengaja (induced abortion) yang terjadi sejak tahun 2010 dari jumlah kejadian sekitar 2 juta kasus. Hasil riset BKKBN tahun 2010 mengungkapkan banyak remaja di kota-kota besar seperti Bandung, Surabaya, Yogyakarta dan Medan pernah melakukan seks sebelum menikah dan hamil diluar nikah. Bahkan di Jabodetabek setengah remaja perempuan lajang pernah melakukan hubungan seks pra-nikah. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan akan kesehatan reproduksi yang rendah yang didukung oleh Hasil SDKI 2012 KRR yang menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi belum memadai. Hanya 35,3% remaja perempuan dan 31,2% remaja laki-laki usia 15-19 tahun yang mengetahui bahwa perempuan dapat hamil dengan hanya satu kali berhubungan seksual.

Hasil penelitian di beberapa fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan lembaga kesehatan lain mengungkapkan 21% remaja atau satu di antara lima remaja di Indonesia pernah melakukan abortus. Hal ini menjadikan fenomena abortus di Indonesia harus diperhatikan dengan serius (Uddin, 2010).

Menurut survei pada tahun 2010 dari Badan Koordinasi dan Keluarga Berencana Nasional menyatakan bahwa 52% remaja di Kota Medan pernah melakukan seks bebas. Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) menyatakan bahwa 2000 remaja di Medan terlibat prostitusi dengan praktik yang terselubung di luar sekolah.

Salah satu kontribusi terbesar penyebab kematian ibu dan bayi di Indonesia adalah tingginya angka kejadian abortus yang terjadi. Kejadian abortus memiliki komplikasi dan dapat menyebabkan kematian. Selain dari segi medis, aspek psikologi dan aspek sosioekonomi yang negatif akan ditimbulkan. Oleh karena itu peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk menurunkan Angka kematian ibu dan bayi akibat abortus salah satunya adalah menekan kejadian abortus dengan salah satunya penyediaan layanan ante natal care (ANC) untuk mencegah kejadian abortus bagi ibu hamil, meningkatkan angka pemakaian kontrasepsi untuk menurunkan angka kehamilan dan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dan

(16)

4

bahaya abortus untuk meningkatkan pengetahuan remaja dan masyarakat umum sehingga mengecilkan risiko kejadian abortus (Mochtar, 2011).

1.2 RUMUSAN MASALAH

Tingginya kasus abortus di kota-kota besar kemungkinan disebabkan rendahnya pengetahuan anak usia remaja tentang pendidikan seksual yang mengakibatkan banyaknya kasus kehamilan diluar nikah, yang mendorong terjadinya abortus. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan siswa terhadap bahaya abortus di SMA Swasta ERIA Kota Medan tahun 2019.

1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan secara umum yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan para siswa SMA Swasta ERIA Kota Medan tentang bahaya abortus.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengetahuan siswa terhadap abortus di SMA Swasta ERIA Kota Medan.

2. Mengetahui sikap siswa terhadap abortus di SMA Swasta ERIA Kota Medan

3. Mengetahui tindakan siswa terhadap abortus di SMA Swasta ERIA Kota Medan

(17)

1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Sebagai bahan informasi dasar dalam pengembangan ilmu pengetahuan mengenai gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa terhadap bahaya abortus di Kota Medan.

1.4.2 Bagi Instansi Pemerintahan yang Terkait dan Berwenang (Dinas Pendidikan Kota Medan)

Sebagai bahan masukan dan informasi dalam perencanaan dan evaluasi program pendidikan dalam upaya pengendalian kejadian abortus di Kota Medan.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Sebagai bahan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa terhadap bahaya abortus di Kota Medan.

(18)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI PENGETAHUAN

Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil dari penginderaan manusia (mata, hidung, teliga, dan sebagainya). Dari penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan sangat dipengaruhi oleh fokus perhatian dan persepsi terhadap suatu objek (Notoadmojo, 2010).

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan (Notoadmojo, 2010) :

a. Tahu (know), tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (comprehension), memahami suatu objek berarti dapat menilai dengan benar terhadap objek yang diketahui dan mengerti juga dalam interpretasinya.

c. Aplikasi (aplication), aplikasi maksudnya dapat menerapkan objek yang diketahui dalam situasi lain karena telah memahami objek tersebut.

d. Analisis (analysis), analisis adalah kemampuan menelaah dan menjabarkan, kemudian mencari hubungan yang ada pada tiap komponen suatu masalah atau objek yang diketahui.

e. Sintesis (synthesis), dapat diartikan dengan pembentukan hal-hal baru dari hal-hal yang sudah ada.

f. Evaluasi (evaluation), evaluasi ini merupakan penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dapat berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau norma- norma yang berlaku di masyarakat.

(19)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoadmodjo (2010) yaitu:

a. Sosial ekonomi, lingkungan sosial berkaitan dengan tingginya pengetahuan namun ekonomi lebih dikaitkan dengan pendidikan.

b. Kultur (budaya, agama), budaya pasti berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena individu akan selalu memikirkan kecocokan pengetahuan dengan budaya individu tersebut.

c. Pendidikan, memiliki pendidikan yang tinggi pasti akan mempengaruhi daya tahu individu. Semakin tinggi pendidikan akan membuat individu mudah menerima hal-hal yang baru.

d. Pengalaman, berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, bahwa pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan luas, sedangkan semakin tua umur seseorang maka pengalaman akan semakin banyak.

2.2 DEFINISI SIKAP

Sikap dalam arti sempit adalah pandangan atau kecenderungan mental.

Sikap adalah suatu kecenderungan untuk mereaksi suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka atau acuh tak acuh (Notoadmojo, 2010).

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Struktur sikap terdiri atas tiga komponen (Notoadmojo, 2010).

a. Komponen kognitif (cognitive) yang berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.

b. Komponen afektif yang menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.

c. Komponen konatif yang terdiri dari struktur sikap membuat perilaku yang sesuai terhadap sikap objek yang dihadapi. Perilaku seseorang dalam situasi tertentu banyak ditentukan oleh kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.

(20)

8

Faktor - faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar (2012) adalah:

a. Pengalaman pribadi, kejadian yang pernah dialami akan ikut membentuk sikap terhadap stimulus sosial. Tanggapan yang akan menjadi dasar terbentuknya sikap. Untuk memiliki tanggapan beserta penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman dengan obyek psikologis.

b. Kebudayaan, bagaimana budaya dimana individu hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikapnya . Individu pasti memiliki salah satu sikap menurut budaya individu tersebut.

c. Orang lain yang dianggap penting di sekitar merupakan salah satu diantara komponensosial yang ikut mempengaruhi sikap . Karena selalu memikirkan tiap tindakan yang akan dilakukan dapat berpengaruh pada orang yang dianggap penting.

d. Media massa sebagai sarana komunikasi. Berbagai macam media massa seperti televisi, surat kabar, radio dan lain-lain, memiliki pengaruh besar dalam penciptaan opini dan respon orang.

e. Institusi/ lembaga pendidikan dan lembaga agama, memiliki pengaruh untuk membentuk sikap karena menetapkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri tiap individu.

Pengukuran sikap yang dilakukan secara tidak langsung, bisa dilakukan menggunakan pernyataan-pernyataan dalam suatu angket yang kemudian ditanyakan pendapat responden (Sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju) (Notoadmojo, 2010).

2.3 DEFINISI TINDAKAN

Suatu sikap belum otomatis akan terwujud dalam suatu tindakan, diperlukan faktor pendukung lain untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata. Tindakan merupakan aturan yang mengadakan adanya hubungan erat antar sikap, sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan

(21)

untuk bertindak (Notoadmojo, 2010). Tindakan terdiri dari empat tingkatan yaitu (Notoadmojo, 2010) :

a. Persepsi, mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan tindakan tingkat pertama.

Misalnya seorang ibu dapat memilih makanan bergizi baik untuk anaknya.

b. Respon terpimpin, dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator tindakan tingkat dua. Misalnya seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar mulai dari cara mencuci dan memotongnya, lama memasak, menutup pancinya dan sebagainya.

c. Mekanisme, apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan suatu kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. Misalnya seorang ibu sudah mengimunisasikan anaknya pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.

d. Adaptasi, yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.4 DEFINISI ABORTUS

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (Mochtar, 2011) . Di indonesia kata abortus sering diartikan sebagai keguguran. Lebih lengkapnya, Abortus adalah pengeluaran janin sebelum usia kandungan 28 minggu dengan berat kurang dari 1000 gram (Manuaba, 2010).

Menurut ilmu hukum yang sesuai dengan KUHP, yaitu pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai.

Ada dua jenis abortus, yaitu abortus spontan dan abortus provokatus. Abortus spontan didefinisikan sebagai abortus yang terjadi tanpa adanya tindakan. Dengan kata lain keguguran (miscarriage). Sedangkan abortus yang terjadi dengan adanya perlakuan disebut sebagai abortus provokatus (Cunningham dkk.,2010).

(22)

10

2.5 ETIOLOGI ABORTUS

Abortus spontan banyak dijumpai yang sebabnya tidak diketahui. Faktor yang dikaitkan dengan kejadian abortus spontan (Ayu, 2010) :

a. Faktor genetik : Kejadian 3-5% , disebabkan kromosomnya abnormal atau terjadi translokasi kromosom

b. Faktor anatomi : Kelainan anatomi alat reproduksi penyebab abortus sekitar 20-25%.Kelainan anatomi bisa kongenital seperti Unikornual uteri atau didapat atau terjadi bukan bawaan lahir seperti mioma uteri.

c. Faktor hormonal : Kelainan hormonal yang menyebabkan terjadi abortus adalah fase luteal defek, Diabetes Mellitus(DM), dan polikistik ovari.

d. Faktor infeksi : Infeksi yang dikaitkan dengan abortus adalah herpes dan mukoplasma. Disarankan sebelum hamil melakukan pemeriksaan dan terapi terhadap faktor infeksi.

e. Autoimunitas : Kejadiannya sekitar 5-30%.Disebabkan oleh gagalnya toleransi terhadap autoimmunitas(Sel T mengeluarkan sitokin dan terjadi destruksi lokal). Antikardiopilin yaitu antibodi yang menyebabkan kematian hasil konsepsi setelah jantungnya terbentuk. Dan Lupus antikoagulan, menyebabkan timbul trombosis retroplasenter.

2.6 KLASIFIKASI ABORTUS 1.Abortus spontan

Abortus yang terjadi dengan tidak di dahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah (Ayu, 2010).

Yang merupakan abortus spontan adalah : a. Abortus iminens b. Abortus insipiens c. Abortus komplit d. Abortus inkomplit e. Abortus tertunda

(23)

f. Abortus habitualis g. Abortus sepsis 2. Abortus provocatus

Adalah menggugurkan kandungan dengan segaja baik menggunakan obat ataupun alat. Abortus provocatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu akibat suatu tindakan atau menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badan bayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup (WHO, 2012). Abortus provocatus terbagi menjadi dua yaitu abortus provocatus medicinalis dan abortus provocatus criminalis.

2.7 MANIFESTASI KLINIS ABORTUS

Perdarahan merupakan gejala utama abortus, tetapi tidak semua perdarahan disebabkan oleh abortus kehamilan muda. Perdarahan yang ada pada kehamilan diantaranya:

a. Pada hamil muda : Mola hidatidosa dan kehamilan ektopik terganggu

b. Pada kehamilan pertengahan : Persalinan immature dan premature c. Pada kehamilan trimester tiga : Plasenta previa dan pecahnya sinus

marginalis.

Dan perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan adalah : 1. Perlukaan pada vagina : Varises pecah dan karsinoma vagina 2. Perlukaan pada serviks : Servikal polip dan Erosio portiones 3. Berasal dari endometrium : Endometrial polip dan mioma

submukosa yang terlahir.

Semua mungkin terjadi bersamaan dengan kehamilan dan menimbulkan perdarahan.Khusus pada abortus spontan dapat dikemukakan manifestasi klinisnya berupa trias gejala klinis: Discomfort ,nyeri,dan kramp. Juga manifestasi lain seperti perdarahan dan ekspulsi jaringan (Ayu, 2010).

(24)

12

2.7.1 Abortus Iminens

Diagnosis klinis abortus iminens ditegakkan jika terjadi perdarahan atau pengeluaran duh darah melalui os serviks yang tertutup selama paruh pertama kehamilan. Hal ini terjadi pada 20 sampai 25 persen wanita selama gestasi dini dan dapat menetap selama beberapa hari sampai minggu. Sekitar separuh dari kehamilan ini akan gugur, meskipun risiko ini jauh lebih rendah jika aktivitas jantung janin terdeteksi (Cunningham, 2010).

2.7.2 Abortus Insipiens

Keadaan perdarahan dari intrauteri yang terjadi dengan dilatasi serviks kontinu dan progresif, tetapi tanpa pengeluaran hasil konsepsi sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu.

Abortus insipiens dapat ditegakkan ketika wanita hamil ditemukan perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah yang disertai nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat teraba. Kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi (Ayu, 2010).

2.7.3 Abortus Inkomplit dan Komplit

Perdarahan terjadi jika plasenta, secara keseluruhan atau sebagian, terlepas dari uterus. Pada abortus inkomplit, ostium internum serviks membuka dan menjadi tempat lewatnya darah. Janin dan plasenta mungkin seluruhnya tetap berada in utero atau mungkin sebagian keluar melalui ostium yang terbuka, sebelum 10 minggu, janin dan plasenta sering dikeluarkan bersama-sama, tetapi kemudian mereka dilahirkan secara terpisah. Pada wanita dengan abortus inkomplit yang secara klinis stabil, penanganan dengan menunggu dapat menjadi pilihan (Blohm, dkk., 2013). Jika hasil konsepsi lahir dengan lengkap sebelum umur kehamilan 20 minggu, maka disebut abortus komplit. Pada keadaan ini kuretasi tidak perlu dilakukan. Abortus komplit terjadi perdarahan yang berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan dalam 10 hari perdarahan akan berhenti sama sekali karena pada masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai.

Serviks segera menutup kembali (Ayu, 2010).

(25)

2.7.4 Abortus Tertunda

Istilah abortus tertunda atau missed abortion adalah istilah yang kurang tepat karena didefinisikan beberapa dekade sebelum uji kehamilan imunologis dan sonografi ditemukan. Istilah ini digunakan untuk menjelaskan hasil konsepsi yang telah mati yang tertahan selama beberapa hari, minggu, bahkan bulan didalam uterus dengan ostium serviks tertutup. Karena keguguran spontan hampir selalu didahului oleh kematian mudigah, maka sebagian besar secara tepat disebut sebagai “missed”.

Pada kasus tipikal, pasien mengalami kehamilan muda yang tampaknya normal, dengan amenorea, mual muntah, perubahan payudara, dan pembesaran uterus. Setelah kematian mudigah, mungkin terjadi perdarahan vagina atau gejala abortus mengancam lainnya (Cunningham, 2010).

2.7.5 Abortus Habitualis

Terjadinya tiga atau lebih abortus spontan berturut-turut pada 20 minggu atau kurang atau dengan berat janin kurang dari 500 gram. Biasanya disebabkan oleh kelainan kongenital walaupun banyak faktor yang lain yang dapat menyebabkan aborsi berulang seperti infeksi dan autoimmune. Penyebab keguguran berulang serupa dengan keguguran sporadik, meskipun insiden relatif berbeda antara kedua kategori. Sebagai contoh, keguguran trimester pertama dengan keguguran berulang memperlihatkan insiden anomali genetik yang lebih rendah (Sullivan, 2012).

2.7.6 Abortus septik

Abortus septik adalah abortus dengan penyebaran infeksi dalam peredaran darah tubuh. Kematian ibu akibat abortus septik jarang terjadi di Amerika Serikat.

Endometriosis adalah manifestasi tersering infeksi pasca-abortus, tetapi parametritis, peritonitis, dan bahkan endokarditis kadang terjadi. Antara bakteri yang dapat menyebabkan abortus septik adalah seperti Escherichia coli, Enterobacter aerogenes, Proteus vulgaris, Hemolytic streptococci dan Staphylococci. Pada abortus septik biasanya disertai dengan perdarahan yang bau dan kotor, Uterus yang tegang dan nyeri, temperatur diatas 38 derajat celcius. Dan

(26)

14

juga terjadi impending septic shock seperti takipnea , takikardi , dan gangguan perfusi organ (Ayu, 2010).

Tabel 2.1 Gambaran Manifestasi klinik Abortus Spontan.

Jenis Abortus

Panas Nyeri/Kram abdomen

Perdarahan Jaringan Ekspulsi

Jaringan pada vagina

Osteum uteri Besar uterus

Imminen Tidak ada

Ringan Ringan Tidak

ada

Tidak ada

Tertutup Sesuai umur kehamilan Insipien Tidak

ada

Sedang Sedang Tidak

ada

Tidak ada

Terbuka,Ketuban menonjol

Sesuai umur hamil Inkomplit Tidak

ada

Sangat Sangat Teraba

jaringan

Mungkin masih ada

Terbuka Sudah

mengecil

Komplit Tidak ada

Tidak ada Ringan Sudah lengkap

Mungkin ada

Terbuka Sudah

mengecil Missed Tidak

ada

Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Tidak ada

Tertutup Sedikit mengecil

Sepsis Ada Ada Ringan Masih Jaringan

lekorea bau

Tertutup,Terbuka bau

Kecil dibanding umur hamil

Habitualis Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

hamil Sumber: (Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi dr.Ida Ayu Sp.OG, 2010)

2.8 ABORTUS PROVOCATUS 2.8.1 Abortus Provocatus Medicinalis

Abortus ini dilakukan dengan indikasi medis. Tindakan Abortus ini juga harus disetujui oleh tiga dokter yang menangani ibu hamil yaitu : Dokter yang sesuai indikasi penyakitnya, dokter obgyn dan dokter anestesi.

Indikasi medis berupa :Penyakit jantung, penyakit paru berat, karsinoma, diabetes mellitus berat, dan penyakit ginjal. Dan indikasi sosial diantaranya:

Kegagalan pemakaian KB,kehamilan dengan saudara atau orangtua sendiri, kehamilan akibat perkosaan, kehamilan IQ rendah dan kehamilan dengan kelainan jiwa (Ayu, 2010).

(27)

2.8.2 Abortus Provocatus Criminalis

Abortus Provocatus Criminalis Adalah abortus yang dilakukan dengan perlakuan tanpa indikasi medis dan melanggar hukum yang berlaku. Sering dilakukan oleh tenaga tidak terlatih yang menimbulkan trias komplikasi : Perdarahan, Trauma jalan lahir,dan infeksi sampai syok sepsis (Cunningham,dkk, 2010).

2.9 JENIS-JENIS TINDAKAN ABORTUS PROVOCATUS CRIMINALIS 1. Penggunaan obat atau zat tertentu

Penggunaan bahan tumbuhan yang mengandung minyak eter tertentu yang dapat merangsang saluran cerna hingga terjadi kolik abdomen, jamu perangsang kontraksi uteru dan hormone wanita yang merangsang kontraksi uterus melalui hipereni mukosa uterus. Hasil yang dicapai sangat bergantung pada jumlah (takaran), sensitivitas individu dan keadaan kandungannya (usia gestasi).

2. Kekerasan Mekanik

Dapat dilakukan dari luar maupun dari dalam. Kekerasan dari luar seperti melakukan gerakan fisik yang berlebihan, memijat perut bagian bawah, kekerasan langsung pada perut atau uterus dan lainnya. Kekerasan dari dalam, yaitu dengan melakukan manipulasi vagina atau uterus. (Cunningham dkk.,2010).

2.10 DIAGNOSIS ABORTUS

Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam mendiagnosis Abortus adalah anamnesa yang baik, Pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan penunjang terhadap pasien. Dalam anamnesa dokter dapat bertanya keluhan apa saja yang dialami pasien seperti adanya perdarahan dan nyeri perut yang dapat mengarahkan diagnosis yang lebih tepat.Pada pemeriksaan fisik dan penunjang dokter akan lebih mengetahui spesifik jenis aborsi yang diderita pasien (Ayu, 2010).

(28)

16

Tabel 2.2 Diagnosis Abortus spontan.

Jenis Aborsi Anamnesa Pemeriksaan fisik / Penunjang

Aborsi Iminens Perdarahan sedikit dari jalan lahir dan nyeri perut tidak ada atau ringan.

fluksus ada (sedikit), ostium uteri tertutup, dan besar uterus sesuai dengan umur kehamilan.

Pemeriksaan penunjang berupa USG.

Aborsi Insipiens Perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri / kontraksi rahim.

ostium terbuka, buah kehamilan masih dalam rahim, dan ketuban utuh.

Aborsi Inkomplit/Komplit perdarahan dari jalan lahir (biasanya banyak), nyeri / kontraksi rahim ada, dan bila perdarahan banyak dapat terjadi syok.

ostium uteri terbuka, teraba sisa jaringan buah kehamilan.

Aborsi Tertunda perdarahan bisa ada atau tidak. fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan dan bunyi jantung janin tidak ada.

Pemeriksaan penunjang berupa USG, laboratorium(Hb,trombosit, fibrinogen).

Aborsi Habitualis Rasa nyeri atau kram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.

Histerosalfingografi untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan anomali kongenital.

BMR dan kadar yodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan glandula thyroidea.

Aborsi Septik amenore, perdarahan, Adanya

demam

kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan dan sebagainya.

demam, nadi cepat, perdarahan, nyeri tekan dan leukositosis.

Sumber: (Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi dr.Ida Ayu Sp.OG, 2010)

2.11 PENATALAKSANAAN ABORTUS

Kematian mudigah mudah dipastikan dengan teknologi sonografik saat ini, penatalaksanaan dapat lebih diindividualkan. Penanganan dengan menunggu, medis dan bedah semuanya masuk akal, kecuali jika terjadi perdarahan serius atau infeksi. Terapi bedah bersifat definitif dan dapat diperkirakan, tetapi invasif dan tidak semua wanita memerlukannya ( Ayu, 2010).

Penanganan dengan menunggu atau secara medis mungkin dapat menghindari keharusan kuretase tetapi berkaitan dengan perdarahan yang tidak dapat diperkirakan, dan sebagian wanita akhirnya memerlukan bedah non-elektif.

(29)

Konfirmasi diagnosis sangat penting sebelum penatalaksanaan untuk mencegah gangguan dan komplikasi pada pasien (Cunningham, 2010).

2.11.1 Stabilisasi

Pada tahap ini, dilakukan penilaian keadaan umum ibu secara menyeluruh mencakup tanda vital dan memeriksa tanda-tanda syok seperti akral dingin, pucat, takikardi, dan tekanan sistolik <90 mmHg. Resusitasi cairan dilakukan jika terjadi hipotensi dan syok.

2.11.2 Berobat Jalan (Expectant Management)

Expectant management dianjurkan pada abortus inkomplit yang usia kehamilannya kurang dari 16 minggu dengan tanda vital baik dan tidak ada tanda infeksi (Kriyantono, 2013). Tingkat kesuksesan dari pendekatan tatalaksana ini mencapai 90%. Expectant management dilakukan dengan membiarkan sisa jaringan meluruh secara alami. Umumnya peluruhan jaringan komplit akan terjadi selama 2 minggu namun pada beberapa kasus bisa lebih lama (3-4 minggu). USG ulang yang mendapati jaringan sudah meluruh semua atau penurunan kadar HCG sebanyak 80% dalam 1 minggu setelah keluarnya hasil konsepsi adalah penanda abortus sudah komplit.

2.11.3 Medikamentosa

Obat mungkin diperlukan untuk membantu mengeluarkan sisa jaringan yang masih ada. Golongan obat yang mungkin diberikan pada abortus adalah penginduksi rahim dan Rh immunoglobulin (Darshi Thoradeniya, 2016). Pilihan obat penginduksi rahim adalah oksitosin dan misoprostol.

Oksitosin diberikan pada abortus yang terjadi dengan usia kehamilan lebih dari 16 minggu melalui infus oksitosin 40 IU dalam 1 L NaCl 0,9% atau ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit, pilihan lainnya adalah pemberian misoprostol. Dengan pemberian misoprostol, 71-84% ekspulsi komplit akan terjadi. Pemberian per vaginam lebih disukai karena obat oral dan sublingual akan memberikan lebih banyak efek samping seperti diare, mual, dan muntah (Ayu, 2010). Penggunaan misoprostol pada abortus dilaporkan mengurangi kebutuhan dilakukan tindakan kuretase hingga 60%. Dosis yang disarankan adalah 400-800 mcg per vaginam. Jika ibu memiliki golongan darah rhesus negatif, ibu dianjurkan

(30)

18

untuk menerima Rh immunoglobulin setelah terjadi abortus agar tidak terjadi inkompatibilitas rhesus jika pada kehamilan berikutnya janin memiliki golongan darah rhesus positif. Dosis yang diberikan adalah 50 mikrogram (250 IU) akan efektif pada 12 minggu gestasi, diberikan setelah tindakan kuretase atau pada expectant management.

2.11.4 Pembedahan

Tindakan bedah dilakukan jika (Cunningham, 2010) :

a. Risiko perdarahan meningkat misalnya jika terjadi pada trimester pertama akhir

b. Memiliki pengalaman traumatik sebelumnya misalnya karena riwayat abortus sebelumnya dan perdarahan antepartum

c. Meningkatnya efek samping perdarahan misalnya karena koagulopati atau tidak bisa mendapat transfusi darah

d. Pasien tidak ingin menunggu spontan atau menolak pemberian obat induksi rahim.

e. Adanya infeksi

Tindakan dilakukan dengan teknik aspirasi vakum atau kuretase tajam. Jika perdarahan masih berlanjut, disarankan untuk mempertimbangkan perlunya tindakan laparoskopi atau laparotomi (Cunningham, 2010). Dalam hal ini, tidak ada perbedaan yang bermakna antara penggunaan teknik aspirasi vakum dengan teknik kuretase tajam.

(31)

2.11.5 Penatalaksanaan Abortus Spontan

Gambar 2.1 Tatalaksana Abortus Spontan

Sumber: (Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi dr.Ida Ayu Sp.OG, 2010)

Abortus spontan

Faktor maternal:

 Faktor krosom

 Immunologis

 Infeksi- intoksikasi

 Kelainan anatomis

Faktor parental :

 Paternal antibodi

 Gangguan kromosom

 Oligospermia

Trias manifestasi klinik:

 Nyeri-kramp

 Perdarahan

 Ekspulsi jaringan

Abortus Iminens

Abortus Insipien

Abortus inkomplit

Abortus komplit

Terapinya:

 Bed rest

 Tokolitik

 Plasentogenik hormonal

 ANC-hamil aterm

Terapinya :

Pasang Infus- cairan pengganti Transfusi darah

Persiapan untuk kuretase

Tambahan terapi : Antibiotik,Uterotonika,Terapi suportif

(32)

20

Gambar 2.2 Tatalaksana Abortus Septik

Sumber: (Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi dr.Ida Ayu Sp.OG, 2010) Abortus septik

Dasar diagnosa:

Bau,kotor

Temperatur tinggi

Penyebaran infeksi

Biasa berhubungan dengan tindakan kriminal:

Trias komplikasi

Morbiditas/mortalitas tinggi Impending sepsis shock

Persiapan terapinya definitif:

Infus-transfusi

Antibiotika adekuat

Antipretika

Pemeriksaan lab:Darah,urine,kultur

Serviks-kultur Kemungkinan DIC

Tindakan kuretase:

6 jam bebas panas

Tiga,lima hari bebas panas

Terjadi komplikasi

Komplikasi

tindakan/kriminal dukun:

Perforasi

Impending shock

Perdarahan banyak

Impending sepsis :

Temperatur naik

Kesadaran turun

Penyebaran infeksi

Tindakan definitif:

Berhasil Antibiotik terus Kontrol 7 hari

Laparotomi

Evaluasi pasca laparotomi

(33)

2.12. KOMPLIKASI ABORTUS

Berikut merupakan komplikasi yang sering terjadi karena aborsi yang tidak aman, (Walsh, 2008):

a. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul kapan saja.

b. Perforasi uterus saat kuretase, sering terjadi pada uterus yang posisinya hiper-retrofleksi.

c. Infeksi dalam uterus dan adneksa yang bisa terjadi pada tiap jenis abortus tetapi lebih sering pada kejadian abortus inkomplit terutama karena abortus yang tidak aman. Komplikasi ini tidak segera timbul paska tindakan tetapi memerlukan waktu.

d. Syok , karena terjadi perdarahan ( syok hemoragik) dan karena infeksi berat atau sepsis.

Insiden perforasi uterus terkait dilatasi dan kuretase dapat terjadi. Dua penentu utama adalah keterampilan dokter dan posisi uterus. Kemungkinan perforasi lebih besar jika uterus retroversi. Meskipun jarang, abortus yang dilakukan dengan kuret pada kehamilan tahap lanjut dapat memicu koagulopati konsumtif yang akut dan mungkin mematikan (Cunningham, 2010).

2.13 ASPEK HUKUM MEDIKOLEGAL 2.13.1 Abortus Provocatus Medicinalis

Hukum kesehatan Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 75, dijelaskan bahwa :

(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi

(2) Larangan sebagaimana tersebut diatas, dikecualikan berdasarkan:

a. Indikasi darurat medis yang terdeteksi sejak dini yang mengancam nyawa ibu/janin, yang menderita

penyakit genetik berat/cacat bawaan maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan kehidupan bayi diluar kandungan.

b. Kehamilan akibat perkosaan (Trauma Psikologis korban)

(34)

22

(3) Tindakan sebagaimana ayat 2 dapat dilakukan melalui konseling/

penasehatan pra tindakan dan diakhiri konseling pasca tindakan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.

Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 76, Aborsi hanya dapat dilakukan :

a. Sebelum kehamilan 6 minggu dari hari pertama haid terakhir (HPHT) kecuali keadaan darurat

b. Oleh tenaga kesehatan yang terampil dan berwenang yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri

c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan d. Dengan ijin suami, kecuali korban perkosaan

e. Penyedia yayasan kesehatan (yankes) yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.

Berdasarkan peraturan tersebut. Aborsi provocatus hanya dapat dilakukan dengan indikasi medis dan ketentuan hukum yang berlaku.

2.13.2 Abortus Provocatus Criminalis

Dalam hukum positif di Indonesia, pengaturan tindakan aborsi terdapat dalam dua undang-undang yaitu KUHP pasal 299, 346, 347, 348, 349 dan 535 yang dengan tegas melarang aborsi dengan alasan apapun serta dalam UU RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 75,76,77,78 melarang aborsi tetapi masih mengijinkan tindakan aborsi atas indikasi medis dan trauma psikis dengan syarat tertentu.

Bagi dokter harus memperhatikan beberapa hal dalam melakukan tindakan aborsi dengan penuh pertimbangan sesuai dengan yang tercantum dalam:

1. Sumpah Dokter Indonesia (atas dasar sumpah Hipocrates): “saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan”

2. Kode Etik Kedokteran Indonesia (Pasal 7 D): setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.

(35)

2.14 KERANGKA TEORI

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, maka kerangka teori penelitian adalah sebagai berikut :

Gambar 2.3 Kerangka Teori

Aborsi

Abortus spontan Abortus

Provocatus

Iminen Ter- Habitual Septik

tunda In-

kompli t Komplit

Insipien Medicinalis Criminalis

Etiologi

Klasifikasi

Manifestasi klinis

Penegakkan diagnosa

Penatalaksanaan

Komplikasi dan prognosis

Aspek hukum dan medikolegal

KODEKI KUHP

(36)

24

2.15 KERANGKA KONSEP

Berdasarkan kerangka teori diatas, maka kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut:

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

Variabel Independen

Variabel Dependen

Pengetahuan

Sikap

 Komunikasi dengan guru, keluarga dan teman sebaya

 Penggunaan Internet dan media sosial

Bahaya Abortus

Tindakan

(37)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan metode pengumpulan data secara cross sectional untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan siswa terhadap bahaya abortus di SMA Swasta ERIA Kota Medan pada tahun 2019.

3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan di SMA Swasta ERIA Kota Medan dan dilaksanakan pada bulan November 2019.

Tabel 3.1 Waktu penelitian

No Kegiatan Bulan Indikator Kinerja

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Pengajuan Judul

Diterimanya judul yang diajukan oleh dosen pembimbing 2. Studi

Kepustakaan

Didapatkan jurnal dan buku yang mendukung penelitian 3. Pengajuan

kelayakan etik

A. Surat Persetujuan

komisi etik untuk pelaksanaan penelitian 4. Pengumpulan

Data

Terkumpulnya data kuesioner pada mahasiswa 5. Pengolahan

dan Analisis Data

Hasil penelitian yang diujikan pada ujian Hasil Penelitian 6. Laporan Hasil

Penelitian

Skripsi dan

diterimanya syarat administrasi untuk wisuda

(38)

26

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh Siswa SMA Swasta ERIA Kota Medan yang berjumlah sebesar 576 orang.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang telah ditentukan dan dipilih yang dapat mewakili keadaan di populasi tersebut (Arikunto, 2016).

Teknik dalam pengambilan sampel yang terdapat di penelitian ini adalah simple random sampling. Sampel diperoleh sesuai dengan beberapa pertimbangan yang telah ditentukan berdasarkan kriteria penelitian. Sampel dari penelitian ini adalah siswa SMA SWASTA ERIA Kota Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi yang akan disebutkan dibawah ini: .

1. . Kriteria Inklusi :

a. Siswa SMA Swasta ERIA Kota Medan

b. Semua siswa yang hadir pada saat penelitian dilakukan.

2. Kriteria Eksklusi :

a. Siswa SMA Swasta ERIA Kota Medan yang tidak lengkap dalam mengisi kuesioner

b. Siswa SMA Swasta ERIA Kota Medan yang tidak mengembalikan kuesioner.

Sampel dapat diambil dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

n = Jumlah Sampel N = Ukuran Populasi e = Taraf Kesalahan (10%) Penyelesaian :

n =

(39)

= 576

1+576 (0,1) 2

= 576

6,76

= 85 responden

Dengan menggunakan rumus data proporsi pada satu populasi untuk penelitian ini maka setelah melakukan perhitungan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 85 orang responden.

3.4 METODE PENGUMPULAN DATA 3.4.1 Jenis Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sampel penelitian dengan mengisi kuesioner.

3.4.2 Pengumpulan Data A. Variabel

Variabel yang diteliti :

1) Tingkat pengetahuan mengenai Abortus 2) Sikap mengenai Abortus

3) Tindakan mengenai Abortus 4) Jenis Kelamin

5) Usia

6) Pendidikan orang tua

B. Cara pengumpulan data dengan kuesioner Pengisian kuesioner dilakukan dengan tertulis.

C. Teknis pelaksanaan

Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagi kuesioner kepada responden siswa SMA Swasta ERIA Kota Medan dengan terlebih dahulu meminta kesediaan responden untuk mengisi kuesioner. Peneliti memberikan lembar persetujuan untuk turut serta dalam pengambilan data penelitian kepada responden untuk diisi. Setelah selesai dengan lembar persetujuan, peneliti melakukan guidance interview terhadap pengisian

(40)

28

kuesioner, kemudian responden mengisi kuesioner. Jumlah responden yang diambil secara proporsional random sampling sebanyak 85 orang dari 17 kelas.

3.4.3 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan peneliti untuk memperoleh data dalam penelitian ini yaitu kuesioner. Penggunaan instrumen penelitian yaitu untuk mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah, fenomena alam maupun sosial. Hal ini jawaban yang diperoleh dari kuesioner tersebut dapat dikonversikan ke bentuk angka, tabel analisis statistik dan uraian serta kesimpulan penelitian.

Tabel 3.2 Instrumen Penelitian

Variabel Indikator No. Butir Jumlah

kuesioner pertanyaan Pengetahuan a. Tahu atau tidak 1

remaja b. definisi 2

terhadap c. Dampak abortus 3 6

abortus d. Penyebab abortus 4

e. Hukuman abortus illegal 5 f.Komplikasi abortus 6

Sikap remaja 1-6 6

terhadap aborsi

Tindakan 1-9 9

remaja dengan lawan jenis yang berkaitan dengan perilaku seksual

(41)

3.3. Definisi Operasional

Tabel 3.3 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur dan Cara

Ukur

Kategori Skala

Usia Pengakuan usia

responden saat mengisi kuesioner dalam tahun

Wawancara dengan menggunakan kuesioner

14-19 tahun Ordinal

Jenis Kelamin Karakteristik biologis responden yang dilihat dari penampilan luar

Wawancara dengan menggunakan kuesioner

1. Laki-laki 2. Perempuan

Nominal

Pendidikan Ayah

Pernyataan responden tentang pendidikan formal terakhir dari ayah responden yang telah ditamatkan

Wawancara dengan menggunakan kuesioner

1. Rendah : tidak pernah sekolah, tamat/tidak tamat SD dan yang sederajat

2. Sedang : tamat/

tidak tamat SLTP dan yang sederajat dan tamat/tidak tamat SLTA dan yang sederajat 3. Tinggi : tamat/

tidak tamat Perguruan Tinggi

Ordinal

Pendidikan Ibu Pernyataan responden tentang pendidikan formal terakhir dari ibu responden yang telah ditamatkan

Wawancara dengan menggunakan kuesioner

1. Rendah : tidak pernah sekolah, tamat/tidak tamat SD dan yang sederajat

2. Sedang : tamat/

tidak tamat SLTP dan yang sederajat dan tamat/tidak tamat SLTA dan yang sederajat 3. Tinggi : tamat/

tidak tamat Perguruan Tinggi

Ordinal

Pengetahuan tentang Abortus

Tahu/tidaknya responden tentang 6 pertanyaan yang diajukan yang terkait dengan abortus yaitu : tahu atau tidak tentang abortus, definisi abortus, dampak abortus, penyebab abortus,hukum dan sanksi abortus illegal, dan komplikasi abortus. Pengetahuan yang diajukan di dalam angket penilaian dari setiap jawaban benar adalah 1, jawaban salah adalah 0

Wawancara dengan menggunakan kuesioner

Total skor : 6 1. Rendah : jika jawaban yang benar < 50% atau

<3

2. Sedang : jika jawaban yang benar 50%-75%

atau 3-4

3. Tinggi : jika jawaban yang benar > 75% atau

>4

Ordinal

(42)

30

Sikap terhadap Abortus

Pernyataan responden tentang derajat setuju dan ketidaksetujuan terhadap situasi atau tindakan yang berkaitan dengan abortus

Wawancara dengan menggunakan kuesioner

Total skor : 6 1. Rendah : jika jawaban yang benar < 50% atau

<3

2. Sedang : jika jawaban yang benar 50%-75%

atau 3-4

3. Tinggi : jika jawaban yang benar > 75% atau

>4

Ordinal

Tindakan tentang Abortus

Pernah atau tidaknya tindakan yang mengarah ke perilaku seksual dengan lawan jenis yang terdiri dari : Berisiko rendah apabila responden melakukan kegiatan seperti ngobrol, nonton, jalan berduaan, pegangan tangan, berciuman pipi Berisiko tinggi apabila responden melakukan kegiatan seperti berpelukan, berciuman mulut, berciuman leher, meraba buah dada/alat kelamin dan hubungan seksual

Wawancara dengan menggunakan kuesioner

1. Berisiko rendah apabila memenuhi kriteria perilaku berisiko rendah

yang telah

disebutkan 2. Berisiko tinggi apabila memenuhi kriteria perilaku berisiko tinggi

yang telah

disebutkan

Ordinal

3.4.5 Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Untuk menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Untuk mendapatkan data yang lebih akurat peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas internal yaitu menguji validitas setiap butir pertanyaan.

Untuk menguji validitas digunakan pendekatan koefisien korelasi yaitu dengan cara mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan dengan skor totalnya. Bila koefisien korelasi (r) masing-masing pertanyaan sama dengan 0,3 atau lebih (Paling kecil 0,3) maka butir instrumen dinyatakan valid. Butir pertanyaan yang tidak valid diperbaiki dan dilakukan proses validitas ulang. Uji validitas menggunakan korelasi Pearson Product Moment (Sugiyono, 2010).

(43)

2. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas data dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu pengukuran dapat menunjukkan akurasi dan konsistensi butir pertanyaan. Untuk menguji reliabilitas data digunakan pengukur Cronbach Alpha. Menurut Sugiyono (2010), bahwa “ Cronbach Alpha merupakan salah satu koefisien reliabilitas yang paling sering digunakan”. Skala pengukuran yang reliabel sebaiknya memiliki nilai Cronbach Alpha minimal 0,70. Pengujian validitas dan reliabilitas data dilakukan dengan menggunakan komputerisasi dengan cara one shot method artinya pengujian validitas dan reliabilitas data hanya dilakukan sekali saja.

3.4.6 Metode Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan dua tahapan sebagai berikut, Editing yaitu penyuntingan data dilakukan untuk menghindari kesalahan atau kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi. Coding yaitu memudahkan proses entri data tiap jawaban diberi kode dan skor. Entri, setelah kode data dimasukkan ke komputer dengan program SPSS. Cleaning, sebelum dilakukan analisis data maka dilakukan pengecekan dan perbaikan. Selanjutnya dilakukan analisis univariat untuk mendapatkan gambaran tentang distribusi frekuensi responden. Analisa ini dilakukan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel independen.

Data yang telah dikumpulkan melalui angket dianalisis dengan metode deskriptif sehingga dapat diperoleh gambaran yang sebenernya mengenai variabel penelitian berdasarkan data.

Referensi

Dokumen terkait

Seorang Petugas perpustakaan akan melayani 1 buah transaksi peminjaman dalam satu waktu, dimana 1 transaksi terdiri dari 1 buah koleksi yang dilakukan oleh seorang anggota,

Kegiatan awal dan kegiatan akhir yaitu sebuah pembiasaan untuk melatih anak terbiasa melakukan, mengucapkan pembiasaan yang ada dalam sekolah (standar

Formasi Balikpapan diendapkan secara selaras di atas Formasi Pulubalang. Formasi ini terdiri dari selang seling antara batulempung dan batupasir dengan sisipan batubara dan batugamping

Mata kuliah ini membahas wawasan Bimbingan dan Konseling di sekolah yang meliputi: pengertian, tujuan, urgensi, ruang lingkup, prinsip-prinsip, azas-azas Bimbingan dan

Universitas Kristen Maranatha Tionghoa mempersepsi bahwa budaya Sunda lebih sesuai dengan dirinya daripada budaya Tionghoa yang ada dalam dirinya maka kemungkinan besar mahasiswa

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh terhadap semua kelompok, dapat dilihat secara keseluruhan bahwa variasi dosis dan lama waktu perlakuan mempengaruhi kadar

Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang interaksi orang tua terhadap anak remaja dalam kategori cukup menunjukkan penyimpangan perilaku seksual pada anak

Pertama, sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan oleh negara sedang berkembang sebagai dasar untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi.